Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum ke-8 Hari/Tanggal : Selasa/ 25 April 2017

Teknik Laboratorium Tempat : Laboratorium Biokimia Fisiologi


Nutrisi dan Teknologi Pakan dan Mikrobiologi Nutrisi
Nama Asisten : Mawar/D24140086

ANALISIS TANIN

Fajar Janato
D24140017
Kelompok 1/G2

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap ternak pasti membutuhkan makan, baik itu untuk kehidupannya


sehari hari ataupun untuk produksi ternak tersebut. Dalam setiap pakan ternak
pasti ada yang namanya anti nutrisi. Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan
makanan dapat menjadi pembatas dalam penggunaannya dalam ransum, karena
senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk kedalam tubuh. Salah
satu anti nutrisi yang ada di dalam pakan adalah tannin. Tanin merupakan anti
nutrisi yang berfungsi untuk melindungi pakan dari serangan serangga, serta
menjaga agar ternak tidak terlalu banyak makan, untuk melindungi biji dari
predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, serta melindungi dari
jamur dan cuaca. Tanin juga merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman.
Tanin dalam tanaman merupakan sebagai pelindung dari tanaman tersebut,
hal ini merupakan ancaman dalam batasan penggunaan ransum bagi ternak. Jika
mengkonsumsi hijauan pakan yang mengandung tanin, artinya senyawa ini dapat
menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung
dosis yang masuk. Tanin mempunyai banyak kegunaan, diantaranya sebagai
pelindung pada tumbuhan pada saat massa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi,
digunakan pada proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman, pada industry
farmasi digunakan sebagai anti septik (Harborne, 1987).
Umumnya senyawa tanin banyak terdapat pada tumbuhan dikotil dan
tersebar luas pada tanaman yang berpembuluh terutama pada Angiospermae
(Harborne, 1996). Salah satu tumbuhan Angiospermae dan berkeping dua (dikotil)
yang mengandung senyawa tanin adalah bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).
Tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan, akan tetapi tanaman ini juga
bisa digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah setelah diujikan pada
mencit diabetik karena adanya kelompok senyawa polifenol (Hernawan dan
Setyawan, 2004). Analisis tanin berfungsi untuk mengetahui berapa kadar tanin di
dalam suatu sumber bahan pakan agar bisa memperkiraan dengan tepat berapa
dosis yang diperlukan ternak agar ternak tersebut tidak keracunan atau
menimnulkan kerugian.

Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk menganalisis kandungan tanin pada


pakan ruminansia.
MATERI METODE

Materi

Materi yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tabung reaksi, kertas
saring, vortex, sentrifuge, dan spektofotometer. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu larutan standar BSA, buffer asetat pH 5, SDS-TEA, larutan
FeCl3 dalam HCl 0,01 M, asam tanat, dan methanol.

Metode

Persiapan sampel
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu alat dan bahan disiapkan.
200 mg sampel yang telah disaring dengan saringan 0,4 mm ditimbang dan
dimasukan kedalam tabung reaksi. Setelah itu diekstraksi dengan metanol 50%
sebanyak 10ml selama 10 menit dengan vortex. Setelah itu disentrifuge dengan
kecepatan 5000 rpm selama 5-10 menit atau 3000 rpm selama 15 menit. Setelah
itu, 1 ml supernatan sampel ditambahkan 1 ml larutan standar BSA (2mg/ml)
setelah itu dibiarkan selama 20 menit di ruangan pendingin (5oC) dan disentrifuge
selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Cairan dibuang dan endapannya
dicuci dengan larutan buffer asetat pH 5 sebanyak 3x dengan diteteskan secara
perlahan ke dinding tabung reaksi. Endapan dilarutkan dengan 4 ml SDS-TEA dan
ditambahkan 1 ml larutan FeCl3 dalam HCL 0,01 M, campurannya dikocok
dengan vortex lalu dibiarkan di temperatur kamar. Langkah terakhir yaitu
serapannya diukur menggunakan spektofotometer pada panjang gelombang 510
nm.

