Anda di halaman 1dari 60

MANAJEMEN PRODUKSI KELAPA SAWIT:

PRODUKSI BIOMASSA DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III,


SUMATERA UTARA

RIFA ANNISA SIREGAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Produksi


Kelapa Sawit: Produksi Biomassa di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Rifa Annisa Siregar


NIM A24100185
ABSTRAK
RIFA ANNISA SIREGAR. Manajemen Produksi Kelapa Sawit: Produksi
Biomassa di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara. Dibimbing oleh EDI
SANTOSA.

Kegiatan magang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan


mahasiswa dalam pengelolaan kegiatan teknis dan manajemen kebun kelapa sawit.
Magang secara khusus bertujuan untuk mempelajari produksi biomassa kebun
kelapa sawit dilihat dari produksi kelapa sawit dan gulma. Magang dilaksanakan
di Kebun Rambutan, PT Persero Nusantara III, Sumatera Utara pada bulan
Februari-Juni 2014. Data diamati dari kebun sawit tahun tanam 1994 dan 2006.
Hasil menunjukkan bahwa produksi biomassa kebun kelapa sawit pada tahun
tanam 1994 yaitu 149.75 ton ha-1, sedangkan produksi biomassa pada tahun tanam
2006 yaitu sebesar 98.23 ton ha-1. Biomasa gulma yang diukur dari total bobot
basah gulma pada tahun tanam 1994 adalah 6.43 ton ha-1, dan pada tahun tanam
2006 adalah 4.57 ton ha-1. Adanya perbedaan produksi biomassa pada tahun
tanam berbeda disebabkan perbedaan produksi biomassa kelapa sawit dan gulma.
Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan dalam populasi tanaman, kegiatan
pengendalian gulma dan perlakuan budidaya.

Kata kunci: biomassa, gulma, kultur teknis, produktivitas, umur tanam

ABSTRACT

RIFA ANNISA SIREGAR. Oil Palm Production Management: Biomass


Production at Rambutan Estate PTPN III, North Sumatera. Supervised by EDI
SANTOSA

The internship is intended to improve student knowledges in technical and


management activities of the oil palm plantation, with special objective on
biomass in oil palm plantation. The internship was carried out at Rambutan, PT
Persero Nusantara III, North Sumatra on February to June 2014. Available data
and biomass production of the plantation planted in 1994 and 2006 were analyzed.
Results showed that biomass of oil palm trees planted in 1994 was 149.75 ton ha-1,
and in 2006 was 98.23 tons ha-1. Biomass of weeds based on fresh weight in 1994
was 6.43 tons ha-1 and that of 2006 was 4.57 tons ha-1. This study reveals that
variation of biomass production among plantation ages due to differences on the
population number, effort on weed control, and agronomic treatments.

Keywords: agriculture treatments, biomass, plantation age, productivity, weeds


MANAJEMEN PRODUKSI KELAPA SAWIT:
PRODUKSI BIOMASSA DI KEBUN RAMBUTAN PTPN III,
SUMATERA UTARA

RIFA ANNISA SIREGAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Manajemen Produksi Kelapa Sawit: Produksi Biomassa di
Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
Nama : Rifa Annisa Siregar
NIM : A24100185

Disetujui oleh

Dr Edi Santosa, SP MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ialah
manajemen produksi, dengan judul Manajemen Produksi Kelapa Sawit: Produksi
Biomassa di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Edi Santosa, SP MSi
selaku pembimbing atas bimbingan, arahan dan petunjuk selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Teguh selaku Pelaksana tugas (Plt) Manager, Bapak Achmad Effendi
Nasution selaku Asisten Kepala serta Bapak Supriadi selaku pembimbing lapang
yang memberikan pengarahan dan bimbingan selama magang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis
melaksanakan studi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua
Bapak Sahdin Zunaidi Siregar dan Ibu Anna Lely yang selalu memberi semangat
dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Kepada Imdad Julian Purwanto sebagai teman magang yang telah memberikan
bantuan dan kerjasama selama kegiatan .
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Rifa Annisa Siregar


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Magang 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kelapa Sawit 2
Faktor Produksi Biomassa Kelapa Sawit 3
METODE MAGANG 5
Tempat dan Waktu 5
Metode Pelaksanaan 5
Pengamatan dan Pengumpulan Data 5
KEADAAN UMUM 7
Profil Perusahaan 7
Keadaan Iklim dan Tanah 7
Keadaan Tanaman dan Produksi 8
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 9
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10
Aspek Teknis 10
Aspek Manajerial 18
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 41
DAFTAR TABEL
1 Data produksi tahun 2009-2013 di Kebun Rambutan berdasarkan tahun
tanam 8
2 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Rambutan PTPN III 13
3 Pembagian kapveld panen TM muda dan TM tua di afdeling I Kebun
Rambutan 14
4 Standar prestasi normal dan basis tugas kegiatan setiap panen 17
5 Penetapan premi supervisi dikaitkan dengan premi dari yang diawasi 17
6 Prestasi kerja mahasiswa pada saat menjadi BHL dan BHL 18
7 Prestasi pengawasan BHL oleh mahasiswa pada saat menjadi
pendamping mandor 19
8 Taksiran dan realisasi produksi TBS afdeling I Mei 2014 21
9 Produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit tahun tanam 1994 dan
tahun tanam 2006 pada tahun 2009-2013 pada Kebun Rambutan PTPN
III 22
10 Biomassa sawit pada masing-masing tahun tanam 24
11 Perbandingan biomassa kelapa sawit hasil pengukuran dan data
sekunder 25
12 Jenis gulma pada tahun tanam 1994 26
13 Jenis gulma pada tahun tanam 2006 27
14 Bobot basah gulma kebun sawit pada tahun tanam 1994 dan 2006 27

DAFTAR GAMBAR
1 Faktor produksi biomassa kelapa sawit 4
2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia (a) dan pengendalian 10
3 Kegiatan penunasan kelapa sawit 12
4 Kegiatan pemotongan TBS dengan: dodos (a) dan egrek (b) 15
5 Beberapa aktivitas dalam kegiatan panen kelapa sawit: pengutipan
brondolan (a); pengangkutan tandan ke TPH (b); penyusunan buah di
TPH (c); penomoran dan pemotongan tandan (d); pengangkutan TBS ke
truk (e) 16
6 Kegiatan pengukuran lingkar batang (a) dan tinggi tanaman (b) 23
7 Berbagai hasil pemanfaatan kelapa sawit 24
8 Keadaan areal pada tahun tanam 1994 dan 2006 26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Kebun Rambutan PTPN III 32
2 Keadaan curah hujan di Kebun Rambutan PTPN III dari tahun 2007-
2013 33
3 Struktur organisasi afdeling 34
4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di
Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 35
5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 36
6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 37
7 Data pengukuran biomassa pohon kelapa sawit tahun tanam 1994 39
8 Data pengukuran biomassa pohon kelapa sawit tahun tanam 2006 40
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas penting di


Indonesia. Menurut Ditjenbun (2013), luas areal perkebunan kelapa sawit di
Indonesia sekitar 9 juta ha. Produksi minyak kelapa sawit meningkat seiring
pertambahan luas lahan perkebunan kelapa sawit dan produktivitas tanaman.
Produksi minyak sawit (CPO) pada tahun 2011 adalah 23.10 juta ton dengan luas
areal perkebunan 8.99 juta ha dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 23.52 juta
ton dengan luas areal perkebunan 9.07 juta ha.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mendapat tanggapan
beragam dari kalangan penggiat lingkungan, terutama isu kelestarian lingkungan.
Salah satu isu kelestarian lingkungan adalah tingginya emisi karbon dari aktivitas
budidaya kelapa sawit. Menanggapi hal tersebut, banyak studi yang telah
dilakukan untuk mengukur stok karbon pada tanaman kelapa sawit sebagai salah
satu indikasi kelestarian. Asumsi utama yaitu semakin rendah emisi karbon, maka
kegiatan budidaya sawit semakin lestari. Namun kebun sawit sebagai satu
kesatuan ekologi antara tanaman kelapa sawit dan gulma masih jarang dikaji
kemampuannya dalam memproduksi karbon.
Stok karbon kebun kelapa sawit dikaji dengan mempertimbangkan produksi
biomassa dari kelapa sawit dan biomassa vegetasi lain seperti gulma. Total
produksi biomassa dari berbagai kondisi kebun dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menghitung produktivitas lahan secara umum. Secara umum, produktivitas
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, iklim dan tanah, OPT (organisme
penganggu tanaman) serta kompetitor, dan tindakan budidaya.
Ada tiga faktor esensial yang menjadi kebutuhan pokok tanaman untuk
dapat hidup dan berkembang secara normal, yakni cahaya matahari, air, dan unsur
hara. Jika salah satu unsur kurang, maka unsur lainnya tidak dapat dimanfaatkan
secara optimum oleh tanaman. Interaksi pengaruh faktor iklim, bahan tanaman
dan hama/penyakit akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan serta
produktivitas kelapa sawit tersebut (Risza 2010).

Tujuan Magang

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan wawasan,


kemampuan professional dan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses
kerja, manajerial perkebunan, teknik budidaya, pemanenan, serta pengolahan
kelapa sawit. Adapun aspek khusus pada kegiatan magang ini adalah manajemen
produksi kaitannya dengan produksi biomassa.
2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit termasuk kelas Angiospermae ordo Palmales, famili


Araecaceae, sub-famili Palminae, genus Elaeis dan spesiesnya adalah Elaies
guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit dibedakan atas 2 bagian yaitu bagian
vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar (radix), batang
(caulis), dan daun (folium). Bagian generatif kelapa sawit meliputi bunga (flos)
dan buah (fructus) (Setyamidjaja 2006).
Kelapa sawit memiliki akar serabut. Zona perakaran terletak pada
kedalaman 1.5 m dengan jumlah perakaran terbesar berada pada kedalaman antara
15-30 cm. Sistem perakaran sangat rapat, maka pohon kelapa sawit dapat berdiri
dengan kokoh dan kuat (Setyamidjaja 2006).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak ke atas dengan diameter 40-60 cm.
Pohon kelapa sawit memiliki satu titik tumbuh berbentuk kerucut diselimuti oleh
daun-daun muda yang masih kecil dan lembut (Mangoensoekarjo 2007). Pahan
(2010) menyatakan bahwa daun kelapa sawit memiliki bagian sebagai berikut: a.
Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak
daun (midrib). b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat. c. Tangkai
daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang
(sheath) yang berfungsi sebagai pelindung kuncup bunga.
Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu, pada satu tanaman terdapat
bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Tandan bunga terletak di
ketiak daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12-14 bulan yang akan
dipanen pada umur 30 bulan. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100-250 cabang
(spikelet) yang panjangnya antara 10-20 cm dan berdiameter 1-1.5 cm. Tiap
cabang berisi hingga 1 500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari.
Setiap tandan bunga betina mempunyai 100-200 cabang (spikelet) (Setyamidjaja
2006).
Sejak berbunga menjadi tandan buah segar (TBS) memerlukan sekitar 5-6
bulan. Tandan buah terletak diantara pelepah daun. Satu tandan matang berisi
1 000 brondolan, tergantung umur tanaman. Satu TBS mencapai berat 15-25 kg
tapi dalam kondisi tertentu dapat mencapai 50 kg. Eksokarp dan mesokarp disebut
perikarp. Biji terdiri atas endokarp atau cangkang, dan inti (kernel). Inti terdiri
atas endosperm (endosperm) dan embrio (Verheye 2012).
Curah hujan optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit berkisar pada
1 250-2 500 mm. Curah hujan di bawah 1 250 mm sudah merupakan pembatas
pertumbuhan. Jika curah hujan lebih dari 2 500 mm mengganggu proses
penyerbukan sehingga kemungkinan aborsi baik bunga jantan maupun bunga
betina menjadi lebih tinggi (Mangoensoekarjo 2007).

