ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ialah
manajemen produksi, dengan judul Manajemen Produksi Kelapa Sawit: Produksi
Biomassa di Kebun Rambutan PTPN III, Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Edi Santosa, SP MSi
selaku pembimbing atas bimbingan, arahan dan petunjuk selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ir. Teguh selaku Pelaksana tugas (Plt) Manager, Bapak Achmad Effendi
Nasution selaku Asisten Kepala serta Bapak Supriadi selaku pembimbing lapang
yang memberikan pengarahan dan bimbingan selama magang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis
melaksanakan studi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua
Bapak Sahdin Zunaidi Siregar dan Ibu Anna Lely yang selalu memberi semangat
dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
Kepada Imdad Julian Purwanto sebagai teman magang yang telah memberikan
bantuan dan kerjasama selama kegiatan .
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
1 Faktor produksi biomassa kelapa sawit 4
2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia (a) dan pengendalian 10
3 Kegiatan penunasan kelapa sawit 12
4 Kegiatan pemotongan TBS dengan: dodos (a) dan egrek (b) 15
5 Beberapa aktivitas dalam kegiatan panen kelapa sawit: pengutipan
brondolan (a); pengangkutan tandan ke TPH (b); penyusunan buah di
TPH (c); penomoran dan pemotongan tandan (d); pengangkutan TBS ke
truk (e) 16
6 Kegiatan pengukuran lingkar batang (a) dan tinggi tanaman (b) 23
7 Berbagai hasil pemanfaatan kelapa sawit 24
8 Keadaan areal pada tahun tanam 1994 dan 2006 26
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Kebun Rambutan PTPN III 32
2 Keadaan curah hujan di Kebun Rambutan PTPN III dari tahun 2007-
2013 33
3 Struktur organisasi afdeling 34
4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di
Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 35
5 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 36
6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara 37
7 Data pengukuran biomassa pohon kelapa sawit tahun tanam 1994 39
8 Data pengukuran biomassa pohon kelapa sawit tahun tanam 2006 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit
Biomassa
Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian.
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbon dioksida
3
(CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis (McKendry 2001).
Cadangan karbon tanaman kelapa sawit meningkat seiring dengan
bertambahnya umur tanaman. Semakin tinggi cadangan karbon juga berarti
tingkat fotosintesis yang tinggi (Henson 2008).
Menurut Hairiah dan Rahayu (2011), pada ekosistem daratan cadangan
karbon dibedakan atas 2 komponen yaitu cadangan karbon di atas tanah (biomassa
pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromassa dan serasah) dan cadangan karbon
di dalam tanah (biomassa akar dan bahan organik tanah).
Zunaidi (2010) melalui pendugaan biomassa pohon sawit pada kebun sawit
di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara menyimpulkan bahwa pohon
sawit memiliki biomasa tertinggi disusul daun, serasah dan terendah biomasa dari
tumbuhan bawah.
Tenera
Genetik
Pisifera
(varietas)
Dura
Pemeliharaan
tanaman
Populasi
Jarak tanam
Budidaya
Umur
tanaman
Pemupukan
Faktor Produksi
Biomassa Kelapa Sawit Jenis tanah
Tanah Drainase
Pemanfaatan
lahan
Cahaya
matahari
Iklim
Suhu
Kelembaban
Hari hujan
Gambar 1 Faktor produksi biomassa kelapa sawit (diolah dari berbagai sumber)
5
METODE MAGANG
Metode Pelaksanaan
Data umum dan data khusus dikumpulkan. Data khusus adalah data primer
yang dikumpulkan melalui pengamatan dan pengambilan sampling di lapangan.
Pengamatan di lapangan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan diameter batang
tanaman kelapa sawit. Pengamatan lain yaitu vegetasi gulma dengan cara
pengambilan sample yaitu jenis dan bobot basah.
Pengamatan terhadap kelapa sawit yaitu meliputi pengukuran tinggi
tanaman dan diameter batang setinggi dada ( 130 cm dari permukaan tanah).