Pembuatan larutan standar


Larutan standar dibuat dengan melarutkan 50 mg asam tanat dengan
metanol absolut (konsentrasi 1 mg/ml). Deret standar dibuat dengan cara dipipet
larutan induk sebanyak 0,1,2,3,4, dan 5 ml lalu dijadikan 10 ml. Larutan standar
ini mempunyai konsentrasi 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5 mg/ml. Lalu masing-
masing dipipet sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 ml
larutan standar BSA (2mg/ml) selanjutnya dilakukan cara kerja seperti sampel.
Lalu kadar tanin dihitung dengan rumus
mg
Faktor pengenceran x a x 100
ml
Tanin=
200 mg

Pembuatan pereaksi
Larutan SDS-TEA dibuat dengan cara larutan Natrium dodesilhidrogen
sulfat 1% dan Trietanolamin 5% di dalam air suling, kemudian masing-masing
dicampur dengan perbandingan 1:1. Larutan standar BSA (Bovin serum albumin)
dibuat dengan cara larutan BSA ditimbang sebanyak 100 mg lalu dilarutkan
dengan larutan buffer asetat pH 5 yang telah dipersiapkan sampai volumenya
menjadi 50 ml didalam labu takar, larutan standar BSA ini berkonsentrasi 2
mg/ml. Larutan buffer asetat pH 5 dibuat dengan cara ditimbang 27,2 gram
CH3COONa.3H2O dicampur dengan NaCl dan dilarutkan dengan air suling.
Larutan FeCl3 dalam larutan HCl 0,01 M dibuat dengan cara ferriklorida
ditimbang sebanyak 0,4055 gram lalu dilarutkan dengan HCl 0,01 M sampai
volumenya menjadi 250 ml

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis tanin yang dilakukan untuk mengetahui kadar tanin pada teh
menghasilkan data sebagai berikut.
Grafik 1 Nilai absorbansi larutan standar

Tabel 1 Kadar tanin pada teh


Sampel Nilai Absorbansi Nilai x % Tanin
Kelompok 1 0.7348 0.373172 1.86586
Kelompok 2 0.8277 0.212042 1.06021
Kelompok 3 1.1416 -0.35467 -1.77335

Tabel 2 Kadar tanin pada asam tanat


Larutan Standar Nilai Absorbansi
0 0.004
0.1 2.1986
0.2 0.0427
0.3 1.8882
0.4 0.2954
0.5 0.3891