Biomassa
Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian.
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbon dioksida
3

(CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis (McKendry 2001).
Cadangan karbon tanaman kelapa sawit meningkat seiring dengan
bertambahnya umur tanaman. Semakin tinggi cadangan karbon juga berarti
tingkat fotosintesis yang tinggi (Henson 2008).
Menurut Hairiah dan Rahayu (2011), pada ekosistem daratan cadangan
karbon dibedakan atas 2 komponen yaitu cadangan karbon di atas tanah (biomassa
pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromassa dan serasah) dan cadangan karbon
di dalam tanah (biomassa akar dan bahan organik tanah).
Zunaidi (2010) melalui pendugaan biomassa pohon sawit pada kebun sawit
di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara menyimpulkan bahwa pohon
sawit memiliki biomasa tertinggi disusul daun, serasah dan terendah biomasa dari
tumbuhan bawah.

Faktor Produksi Biomassa Kelapa Sawit

Biomassa kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintesis. Karbon


dioksida (CO2) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat (CH2O) dalam proses
tersebut. Sebagian karbohidrat digunakan untuk membangun struktur tanaman
termasuk organ vegetatif (daun, batang, akar) serta generatif bunga dan buah
(Pahan 2012).
Pahan (2012) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan
intensitas cahaya matahari yang tinggi untuk melakukan fotosintesis. Dengan
demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kelapa sawit akan mempengaruhi produksi biomassa. Gambar 1
menunjukkan faktor yang secara umum mempengaruhi produktivitas tanaman
kelapa sawit.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh genotype, lahan dan
iklim (Gambar 1), yaitu antara lain: varietas, jenis tanah, kedalaman tanah, tinggi
tempat, pH tanah, curah hujan, temperatur rata-rata, defisit air (mm tahun-1),
kelembaban udara, dan radiasi matahari. Varietas mempengaruhi produktivitas
tanaman kelapa sawit. Tenera adalah varietas yang saat ini banyak digunakan
untuk industri kelapa sawit (Poku 2002).
Faktor lain yang mempengaruhi produksi biomassa tanaman adalah tanah
(Gambar 1). Faktor edafik mempengaruhi produksi tanaman kelapa sawit.
Produktivitas perkebunan kelapa sawit berkisar antara 13 ton ha-1 tahun-1 TBS
pada lahan kurang sesuai sampai lebih dari 24 ton ha-1 tahun-1 TBS pada lahan
yang sesuai (Hermantoro 2011). Lahan yang optimal mengacu kepada tiga faktor
yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia lahan (Pahan 2012). Hairiah dan
Rahayu (2011) menyatakan bahwa produksi biomassa pada suatu penggunaan
lahan akan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik.
Menurut Hairiah dan Rahayu (2011), pengukuran cadangan karbon yang
direpresentasikan dengan produksi biomassa harus mewakili produksi biomassa
rata-rata per sistem penggunaan lahan dan mewakili satu siklus tanam. Estimasi
produksi biomassa di berbagai tipe penggunaan lahan memerlukan informasi
sejarah penggunaan lahan hingga kondisi terakhir.
4

Tenera

Genetik
Pisifera
(varietas)

Dura

Pemeliharaan
tanaman

Populasi

Jarak tanam
Budidaya
Umur
tanaman

Pemupukan
Faktor Produksi
Biomassa Kelapa Sawit Jenis tanah

Tanah Drainase

Pemanfaatan
lahan

Cahaya
matahari

Iklim
Suhu

Kelembaban

Hari hujan

Gambar 1 Faktor produksi biomassa kelapa sawit (diolah dari berbagai sumber)
5

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan mulai 10 Februari 2014-9 Juni 2014.


Kegiatan magang ini dilakukan di Kebun Sawit Rambutan PTPN III yang terletak
di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Kebun Rambutan adalah
salah satu unit kebun di bawah PTP Nusantara III. Kebun Rambutan berada
sekitar 80 km dari kota Medan, tepatnya berada pada 99 4 s/d 99 20 BT dan
3 20 s/d 3 26 LU. Kebun Rambutan berada pada ketinggian 18-27 m di atas
permukaan laut.
Konsesi Kebun Rambutan secara administrasi tersebar di dua kabupaten dan
tiga kecamatan, yaitu: Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi Kecamatan Sei
Rampah dan Kecamatan Tebing Tinggi dan Kabupaten Batu Bara yaitu di
Kecamatan Air Putih. Peta Kebun Rambutan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang mencakup kegiatan sebagai buruh harian lepas (BHL)


selama satu bulan, pendamping mandor dua bulan dan pendamping asisten selama
satu bulan.
Kegiatan selama menjadi BHL adalah pemupukan, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan kelapa sawit. Kegiatan yang
dilakukan saat menjadi pendamping mandor adalah apel pagi, pengawasan BHL,
menghitung prestasi kerja, serta membuat laporan kerja mandor. Kegiatan yang
dilakukan sebagai pendamping asisten afdeling adalah membantu mengawasi dan
mengontrol mandor serta BHL, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP), serta mempelajari manajerial tingkat kebun dan
membuat jurnal harian.
Selama kegiatan magang, asisten afdeling dan asisten kepala mendampingi
sebagai pembimbing lapang. Pendalaman informasi dilakukan dari laporan harian,
laporan bulanan, laporan tahunan dan arsip kebun.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data umum dan data khusus dikumpulkan. Data khusus adalah data primer
yang dikumpulkan melalui pengamatan dan pengambilan sampling di lapangan.
Pengamatan di lapangan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan diameter batang
tanaman kelapa sawit. Pengamatan lain yaitu vegetasi gulma dengan cara
pengambilan sample yaitu jenis dan bobot basah.
Pengamatan terhadap kelapa sawit yaitu meliputi pengukuran tinggi
tanaman dan diameter batang setinggi dada ( 130 cm dari permukaan tanah).
Data tinggi tanaman dan diameter batang tersebut kemudian menjadi dasar untuk
melakukan estimasi produksi biomassa dalam satu hektar. Pengambilan sample
dilakukan pada sepuluh tanaman contoh untuk setiap blok pada tahun tanam yang
6

berbeda. Total sample yang diambil yaitu sebanyak 60 tanaman sawit.


Pengambilan sample dilakukan pada dua tahun tanam yang berbeda yaitu tahun
tanam 1994 (20 tahun) sebanyak 30 pohon dan tahun tanam 2006 (8 tahun)
sebanyak 30 pohon. Pengambilan sample dilakukan pada blok 270, 290 dan 300
untuk tahun tanam 2006 dan blok 300, 310 dan 320 untuk tahun tanam 1994.
Masing-masing blok diambil 10 pohon sawit. Luas satu blok rata-rata adalah 30
ha.
Pengamatan terhadap vegetasi gulma yaitu menggunakan metode kuadran
dengan ukuran 1 m x 1 m yang diambil dari setiap blok yang sama dengan
pengamatan terhadap kelapa sawit. Pengamatan meliputi jenis gulma dan bobot
basah dari gulma. Setiap satu blok diambil satu kuadran.
Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), Summed Dominance Ratio (SDR)
adalah persentase dominasi suatu jenis gulma dalam satu kuadran yang dihitung
dengan rumus, yakni SDR = 1/3 (FN+KN+BN), namun dalam pengamatan ini
dimodifikasi menjadi SDR = (FN+KN); dimana FN = frekuensi nisbi yaitu
persentase suatu jenis gulma dalam satu kuadran dan KN= kerapatan nisbi yaitu
persentase jumlah individu gulma dalam satu kuadran.
Data sekunder adalah data umum yang dikelola oleh pihak kebun. Data
kebun berupa produksi harian, bulanan, tahunan dan arsip administrasi kebun.
Data meliputi luasan afdeling, data lingkungan, pemeliharaan kebun, data SDM
dan sebagainya. Data sekunder digunakan untuk mendukung dan melengkapi data
primer serta mempelajari sistem manajemen produksi dalam perkebunan kelapa
sawit.
Perhitungan produksi biomassa batang tanaman melalui pendekatan
alometrik dengan menggunakan rumus yang diperkenalkan Hairiah dan Rahayu
(2011) :
W = H D2/40
Keterangan :
W = biomasa (ton ha-1)
= 3.14
= berat jenis sawit yaitu 0.31
D = diameter (cm)
H = tinggi (m)

Perhitungan biomasa pada sawit menurut Brown (1997) memperhitungkan


20 % x biomasa pohon, yang merupakan estimasi biomasa dari daun yang tidak
dilakukan pengukuran secara langsung.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Data lalu dibandingkan


dengan pustaka dan literatur, serta norma-norma standar budidaya kelapa sawit
baik secara umum maupun yang telah ditetapkan perusahaan.
7

KEADAAN UMUM

Profil Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan


salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak
dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.
Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman
kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO), inti
sawit (kernel) dan produksi hilir karet.
Pada awalnya, PTP Nusantra III adalah perkebunan milik Maatskappy
Hindia Belanda NV RCMA (Rubber Cultur Maatskappy Amsterdam) yang
dinasionalisasi pada tahun 1958 menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara. Pada
tahun 1961 berubah menjadi PPN SUMUT IV, lalu pada tahun 1967 diubah
menjadi unit kebun PT. Perkebunann V (Persero).
Pada tahun 1994, tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan
III (Persero), PT Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V (Persero)
bergabung dalam satu manajemen, melalui Peraturan Pemerintahan No.8 Tahun
1996 dan diberi nama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkedudukan
di Medan, Sumatera Utara. PTP. Nusantara III (Persero) berkantor pusat di Jalan
Sei Batang Hari Medan, dimana Kebun Rambutan menjadi salah satu unit
didalamnya.
PTP Nusantara III memiliki visi menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia
dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik. Nilai-nilai
perusahaan adalah proaktif, terbaik, kerjasama, perubahan dan bertanggung jawab.

Keadaan Iklim dan Tanah

Jenis tanah Kebun Rambutan adalah aluvial dan hidromorfik kelabu


dengan pH sekitar 4-6.5 dengan topografi datar hingga bergelombang dengan
kemiringan lereng < 5 %. Berdasarkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan,
areal di Kebun Rambutan PTPN III termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S2
(sesuai/ suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berpasir
dan peka terhadap erosi. Secara keseluruhan Kebun Rambutan cukup sesuai untuk
pengembangan tanaman kelapa sawit melalui perbaikan drainase dan perbaikan
tingkat kesuburan tanah.
Curah hujan rata-rata tahunan selama 10 tahun terakhir (2003-2013) yaitu
merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan pertahun rata-rata 101 hari dan
rata-rata curah hujan adalah 136 mm bulan-1. Keadaan iklim di Kebun Rambutan
termasuk dalam tipe iklim B dengan curah hujan 1 300-2 100 mm tahun-1 dengan
bulan basah sekitar 8 bulan (Lampiran 1). Temperatur udara berkisar 24-27 C.
Penyinaran matahari berkisar 5-9 jam hari-1 dengan kelembaban udara 70-80%.
Data curah hujan ditampilkan pada Lampiran 2.
8

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Rambutan adalah varietas


Tenera (Dura x Pisifera). Bibit yang ditanam berasal dari PPKS. Jarak tanam yang
digunakan adalah 9.09 m x 7.69 m sehingga populasi tanaman per ha yaitu 143
tanaman. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya perbedaan jumlah
tanaman dengan populasi standar yang disebabkan jarak tanaman yang berbeda
dan tanaman mati akibat serangan hama dan penyakit. Jumlah tanaman di
lapangan berkisar antara 109-120 tanaman. Data produksi kelapa sawit Kebun
Rambutan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data produksi tahun 2009-2013 di Kebun Rambutan berdasarkan tahun


tanam
TT Luas (ha) Produksi (kg)
2009 2010 2011 2012 2013
1984 68.11 1 083 440 - - - -
1987 3.40 85 918 83 750 71 490 70 950 44 180
1993 1 513.32 27 972 849 30 517 650 28 877 430 24 793 910 19 097 480
1994 359.65 6 752 603 7 522 994 7 391 390 6 811 070 6 175 400
1995 587.05 11 880 048 12 263 915 10 684 560 10 006 740 9 150 490
1996 87.70 1 981 266 1 937 963 1 654 860 1 478 350 1 332 240
1997 45.75 421 280 453 800 168 380 - -
1998 36.12 405 390 408 080 135 660 - -
2001 134.73 2 705 733 2 625 228 2 556 310 2 428 070 1 800 580
2002 305.68 5 330 355 5 264 971 4 206 950 3 771 050 3 365 160
2003 326.75 6 989 926 7 982 154 7 554 050 6 605 990 7 029 960
2004 515.93 8 064 237 9 909 553 9 447 530 10 248 560 10 321 710
2005 211.89 2 233 465 2 930 551 3 182 280 3 265 250 3 542 410
2006 9 1 322 110 5 134 701 6 565 160 7 329 400 7 108 250
2007 55.10 - 129 320 591 240 951 880 960 610
Sumber : Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014
TT= Tahun tanam

Kebun Rambutan melakukan penanaman ulang (replanting) setelah


tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimum. Tanaman tersebut akan
menyerap tenaga kerja dan biaya pemeliharaan yang besar sehingga dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Rata-rata umur tanaman yang akan
dilakukan replanting adalah 20 tahun.
Produktivitas rata-rata kelapa sawit saat ini mencapai 16 ton per ha per
tahun di Indonesia. Secara umum produksi Kebun Rambutan termasuk kebun baik
dengan produksi mencapai 16.99 ton per ha per tahun yaitu berada di atas
produktivitas rata-rata Indonesia.
9

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Kebun Rambutan memiliki dua jenis tanaman usaha yaitu kelapa sawit dan
karet. Kebun Rambutan memiliki Luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 6 837.67
ha. Luasan ini terbagi dua yaitu sebesar 4 699.91 ha (73.64%) untuk kelapa sawit
dan 1 681.95 ha (26.36%) untuk karet. Areal kebun dibagi menjadi 8 afdeling,
yaitu afdeling I (856.07 ha), afdeling II (633.25 ha), afdeling III (750.65 ha),
afdeling IV (783.05 ha), afdeling V (985.28 ha), afdeling VI (1 099.25 ha),
afdeling VII (534.80 ha) dan afdeling VIII (739.51 ha). Afdeling I dan afdeling VI
adalah afdeling yang tidak mengusahakan tanaman karet. Kebun Rambutan
memiliki pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dengan
kapasitas sebesar 30 ton TBS jam-1.
Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri atas tahun tanam 2013,
2011, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, 1997, 1996, 1995, 1994
dan 1993. Tahun tanam 1993 akan dilakukan replanting pada bulan Juni 2014.
Luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau tahun tanam 1990-2010 adalah
sebesar 4 806.84 ha sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM)
atau tahun tanam 2011-2013 adalah sebesar 989.55 ha.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Manager bertanggung jawab kepada direksi sebagai pimpinan tertinggi di


kebun. Asisten personalia kebun, asisten tata usaha dan asisten teknik/traksi dan
seorang asisten kepala (asisten kepala rayon A dan asisten kepala rayon B) berada
di bawah perintah manager Kebun Rambutan.
Asisten kepala rayon A membawahi asisten afdeling III, IV, V dan VI
sedangkan asisten kepala rayon B membawahi asisten afdeling I, II, VII, dan VIII.
Asisten personalia kebun dan asisten tata usaha dibantu oleh krani I dan karyawan.
Asisten teknik/traksi dibantu oleh mandor bengkel, mandor dinas sipil, mandor
traksi, dan karyawan.
Asisten afdeling dibantu oleh mandor I, sedangkan untuk kegiatan
administrasi asisten afdeling dibantu oleh krani I. Mandor I membawahi mandor
panen dan mandor pemeliharaan. Krani I membawahi krani produksi, krani
transport, dan kcs (krani cek sawit). Mandor-mandor secara langsung membawahi
karyawan lapangan.
Karyawan bagian produksi memiliki sistem penggajian berdasarkan gaji
pokok dan premi dan karyawan bagian non produksi mendapatkan gaji pokok dan
tunjangan peralihan. Karyawan mendapatkan fasilitas Tunjangan Hari Raya
(THR), bonus dan jatah beras setiap bulan.
Standar ITK (Indeks Tenaga Kerja) untuk perkebunan kelapa sawit adalah
0.16-0.2. Total tenaga kerja afdeling I Kebun Rambutan adalah 64 dengan luas
usaha 856.07 ha, maka ITK afdeling I Kebun Rambutan adalah 0.07. Nilai
tersebut belum memenuhi tingkat standar tenaga kerja untuk perkebunan kelapa
sawit. Struktur organisasi tenaga kerja afdeling I dapat dilihat pada Lampiran 3.
10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Sebagai buruh harian lepas (BHL), kegiatan diawali dengan apel setiap
pukul 06.00 WIB pagi sebelum ke lapangan. Kegiatan apel pagi dilakukan untuk
mengevaluasi pekerjaan pada hari sebelumnya dan merencanakan pekerjaan yang
akan dilakukan pada hari tersebut. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB hingga
pukul 17.00 WIB. Kegiatan yang diikuti adalah pengendalian gulma, penunasan
dan pemanenan (Lampiran 4).

Pengendalian Gulma
Jenis gulma di Kebun Rambutan Afdeling I adalah gulma berdaun lebar
yaitu Amaranthus dubius L., Clidemia hirta (L.) D. Don, Passiflora foetida L.,
Mimosa pudica L. dan Nephrolepis biserata (Sw.) Schott, gulma teki yaitu Cyperus
kyllingia dan gulma rumput yaitu, Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Oxalis
barrelieri L., dan Paspalum conjugatum Berg. Jenis gulma berbeda-beda untuk
setiap jenis lahan dan jenis pemanfaatan lahan. Pertumbuhan gulma pada areal
kebun dapat mengganggu proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses
pemanenan.

(a) (b)
Gambar 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia (a) dan pengendalian
gulma menggunakan cangkul (b)

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan menggunakan herbisida


(chemis). Pengendalian gulma secara manual dilakukan secara rotasi setiap tiga
minggu dan kemudian diselingi dengan pengendalian kimia. Pengendalian gulma
secara manual dilakukan dengan cara membersihkan areal tanaman dengan
cangkul dan parang (Gambar 2b). Pengendalian secara manual dilakukan untuk
pemeliharaan piringan pokok, gawangan, pasar pikul dan jalan angkut.
Pengendalian gulma manual diserahkan kepada pemborong. Pekerjaan dikerjakan
oleh BHL dengan norma 4 HK ha-1 untuk babat gawangan dan piringan pokok,
1 HK ha-1 untuk pasar pikul dan 2 HK ha-1 untuk DAK (dongkel anak kayu).
11

Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah pekerja yang umumnya
wanita berusia lanjut sehingga norma kerja tidak dapat terpenuhi, akibatnya
pekerjaan terhambat dan biaya yang dikeluarkan melebihi dari rencana pekerjaan.
Pengendalian kimia adalah pengendalian gulma dengan cara penyemprotan
pada areal yang telah ditentukan (Gambar 2a). Tujuan pengendalian kimia adalah
membersihkan piringan, mempermudah pelaksanaan panen dan pengangkutan
buah serta mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya.
Kegiatan pengendalian kimia menggunakan alat semprot tipe Solo dan
Micron herbi. Alat semprot tipe Solo digunakan untuk menyemprot piringan,
pasar pikul, dan gawangan memiliki kapasitas 15 liter per tangki. Jenis nozzle
yang digunakan adalah nozzle biru dengan lebar semprot 0.5 m. Alat semprot
tipe Micron herbi lebih efisien dalam pemakaian bahan dan waktu karena butiran
yang berukuran seragam dan sangat halus.
Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dan herbisida
sistemik. Herbisida kontak yang digunakan adalah paraquat dengan merk dagang
Gramoxone berbentuk cairan berwarna hijau tua. Herbisida sistemik yang
digunakan adalah glifosat dengan merk dagang SMART 480 AS berbentuk
cairan berwarna kuning. Dosis herbisida yang diberikan berbeda tergantung
tingkat kerapatan gulma dan tahun tanam. Dosis yang diberikan untuk
pemeliharaan piringan dan gawangan untuk tanaman belum menghasilkan adalah
6075 cc untuk setiap tangki. Rotasi kegiatan pengendalian kimia adalah enam
kali untuk setiap semester pada areal tahun tanam 2013.
Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan pengendalian kimia adalah pekerja
yang belum sepenuhnya memahami peraturan kebun seperti aturan kecepatan
berjalan yaitu 50 m menit-1 dan ketinggian semprot yaitu 40 cm dari atas
permukaan tanah.

Penunasan (Prunning)
Penunasan tanaman kelapa sawit adalah perawatan langsung terhadap
tanaman kelapa sawit. Penunasan adalah pemotongan daun pelepah yang tidak
produktif, untuk mempertahankan jumlah daun pelepah sesuai dengan umur
tanaman. Contoh penunasan dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan penunasan
adalah mempertahankan jumlah daun pelepah sesuai dengan umur tanaman,
mempertahankan luas permukaan daun untuk fotosintesis, mempermudah
pemanenan, kebersihan guna mencegah hama dan penyakit dan mencegah
kehilangan brondolan yang menyangkut di daun pelepah. Alat yang digunakan
dalam penunasan adalah dodos, egrek dan kapak.
Pada tanaman dengan umur < 8 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan
adalah 56-64 pelepah dengan mempertahankan minimal 3 pelepah di bawah
tandan tertua (songgo 3) dan tanaman dengan umur > 8 tahun jumlah pelepah
yang dipertahankan adalah 4856 pelepah dengan mempertahankan minimal 2
pelepah di bawah tandan tertua (songgo 2). Pelepah yang telah ditunas dipotong
menjadi 2-3 bagian kemudian dikumpulkan dan dirumpuk memanjang searah
dengan barisan tanaman diantara gawangan mati.
Tunas selektif adalah kegiatan menunas pelepah yang tidak berfungsi yaitu
yang terletak rata dengan tanah dan telah menguning atau mengering dan
mmepertahankan 56-64 pelepah. Tunas selektif dilaksanakan bersamaan dengan
12

kegiatan panen, yaitu memotong pelepah terlebih dahulu sebelum menurunkan


TBS. Tunas selektif dilakukan oleh pemanen pada hari panen dan pada hancak
panennya. Tunas periodik adalah kegiatan menunas pelepah pada tanaman
menghasilkan (TM) > 4 tahun. Tunas periodik dilaksanakan pada kondisi tertentu
dan tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Tunas periodik dilakukan oleh BHL
dengan upah sebesar Rp 800/tanaman untuk tanaman muda (rendah) dan
Rp 1 000/tanaman untuk tanaman tua (tinggi).

Gambar 3 Kegiatan penunasan kelapa sawit

Pemanenan
Pemanenan adalah kegiatan utama dalam pengusahaan tanaman kelapa
sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut dan mengumpulkan brondolan serta
menyusun Tandan Buah Segar (TBS) di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan
kemudian diangkut ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
Rotasi panen. Rotasi panen adalah luasan panen yang harus diselesaikan
dalam waktu tertentu. Rotasi panen ditentukan berdasarkan angka kerapatan
panen, jumlah pemanen, dan kapasitas panen yang ditentukan masing-masing
kebun sesuai dengan kondisi kebun di lapangan. Rotasi panen yang ditetapkan
oleh kebun Rambutan adalah 5/7 untuk semester I yaitu dari bulan Januari sampai
Juni panen dilakukan 5 hari dalam waktu 7 hari dan 6/7 untuk semester II yaitu
bulan Juli sampai Desember panen dilakukan 6 hari dalam waktu 7 hari.
Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen (AKP) adalah persentase
tanaman yang dapat dipanen pada satu kapveld. AKP berguna untuk menentukan
kegiatan panen pada hari berikutnya. AKP memberikan informasi mengenai
banyak TBS yang dapat dipanen, perkiraan produksi, jumlah pemanen, dan
jumlah trip pengangkutan. Perhitungan AKP yaitu menentukan blok contoh untuk
setiap kapveld yang akan dipanen, kemudian pohon contoh diambil sebanyak 3
baris tanaman jumlah baris dalam blok tersebut. Seluruh pohon contoh diamati
dan dicatat jumlah tandan matang panen.

Contoh perhitungan : Kapveld II Blok 259 (29.2 Ha) dengan panjang 88


pohon
Jumlah pohon contoh = 88 x 3 baris
13

= 264 pohon
Jumlah tandan matang = 19 tandan
AKP = Jumlah pohon contoh : 1
Jumlah tandan matang
= 264 : 1
19
= 14 : 1

Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah syarat utama untuk
menentukan TBS yang akan dipanen. Kriteria tersebut dapat dilihat dari jumlah
brondolan yang jatuh disekitar piringan. Brondolan yang jatuh adalah brondolan
yang secara alami jatuh bukan dikarenakan oleh serangan hama. Matang panen
akan menentukan kriteria mutu buah di PTPN III dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Rambutan PTPN III

Kriteria mutu TBS Keterangan


Buah normal
Buah mentah Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat
Buah agak matang 12.5%-25% buah luar membrondol, berwarna merah
mengkilat
Buah matang 26%-50% buah luar membrondol berwarna merah
mengkilat
Buah lewat matang 50%-100% buah luar atau sebagian buah bagian
dalam membrondol

Buah abnormal
Buah banci Muncuk bunga jantan dan bunga betina dalam satu
tandan
Buah mantel Buah berlapis dan tidak memiliki inti
Sumber : Kantor afdeling I Kebun Rambutan PTPN III 2014

Taksasi Panen/hari ditentukan dengan cara menghitung AKP yang


selanjutnya memperkirakan produksi dalam kg. Berdasarkan luas kapveld yang
ada, lalu ditetapkan target panen setelah mengetahui jumlah tanaman dalam
kapveld tersebut.
Contoh perhitungan :
Panen pada hari selasa yaitu kapveld II dengan luas 45.2 ha
Luas kapveld II 45.2 ha.TT 2006
Jumlah tanaman = 5 981 tanaman
AKP = 14 : 1
BTR = 11 kg
Maka perkiraan taksasi = Jumlah tanaman X BTR
AKP
= 5 981 X 11
14
= 4 699.36 kg
14

Kapveld panen. Kapveld panen adalah luasan areal yang dipanen per hari
yang ditetapkan berdasarkan rotasi panen. Kapveld panen bertujuan untuk
mengetahui luasan areal yang akan dipanen per hari. Kapveld panen ditentukan
berdasarkan kondisi tanaman, topografi, kerapatan buah, kapasitas pemanen, dan
jam kerja. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kapveld panen
adalah pertimbangan luas kapveld berdasarkan topografi yaitu datar atau
bergelombang, jam kerja yaitu luas areal yang dipanen di afdeling di bagi jumlah
jam kerja satu minggu dikali jam kerja per hari. Kapveld panen dibagi
berdasarkan rotasi panen, dimana bila 5/7 areal dibagi menjadi 5 kapveld untuk
semester I dan 6/7 areal dibagi menjadi 6 kapveld untuk semester II.
Kapveld ditetapkan kepada masing - masing mandoran panen. Mandor
panen masing masing bertanggung jawab menyelesaikan kapveld yang sudah
dibagi atau yang telah ditetapkan. Mandor panen melaporkan kehadiran
angggotanya, jumlah buah yang dipanen, dan luas kapveld panen. Setelah
perhitungan selesai dilakukan, hasil kerja dievaluasi kembali untuk mengetahui
kepastian prestasinya. Pembagian kapveld panen selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3 Pembagian kapveld panen TM muda dan TM tua di afdeling I Kebun


Rambutan
Kapveld Tahun tanam Blok Luas (ha)
I 279,269 44.75
II 259,260,270 45.20
III 2006 260,270,280 44.55
IV 280,290 41.20
V 290,300,289 37.40

I 1995 370,360,350,340,330 87.15


II 1995 330,329,319,309,299 86.15
III 1994 330,320,310,300 88.15
IV 1993 250,249,239,240 89.72
V 1994, 1993 300,230,240 64.00
Sumber: Kantor afdeling I Kebun Rambutan PTPN III 2014

Pelaksanaan panen dimulai dengan memanen buah dari tanaman. Alat yang
digunakan untuk menurunkan buah tergantung umur tanaman dan tinggi tanaman.
Pada tanaman muda yaitu tahun tanam 2006 menggunakan dodos dengan cara
didorong sedangkan pada tanaman tua yaitu tahun tanam 1993-1995
menggunakan egrek dengan cara ditarik (Gambar 4).
15

(a) (b)

Gambar 4 Kegiatan pemotongan TBS dengan: dodos (a) dan egrek (b)

Buah yang telah matang akan memiliki brondolan yang jatuh di piringan
pohon. Brondolan harus dikutip untuk diangkut bersama dengan buah (Gambar
5a). Pengangkutan TBS ke TPH menggunakan angkong yang dapat memuat 6-7
TBS (Gambar 5b). TBS yang telah dipanen disusun di TPH dengan lima tandan
dalam satu baris dengan tujuan mempermudah KCS (krani cek sawit) dalam
perhitungan (Gambar 5c). TBS dengan gagang panjang harus dipotong dan
membentuk V atau cangkem kodok dan diberi nomor pemanen di setiap
tandannya (Gambar 5d). Tujuan penomoran pada tandan adalah mempermudah
identifikasi kap inspeksi ketika ada buah yang tertinggal ataupun hilang untuk
mengetahui pemanen dan asal kapveld tandan tersebut. Brondolan yang telah
dikutip dari piringan dikumpulkan di TPH disamping TBS. TPH perlu diawasi
untuk mengurangi risiko buah hilang atau buah tidak terangkut. Mandor panen
bertanggung jawab mencatat TBS di TPH guna menentukan prestasi pemanen
pada hari tersebut.
Transportasi. Pengangkutan TBS ke PKS menggunakan mobil kebun.
Waktu dan jumlah angkutan per hari ditetapkan sehari sebelum panen oleh
mandor panen. Perencanaan transportasi dapat ditentukan dari taksasi produksi
harian.TBS dan brondolan diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) dalam keadaan
baik dengan memperhatikan jadwal pengiriman sehingga meminimalisasi buah
terlambat diolah di PKS. TBS yang sudah dipanen harus segera diangkut dan
diolah pada hari yang sama untuk mendapat mutu minyak yang baik karena
semakin lama TBS diolah akan meningkatkan Asam Lemak Bebas (ALB) minyak.
Jika ALB tinggi akan mengurangi mutu minyak sawit.
Afdeling I Kebun Rambutan berjarak 5 km dari pabrik kelapa sawit.
Kapasitas truk yang disediakan adalah 6 ton. Waktu untuk memuat TBS satu truk
16

adalah 2 jam, bongkar pabrik 1 jam. Waktu tempuh truk dari kebun ke PKS adalah
30 menit. Total waktu yang dibutuhkan satu trip adalah 2+1+0.5 jam = 3.5 jam.
Satu hari kerja truk (10 jam) = 10/3.5 x 1 trip =3 trip. Dengan demikian,
dalam 1 hari kerja sebuah truk mampu mengangkut 3 x 6 ton =18 ton. Jika dalam
1 hari produksi TBS di afdeling I sebanyak 35 ton maka truk yang dibutuhkan
sebanyak 2 buah.

(a) (b)

(c ) (d)

(e)
Gambar 5 Beberapa aktivitas dalam kegiatan panen kelapa sawit: pengutipan
brondolan (a); pengangkutan tandan ke TPH (b); penyusunan buah
di TPH (c); penomoran dan pemotongan tandan (d); pengangkutan
TBS ke truk (e)
17

Premi. Premi diberikan sebagai penghargaan yang diberikan kepada


pemanen yang telah mencapai basis tugas. Premi bertujuan untuk menambah
semangat pemanen dalam berproduksi tinggi, baik kualitatif maupun kuantitatif
serta meningkatkan pendapatan karyawan pemanen sesuai dengan jumlah dan
mutu hasil yang diperoleh. Kategori yang mendapatkan premi adalah TBS dan
brondolan.
Prestasi normal adalah kemampuan pemanen yang bekerja secara optimal
selama 7 jam kerja. Basis tugas adalah batas prestasi minimum (kg Hk-1) yang
dicapai pemanen. Setiap pemanen wajib untuk mencapai basis tugas yang telah
ditetapkan perusahaan. Basis tugas diberikan kepada pemanen sebesar 70% dari
prestasi normal (PN) untuk areal tanah rata sampai bergelombang dan untuk areal
berbukit 80 % dari prestasi normal tanah rata sampai bergelombang (Tabel 4).
Premi panen juga diberikan pada mandor I, krani produksi, krani transport,
krani afdeling dan mandor panen. Besaran premi untuk supervisi dapat dilihat
dalam Tabel 5. Distribusi basis tugas disesuaikan dengan penyebaran produksi
bulanan.

Tabel 4 Standar prestasi normal dan basis tugas kegiatan setiap panen
Basis tugas (BT) kg.TBS
Tanaman Prestasi normal
Tanah rata s.d Areal berbukit s.d
menghasilkan (PN)
bergelombang curam
(TM) kg TBS HK-1
(70% x PN) (80% x BT tanah rata)
TM 1-3 400 280 224
TM 4-8 800 560 448
TM 9-13 1 300 910 728
TM 14-20 1 200 840 672
TM 21-24 1 000 700 560
TM > 24 800 560 448
Sumber : Kantor afdeling I, Kebun Rambutan 2014
BT Tanah Rata s.d Bergelombang = PN X 70%; BT Areal Berbukit s.d curam
= BT Tanah Rata x 80%

Tabel 5 Penetapan premi supervisi dikaitkan dengan premi dari yang diawasi

Supervisor Volume Perhitungan premi


Mandor panen < 10 HK 150% rata rata premi pemanen
Krani transport < 10 HK 110% rata rata premi pemanen
Krani produksi 110% rata rata premi krani transport
Krani afdeling 110% rata rata premi krani produksi
Mandor I 150% rata rata premi mandor panen
Sumber : Kantor afdeling I, Kebun Rambutan 2014
18

Tabel 6 Prestasi kerja mahasiswa pada saat menjadi BHL dan BHL

Prestasi kerja sd
a
Aktivitas (ha HK-1) Selisih
Mhs BHL
Pengendalian gulma manual 0.09 0.40 0.31
Pengendalian gulma manual 0.10 0.50 0.40
Pengendalian gulma manual 0.10 0.50 0.40
Dongkel anak kayu 0.20 0.40 0.20
Dongkel anak kayu 0.25 0.50 0.25
Rata-rata sd 0.150.07 0.460.05 0.31 0.09
a
Data diperoleh dari dua orang mahasiswa yaitu penulis dan Imdad Julian

Tabel 6 menunjukkan kemampuan mahasiswa untuk mengerjakan


pengendalian gulma dan dongkel anak kayu dibandingkan dengan kemampuan
BHL berada di antara 0.31 0.09 ha. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
mahasiswa masih jauh di bawah BHL. Tingginya kinerja BHL hal ini disebabkan
pengalaman yang lebih banyak dibandingkan mahasiswa.

Aspek Manajerial

Kegiatan manajerial yang dilakukan selama kegiatan magang meliputi


diskusi dengan mandor dan asisten afdeling, memberikan motivasi dan arahan
kepada BHL dan pemanen, pengawasan kegiatan panen, pupuk, pengendalian
gulma kimia, penyiangan gulma manual dan pengangkutan TBS serta
menyampaikan keadaan lapangan kepada asisten afdeling.

Pendamping Mandor
Mandor memiliki tugas untuk mengawasi pekerjaan karyawan yang berada
di bawah tanggung jawabnya. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi
pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan lapangan karyawan
penyemprotan gulma (chemis), pengendalian gulma manual, pengendalian hama
dan penyakit, dongkel anak kayu, dan pemanenan (Lampiran 5). Pengawasan
yang dilakukan yaitu dengan membuat catatan mengenai pekerjaan pada hari
tersebut. Catatan tersebut meliputi jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan
bahan, pencapaian pekerjaan yang diselesaikan pada hari tersebut dan kendala
yang dihadapi. Catatan ini kemudian diperiksa oleh asisten afdeling untuk
dievaluasi bersama mandor. Hasil evaluasi pekerjaan hari itu akan disampaikan
pada apel pagi keesokan harinya.
Mandor Pemeliharaan. Tugas mandor pemeliharaan adalah mengawasi
kegiatan pemeliharaan agar sesuai dengan instruksi kerja dan dapat mencapai
target prestasi kerja serta norma yang ditetapkan perusahaan. Mandor
pemeliharaan diserahkan kepada dua orang berdasarkan umur tanaman yaitu
tanaman kelapa sawit muda (< 8 tahun) dan tanaman kelapa sawit tua (> 8 tahun).
Pengawasan mandor pemeliharaan meliputi penyemprotan gulma (chemis),
19

pengendalian gulma manual, pemupukan, dongkel anak kayu, dan pengendalian


hama ulat kantong. Kegiatan yang yang dilakukan selama menjadi pendamping
mandor pemeliharaan adalah mengawasi pekerjaan lapangan karyawan dengan
instruksi mandor pemeliharaan mengenai norma kerja dan prestasi kerja yang
harus dicapai setiap kegiatan.
Kendala yang ditemukan selama melaksanakan tugas sebagai pendamping
mandor pemeliharaan adalah perlu peningkatan komunikasi kerja antara karyawan
dan mandor. Kurangnya komunikasi menyebabkan pemberian arahan tugas yang
diterima karyawan menjadi tidak optimal sehingga membuat pekerjaan mengalami
keterlambatan. Kendala lainnya adalah sulitnya memberikan pengarahan
mengenai norma kerja yang sesuai dengan instruksi kerja dan semangat kerja yang
kurang dari para BHL dalam mencapai target kerja.
Mandor Panen. Mandor panen memiliki tugas mengawasi kegiatan panen
mulai dari perencanaan hingga pengumpulan TBS ke TPH. Mandor panen
bertanggung jawab dalam pencapaian target produksi yang ditetapkan perusahaan.
Kegiatan selama menjadi pendamping mandor panen adalah mengawasi kegiatan
panen di lapangan dan menghitung angka kerapatan panen. Catatan pengawasan
panen meliputi jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat seperti dodos, egrek, gancu
dan angkong selanjutnya jumlah TBS yang dipanen oleh setiap pemanen, jumlah
seluruh TBS yang dipanen, membantu perhitungan AKP, dan kendala yang
dihadapi pada kegiatan panen pada hari tersebut. Catatan kemudian akan diperiksa
kepada asisten afdeling dan kemudian akan dievaluasi pada apel pagi keesokan
hari.
Kendala yang ditemukan selama menjadi pendamping mandor panen adalah
pemanen yang perlu mendapat sosialisasi mengenai semangat dan etos kerja
sehingga dapat mencapai prestasi kerja maksimal sehingga meningkatkan
produksi kebun.

Tabel 7 Prestasi pengawasan BHL oleh mahasiswa pada saat menjadi pendamping
mandor

Aktivitasa Jumlah Luas Waktu Prestasi


BHL areal (ha) kerja (jam) (ha jam-1)
(orang)
Pembuatan piringan TBM 23 9.60 3.0 3.20
Pengendalian gulma herbisida 9 8.70 3.0 2.90
Pengendalian gulma manual 16 6.70 3.5 1.91
Pemupukan TBM 2013 11 28.30 4.5 6.29
Pemupukan TM 1995 12 32.21 3.0 10.74
Pemupukan TM 2006 12 29.20 3.5 8.34
Pemanenan TM 2006 8 25.00 5.0 5.00
Pemanenan TM 2011 5 9.50 5.0 1.90
a
Data diperoleh dari dua orang mahasiswa yaitu penulis dan Imdad Julian

Hasil pengawasan BHL oleh mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa


mampu mengawasi rata-rata 4.91 ha dalam satu jam pekerjaan (Tabel 7). Hasil
pengawasan tergantung kepada jenis pekerjaan dan lama pekerjaan berlangsung.
Pekerjaan pemupukan mencapai luasan yang lebih dari target membutuhkan
20

pengawasan yang lebih intensif yaitu mengikuti alur pemupukan dengan


mengarahkan BHL sesuai dengan peta pemupukan pada hari tersebut.

Pendamping Asisten Afdeling


Asisten afdeling adalah pemimpin untuk setiap afdeling. Asisten afdeling
memiliki tanggung jawab dan wewenang yang pelaksanaannya dilaporkan kepada
asisten kepala dan manager. Tanggung jawab asisten afdeling adalah menjamin
kebijakan mutu, lingkungan, tata nilai yang diterapkan oleh seluruh karyawan di
afdeling. Asisten afdeling juga bertanggung jawab merencanakan,
mengorganisasikan, dan mengevaluasi kerja pemeliharaan tanaman (Lampiran 6
dan 7). Wewenang asisten afdeling adalah memberikan masukan kepada Asisten
Tanaman terhadap kesalahan pekerja dan memberi pengarahan serta peringatan
kepada pekerja yang tidak disiplin.
Kegiatan selama menjadi pendamping asisten adalah melakukan
pengawasan terhadap mandor pemeliharaan dan mandor panen. Catatan
pengawasan selama menjadi pendamping asisten adalah seluruh kegiatan lapangan
pada pos yang ditugaskan. Catatan pengawasan pada kegiatan pemupukan
meliputi ketepatan waktu pupuk tiba di lokasi, pembuatan supplay point oleh
mandor pemeliharaan dan mandor pemborong, pelangsiran pupuk, penyebaran
tenaga kerja dan proses penaburan pupuk. Catatan pengawasan pada kegiatan
pemanenan yaitu meliputi ketepatan waktu pemanen tiba di hancak masing-
masing, pengarahan oleh mandor panen, kriteria TBS yang dipanen, dan kendala
yang dihadapi selama proses pemanenan.
Kendala yang ditemukan adalah mandor yang belum sepenuhnya tegas
terhadap pekerja dan masih mentolerir kesalahan yang dilakukan pekerja tanpa
diikuti dengan teguran dan pinalti. Hal ini dilihat dari karyawan yang tidak
mengikuti instruksi kerja saat melakukan pemupukan, tidak memakai alat
pelindung diri (APD) saat melakukan pemanenan dan penyemprotan hama.
Seharusnya ketika menemukan karyawan yang tidak mematuhi peraturan,
karyawan tersebut diberi peringatan yang dimulai dari peringatan ringan hingga
peringatan keras diikuti dengan pinalti. Hal ini dilakukan agar proses kerja
berjalan lancar. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu masih ada panen buah
mentah oleh pekerja. Panen buah mentah terjadi saat musim buah jarang (track)
dan pekerja mengejar target panen tanpa melihat kriteria buah matang panen.
Mandor panen sebaiknya memberikan peringatan terhadap pekerja yang
melakukan buah mentah. Dengan demikian perlu adanya upaya manajemen untuk
meningkatkan kemampuan mandor dalam manejemen tenaga kerja.
21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Produksi

Proses produksi diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang telah


direncanakan. Manajemen produksi berkaitan dengan kegiatan teknis dan
manajerial panen. Kegiatan panen dalam perkebunan kelapa sawit mencakup
kegiatan-kegiatan persiapan sebelum pemotongan TBS hingga kegiatan setelah
pemotongan TBS.
Manajemen produksi kebun kelapa sawit dilakukan menggunakan asumsi-
asumsi yang telah ditetapkan perusahaan seperti Angka Kerapatan Panen (AKP),
rotasi panen, Berat Tandan Rata-rata (BTR), hari potong, luas hanca, prestasi
pemanen dan jumlah armada angkut. Asumsi-asumsi tersebut kemudian
diformulasikan untuk menghasilkan anggaran yaitu perkiraan produksi sehingga
kegiatan panen akan berjalan dengan baik.
Taksiran yang dibuat oleh setiap kebun menjadi perencanaan kegiatan panen
selanjutnya. Norma yang ditetapkan PTPN III adalah realisasi yang diperoleh
berada di atas atau di bawah taksiran sebesar 5 %. Hal ini ditetapkan agar taksiran
yang direncanakan tidak terlalu besar dan tetap efektif. Perencanaan panen
mencakup jumlah tenaga pemanen yang akan dipakai, luas kapveld yang akan
dikerjakan dan jumlah armada yang harus disediakan. Pengorganisasian panen
dibuat oleh asisten afdeling, mandor I dan mandor panen berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan panen dilakukan oleh tenaga pemanen,
tenaga transportasi dan krani cek sawit (KCS) dengan berdasarkan target produksi
pada hari tersebut yang diawasi oleh mandor panen, mandor I dan asisten afdeling.
Tabel 8 menggambarkan taksiran dan realisasi produksi TBS Afdeling I bulan
Mei 2014.

Tabel 8 Taksiran dan realisasi produksi TBS Afdeling I Mei 2014

Produksi TBS (kg) Berat


Tahun HK Hari
Luas Taksiran Realisasi tandan
tanam panen potong
(kg TBS-1)
1993 145.72 930 000 523 030 15.64 106 11
1994 96.15 590 300 536 340 18.09 76 10
1995 173.30 1 084 200 829 870 18.12 88 15
2006 213.10 2 277 430 1 106 640 10.49 210 23
2011 34.30 - 37 280 - 24 14
Total 662.57 4 881 930 2 995 880 - 504 73
Sumber : Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014
Tabel 8 menunjukkan bahwa produksi TBS Afdeling I pada bulan Mei
berada di bawah taksiran sebesar > 5 %. Hal ini menunjukkan efektivitas
manajemen panen di Afdeling I masih dapat ditingkatkan. Total hari potong
Afdeling I pada bulan Mei 2011 adalah sebanyak 73 hari dan jumlah HK panen
sebanyak 504 HK. Rotasi panen yang ditetapkan oleh afdeling I adalah 5 hari
dengan lama kerja 7 jam. Namun kurangnya tenaga pemanen menyebabkan hari
22

potong melebihi hari efektif panen. Kekurangan tenaga pemanen menyebabkan


target produksi tidak dapat tercapai.

Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Produktivitas menunjukkan kemampuan produksi kelapa sawit yang


ditentukan oleh faktor budidaya, pemeliharaan tanaman, dan manajemen panen.
Budi daya adalah usaha memanipulasi lingkungan menjadi suatu keadaan yang
mampu memacu pertumbuhan dan produksi yang optimal, termasuk teknik
perlakuan yang tepat untuk tanaman. Faktor yang termasuk kegiatan budi daya
adalah penyediaan bahan tanam, pembukaan lahan, dan penamanan bibit kelapa
sawit.
Upaya peningkatan produktivitas tanaman dari faktor budidaya adalah
memperbaiki lingkungan, pengelolaan air, dan kesuburan tanah serta pemuliaan
tanaman yang dilakukan untuk mendapat hasil panen yang baik. Potensi produksi
kelapa sawit akan baik jika berada di lingkungan yang sesuai.
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penunasan, pemeliharaan jalan,
dan saluran air. Pemeliharaan dilakukan untuk mengatur keseimbangan ekosistem
dan kesuburan tanah.
Manajemen panen bertujuan mencapai sasaran panen dengan mengelola
produksi yaitu TBS serta mempertahankan produktiitas yang akan datang.
Manajemen panen yang baik memperhatikan kegiatan panen yang meliputi
persiapan di kebun, penurunan TBS, pengumpulan, sortasi, dan pengangkutan
TBS serta organisasi tenaga pemanen.

Tabel 9 Produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit tahun tanam 1994 dan
tahun tanam 2006 pada tahun 2009-2013 pada Kebun Rambutan PTPN III
Tahun 1994 (TM 17) 2006 (TM 5)
Produksi (ton) Produktivitas Produksi Produktivitas
(ton ha-1) (ton) (ton ha-1)
2009 6 752.60 18.77 1 322.11 3.36
2010 7 522.99 20.92 5 134.70 13.06
2011 7 391.39 20.55 6 565.16 16.69
2012 6 811.07 18.94 7 329.40 18.64
2013 6 175.40 17.26 7 108.25 18.07
Sumber : Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014; TM: Tanaman menghasilkan

Tabel 9 menunjukkan bahwa produktivitas tahun tanam 1994 secara umum


mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Hal ini diduga tahun tanam 1994
yang sudah mencapai umur produktif maksimum. Produksi dan produktivitas
tahun tanam 2006 secara umum meningkat pada 5 tahun terakhir.
Kebun Rambutan PTPN III dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
lahan melalui yaitu pemupukan yang tepat dosis dan tepat waktu dan organisasi
tenaga pemanen yang sesuai dengan usia dan kemampuan karena ditemukan
tenaga pemanen yang sudah memasuki usia lanjut di lapang yang akan
mempengaruhi kemampuan panen.
23

Produksi Biomassa

Kebun sawit memproduksi biomassa selain TBS. Produksi biomassa


tersebut dapat menjadi salah satu indikator produktivitas kebun. Produksi
biomassa tersebut menjadi aspek khusus yang diteliti.
Biomassa adalah total jumlah produksi di atas permukaan tanah pada suatu
pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown
1997). Produktivitas biomassa kebun merupakan hasil perhitungan dari
pengukuran biomassa batang, daun, dan tumbuhan bawah yaitu gulma.
Pelaksanaan berbeda dengan metode yang diusulkan dalam proposal sebelumnya
karena alasan teknis, yakni kegiatan penebangan tidak dapat dilakukan demikian
juga untuk pengukuran bahan kering biomassa gulma. Seluruh perhitungan
produksi biomassa didasarkan pada pendugaan biomassa dengan menggunakan
referensi pustaka yang ada.
Pengamatan biomassa dilakukan dengan sampling tanaman kelapa sawit
dalam tiga blok berbeda pada dua tahun tanam yang berbeda. Pengamatan
mengambil tanaman dengan umur 20 tahun dan 8 tahun. Pengambilan sample
tanaman untuk melakukan pengukuran diameter batang dan tinggi serta
pengambilan gulma dilakukan pada tahun tanam 1994 dan 2006. Pengukuran
diameter dilakukan pada 130 cm dari permukaan tanah dan tinggi dihitung mulai
permukaan tanah hingga ujung batang (Gambar 6a dan 6b). Masing-masing tahun
tanam diambil 30 tanaman dari 3 blok berbeda dengan karakter agronomis yang
hampir sama seperti jumlah pelepah, tidak kerdil, dan sehat. Pada tahun tanam
1994, sample diambil dari blok 300, 310 dan 320 sedangkan tahun tanam 2006
sample diambil dari blok 270, 290 dan 300 dan semua blok memiliki lingkungan
tumbuh yang hampir sama. Selanjutnya pendugaan biomassa dilakukan untuk
setiap tanaman sample kemudian diambil rata-rata untuk setiap tahun tanam
kemudian dikonversikan ke dalam satuan luas yaitu ha sesuai dengan populasi
masing-masing tahun tanam pada setiap blok. Data pengukuran biomassa dapat
dilihat pada Lampiran 7 dan 8.

(a) (b)
Gambar 6 Kegiatan pengukuran lingkar batang (a) dan tinggi tanaman (b)

Biomassa Sawit
Biomassa kebun kelapa sawit terdiri atas Tandan Buah Segar (TBS) dan
organ vegetatif (non TBS). Sumber biomassa TBS yaitu janjangan kosong, serat
(fiber), cangkang kernel dan biji. Sumber biomassa organ vegetatif (non TBS)
yaitu batang, akar, pelepah, daun dan gulma.
24

Setiap produksi 5 ton TBS dapat menghasilkan 1 ton CPO. Secara umum
proses produksi 1 ton TBS menghasilkan 0.23 ton janjangan kosong dan 0.65 ton
palm oil mill effluents (POME) sebagai sisa (Stichnothe dan Schuchardt 2011).
Sisa pengolahan TBS sebagian menjadi pupuk organik yang dikembalikan ke
lahan. Pemanfaatn hasil dan sisa tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar
7.

Gambar 7 Berbagai hasil pemanfaatan kelapa sawit


(Sumber: bioenergyconsult.com)

Pendugaan biomassa daun sesuai referensi yaitu 20 % biomassa batang


(Brown 1997). Hasil pendugaan keseluruhan menunjukkan bahwa biomassa sawit
pada tahun tanam 1994 (20 tahun) lebih tinggi dibandingkan tahun tanam 2006 (8
tahun), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Biomassa sawit pada masing-masing tahun tanam

Berat kering biomassa


Sumber Biomassa
TT.1994 (ton ha-1) TT.2006 (ton ha-1)
Pohon 124.79 81.86
Daun (20% pohon)a 24.96 16.37
Jumlah 149.75 98.23
a
Sumber : Brown (1997); TT: Tahun tanam
25

Pengukuran pendugaan biomassa kelapa sawit yang dilakukan pada tahun


tanam berbeda dapat dilihat bahwa biomassa sawit pada tahun tanam 1994 yaitu
sebesar 149.75 ton ha-1 berat kering (BK) dan pada tahun tanam 2006 yaitu
sebesar 98.23 ton ha-1 berat kering (BK) tanpa TBS dan akar.
Produksi biomassa di sebuah kebun sawit atau luasan menunjukkan
kemampuan fotosintesis tanaman pada tahun tanam yang berbeda, semakin tua
umur tanaman semakin banyak karbon yang dihasilkan dan akan menambah
biomassa tanaman tersebut. Biomassa menunjukkan kemampuan fotosintesis
karena biomassa terbentuk dari hasil fotosintesis, yang ditunjukkan dengan
bertambahnya diameter dan tinggi pohon tanaman.
Tanaman 1994 memiliki produksi biomassa yang lebih besar daripada
tanaman 2006. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan umur mempengaruhi
biomassa. Menurut Asari (2013), terdapat hubungan yang kuat antara umur
tanaman, tinggi dan diameter batang dengan biomassa di atas tanah.
Pendugaan produksi biomassa melalui estimasi tinggi tanaman dan diameter
batang sebelumnya dilakukan oleh Zunaidi (2009) yang dilakukan di Kebun Sawit
Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara dan Wardani (2013) di Kebun Sawit Sei Air
Hitam, Riau melalui metode destruktif (pembongkaran) dengan kondisi lahan
yang hampir sama yaitu lahan mineral dan oleh Yulianti (2009) yang dilakukan di
Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara dengan kondisi lahan adalah lahan
gambut. Perbandingan pendugaan produksi biomassa dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Perbandingan biomassa kelapa sawit hasil pengukuran dan data sekunder
Berat kering biomassa
Tahun tanam Jenis tanah
(ton ha-1)
1991a 33.07 Tanah gambut
1994 149.75 Tanah mineral
1995b 88.01 Tanah mineral
c
1995 76.75 Tanah mineral
2006 98.23 Tanah mineral
a b c
Sumber: Yulianti 2009 ; Zunaidi 2009 ; Wardani 2013

Pengukuran potensi biomassa pada pengamatan ini lebih besar dibandingkan


tiga pengamatan sebelumnya. Yulianti (2009) dan Wardani (2009) melakukan
pengamatan pada umur tanam yang sama dengan kondisi lahan yang berbeda dan
menghasilkan berat kering biomassa yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi lahan mempengaruhi potensi biomassa suatu pemanfaatan lahan.
Potensi biomassa yang terukur lebih tinggi dibandingkan pengukuran
sebelumnya. Pengukuran sebelumnya dilakukan oleh Yulianti (2009) pada lahan
gambut dan umur tanam 18 tahun. Pengukuran oleh Zunaidi (2009) pada lahan
mineral dan umur tanam 14 tahun sedangkan Wardani (2013) pada lahan mineral
dan umur tanam 18 tahun dengan metode destruktif. Hal ini menunjukkan bahwa
potensi biomassa dipengaruhi oleh umur tanaman dan kondisi lahan.