Data tinggi tanaman dan diameter batang tersebut kemudian menjadi dasar untuk
melakukan estimasi produksi biomassa dalam satu hektar. Pengambilan sample
dilakukan pada sepuluh tanaman contoh untuk setiap blok pada tahun tanam yang
6
KEADAAN UMUM
Profil Perusahaan
Kebun Rambutan memiliki dua jenis tanaman usaha yaitu kelapa sawit dan
karet. Kebun Rambutan memiliki Luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 6 837.67
ha. Luasan ini terbagi dua yaitu sebesar 4 699.91 ha (73.64%) untuk kelapa sawit
dan 1 681.95 ha (26.36%) untuk karet. Areal kebun dibagi menjadi 8 afdeling,
yaitu afdeling I (856.07 ha), afdeling II (633.25 ha), afdeling III (750.65 ha),
afdeling IV (783.05 ha), afdeling V (985.28 ha), afdeling VI (1 099.25 ha),
afdeling VII (534.80 ha) dan afdeling VIII (739.51 ha). Afdeling I dan afdeling VI
adalah afdeling yang tidak mengusahakan tanaman karet. Kebun Rambutan
memiliki pabrik pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel) dengan
kapasitas sebesar 30 ton TBS jam-1.
Tanaman kelapa sawit di kebun Rambutan terdiri atas tahun tanam 2013,
2011, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 1998, 1997, 1996, 1995, 1994
dan 1993. Tahun tanam 1993 akan dilakukan replanting pada bulan Juni 2014.
Luas areal tanaman menghasilkan (TM) atau tahun tanam 1990-2010 adalah
sebesar 4 806.84 ha sedangkan untuk areal tanaman belum menghasilkan (TBM)
atau tahun tanam 2011-2013 adalah sebesar 989.55 ha.
Aspek Teknis
Sebagai buruh harian lepas (BHL), kegiatan diawali dengan apel setiap
pukul 06.00 WIB pagi sebelum ke lapangan. Kegiatan apel pagi dilakukan untuk
mengevaluasi pekerjaan pada hari sebelumnya dan merencanakan pekerjaan yang
akan dilakukan pada hari tersebut. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 WIB hingga
pukul 17.00 WIB. Kegiatan yang diikuti adalah pengendalian gulma, penunasan
dan pemanenan (Lampiran 4).
Pengendalian Gulma
Jenis gulma di Kebun Rambutan Afdeling I adalah gulma berdaun lebar
yaitu Amaranthus dubius L., Clidemia hirta (L.) D. Don, Passiflora foetida L.,
Mimosa pudica L. dan Nephrolepis biserata (Sw.) Schott, gulma teki yaitu Cyperus
kyllingia dan gulma rumput yaitu, Axonopus compresus (Sw.) Beauv, Oxalis
barrelieri L., dan Paspalum conjugatum Berg. Jenis gulma berbeda-beda untuk
setiap jenis lahan dan jenis pemanfaatan lahan. Pertumbuhan gulma pada areal
kebun dapat mengganggu proses pemeliharaan seperti pemupukan dan proses
pemanenan.
(a) (b)
Gambar 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia (a) dan pengendalian
gulma menggunakan cangkul (b)
Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan ini adalah pekerja yang umumnya
wanita berusia lanjut sehingga norma kerja tidak dapat terpenuhi, akibatnya
pekerjaan terhambat dan biaya yang dikeluarkan melebihi dari rencana pekerjaan.
Pengendalian kimia adalah pengendalian gulma dengan cara penyemprotan
pada areal yang telah ditentukan (Gambar 2a). Tujuan pengendalian kimia adalah
membersihkan piringan, mempermudah pelaksanaan panen dan pengangkutan
buah serta mempermudah kegiatan pemeliharaan lainnya.
Kegiatan pengendalian kimia menggunakan alat semprot tipe Solo dan
Micron herbi. Alat semprot tipe Solo digunakan untuk menyemprot piringan,
pasar pikul, dan gawangan memiliki kapasitas 15 liter per tangki. Jenis nozzle
yang digunakan adalah nozzle biru dengan lebar semprot 0.5 m. Alat semprot
tipe Micron herbi lebih efisien dalam pemakaian bahan dan waktu karena butiran
yang berukuran seragam dan sangat halus.
Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dan herbisida
sistemik. Herbisida kontak yang digunakan adalah paraquat dengan merk dagang
Gramoxone berbentuk cairan berwarna hijau tua. Herbisida sistemik yang
digunakan adalah glifosat dengan merk dagang SMART 480 AS berbentuk
cairan berwarna kuning. Dosis herbisida yang diberikan berbeda tergantung
tingkat kerapatan gulma dan tahun tanam. Dosis yang diberikan untuk
pemeliharaan piringan dan gawangan untuk tanaman belum menghasilkan adalah
6075 cc untuk setiap tangki. Rotasi kegiatan pengendalian kimia adalah enam
kali untuk setiap semester pada areal tahun tanam 2013.
Kendala yang dihadapi dalam pekerjaan pengendalian kimia adalah pekerja
yang belum sepenuhnya memahami peraturan kebun seperti aturan kecepatan
berjalan yaitu 50 m menit-1 dan ketinggian semprot yaitu 40 cm dari atas
permukaan tanah.
Penunasan (Prunning)
Penunasan tanaman kelapa sawit adalah perawatan langsung terhadap
tanaman kelapa sawit. Penunasan adalah pemotongan daun pelepah yang tidak
produktif, untuk mempertahankan jumlah daun pelepah sesuai dengan umur
tanaman. Contoh penunasan dapat dilihat pada Gambar 3. Tujuan penunasan
adalah mempertahankan jumlah daun pelepah sesuai dengan umur tanaman,
mempertahankan luas permukaan daun untuk fotosintesis, mempermudah
pemanenan, kebersihan guna mencegah hama dan penyakit dan mencegah
kehilangan brondolan yang menyangkut di daun pelepah. Alat yang digunakan
dalam penunasan adalah dodos, egrek dan kapak.
Pada tanaman dengan umur < 8 tahun jumlah pelepah yang dipertahankan
adalah 56-64 pelepah dengan mempertahankan minimal 3 pelepah di bawah
tandan tertua (songgo 3) dan tanaman dengan umur > 8 tahun jumlah pelepah
yang dipertahankan adalah 4856 pelepah dengan mempertahankan minimal 2
pelepah di bawah tandan tertua (songgo 2). Pelepah yang telah ditunas dipotong
menjadi 2-3 bagian kemudian dikumpulkan dan dirumpuk memanjang searah
dengan barisan tanaman diantara gawangan mati.
Tunas selektif adalah kegiatan menunas pelepah yang tidak berfungsi yaitu
yang terletak rata dengan tanah dan telah menguning atau mengering dan
mmepertahankan 56-64 pelepah. Tunas selektif dilaksanakan bersamaan dengan
12
Pemanenan
Pemanenan adalah kegiatan utama dalam pengusahaan tanaman kelapa
sawit. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut dan mengumpulkan brondolan serta
menyusun Tandan Buah Segar (TBS) di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan
kemudian diangkut ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen.
Rotasi panen. Rotasi panen adalah luasan panen yang harus diselesaikan
dalam waktu tertentu. Rotasi panen ditentukan berdasarkan angka kerapatan
panen, jumlah pemanen, dan kapasitas panen yang ditentukan masing-masing
kebun sesuai dengan kondisi kebun di lapangan. Rotasi panen yang ditetapkan
oleh kebun Rambutan adalah 5/7 untuk semester I yaitu dari bulan Januari sampai
Juni panen dilakukan 5 hari dalam waktu 7 hari dan 6/7 untuk semester II yaitu
bulan Juli sampai Desember panen dilakukan 6 hari dalam waktu 7 hari.
Kerapatan Panen. Angka kerapatan panen (AKP) adalah persentase
tanaman yang dapat dipanen pada satu kapveld. AKP berguna untuk menentukan
kegiatan panen pada hari berikutnya. AKP memberikan informasi mengenai
banyak TBS yang dapat dipanen, perkiraan produksi, jumlah pemanen, dan
jumlah trip pengangkutan. Perhitungan AKP yaitu menentukan blok contoh untuk
setiap kapveld yang akan dipanen, kemudian pohon contoh diambil sebanyak 3
baris tanaman jumlah baris dalam blok tersebut. Seluruh pohon contoh diamati
dan dicatat jumlah tandan matang panen.
= 264 pohon
Jumlah tandan matang = 19 tandan
AKP = Jumlah pohon contoh : 1
Jumlah tandan matang
= 264 : 1
19
= 14 : 1
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah syarat utama untuk
menentukan TBS yang akan dipanen. Kriteria tersebut dapat dilihat dari jumlah
brondolan yang jatuh disekitar piringan. Brondolan yang jatuh adalah brondolan
yang secara alami jatuh bukan dikarenakan oleh serangan hama. Matang panen
akan menentukan kriteria mutu buah di PTPN III dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Rambutan PTPN III
Buah abnormal
Buah banci Muncuk bunga jantan dan bunga betina dalam satu
tandan
Buah mantel Buah berlapis dan tidak memiliki inti
Sumber : Kantor afdeling I Kebun Rambutan PTPN III 2014
Kapveld panen. Kapveld panen adalah luasan areal yang dipanen per hari
yang ditetapkan berdasarkan rotasi panen. Kapveld panen bertujuan untuk
mengetahui luasan areal yang akan dipanen per hari. Kapveld panen ditentukan
berdasarkan kondisi tanaman, topografi, kerapatan buah, kapasitas pemanen, dan
jam kerja. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan kapveld panen
adalah pertimbangan luas kapveld berdasarkan topografi yaitu datar atau
bergelombang, jam kerja yaitu luas areal yang dipanen di afdeling di bagi jumlah
jam kerja satu minggu dikali jam kerja per hari. Kapveld panen dibagi
berdasarkan rotasi panen, dimana bila 5/7 areal dibagi menjadi 5 kapveld untuk
semester I dan 6/7 areal dibagi menjadi 6 kapveld untuk semester II.
Kapveld ditetapkan kepada masing - masing mandoran panen. Mandor
panen masing masing bertanggung jawab menyelesaikan kapveld yang sudah
dibagi atau yang telah ditetapkan. Mandor panen melaporkan kehadiran
angggotanya, jumlah buah yang dipanen, dan luas kapveld panen. Setelah
perhitungan selesai dilakukan, hasil kerja dievaluasi kembali untuk mengetahui
kepastian prestasinya. Pembagian kapveld panen selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3.
Pelaksanaan panen dimulai dengan memanen buah dari tanaman. Alat yang
digunakan untuk menurunkan buah tergantung umur tanaman dan tinggi tanaman.
Pada tanaman muda yaitu tahun tanam 2006 menggunakan dodos dengan cara
didorong sedangkan pada tanaman tua yaitu tahun tanam 1993-1995
menggunakan egrek dengan cara ditarik (Gambar 4).
15
(a) (b)
Gambar 4 Kegiatan pemotongan TBS dengan: dodos (a) dan egrek (b)
Buah yang telah matang akan memiliki brondolan yang jatuh di piringan
pohon. Brondolan harus dikutip untuk diangkut bersama dengan buah (Gambar
5a). Pengangkutan TBS ke TPH menggunakan angkong yang dapat memuat 6-7
TBS (Gambar 5b). TBS yang telah dipanen disusun di TPH dengan lima tandan
dalam satu baris dengan tujuan mempermudah KCS (krani cek sawit) dalam
perhitungan (Gambar 5c). TBS dengan gagang panjang harus dipotong dan
membentuk V atau cangkem kodok dan diberi nomor pemanen di setiap
tandannya (Gambar 5d). Tujuan penomoran pada tandan adalah mempermudah
identifikasi kap inspeksi ketika ada buah yang tertinggal ataupun hilang untuk
mengetahui pemanen dan asal kapveld tandan tersebut. Brondolan yang telah
dikutip dari piringan dikumpulkan di TPH disamping TBS. TPH perlu diawasi
untuk mengurangi risiko buah hilang atau buah tidak terangkut. Mandor panen
bertanggung jawab mencatat TBS di TPH guna menentukan prestasi pemanen
pada hari tersebut.
