Anda di halaman 1dari 29

Konsep Agama Tentang

Menikah Dan Keluarga


Berencana

Disusun Oleh:
Indah Yasmine (P17125015022)
Dwi Puspita Sari (P17125015020)
Jurusan Keperawatan Gigi
Tahun Ajaran 2015/2016
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas


rahmat dan hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Konsep Agama Tentang Menikah dan
Keluarga Berencana. Adapun tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Agama.
Pada kesempatan kali ini juga kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah Agama Bapak M. Robiul
Yatim, SE. SS. MA. yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah ini dan juga pihak-pihak lain yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan kita mengenai Pandangan Agama
Mengenai Pernikahan dan Keluarga Berencana. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan
makalah kami untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
kami di masa depan.

Jakarta, September 2015

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................... 2


Daftar Isi ......................................................................... 3
Bab I (Pendahuluan) ....................................................... 4
Latar Belakang ............................................................... 4
Tujuan Penulisan ............................................................. 5
Metode Penulisan ........................................................... 5
Rumusan Masalah .......................................................... 5
Bab II (Pembahasan) ...................................................... 6
Pengertian Menikah ........................................................ 6
Syarat Sah Pernikahan .................................................... 7
Hukum Pernikahan Menurut Islam ..................................11
Tujuan dan Hikmah Pernikahan ....................................... 12
Cara Memilih Pasangan Yang Ideal ................................. 13
Cara Mempertahankan Rumah Tangga Yang Harmonis ... 18
Kontrasepsi dan Alat-alatnya ..........................................20
Pandangan KB Dalam Berbagai Agama ..........................21
Bab III (Penutup) .............................................................25
Kesimpulan ..................................................................... 25
Saran .............................................................................. 25
Daftar Pustaka ................................................................ 26

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna
sebagai makhluk multi dimensional yang berimplikasi akan
kebutuhan kehidupan, baik bio-psiko-sosio-religius. Kebutuhan
tersebut pada dasarnya imun bagi salah satu aktivitas hidup yang
penting bagi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu Perkawinan.
Perkawinan adalah sebuah kesepakatan yang disepakati oleh
kedua belah pihak yaitu antara seorang pria dan wanita untuk sama
sama mengikat diri hingga bersama memenuhi kebutuhan
kebutuhan tertentu, baik lahir maupun batin. Perkawinan tidak
hanya menjadi ikatan antara seorang pria dan wanita, namun
keluarga kedua belah pihak pun turut andil. Perkawinan merupakan
suatu anjuran dalam setiap agama. Ketika dikatakan memenuhi
kebutuhan batin, terdapat peranan yang penting antara hubungan
perkawinan dengan agama (kerohanian).
Kehidupan berkeluarga cerminan semua makhluk ciptaan
Allah SWT, sehingga kelangsungan kehidupan di dunia akan terus
menerus berkembang. Manusia adalah salah satu makhluk yang
sangat sempurna di bandingkan dengan makhluk lainnya.
Manusiapun di takdirkan untuk hidup berpasang - pasangan satu
dengan yang lainnya yakni yang berlainan jenis.
Dengan jalan nikah inilah yang paling baik untuk dapat
melangsungkan keturunan. Nikah adalah fitra yang berarti sifat asal
dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap
manusia yang sudah dewasa serta sehat jasmani dan rohaninya
pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis
kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan
biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi
dan dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan dalam hidup berumah
tangga.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah agama tetapi juga untuk menambah
pengetahuan tentang Pernikahan dalam pandangan berbagai
agama.

1.3 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
dengan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber
informasi mengenai materi baik dari media cetak maupun internet.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa itu menikah menurut berbagai macam agama yang diakui
di Indonesia?
2. Apa saja syarat sah perkawinan menurut undang-undang?
3. Apa saja hukum pernikahan menurut islam?
4. Apakah tujuan dan hikmah dari pernikahan?
5. Bagaimana cara memilih pasangan yang ideal menurut
agama?
6. Bagaimana cara membangun keluarga yang harmonis dan
terencana?
7. Apa itu kontrasepsi dan apa saja macam alat-alatnya?
8. Bagaimanakah pandangan berbagai macam agama mengenai
KB?

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Menikah
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974:
Perkawinan adalah Ikatan lahir bathin antara seorang Pria
dan seorang wanita sebagai Suami-Isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
KeTuhanan Yang Maha Esa (2002 : 38)
Menurut Agama Islam:
Nikah adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain
juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan
perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-
kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesuai
peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Menurut Agama Kristen:
Pernikahan kristen adalah ikatan dan persekutuan hidup yang
menyeluruh ( total) dari seorang pria (suami) dengan seorang
wanita (istri) yang telah diteguhkan Allah dalam pernikahan kudus;
yang meliputi roh, jiwa dan tubuh; masa kini dan masa yang akan
datang (sampai salah seorang meninggal dunia), dengan tujuan
untuk membentuk secara bertanggung jawab suatu rumah tangga
kristiani yang kudus, harmonis, dan bahagia serta memuliakan dan
melayani Tuhan. ( Micha N.L. Tobing).
Menurut Agama Katolik:
Perkawinan dalam hukum Gereja Katolik dirumuskan sebagai
sebuah perjanjian antara seorang pria dan wanita untuk membentuk
kehidupan bersama, yang terarah kepada kesejahteraan
keluarganya serta mengutamakan kelahiran dan pendidikan anak.
Status perkawinan itu sendiri sangat dimuliakan, sebagaimana
disebutkan bahwa: oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-
orang yang dibaptis diangkat ke martabat sakramen (Kan 1055:1).
Menurut Agama Hindu:

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Dari sudut pandang etimologi atau asal katanya, kata
pawiwahan berasal dari kata dasar wiwaha. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata wiwaha berasal dari
bahasa sansekerta yang berarti pesta pernikahan; perkawinan
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:1130).
Menurut Agama Buddha:
"Perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia sesuai dengan
Dhamma".

2.2 Syarat Sah Pernikahan


2.2.1 Syarat-syarat pernikahan yang diatur dalam UU
Perkawinan.
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah
pihak. (Pasal 6 ayat 1 UU Perkawinan)
2. Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana masing-
masing calon belum mencapai umur 21 tahun. (Pasal 6 ayat 2
UU Perkawinan)
3. Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16
tahun, kecuali ada dispensasi yang diberikan oleh pengadilan
atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua kedua belah
pihak. (Pasal 7 ayat 1 dan 2 UU Perkawinan)
4. Bahwa kedua pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi
mereka yang agamanya mengizinkan untuk berpoligami.
(Pasal 9, Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 UU Perkawinan)
5. Bagi seorang wanita yang akan melakukan perkawinan untuk
kedua kalinya atau seterusnya, undang-undang mensyaratkan
setelah lewatnya masa tunggu, yaitu sekurang-kurangnya 90
hari bagi yang putus perkawinannya karena perceraian, 130
hari bagi mereka yang putus perkawinannya karena kematian
suaminya. (Pasal 10 dan 11 UU Perkawinan)

2.2.2 Syarat pernikahan menurut Islam


Syarat calon suami

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


1. Islam
2. Laki-laki yang tertentu
3. Bukan lelaki mahram dengan calon istri
4. Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
5. Bukan dalam ihram haji atau umroh
6. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
7. Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu
waktu
8. Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi
adalah sah dijadikan istri

Syarat calon istri


1. Islam atau Ahli Kitab
2. Perempuan yang tertentu
3. Bukan perempuan mahram dengan calon suami
4. Bukan seorang banci
5. Akil baligh (telah pubertas)
6. Bukan dalam berihram haji atau umroh
7. Tidak dalam iddah
8. Bukan istri orang

Syarat wali
1. Islam, bukan kafir dan murtad
2. Lelaki dan bukannya perempuan
3. Telah pubertas
4. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
5. Bukan dalam ihram haji atau umroh
6. Tidak fasik
7. Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
8. Merdeka
9. Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan
hartanya