Gulma Kebun Sawit


Gulma sebagai tumbuhan penutup tanah turut menyumbang produksi
biomassa pada kebun sawit. Menurut Hairiah dan Rahayu (2011) berdasarkan
26

keberadaan di alam, komponen penyimpanan karbon di atas permukaan tanah


dengan proporsi terbesar hingga terkecil yaitu meliputi biomassa pohon, biomassa
tumbuhan bawah yaitu gulma, nekromassa, dan serasah.
Pada pengamatan ini, nekromassa dan serasah tidak dilakukan dengan
alasan proporsi yang kecil terhadap biomassa kebun kelapa sawit. Pengamatan
gulma yaitu meliputi jenis gulma dominan dan komposisi gulma tersebut di kebun
kelapa sawit. Secara umum terlihat keadaan areal tanam 1994 memiliki lebih
banyak populasi gulma dibandingkan areal tanam 2006 yang terlihat lebih bersih
(Gambar 8).

(a) (b)
Gambar 8 Keadaan areal pada tahun tanam 1994 dan 2006

Pengamatan gulma menggunakan metode kuadran dengan ukuran 1 m x 1


m pada 3 blok berbeda pada tahun tanam 1994 dan 2006. Kuadran diambil satu
untuk setiap blok pengamatan yaitu mewakili rata-rata 30 ha. Pengamatan
menunjukkan bahwa gulma yang tumbuh pada areal tahun tanam 1994 dan 2006
tidak jauh berbeda. Amaranthus dubius L merupakan gulma dominan pada areal
tahun tanam 1994 dengan nilai SDR sebesar 21.95%. Axonopus compresus (Sw.)
Beauv merupakan gulma dominan pada areal tahun tanam 2006 dengan nilai SDR
yaitu sebesar 40.16% Setaria plicata (Lam.) T. Cooke adalah gulma dengan
komposisi terkecil pada areal tanam 1994 dan 2006 dengan nilai SDR 3.86% dan
4.83%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12 Jenis gulma pada tahun tanam 1994

Jumlah Frek KN FN SDR


Jenis Gulma
I II III (%) (%) (%)
Amaranthus dubius L. 32 25 28 85 3x 28.91 15 21.95
Axonopus compressus (Sw.) Beauv 20 23 27 70 3x 23.81 12 17.90
Clidemia hirta (L.) D. Don 10 7 - 17 2x 5.78 10 7.89
Cyperus kyllingia 3 18 21 42 3x 14.28 15 14.64
Mimosa pudica L. 3 1 1 5 3x 1.70 15 8.35
Nephrolepis biserata (Sw.) Schott 7 - - 7 1x 2.38 5 3.69
Oxalis barrelieri L. 14 - 14 28 2x 9.52 10 9.76
Paspalum conjugatum Berg. - 10 22 32 2x 10.88 10 10.44
Passiflora foetida L. - - - - - - - -
Setaria plicata (Lam.) T. Cooke - 8 - 8 1x 2.72 5 3.86
Jumlah 294 20 x 100.00

= jumlah I+II+III; Frek= frekuensi gulma pada 3 kuadran; KN = kerapatan nisbi;


FN = frekuensi nisbi
27

Tabel 13 Jenis gulma pada tahun tanam 2006

Jumlah Frek KN FN SDR


Jenis Gulma I II III (%) (%) (%)
Amaranthus dubius L. 23 9 13 45 3x 30 25.00 27.50
Axonopus compressus (Sw.) Beauv 29 24 30 83 3x 55.33 25.00 40.16
Clidemia hirta (L.) D. Don - - - - - - - -
Cyperus kyllingia 5 - - 5 1x 3.33 8.33 5.83
Mimosa pudica L. 3 - - 3 1x 2.00 8.33 5.16
Nephrolepis biserata (Sw.) Schott 6 - 1 7 2x 4.67 16.67 10.67
Oxalis barrelieri L. - - - - - - - -
Paspalum conjugatum Berg. - - - - - - - -
Passiflora foetida L. - 5 - 5 1x 3.33 8.33 5.83
Setaria plicata (Lam.) T. Cooke - - 2 2 1x 1.33 8.33 4.83
Jumlah 150 12 x 100.00

= jumlah I+II+III; Frek= frekuensi gulma pada 3 kuadran; KN = kerapatan nisbi;


FN = frekuensi nisbi

Setiap gulma yang diperoleh dalam kuadran kemudian diambil dan


ditimbang dan didapatkan bobot basah gulma untuk masing-masing areal tahun
tanam. Bobot basah dalam setiap kuadran kemudian dikonversikan ke luasan satu
ha kemudian dikurangi dengan luas piringan pada masing-masing areal tahun
tanam. Bobot basah gulma dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Bobot basah gulma kebun sawit pada tahun tanam 1994 dan 2006
Tahun tanam Blok Bobot basah per Jumlah bobot
kuadran (g m-2) basah (ton ha-1)a
300 685
1994 310 710 6.43
320 835
270 530
2006 290 395 4.57
300 645
a
tidak termasuk piringan

Tabel 14 menunjukkan bahwa bobot basah gulma pada areal tahun tanam
1994 lebih besar yaitu 6.43 ton ha-1 dibandingkan pada areal tahun tanam 2006
yaitu sebesar 4.57 ton ha-1. Pendugaan produksi biomassa kebun seharusnya
menggunakan bobot kering gulma sebagai potensi biomassa tumbuhan bawah,
namun keterbatasan alat menyebabkan gulma tidak dapat dioven.
Gulma dapat digunakan sebagai salah satu potensi biomassa dalam
pengukuran cadangan karbon. Pengamatan sample gulma dengan metode kuadran
menunjukkan bahwa gulma yang berada pada areal tanaman 1994 memiliki bobot
basah yang lebih tinggi yaitu 6.43 ton dibandingkan dengan areal tanaman 2006.
Hal ini terjadi karena kondisi areal tanaman 1994 yang merupakan tanaman tinggi
sehingga lebih banyak mendapat cahaya hingga ke permukaan tanah. Areal
tanaman 2006 dengan kondisi tajuk yang sudah saling bertemu sehingga
permukaan tanah mendapat sedikit cahaya matahari. Menurut Sembodo (2010),
28

kondisi pertumbuhan gulma sangat beragam dalam suatu areal. Sehingga gulma
yang mampu tumbuh adalah gulma yang adaptif terhadap kondisi tertentu.
Pada tahun 1994, pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak kebun tidak
memiliki rotasi yang intensif seperti pada areal tahun tanam 2006. Hal ini turut
mempengaruhi perkembangan gulma pada kedua areal.
Produksi biomasa kebun sawit pada pengamatan ini mengambil dua
komponen yaitu biomassa pohon dan gulma sebagai tumbuhan bawah, dua
komponen tersebut diambil dari empat komponen yang dinyatakan oleh Hairiah
(2010) yaitu biomassa pohon nekromassa, serasah, dan gulma sebagai tumbuhan
bawah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa biomassa pohon
dan bobot basah gulma meningkat sesuai perkembangan dengan umur tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Manajemen produksi di Kebun Sawit Rambutan sudah cukup baik namun


demikian masih perlu peningkatan terutama dalam kegiatan pengendalian mutu
panen. Terdapat perbedaan produksi biomassa terutama antar tahun tanam dari
biomassa kelapa sawit dan gulma yang ada. Bobot biomassa kebun sawit pada
areal tanam 1994 yaitu sebesat 149.75 bobot kering biomassa dalam satuan ton
ha-1 lebih besar dibandingkan areal tanam 2006 yaitu 98.23 ton ha-1 bobot kering
biomassa. Bobot basah gulma pada areal tanam 1994 lebih besar yaitu 6.43 ton
ha-1 lebih tinggi dibandingkan areal tanam 2006 yaitu sebesar 4.57 ton ha-1.
Produksi biomassa kebun sawit pada tahun tanam 1994 lebih besar dibandingkan
dengan tahun tanam 2006.

Saran

Produksi biomassa dapat digunakan sebagai salah satu cara menilai


produktivitas kebun kelapa sawit, perlu dilakukan kajian lebih mendalam
mengenai keberlanjutan neraca biomassa dan kaitan dengan peningkatan
produktivitas kelapa sawit.
29

DAFTAR PUSTAKA

Asari N, Suratman MN, Jaafarm J, Khalid MM. 2013. Estimation of above ground
biomass for palm oil plantation using allometric equations. IACSIT Press
[internet]. [diunduh 2014 1 September]. Tersedia pada: www.ipcbee.com
/vol58/022-ICBEC2013-H3013.pdf
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi perkebunan
Indonesia. [internet]. [diunduh 2014 3 Juni]. Tersedia pada:
http://ditjenbun.pertanian.go.id
Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests: A
primer. UN FAO Forestry Paper 134, Rome, 55 pp. [internet]. [diunduh
2014 10 Juni]. Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/w4095e/w4095e-
00.HTM
Hairiyah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon :dari tingkat lahan ke bentang lahan Petunjuk praktis Edisi kedua..
Malang (ID): World Agroforestry Centre-ICRAF-SEA Regional Office.
Hermantoro H. 2009. Pemodelan dan simulasi produktivitas perkebunan kelapa
sawit berdasarkan kualitas lahan dan iklim menggunakan jaringan syaraf
tiruan. J.Agromet 23 (1): 45-51.
Mangoensoekarjo S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
McKendry P. 2001. Energy production from biomass (part 1); overview of
biomass [internet].[diunduh 2014 7 September]; 83 (2002) 37-46. Tersedia
pada: http://faculty.washington.edu/stevehar/Biomass-Overview.pdf
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Poku K. 2002. Small Scale Palm Oil Processing in Africa.Rome (IT). Food and
agriculture organization of the United Nations [internet]. [diunduh 2014 2
Septmeber]. Tersedia pada: http://www.fao.org.
Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Stichnothe H, Schuchardt F. 2011. Life cycle of two palm oil production systems.
Biomass and Bioenergy. 35(9): 3976-3984.
Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu
Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Jakarta (ID): Gramedia
Verheye W. 2012. Growth and production of oil palm. Soil, plant growth and crop
production. [internet]. [2014 7 September]; Vol 11. Tersedia pada:
www.eolss.net/sample-chapters/c10/e1-05a-27-00.pdf
Wardani GK. 2013. Produksi biomassa kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam, First
Resources Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
53 Hal.
Yulianti N. 2009. Cadangan karbon lahan gambut dari agroekosistem kelapa
sawit PTPN IV Ajamu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara [tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 81 Hal.
30

Zunaidi S. 2009. Kajian potensi kebakaran hutan dan lahan dari aspek biomasa
dan indeks kekeringan di Kabupaten Tapanuli Selatan [tesis]. Medan
(ID): Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 99 Hal.
31

LAMPIRAN
32 32

Lampiran 1 Peta Kebun Rambutan PTPN III

SKALA 1 : 30 000

: tanaman belum menghasilkan (TBM)


: tanaman menghasilkan (TM)
: jalan umum

Sumber: Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014


33

Lampiran 2 Keadaan curah hujan di Kebun Rambutan PTPN III dari tahun 2007-2013

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-Rata


Bulan
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH CH HH
Januari 8 96 2 16 5 105 8 105 13 101 8 13 8 56 7 70
Februari 1 4 1 18 2 28 3 90 6 46 8 29 10 67 4 40
Maret 5 23 14 295 9 105 10 79 17 208 15 119 6 54 11 126
April 8 112 7 137 10 167 5 132 8 98 14 278 13 221 9 163
Mei 11 227 6 184 8 154 7 113 9 183 14 103 7 103 9 152
Juni 5 150 8 168 4 103 12 229 11 123 6 69 8 105 8 135
Juli 9 289 6 118 6 163 10 287 8 155 12 143 8 36 8 170
Agustus 11 218 9 116 7 103 10 192 13 203 11 154 18 146 11 161
September 11 229 10 149 14 357 13 154 10 136 14 171 13 112 12 329
Oktober 18 428 10 215 10 142 11 145 16 207 18 189 20 335 15 237
November 16 428 9 117 14 212 19 361 16 188 14 245 14 214 14 252
Desember 8 278 8 156 6 69 13 126 16 107 13 91 15 289 11 159
Jumlah 111 2 482 90 1 689 95 1 708 121 2 013 143 1 755 147 1 604 140 1 738 121 1 998
BB 8 10 10 10 10 8 3
BK 1 2 1 0 1 2 8
Sumber : Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014

Keterangan :
BB = Bulan Basah (Curah hujan > 100 mm)
BK = Bulan Kering ( Curah hujan < 60 mm)
CH = Curah Hujan ( mm)
HH = Hari Hujan (hari)
Lampiran 3. Struktur organisasi afdeling

34

Sumber: Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014


34
35

Lampiran 4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara

Prestasi Kerja (satuan/HK)


Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
10-02-14 Mengantar surat izin magang - - - Kantor Kebun
11-02-14 Menemui manager dan asisten kepala - - - Kantor Kebun
12-02-14 Menemui mandor I Afd.I - - - Kantor Afd I
13-02-14 Pengendalian gulma manual 0.09 Ha 0.40 Ha 4 Ha Blok 209
14-02-14 Pengendalian gulma manual 0.1 Ha 0.50 Ha 4 Ha Blok 209
15-02-14 Pengendalian gulma manual 0.1 Ha 0.50 Ha 4 Ha Blok 209
17-02-14 Pengendalian kimia (chemis) 1 kaps 10 kaps 12 kaps Blok 220
18-02-14 Pengendalian kimia (chemis) 1 kaps 10 kaps 12 kaps Blok 220
19-02-14 Pengendalian kimia (chemis) 2 kaps 10 kaps 12 kaps Blok 210
20-02-14 Pengendalian kimia (chemis) - 4 kaps 12 kaps Blok 210
21-02-14 Pengendalian kimia (chemis) - 7 kaps 12 kaps Blok 210
22-02-14 Pengendalian kimia (chemis) - 10 kaps 12 kaps Blok 199
24-02-14 Pengendalian kimia (chemis - 10 kaps 12 kaps Blok 199
25-02-14 Pengendalian kimia (chemis) - 10 kaps 12 kaps Blok 209
26-02-14 Penunasan 2 pkk 31 pkk 66 0kk Blok 290
27-02-14 Penunasan 2 pkk 40 pkk 66 pkk Blok 290
28-02-14 Dongkel Anak Kayu 0.20 Ha 0.4 Ha 2 Ha Blok 320
01-03-14 Dongkel Anak Kayu 0.25 Ha 0.5 Ha 2 Ha Blok 320
03-03-14 Administasi - - - Kantor Afd I
04-03-14 Membaca Instruksi Kerja - - - Kantor Afd I
05-03-14 Pemanenan 1 TBS 83 TBS 240 TBS Blok 260
06-03-14 Pemanenan 2 TBS 115 TBS 240 TBS Blok 270
07-03-14 Pemanenan - 115 TBS 150 TBS Blok 310
08-03-14 Pemanenan - 105 TBS 150 TBS Blok 240
Lampiran 5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara

Prestasi kerja penulis


Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang
Lama kegiatan (jam)
diawasi (orang) diawasi (ha)
11-03-14 Pembuatan piringan TBM 23 9.6 3 Blok 210, 220
12-03-14 Pembuatan piringan TBM 12 4.5 3 Blok 220
13-03-14 Pembuatan piringan TBM 11 4.4 3.5 Blok 220
14-03-14 Pembuatan piringan TBM 30 13.8 2.5 Blok 199
15-03-14 Pembuatan piringan TBM 11 4.5 3 Blok 199
17-03-14 Pemupukan TBM 11 28 .30 4.5 Blok 209
18-03-14 Chemis 9 8.7 3. Blok 210
19-03-14 Pemupukan TBM 11 29 4.5 Blok 189
20-03-14 Pemupukan TBM 11 27.50 4 Blok 199
21-03-14 Penyiangan gulma manual 16 6.7 3.5 Blok 210
22-03-14 Pemanenan TM 2006 6 18 5 Blok 269, 279
24-03-14 Pemanenan TM 2006 8 25 5 Blok 259,260
25-03-14 Pemanenan TM 2011 5 9.50 5 Tahun tanam 2011
26-03-14 Pemanenan TM 2011 4 5.40 5 Tahun tanam 2011
27-03-14 Pemanenan TM 2011 6 7.20 5 Tahun tanam 2011
28-03-14 Pemanenan TM 2011 6 7.40 5 Tahun tanam 2011
29-03-14 Pemanenan TM 2011 4 5.70 5 Tahun tanam 2011
01-04-14 Pemanenan TM 2006 9 27.40 5 Blok 280
03-04-14 Pemanenan TM 2011 4 5.00 5 Tahun tanam 2011 36
04-04-14 Pemanenan TM 2011 5 9.00 5 Tahun tanam 2011
05-04-14 Pemanenan TM 2011 6 7.40 5 Tahun tanam 2011
07-04-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
08-04-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
09-04-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
10-04-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
11-04-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
36
37

Lampiran 6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang Lama kegiatan (jam)
diawasi (orang) diawasi (ha)
12-04-14 Membaca Instruksi Kerja - - 5 Kantor Afd I
14-04-14 Ke Kantor Kebun Rambutan - - - Kantor Kebun Rambutan
15-04-14 Penyiangan gulma manual 23 28.40 3.5 Blok 209
15-04-14 Penyiangan gulma manual 21 23.70 3.5 Blok 209
16-04-14 Chemis 12 13.00 3 Blok 199
17-04-14 Chemis 11 9.70 3 Blok 199
19-04-14 Menemui Manager PKS - - 2 PKS Rambutan
21-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
22-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
23-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
24-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
25-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
26-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
28-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
29-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
30-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
02-05-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
03-05-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
05-05-14 Menyusun data sekunder - - - Kantor Kebun Rambutan
06-05-14 Menyusun data sekunder - - - Kantor Kebun Rambutan
07-05-14 Supervisi Dosen - - Kantor Kebun Rambutan
08-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 300
09-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 310
10-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 320
Catatan:Hari libur tidak termasuk dalam jurnal
Lampiran 6 (lanjutan)
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang Lama kegiatan
diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam)
09-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 310
10-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 320
12-05-14 Ke Kantor Kebun Rambutan - - 3 Kantor Kebun Rambutan
13-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 270,290,300
14-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
16-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
17-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 33.40 3 Blok 330,329
19-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 32.21 3 Blok 299,309
20-05-14 Pembuatan piringan TBM 2013 15 27.60 3.5 Blok 210
21-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 36.35 3 Blok 309,319
22-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 37.59 3 Blok 350,360
23-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
24-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
26-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
28-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
30-05-14 Penyusunan draft skripsi - - 7 Kantor Afd I
31-05-14 Penyusunan draft skripsi - - 7 Kantor Afd I
02-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 28.40 3 Blok 269
03-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 31.40 3.5 Blok 260
04-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 29.20 3.5 Blok 259 38
05-06-14 Penyusunan data sekunder - - 5 Kantor Kebun Rambutan
06-06-14 Penyusunan data sekunder - - 5 Kantor Afd I
07-06-14 Perpisahan - - - Kantor Afd I
08-06-14 Perjalanan pulang - - - Kantor Afd I
Catatan:Hari libur tidak termasuk dalam jurnal
38
39

39

Lampiran 7 Data perhitungan biomasssa pohon kelapa sawit tahun tanam 1994

Blok Inventarisasi Luas No Biomassa pohon Biomassa daun


pohon blok (kg pohon -1)a (kg pohon -1)
300 109 25.75 ha 1 960.99 192.19
2 882.95 176.59
3 1 103.08 220.61
4 1 283.51 256.70
5 1 244.55 248.91
6 1 289.72 257.94
7 967.07 193.41
8 980.10 196.02
9 797.79 159.55
10 839.66 167.93

310 102 32.00 ha 1 1 455.90 291.18


2 996.76 199.35
3 1 363.04 272.60
4 1 698.21 339.64
5 839.66 167.93
6 879.65 175.93
7 1 240.36 248.07
8 766.68 153.34
9 1 577.18 315.43
10 1 035.35 207.07

320 107 32.00 ha 1 839.70 167.94


2 1069.20 213.84
3 2287.90 457.58
4 1986.65 397.33
5 1129.86 225.97
6 1061.04 212.21
7 909.44 181.88
8 1442.84 288.56
9 1520.47 304.09
10 898.12 179.62
a
Perhitungan berdasarkan rumus Hairiah dan Rahayu (2011)
40
Lampiran 8 Data perhitungan biomassa pohon kelapa sawit tahun tanam 2006

Blok Inventarisasi Luas No Biomassa pohon Biomassa daun


pohon blok (kg pohon -1)a (kg pohon -1)
270 137 28.95 ha 1 762.99 152.59
2 619.02 123.80
3 803.89 160.78
4 714.02 142.80
5 508.53 101.70
6 672.14 134.43
7 644.41 128.88
8 697.86 139.57
9 375.35 75.07
10 541.86 108.37

290 129 30.60 ha 1 800.01 160.00


2 625.67 125.13
3 607.20 121.44
4 584.76 116.95
5 537.64 107.53
6 833.97 166.79
7 673.48 134.69
8 572.09 114.42
9 922.64 184.53
10 711.15 142.23

300 124 6.20 ha 1 810.93 162.18


2 461.78 92.35
3 443.58 88.72
4 762.37 152.47
5 613.05 122.61
6 522.46 104.49
7 482.21 96.44
8 601.95 120.39
9 417.45 83.49
10 538.74 107.74
a
Perhitungan berdasarkan rumus Hairiah dan Rahayu (2011)
41
40

RIWAYAT HIDUP

Rifa Annisa Siregar, lahir di Balige, Sumatera Utara tanggal 9 Agustus 1992.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sahdin
Zunaidi Siregar dan Ibu Anna Lely.
Pendidikan formal yang dijalani penulis dimulai dari TK Pertiwi Banda
Aceh pada tahun 1997-1998, pendidikan dilanjutkan di SD Swasta Budisatria
Medan selama 6 tahun, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 12 Medan selama 3 tahun. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada
tahun 2010. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan non akademik,
seperti Himpunan mahasiswa agronomi (Himagron) pada tahun 2011-2012.
Penulis juga berpartisipasi sebagai Organizing Committee dalam Speak Up
Project AIESEC 2013.

Anda mungkin juga menyukai