Transportasi. Pengangkutan TBS ke PKS menggunakan mobil kebun.
Waktu dan jumlah angkutan per hari ditetapkan sehari sebelum panen oleh
mandor panen. Perencanaan transportasi dapat ditentukan dari taksasi produksi
harian.TBS dan brondolan diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) dalam keadaan
baik dengan memperhatikan jadwal pengiriman sehingga meminimalisasi buah
terlambat diolah di PKS. TBS yang sudah dipanen harus segera diangkut dan
diolah pada hari yang sama untuk mendapat mutu minyak yang baik karena
semakin lama TBS diolah akan meningkatkan Asam Lemak Bebas (ALB) minyak.
Jika ALB tinggi akan mengurangi mutu minyak sawit.
Afdeling I Kebun Rambutan berjarak 5 km dari pabrik kelapa sawit.
Kapasitas truk yang disediakan adalah 6 ton. Waktu untuk memuat TBS satu truk
16
adalah 2 jam, bongkar pabrik 1 jam. Waktu tempuh truk dari kebun ke PKS adalah
30 menit. Total waktu yang dibutuhkan satu trip adalah 2+1+0.5 jam = 3.5 jam.
Satu hari kerja truk (10 jam) = 10/3.5 x 1 trip =3 trip. Dengan demikian,
dalam 1 hari kerja sebuah truk mampu mengangkut 3 x 6 ton =18 ton. Jika dalam
1 hari produksi TBS di afdeling I sebanyak 35 ton maka truk yang dibutuhkan
sebanyak 2 buah.
(a) (b)
(c ) (d)
(e)
Gambar 5 Beberapa aktivitas dalam kegiatan panen kelapa sawit: pengutipan
brondolan (a); pengangkutan tandan ke TPH (b); penyusunan buah
di TPH (c); penomoran dan pemotongan tandan (d); pengangkutan
TBS ke truk (e)
17
Tabel 4 Standar prestasi normal dan basis tugas kegiatan setiap panen
Basis tugas (BT) kg.TBS
Tanaman Prestasi normal
Tanah rata s.d Areal berbukit s.d
menghasilkan (PN)
bergelombang curam
(TM) kg TBS HK-1
(70% x PN) (80% x BT tanah rata)
TM 1-3 400 280 224
TM 4-8 800 560 448
TM 9-13 1 300 910 728
TM 14-20 1 200 840 672
TM 21-24 1 000 700 560
TM > 24 800 560 448
Sumber : Kantor afdeling I, Kebun Rambutan 2014
BT Tanah Rata s.d Bergelombang = PN X 70%; BT Areal Berbukit s.d curam
= BT Tanah Rata x 80%
Tabel 5 Penetapan premi supervisi dikaitkan dengan premi dari yang diawasi
Tabel 6 Prestasi kerja mahasiswa pada saat menjadi BHL dan BHL
Prestasi kerja sd
a
Aktivitas (ha HK-1) Selisih
Mhs BHL
Pengendalian gulma manual 0.09 0.40 0.31
Pengendalian gulma manual 0.10 0.50 0.40
Pengendalian gulma manual 0.10 0.50 0.40
Dongkel anak kayu 0.20 0.40 0.20
Dongkel anak kayu 0.25 0.50 0.25
Rata-rata sd 0.150.07 0.460.05 0.31 0.09
a
Data diperoleh dari dua orang mahasiswa yaitu penulis dan Imdad Julian
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor
Mandor memiliki tugas untuk mengawasi pekerjaan karyawan yang berada
di bawah tanggung jawabnya. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi
pendamping mandor adalah mengawasi pekerjaan lapangan karyawan
penyemprotan gulma (chemis), pengendalian gulma manual, pengendalian hama
dan penyakit, dongkel anak kayu, dan pemanenan (Lampiran 5). Pengawasan
yang dilakukan yaitu dengan membuat catatan mengenai pekerjaan pada hari
tersebut. Catatan tersebut meliputi jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan
bahan, pencapaian pekerjaan yang diselesaikan pada hari tersebut dan kendala
yang dihadapi. Catatan ini kemudian diperiksa oleh asisten afdeling untuk
dievaluasi bersama mandor. Hasil evaluasi pekerjaan hari itu akan disampaikan
pada apel pagi keesokan harinya.
Mandor Pemeliharaan. Tugas mandor pemeliharaan adalah mengawasi
kegiatan pemeliharaan agar sesuai dengan instruksi kerja dan dapat mencapai
target prestasi kerja serta norma yang ditetapkan perusahaan. Mandor
pemeliharaan diserahkan kepada dua orang berdasarkan umur tanaman yaitu
tanaman kelapa sawit muda (< 8 tahun) dan tanaman kelapa sawit tua (> 8 tahun).
Pengawasan mandor pemeliharaan meliputi penyemprotan gulma (chemis),
19
Tabel 7 Prestasi pengawasan BHL oleh mahasiswa pada saat menjadi pendamping
mandor
Manajemen Produksi
Tabel 9 Produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit tahun tanam 1994 dan
tahun tanam 2006 pada tahun 2009-2013 pada Kebun Rambutan PTPN III
Tahun 1994 (TM 17) 2006 (TM 5)
Produksi (ton) Produktivitas Produksi Produktivitas
(ton ha-1) (ton) (ton ha-1)
2009 6 752.60 18.77 1 322.11 3.36
2010 7 522.99 20.92 5 134.70 13.06
2011 7 391.39 20.55 6 565.16 16.69
2012 6 811.07 18.94 7 329.40 18.64
2013 6 175.40 17.26 7 108.25 18.07
Sumber : Kantor Kebun Rambutan PTPN III 2014; TM: Tanaman menghasilkan
Produksi Biomassa
(a) (b)
Gambar 6 Kegiatan pengukuran lingkar batang (a) dan tinggi tanaman (b)
Biomassa Sawit
Biomassa kebun kelapa sawit terdiri atas Tandan Buah Segar (TBS) dan
organ vegetatif (non TBS). Sumber biomassa TBS yaitu janjangan kosong, serat
(fiber), cangkang kernel dan biji. Sumber biomassa organ vegetatif (non TBS)
yaitu batang, akar, pelepah, daun dan gulma.
24
Setiap produksi 5 ton TBS dapat menghasilkan 1 ton CPO. Secara umum
proses produksi 1 ton TBS menghasilkan 0.23 ton janjangan kosong dan 0.65 ton
palm oil mill effluents (POME) sebagai sisa (Stichnothe dan Schuchardt 2011).
Sisa pengolahan TBS sebagian menjadi pupuk organik yang dikembalikan ke
lahan. Pemanfaatn hasil dan sisa tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar
7.
(a) (b)
Gambar 8 Keadaan areal pada tahun tanam 1994 dan 2006
Tabel 14 Bobot basah gulma kebun sawit pada tahun tanam 1994 dan 2006
Tahun tanam Blok Bobot basah per Jumlah bobot
kuadran (g m-2) basah (ton ha-1)a
300 685
1994 310 710 6.43
320 835
270 530
2006 290 395 4.57
300 645
a
tidak termasuk piringan
Tabel 14 menunjukkan bahwa bobot basah gulma pada areal tahun tanam
1994 lebih besar yaitu 6.43 ton ha-1 dibandingkan pada areal tahun tanam 2006
yaitu sebesar 4.57 ton ha-1. Pendugaan produksi biomassa kebun seharusnya
menggunakan bobot kering gulma sebagai potensi biomassa tumbuhan bawah,
namun keterbatasan alat menyebabkan gulma tidak dapat dioven.
Gulma dapat digunakan sebagai salah satu potensi biomassa dalam
pengukuran cadangan karbon. Pengamatan sample gulma dengan metode kuadran
menunjukkan bahwa gulma yang berada pada areal tanaman 1994 memiliki bobot
basah yang lebih tinggi yaitu 6.43 ton dibandingkan dengan areal tanaman 2006.