Pembahasan

Anti nutrisi umumnya sebagian besar diperoleh dari hasil


metabolismesekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder dibagi dua
berdasarkan beramolekulnya, yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh
pigmen pirol,antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida,
inositol, asamasamhidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter.
Metabolismesekunder lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi, yaitu
selulosa, pektin,gum, resin, karet, tanin dan lignin. Tananam yang mengandung
metabolitsekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara pencucian air hujan
(daun,kulit), penguapan dari daun (contoh: kamfer) ekskresi eksudat pada akar
(contoh:alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke tanah
dan membusuk). Terdapat banyak pendapat mengenai penggolongan racun atau
anti nutrisi tersebut. Sebagian menggolongkan berdasarkan aspek botani, fisiologi,
asaltanaman, efek metabolisme dan kimiawi. Berdasarkan aspek botani, menurut
penelitian paling sedikit terdapat 20 famili golongan tanaman yang mengandung
anti nutrisi (terutama tanaman berbiji dan berbuah). Penggolongan anti nutrisi
berdasarkan asal tanaman mempertimbangkan bahwa tanaman merupakan
pembawa anti nutrisi dan masing-masing golongan tanaman mempunyai anti
nutrisi yang khas. Beberapa tanaman mempunyai kandungan racun yang cukup
tinggi pada daun (seperti tannin pada daun singkong), batang (seperti HCN pada
sorghum), bunga (seperti saponin pada kembang sepatu), umbi (seperti solanin
pada kentang), akar (seperti curcumin pada jahe) dan biji (seperti gosipol pada biji
kapas).
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari
senyawa fenolik yang banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan, antara
lain: pinang, akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Umumnya tanin tersebar
hampir pada seluruh bagian tumbuhan seperti pada bagian kulit kayu, batang,
daun, dan buah (Sajaratud, 2013). Tanin berbentuk serpihan mengkilat berwarna
kekuningan sampai coklat muda atau serbuk amorf, tidak berbau, atau sedikit
berbau khas (Depkes RI, 1995). Tanin biasanya disebut juga asam tanat atau
galotanat. Tanin memiliki sifat kelarutan sangat mudah larut dalam air, larut
alkohol, larut aseton, larut 1:1 dalam gliserol hangat, praktis tidak larut dalam
petroleum, kloroform dan eter (Reynold, 1996). Tanin mempunyai aktivitas
antioksidan menghambat pertumbuhan tumor dan menghambat enzim seperti
reverse transkriptase dan DNA topoisomerase (Sharma et al., 2009). Kegunaan
lain tanin dibidang industri adalah untuk penyamak kulit (Robinson,1995). Secara
kimia, tanin dibagi menjadi empat golongan yaitu tanin terhidrolisis, tanin
terkondensasi, tanin kompleks, pseudotanin. Tanin memiliki peranan biologis
yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkelat logam. Tanin juga
dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002; Trease dan Evans,
1996). Umumnya senyawa tanin banyak terdapat pada tumbuhan dikotil dan
tersebar luas pada tanaman yang berpembuluh terutama pada Angiospermae
(Harborne, 1996). Salah satu tumbuhan Angiospermae dan berkeping dua (dikotil)
yang mengandung senyawa tanin adalah bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.).
Tanaman ini banyak dijumpai sebagai peneduh jalan, akan tetapi tanaman ini juga
bisa digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah setelah diujikan pada
mencit diabetik karena adanya kelompok senyawa polifenol (Hernawan dan
Setyawan, 2004). Umumnya tanin digunakan untuk penyamakan kulit, tetapi tanin
juga banyak aplikasinya di bidang pengobatan, misalnya untuk pengobatan diare,
hemostatik (menghentikan pendarahan), dan wasir (Yellia, 2009).
Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil dari kurva regresi yaitu y=-
0,5539x + 0,9415 dan nilai R2= 0,0113 dimana hasil tersebut menunjukan korelasi
yang kurang erat. Pada tabel 1 yaitu kadar tanin pada teh, diperoleh hasil nilai
absorbansi kelompok 1 0.7348, kelompok 2 0.8277, kelompok 3 1.1416, nilai x
kelompok 1, 2, dan 3 yaitu 0.373172, 0.212042, dan -0.35467. Nilai % tanin pada
kelompok 1, 2 ,dan 3 yaitu 1.86586, 1.06021, -1.77335. Pada tabel 2 yaitu kadar
tanin pada asam tanat diperoleh hasil larutan standar 0, 0.1, 0.2, 0.3, 0.4, dan 0.5
mempunyai nilai absorbansi 0.004, 2.1986, 0.0427, 1.8882, 0.2954, 0.3891.
Uji tanin dilakukan dengan melihat warna awal dan warna akhir suatu
sampel akibat penambahan larutan FeCl3. Apabila setelah penambahan larutan
FeCl3 larutan barubah menjadi warna kehijauan, maka sudah dipastikan ada tanin
di dalam larutan tersebut. Bovine Serum Albumin (BSA) adalah protein referesn
iayng diterima secara universal untuk kuantisasi protein total. Larutan BSA
merupakan larutan standar yang digunakan untuk menentukan kadar protein
dengan metode Bradford (Keenan 1992). fungsi dari asam asetat pH 5 adalah
sebagai , fungsi SDS TEA

SIMPULAN

Tanin merupakan anti nutrisi yang berfungsi untuk melindungi pakan dari
serangan serangga, serta menjaga agar ternak tidak terlalu banyak makan, untuk
melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen,
serta melindungi dari jamur dan cuaca. Tanin juga merupakan salah satu senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Hasi;
yang diperoleh pada praktikum kali ini tidak sesuai dengan literatur dan hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan dan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia


Edisi IV, Cetakan I, Jakarta: Depkes RI, 1135, 1163.
Hagerman AE, 2002, Tannin Handbook, Miami University, USA.
Harbone, 1987, Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Terbitan kedua, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, ITB, Bandung.
Harbourne J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terjemahan K. Pandawinata dan Iwang
S. Institut Teknik Bandung: Bandung.
Hernawan UE, Sutarno, Setyawan AD, 2004, Aktifitas Hipoglikemik Dan
Hipolipidemik Ekstrak Air Daun Bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers.)
Terhadap Tikus Diabetik, Biofarmasi, 2(1):15-23.
Reynolds JE, 1996, Martindale The Extra Pharmacopoeia, 31th edition, The
Pharmaceutical Press, London, 1757.
Robinson T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Terjemahan
oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 71-78.
Sajaratud D, 2013, Pembuatan Tanin dari Buah Pinang, Fakultas Ilmu Tarbiyah &
Keguruan Institut Agama Islam Negeri, Sumatera Utara
Sharma P, Parmar J, Verma P, et al, 2009, Anti-tumor Activity of Phyllanthus
niruri (a Medicinal Plant) on Chemical-induced Skin Carcinogenesis in
Mice, University of Rajasthan, Jaipur, India.
Trease GE dan Evan WC, 1996, Pharmacognosy, 14th edition, Sauders,
Company, London, 224-228, 403, 454-455.
Yellia, Mangan. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai