Dasar Teori
Atom karbon yang berikatan rangkap pada alkena berada dalam keadaan
hibridisasi sp2. untuk membentuk orbital ikatan sp 2, karbon menghibridisasi
orbital 2s-nya hanya dengan dua orbital 2p-nya. Satu orbital atom karbon tetap
tak terhibridisasi. Karena tiga orbital atom digunakan untuk membentuk orbital
sp2, maka dihasilkan tiga orbital hibrida sp2. Masing-masing orbital
sp2mempunyai bentuk yang sama seperti orbital sp 3 dan mengandung satu
electron yang dapat digunakan untuk ikatan.
Tiga orbital sp2 sekeliling inti karbon terletak sejauh mungkin yang satu
dari yang lain yaitu, orbital sp2 terletak pada bidang sudut 120 (secara ideal) di
antaranya. Suatu atom karbon terhibridisasi sp 2 dikatakan karbon trigonal (tri
sudut). Dua atom karbon sp2 dapat digabung oleh ikatan sigma yang terbentuk
karena tumpang tindih satu orbital sp 2 dari masing-masing atom karbon. Orbital
p yang terhibridisasi dengan orbital s masih menyisakan satu orbital p yang
tetap tidak terhibridisasi. Setiap orbital p mempunyai dua cuping, satu di atas
bidang sigma dan yang lain (dengan amplitudo yang berlawanan) di bawah
bidang. Setiap orbital p mengandung satu elektron. Bila elektron p ini menjadi
berpasangan dengan orbital molekul ikatan, maka energi sistem akan turun.
Karena orbital p ini berdampingan di dalam molekul senyawa alkena, ujung
orbital tidak dapat saling tumpang tindih lewat sisinya. Hasil dari tumpang tindih
sisi terhadap sisi ini inilah ikatan pi ( )-suatu orbital molekul ikatan yang
Setiap atom karbon yang terikat pada tiga atom lain adalah dalam
keadaan hibrida sp2. Dalam senyawa stabil, orbital p pada karbon sp 2 harus
tumpang tindih dengan orbital p dari atom karbon yang berdekatan, yang dapat
berupa atom karbon lain suatu atom dari unsur lain.
Sifat fisika dari senyawa alkena praktis identik dengan alkena induknya.
Tabel berikut mencantumkan titik didih beberapa senyawa alkena.
1-butena CH2=CHCH2CH3 -6
1-pentena CH2=CHCH2CH2CH3 30
Titik didih deret homolog alkena naik kira-kiran 30 tiap gugus CH2.
Kenaikan ini sama dengan yang diamati pada deret homolog alkana. Seperti
dengan alkana, percabangan menurunkan titik didih itu.
(Fessenden&Fessenden : 1986)
Ikatan yang terdapat pada alkena memang merupakan ikatan yang lebih
kuat dari pada ikatan tunggal. Namun, ikatan rangkap dua ini tidak dua kali lebih
kuat. Karena ikatan pi (bentuk ikatan kedua dari ikatan rangkap dua) merupakan
ikatan yang lebih lemah dari pada ikatan sigma. Oleh karena itu, ikatan pi ( )
menjadi bersifat lebih mudah diserang oleh reagen yang cocok, bahkan pada
kondisi biasa. Bentuk reaksi yang dialami oleh ikatan pi ( ) ini adalah reaksi
adisi di mana atom karbon tidak jenuh menjadi atom karbon jenuh. Alkena lebih
reaktif dari pada alkana.
Reaksi adisi yang dialami ada bermacam-macam, antara lain: adisi oleh
hidrogen, adisi oleh halogen hallida, adisi oleh aird dan adisi asam sulfat.
Alkena dapat tereduksi oleh adisi hidrogen pada ikatan rangkap dua
membentuk alkana. Contohnya ketika alkena dilewatkan kepada katalis nikel
pada suhu 150, alken tereduksi menjadi alkana.
Suatu hidrogen halide ikatan H X yang sangat polat dan dapat dengan
mudah melepaskan H+ kepada ikatan pi ( ) suatu alkena. Hasil serangan
H+ adalah suatu karbokation antara, yang cepat bereaksi dengan ion negatif
halida dan menghasilkan suatu alkil halida. Karena serangan awal dilakukan oleh
suatu elektrofil, maka adisi HX kepada suatu senyawa alkena disebut sebagai
adisi elektrofilik.
Asam sulfat menjalani adisi kepada suatu alkena tepat seperti hidrogen
halida. Produknya ialah suatu alkil hidrogen sulfat, yang dapat digunakan untuk
mensintesis alkohol atau eter.
Dalam suatu larutan asam kuat (seperti H2SO4 dalam air), air mengadisi
suatu ikatan rangkap dan menghasilkan alkohol. Reaksi ini disebut hidrasi suatu
alkena.
Kedua reaksi tersebut di atas berlangsung dalam dua tahap, tepat sama
dengan adisi hidrogen halida. Tahap pertama adalah protonasi alkena dan
menghasilkan suatu karbokation. Tahap kedua adalah adisi suatu nukleofil ke
karbokation itu.
(Fessenden&Fessenden : 1986)
XI. Pembahasan
Pada tes dengan larutan H2SO4 atau asam sulfat pekat dan larutan n-
heksan, didapatkan hasil atau pengamatan bahwa larutan n-heksan yang
ditambahkan H2SO4 tidak larut dan tidak terjadi perubahan suhu atau
temperature pada larutannya. Sedangkan pda larutan sikloheksan yang
ditambahkan larutan asam sulfat didapatkan hasil atau pengamatan bahwa
sikloheksan larut dalam asam sulfat.
Bahan bahan yang kita gunakan dalam percaobaan antara lain, etanol,
air, larutan kalium permangat, larutan asam sulfat, sikloheksan dan n- heksan.
Fungsi dari etanol dan ari ini sebagai pelarut pada saat melakukan percobaan tes
bayer. Larutan kalium permangat berfungsi sebagai reagen dalam percobaan
atau es bayer. Larutan asam sulfat pekat merupakan asam kuat yang berfungsi
sebagai katalis. Dan terakhir sikloheksan sebagai sampel untuk analisis
kandungan suatu senyawa alkena dan n- heksan juga berfungsi sebagai sampel
pembanding.