PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.4. Patofisiologi.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secaralangsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini
menyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan
mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan
dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran
dan hipertensi atrium kiri yang progresif.
Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner,
menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi
oksigen dan hipoksia dan terjadi konstriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi
hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui
terapi medis atau bedah.
Penutupan PDA terutama tergantung pada respons kontriktor dari duktus terhadap
tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah
kerja prostaglandin, tahapan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus dan keadaan si bayi
(prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan
kurangdapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang
baik dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
(Bets & Sowden, 2002)
2.5. Patofisiologi diagram.
Duktus arteriosus terbuka
(Malformasi jantung)
Gangguan
Merangsang medulla Intoleransi
Pertukaran
Aktivitas
Intake nutrisi kurang Daya tahan tubuh turun
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Resiko Infeksi
2.6. Penatalaksanaan.
1. Medis.
Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan:
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan
mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian indomethacin (inhibitor
prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik
profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
a. Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
b. Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung.
2. Keperawatan
Pasien PDA baru dirawat di rumahsakitbila sedang mendapat infeksi saluran naps,
karena biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah
pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal jantung, resiko
terjadinya infeksi saluran napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a. Bahaya terjadinya gagal jantung
Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik
kanan menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik
kanan yang ototnya tidak setebal bilik kiri akan menjadi lebih berat danakibatnya
akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan perawatan yang baik dan
pengawasan medis yang teratur agar bila terjadi sesuatu lekas dapatdiambil
tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian kardiologi atay
dokter yang menanganinya.
b. Resiko Infeksi Saluran Pernapasan
Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas
karena darah di dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaranoksigen tidak
adekuat. Dalam perawatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin
2) Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3) Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi
ganjal di bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
4) Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan
memberi minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya.
5) Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang
tertekan dan diberi bedak.
6) Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa
astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya sesuai
dengan kebutuhan.
7) Observasi tanda vital
c. Kebutuhan nutrisi.
Karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi
kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk
mempertahankan kesehatan bayi sebelum dioperasi. Makanan yang terbaik adalah
ASI, jika tidak ada ASI diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan
makanan tambahan yang sesuai dengan umurnya misalnya buah, biskuit, bubur
susu atau tim saring.
Bayi yang sangat dipsnea susah mengisap dot atau menetek, maka perlu
dipasang infus untuk memenuhi kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat
secara intravena atau untuk koreksi asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1,
yaitu glukosa 5% dikombinasi dengan NaCL 0,9 %. Perhatikan tetesan tidak boleh
terlalu cepat karena memnambah bebankerja jantung.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman.
1) Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
2) Berikan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2 L/menit)
3) Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering, kemudian
dibedaki, hati-hati debu bedak terhirup yang menyebabkan pasien batuk.
4) Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh mengganggu
pernapasan
5) Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacu mundurnya kateter.
6) Jika bekas infis terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau kompres
dengan alkohol.
7) Jika orang tua tidak menunggui harus lebih diperhatikan, ajak berbicara
walaupun pasien seorang bayi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3.1. Pengkajian.
a. Lakukan pengkajian fisik dengan penekanan khusus pada warna, nadi (apikal dan
perifer), pernapasan, tekanan darah, serta pemeriksaan dan auskultasi dada.
b. Dapatkan riwayat kesehatan termasuk bukti penambahan berat badan yang buruk,
makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran
pernapasan yang sering.
c. Observasi anak terhadap manifestasi penyakit jantung kongenital.
Bayi
1) Sianosis-umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah, konjungtiva,
area vaskularisasi tinggi.
2) Dipsnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis, mengejan.
3) Keletihan
4) Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
5) Sering mengalami infeksi saluran pernapasan
6) Kesulitan makan
7) Hipotonia
8) Keringat berlebihan
9) Serangan sinkop seperti hipernea paroksismal, serangan anoreksia
Anak yang lebih besar
1) Kerusakan pertumbuhan
2) Pembangunan tubuh lemah, sulit
3) Keletihan
4) Dipsnea pada aktivitas
5) Ortopnea
6) Jari tabuh
7) Berjongkok untuk menghilangkan dipnea
8) Sakit kepala
9) Epistaksis
10) Keletihan kaki
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake yang kurang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola aktivitas normal.
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Kaji pemenuhan kebutuhan nutrsi klien
R/mengetahui kekurangan nutrisi klien
Kaji penurunan napsu makan klien
R/agar dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makanan pada klien
Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
R/ Agar dapat dilakukan intervensi
Ukur tinggi dan berat badan klien
R/membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori khususnya bila berat
badan kurang dari normal
Dokumentasi masukan oral selama 24 jam riwayat makanan,jumlahkalori
dengan tepat (intake)
R/ mengidentifikasikan ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
R/ membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan
nafsu makan
4) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola aktivitas normal.
NOC: Penghematan Energi
Kriteria Hasil :
a. Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Monitor keterbatasan aktivitas kelemahan saat aktivitas
R/ merencanakan intervensi dengan tepat
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
R/ Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
Catat TTV
R/ mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)
dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta
dan pembuluh darah besar pulmonal.
Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-
24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu.
Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai
bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus
(DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar
dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila
DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi.
Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi
(tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung
akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko
kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60
tahun.
4.2. Saran
a. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca
b. makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Baraas, Faisal. 1995. Penyakit Jantung Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Bets & Sowden. 2002. KeperawatanPediatri, ed 3. Jakarta: EGC.
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC, Jakarta.
Ignatavicius D.D., Bayne M.V., 1991, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process
Approach, An HBJ International Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia.