Li Lisa LBM 5
Li Lisa LBM 5
b. Resistensi Insulin
Kadar insulin plasma yang normal atau meningkat pada
penderita DM tipe 2 menunjukkan resistensi insulin
yang muncul sebagai akibat adanya defek pada
beberapa tahapan kerja insulin. Dalam keadaan normal,
insulin terikat pada reseptor di membrane sel yang
selanjutnya mentransmisikan second messenger untuk
memulai perubahan metabolism glukosa didalam sel.
Pada DM tipe 2 defek pertama adalah adanya
penurunan jumlah respetor insulin, sedangkan defek
kedua adalah adanya defek pada pengiriman sinyal/
pesan intraseluler yang diduga terkait dengan
abnormalitas metabolism karbohidrat (Sylvia,1995).
Mekanisme Obat
OBAT ANTIDIABETIK ORAL
Ada 5 golongan antidiabetik oral ( ADO) yang dapat
digunakan untuk DM dan telah dipasarkan di Indonesia
yakni golongan: sulfonylurea, meglitinid, biguanid,
penghambat -glikosidase, dan tiazolidineson. Kelima
golingan ini dapat diberikan pada DM tipe II yang tidak
dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja.
Golongan Sulfonilurea
Dikenal 2 generasi sulfonylurea, generasi 1 terdiri dari
tolbutamid, asetoheksimid dan klopropamid. Generasi
II yang potensi hipoglikemik lebih besar antara lain
gliburid ( glibenklamid), glipizid, glikazid dan
glimepirid.
Mekanisme kerja
Golongan obat ini disebut sebagai insulin
secretagogeus, kerjanya merangsang sekresi insulin dari
granul sel sel Langerhans pankreas. Rangsangan
melalui interaksinya dengan ATP- sensitive K channel
pada membrane sel sel yang menimbulkan
depolarisasi membrane dan keadaan ini akan membuka
kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca+
+
akan masuk sel , merangsang granula yang berisi
insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah
yang ekuivalen dengan peptide C. kecuali itu,
sulforilurea dapat mengurangi kliren insulin di hepar.
Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar
dapat menyebabkan hipoglikemia.
Efek samping
Insiden efek samping generasi I sekitar 4 %,
insidensnya lebih rendah lagi untuk generasi II.
Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.
Reaksi ini sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan
gangguan fungsi hepar dan ginjal, terutama yang
menggunakan sediaan dengan masa kerja panjang.
Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi ,
mual,muntah, diare, gejala hematologic, susunan saraf
pusat, mata, dan sebagainya.
Interaksi
Obat yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
sewaktu penggunaan sulfonylurea adalah insulin,
alcohol, feniformin, sulfonamide, salisilat dosis besar,
fenibutazon, oksifenbutazon, probenezid, dikumarol,
kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, anabolic
steroid, fenfluramin dan klofibrat.
Propranolol dan penghambat adrenoreseptor lainnya
menghambat reaksi takikardia, berkeringat dan tremor
pada hipoglikemia oleh berbagai sebab termasuk oleh
ADO, sehingga keadaan hipoglikemia menjadi hebat
tanpa diketahui. Sulfonylurea terutama klorpropamid
dapat menurunkan toleransi terhadap alcohol, hal ini
ditunjukkan dengan kemerahan terutama dimuka dan
leher.
Meglitinid
Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan
meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan
sulfonylurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda.
Golongan AOD ini merangsang insulin dengan menutup
kanal K yang ATP- independent di sel pankreas.
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar
puncaknya dicapai dalam kurun waktu 1 jam. Masa
paruhnya 1 jam, karenanya harus diberikan beberapa
kali sehari, sebelum makan. Metabolism utamaya di
hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10 %
dimetabolisme di ginjal. Pada pasien dengan gangguan
fungsi hati atau ginjal harus diberikan secara hati hati.
Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan
saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.
Biguanid
Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dai golongan
biguanid: fenformin, buformin, dan metformin, tetapi
yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering
menyebabkan asidosis laktat. Sekaang yang banyak
digunakan adalah metformin.
Mekanisme kerja
Biguanid sebenarnya bukan obat hipoglikemia, tetapi
antihiperglikemia, tidak menyebabkan rangsangan
sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan
hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi
glukosa di hepar dan meningkatkan sensivitas jaringan
otot dan adipose terhadap insulin.
Efek samping
Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami
mual, muntah, diare serta kecap logam, tetapi dengan
menurunkan dosis keluhan keluhan tersebut dapat
hilang. Pada beberapa pasien yang mutlak bergantung
pada insulin eksogen, kadang kadang biguanid
menimbulkan ketosis yang tidak disertai hiperglikemia.
Hal ini harus dibedakan dengan ketosis karena
defisiensi insulin.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau system
kardiovaskuler, pemberian biguanid dapat menimbulkan
peningkatan kadar asam laktat dalam darah, sehingga
hal ini sapat mengganggu keseimbangan elektrolit
dalam cairan tubuh.
Golongan Tiazolidinedion
Makanisme kerja dan efek metabolic
Telah diterangkan diatas, insulin merangsang
pembentukan dan translokasi GLUT ke membrane sel
organ perifer. Ini terjadi karena insulin
merangsang Peroxisome proliferators-activated
reseptor- (PPAR) di inti sel dan mengaktivasi insulin-
responsive genes, gen yang berperan dalam metabolism
karbohidrat dan lemak. PPAR terdapat di target
insulin, yakni di jaringan adipose, pankreas, hepar,
keberadaannya di otot skelet masih meragukan.
Tiazolidinedion merupakan agonist potent dan selektif
PPAR membentuk kompleks PPAR-RXR dan
terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adipose PPAR
mengurangi keluarnya asam lemak ke otot, dan
karenanya dapat mengurangi resistensi insulin.
Efek samping antara lain, peningkatkan berat badan ,
edema, menambah volume plasma dan memperburuk
gagal jantung kongesif. Edema sering terjadi pada
penggunaannya bersama insulin. Kecuali heap, tidak
dianjurkan pada gagal ginjal kelas 3 dan 4 menurut New
York Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan
monoterapi jarang terjadi.