Hal ini terjadi karena kondisi areal tanaman 1994 yang merupakan tanaman tinggi
sehingga lebih banyak mendapat cahaya hingga ke permukaan tanah. Areal
tanaman 2006 dengan kondisi tajuk yang sudah saling bertemu sehingga
permukaan tanah mendapat sedikit cahaya matahari. Menurut Sembodo (2010),
28
kondisi pertumbuhan gulma sangat beragam dalam suatu areal. Sehingga gulma
yang mampu tumbuh adalah gulma yang adaptif terhadap kondisi tertentu.
Pada tahun 1994, pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak kebun tidak
memiliki rotasi yang intensif seperti pada areal tahun tanam 2006. Hal ini turut
mempengaruhi perkembangan gulma pada kedua areal.
Produksi biomasa kebun sawit pada pengamatan ini mengambil dua
komponen yaitu biomassa pohon dan gulma sebagai tumbuhan bawah, dua
komponen tersebut diambil dari empat komponen yang dinyatakan oleh Hairiah
(2010) yaitu biomassa pohon nekromassa, serasah, dan gulma sebagai tumbuhan
bawah. Berdasarkan penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa biomassa pohon
dan bobot basah gulma meningkat sesuai perkembangan dengan umur tanaman.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asari N, Suratman MN, Jaafarm J, Khalid MM. 2013. Estimation of above ground
biomass for palm oil plantation using allometric equations. IACSIT Press
[internet]. [diunduh 2014 1 September]. Tersedia pada: www.ipcbee.com
/vol58/022-ICBEC2013-H3013.pdf
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Produksi perkebunan
Indonesia. [internet]. [diunduh 2014 3 Juni]. Tersedia pada:
http://ditjenbun.pertanian.go.id
Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests: A
primer. UN FAO Forestry Paper 134, Rome, 55 pp. [internet]. [diunduh
2014 10 Juni]. Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/w4095e/w4095e-
00.HTM
Hairiyah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon :dari tingkat lahan ke bentang lahan Petunjuk praktis Edisi kedua..
Malang (ID): World Agroforestry Centre-ICRAF-SEA Regional Office.
Hermantoro H. 2009. Pemodelan dan simulasi produktivitas perkebunan kelapa
sawit berdasarkan kualitas lahan dan iklim menggunakan jaringan syaraf
tiruan. J.Agromet 23 (1): 45-51.
Mangoensoekarjo S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya
Perkebunan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
McKendry P. 2001. Energy production from biomass (part 1); overview of
biomass [internet].[diunduh 2014 7 September]; 83 (2002) 37-46. Tersedia
pada: http://faculty.washington.edu/stevehar/Biomass-Overview.pdf
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Poku K. 2002. Small Scale Palm Oil Processing in Africa.Rome (IT). Food and
agriculture organization of the United Nations [internet]. [diunduh 2014 2
Septmeber]. Tersedia pada: http://www.fao.org.
Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Stichnothe H, Schuchardt F. 2011. Life cycle of two palm oil production systems.
Biomass and Bioenergy. 35(9): 3976-3984.
Sembodo DRJ. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu
Tjitrosoedirdjo S, Utomo IH, Wiroatmodjo J. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. Jakarta (ID): Gramedia
Verheye W. 2012. Growth and production of oil palm. Soil, plant growth and crop
production. [internet]. [2014 7 September]; Vol 11. Tersedia pada:
www.eolss.net/sample-chapters/c10/e1-05a-27-00.pdf
Wardani GK. 2013. Produksi biomassa kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam, First
Resources Rokan Hulu, Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
53 Hal.
Yulianti N. 2009. Cadangan karbon lahan gambut dari agroekosistem kelapa
sawit PTPN IV Ajamu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara [tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 81 Hal.
30
Zunaidi S. 2009. Kajian potensi kebakaran hutan dan lahan dari aspek biomasa
dan indeks kekeringan di Kabupaten Tapanuli Selatan [tesis]. Medan
(ID): Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 99 Hal.
31
LAMPIRAN
32 32
SKALA 1 : 30 000
Lampiran 2 Keadaan curah hujan di Kebun Rambutan PTPN III dari tahun 2007-2013
Keterangan :
BB = Bulan Basah (Curah hujan > 100 mm)
BK = Bulan Kering ( Curah hujan < 60 mm)
CH = Curah Hujan ( mm)
HH = Hari Hujan (hari)
Lampiran 3. Struktur organisasi afdeling
34
Lampiran 4 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
Lampiran 6 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Sawit Rambutan PTPN III, Sumatera Utara
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang Lama kegiatan (jam)
diawasi (orang) diawasi (ha)
12-04-14 Membaca Instruksi Kerja - - 5 Kantor Afd I
14-04-14 Ke Kantor Kebun Rambutan - - - Kantor Kebun Rambutan
15-04-14 Penyiangan gulma manual 23 28.40 3.5 Blok 209
15-04-14 Penyiangan gulma manual 21 23.70 3.5 Blok 209
16-04-14 Chemis 12 13.00 3 Blok 199
17-04-14 Chemis 11 9.70 3 Blok 199
19-04-14 Menemui Manager PKS - - 2 PKS Rambutan
21-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
22-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
23-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
24-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
25-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
26-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
28-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
29-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
30-04-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
02-05-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
03-05-14 Kunjungan ke PKS - - 7 PKS Rambutan
05-05-14 Menyusun data sekunder - - - Kantor Kebun Rambutan
06-05-14 Menyusun data sekunder - - - Kantor Kebun Rambutan
07-05-14 Supervisi Dosen - - Kantor Kebun Rambutan
08-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 300
09-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 310
10-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 320
Catatan:Hari libur tidak termasuk dalam jurnal
Lampiran 6 (lanjutan)
Prestasi Kerja Penulis
Lokasi
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL yang Luas areal yang Lama kegiatan
diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam)
09-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 310
10-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 320
12-05-14 Ke Kantor Kebun Rambutan - - 3 Kantor Kebun Rambutan
13-05-14 Pengambilan data primer - - 5 Blok 270,290,300
14-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
16-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
17-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 33.40 3 Blok 330,329
19-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 32.21 3 Blok 299,309
20-05-14 Pembuatan piringan TBM 2013 15 27.60 3.5 Blok 210
21-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 36.35 3 Blok 309,319
22-05-14 Pemupukan Dolomit TM 1995 12 37.59 3 Blok 350,360
23-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
24-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
26-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
28-05-14 Belajar Administrasi - - 7 Kantor Afd I
30-05-14 Penyusunan draft skripsi - - 7 Kantor Afd I
31-05-14 Penyusunan draft skripsi - - 7 Kantor Afd I
02-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 28.40 3 Blok 269
03-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 31.40 3.5 Blok 260
04-06-14 Pemupukan Dolomit TM 2006 12 29.20 3.5 Blok 259 38
05-06-14 Penyusunan data sekunder - - 5 Kantor Kebun Rambutan
06-06-14 Penyusunan data sekunder - - 5 Kantor Afd I
07-06-14 Perpisahan - - - Kantor Afd I
08-06-14 Perjalanan pulang - - - Kantor Afd I
Catatan:Hari libur tidak termasuk dalam jurnal
38
39
39
Lampiran 7 Data perhitungan biomasssa pohon kelapa sawit tahun tanam 1994
RIWAYAT HIDUP
Rifa Annisa Siregar, lahir di Balige, Sumatera Utara tanggal 9 Agustus 1992.
Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sahdin
Zunaidi Siregar dan Ibu Anna Lely.
Pendidikan formal yang dijalani penulis dimulai dari TK Pertiwi Banda
Aceh pada tahun 1997-1998, pendidikan dilanjutkan di SD Swasta Budisatria
Medan selama 6 tahun, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
Negeri 12 Medan selama 3 tahun. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
Negeri 3 Medan dan lulus pada tahun 2010.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada
tahun 2010. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kegiatan non akademik,
seperti Himpunan mahasiswa agronomi (Himagron) pada tahun 2011-2012.
Penulis juga berpartisipasi sebagai Organizing Committee dalam Speak Up
Project AIESEC 2013.