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Syarat-syarat saksi
1. Sekurang-kurangya dua orang
2. Islam
3. Berakal
4. Telah pubertas
5. Laki-laki
6. Memahami isi lafal ijab dan qobul
7. Dapat mendengar, melihat dan berbicara
8. Adil (tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu
banyak melakukan dosa-dosa kecil)
9. Merdeka

Syarat ijab
1. Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
2. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
3. Diucapkan oleh wali atau wakilnya
4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'ah (nikah
kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah
dalam tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam
persetujuan nikah muat'ah)
5. Tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu
ijab dilafalkan)
Contoh bacaan Ijab: Wali/wakil wali berkata kepada
calon suami: "Saya nikahkan anda dengan Nisa binti Abdullah
dengan mas kawin berupa cincin emas dibayar tunai".

Syarat qobul
1. Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
2. Tidak ada perkataan sindiran
3. Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-
sebab tertentu)
4. Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti
mutaah(seperti nikah kontrak)

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


5. Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu
qobul dilafalkan)
6. Menyebut nama calon istri
7. Tidak ditambahkan dengan perkataan lain
Contoh sebutan qabul (akan dilafazkan oleh bakal
suami):"Saya terima nikahnya dengan Nisa binti Abdullah
dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar
tunai" atau "Saya terima Nisa binti Abdullah sebagai istri
saya".
Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil wali akan mendapatkan
kesaksian dari para hadirin khususnya dari dua orang saksi
pernikahan dengan cara meminta saksi mengatakan lafal "sah"
atau perkataan lain yang sama maksudya dengan perkataan itu.
Selanjutnya Wali/wakil wali akan membaca doa selamat
agar pernikahan suami istri itu kekal dan bahagia sepanjang
kehidupan mereka serta doa itu akan di Aminkan oleh para
hadirin.

2.2.3 Syarat Perkawinan Menurut Hukum Agama Kristen/Katolik


1. Kedua mempelai harus sudah dibaptis
2. Telah melewti sakramen
3. Kesepakatan kedua mempelai (tidak dipaksa untuk menikah)
4. Tidak ada kekeliruan tentang diri orangnya
5. Untuk pria minimal 16 tahun dan wanita minimal 14 tahun.
6. Salah satu atau kedua calon pengantin tidak terikat
perkawinan sebelumnya
7. Perkawinan dilakukan dengan diteguhkannya dihadapan
pastur/pendeta.

2.2.4 Syarat Perkawinan Menurut Hukum Agama Hindu


1. Perkawinan dikatakan sah apabila dilakukan menurut
ketentuan Hukum Hindu.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


2. Untuk mengesahkan perkawinan menurut Hukum Hindu harus
dilakukan oleh Pendeta/Rohaniawan atau pejabat agama yang
memenuhi syarat untuk melakukan perbuatan itu.
3. Suatu perkawinan dikatakan sah apabila kedua calon
mempelai telah menganut Agama Hindu.
4. Berdasarkan tradisi yang berlaku di Bali, perkawinan
dikatakan sah setelah melaksanakan upacara
Byakala/Biakaonan sebagai rangkaian Upacara Wiwaha.
5. Calon mempelai tidak terikat oleh suatu ikatan perkawinan.
6. Tidak ada kelainan seperti banci, kuming (tidak pernah haid),
tidak sakit jiwa atau sehat jasmani dan rohani.
7. Calon mempelai cukup umur, pria berumur 21 tahun dan
wanita minimal 18 tahun.
8. Calon mempelai tidak mempunyai darah dekat atau sepinda.

2.2.5 Syarat Pernikahan Agama Buddha


1. Kedua mempelai harus menyetujui dan cinta mencintai
2. Kedua mempelai harus mengikuti penataran yang diberikan
Pandita satu bulan sebelum perkawinan dilangsungkan.
3. Umur kedua mempelai sudah mencapai 21 tahun dan jika
belum mencapai 21 tahun harus mendapat izin dari orang tua
atau wali yang bersangkutan.
4. Perkawinan hanya dibolehkan jika wanita berumur 17 (tujuh
belas) tahun dan pria berumur 20 (dua puluh) tahun.
5. Kedua mempelai tidak ada hubungan darah dan susuan.
6. Diantara mereka tidak terikat tali perkawinan dengan orang
lain
7. Tempat upacara perkawinan harus dilakukan di Vihara atau
Cetya atau didepan altar suci sang Budha atau Bodhisatwa.

2.3 Hukum Pernikahan Menurut Islam


Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah
menurut situasi dan kondisi seseorang dan lingkungannya.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


1. Jaiz, artinya boleh kawin dan boleh juga tidak, jaiz ini merupakan
hukum dasar dari pernikahan. Perbedaan situasi dan kondisi
serta motif yang mendorong terjadinya pernikahan menyebabkan
adanya hukum-hukum nikah berikut.
2. Sunat, yaitu apabila seseorang telah berkeinginan untuk menikah
serta memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah lahir
maupun batin.
3. Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah
dan ada kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina
bila tidak segera melangsungkan perkawinan. Atau juga bagi
seseorang yang telah memiliki keinginan yang sangat serta
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perzinahan apabila
tidak segera menikah.
4. Makruh, yaitu bagi yang tidak mampu memberikan nafkah.
5. Haram, yaitu apabila motivasi untuk menikah karena ada niatan
jahat, seperti untuk menyakiti istrinya, keluarganya serta niat-
niat jelek lainnya.

2.4 Tujuan dan Hukum Pernikahan


1. Dapat menyalurkan naluri seksual dengan cara sah dan terpuji.
Bagi manusia, naluri tersebut sangat kuat dan keras serta menuntut
adanya penyaluran yang baik. Jika tidak, dapat mengakibatkan
kegoncangan dalam kehidupannya. Dengan perkawinan, kehidupan
manusia menjadi segar dan tenteram serta terpelihara dari
perbuatan keji dan rendah (QS. Ar-Ruum (30) : ayat 21).
2. Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat,
sehingga dapat menjaga kelestarian hidup umat manusia. Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. An-Nisa' (4): ayat 1). Allah menjadikan bagi
kamu isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS. An-Nahl (16): ayat
72)
3. Naluri keibuan dan kebapakan akan saling melengkapi dalam
kehidupan rumahtangga bersama anak-anak. Hubungan itu akan
menumbuhkan rasa kasih sayang, sikap jujur, dan keterbukaan,
serta saling menghargai satu sama lain sehingga akan
meningkatkan kualitas seorang manusia. (QS.30:21, 16:72).
4. Melahirkan organisasi (tim) dengan pembagian
tugas/tanggungjawab tertentu, serta melatih kemampuan
bekerjasama. Tugas intern pengaturan rumahtangga termasuk
memelihara dan mendidik anak yang umumnya menjadi tugas
utama isteri dan tentunya harus bekerjasama dengan suami;
mencari nafkah yang menjadi kewajiban suami dapat dibantu oleh
istrinya; pengelolaan keuangan yang sebaiknya menjadi bagian dari
isteri, namun dengan seijin suami dalam pembelanjaannya. Ini
semua meningkatkan sikap disiplin, rajin, kerja keras, syukur, sabar,
dan tawakal.
5. Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturahmi antar keluarga,
sehingga memupuk rasa sosial dan dapat membentuk masyarakat
yang kuat serta bahagia.

2.5 Cara Memilih Pasangan Yang Ideal


1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Ini adalah kriteria yang paling utama dari kriteria yang lain.
Maka dalam memilih calon pasangan hidup, minimal harus terdapat
satu syarat ini. Sedangkan taqwa adalah menjaga diri dari adzab
Allah Taala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Maka hendaknya seorang muslim berjuang untuk

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


mendapatkan calon pasangan yang paling mulia di sisi Allah, yaitu
seorang yang taat kepada aturan agama. Rasulullah
shallallahualaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang
baik agamanya,
:

Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya,


karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya.
Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya
(keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.
(HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,

Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai


agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan
terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar. (HR.
Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dhoifah bahwa hadits ini
hasan lighoirihi)

2. Al Kafaah (Sekufu)

Yang dimaksud dengan sekufu atau al kafaah -secara bahasa-


adalah sebanding dalam hal kedudukan, agama, nasab, rumah dan
selainnya (Lisaanul Arab, Ibnu Manzhur). Al Kafaah secara syariat
menurut mayoritas ulama adalah sebanding dalam agama, nasab
(keturunan), kemerdekaan dan pekerjaan. (Dinukil dari Panduan
Lengkap Nikah, hal. 175). Atau dengan kata lain kesetaraan dalam
agama dan status sosial. Banyak dalil yang menunjukkan anjuran
ini. Di antaranya firman Allah Taala,

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-


laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita
yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk
wanita-wanita yang baik pula. (QS. An Nur: 26)

3. Menyenangkan jika dipandang


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang
telah disebutkan, membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik
sebagai salah satu kriteria memilih calon pasangan. Karena paras
yang cantik atau tampan, juga keadaan fisik yang menarik lainnya
dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu faktor penunjang
keharmonisan rumah tangga. Maka mempertimbangkan hal
tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu untuk
menciptakan ketentraman dalam hati.
Allah Taala berfirman,

Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan


bagimu istri-istri dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram
denganya. (QS. Ar Ruum: 21)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam


juga menyebutkan 4 ciri wanita sholihah yang salah satunya,

Jika memandangnya, membuat suami senang. (HR. Abu


Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih)

4. Subur (mampu menghasilkan keturunan)

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Di antara hikmah dari pernikahan adalah untuk meneruskan
keturunan dan memperbanyak jumlah kaum muslimin dan
memperkuat izzah (kemuliaan) kaum muslimin. Karena dari
pernikahan diharapkan lahirlah anak-anak kaum muslimin yang
nantinya menjadi orang-orang yang shalih yang mendakwahkan
Islam. Oleh karena itulah, Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam
menganjurkan untuk memilih calon istri yang subur,

Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku


berbangga dengan banyaknya ummatku. (HR. An NasaI, Abu
Dawud. Dihasankan oleh Al Albani dalam Misykatul Mashabih)

Kriteria Khusus untuk Memilih Calon Suami

Khusus bagi seorang muslimah yang hendak memilih calon


pendamping, ada satu kriteria yang penting untuk diperhatikan.
Yaitu calon suami memiliki kemampuan untuk memberi nafkah.
Karena memberi nafkah merupakan kewajiban seorang suami. Islam
telah menjadikan sikap menyia-nyiakan hak istri, anak-anak serta
kedua orang tua dalam nafkah termasuk dalam kategori dosa besar

Kriteria Khusus untuk Memilih Istri

Salah satu bukti bahwa wanita memiliki kedudukan yang


mulia dalam Islam adalah bahwa terdapat anjuran untuk memilih
calon istri dengan lebih selektif. Yaitu dengan adanya beberapa
kriteria khusus untuk memilih calon istri. Di antara kriteria tersebut
adalah:

1. Bersedia taat kepada suami

Seorang suami adalah pemimpin dalam rumah tangga.


Sebagaimana firman Allah Taala,

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. (QS. An Nisa:


34)

Sudah sepatutnya seorang pemimpin untuk ditaati. Ketika


ketaatan ditinggalkan maka hancurlah organisasi rumah tangga
yang dijalankan. Oleh karena itulah, Allah dan Rasul-Nya dalam
banyak dalil memerintahkan seorang istri untuk taat kepada
suaminya, kecuali dalam perkara yang diharamkan. Meninggalkan
ketaatan kepada suami merupakan dosa besar, sebaliknya ketaatan
kepadanya diganjar dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya,


mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan
menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja
yang ia inginkan. (HR. Ibnu Hibban. Dishahihkan oleh Al Albani)

2. Menjaga auratnya dan tidak memamerkan kecantikannya


kecuali kepada suaminya

Berbusana muslimah yang benar dan syari adalah kewajiban


setiap muslimah. Seorang muslimah yang shalihah tentunya tidak
akan melanggar ketentuan ini. Allah Taala berfirman,

Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak


perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. (QS. Al Ahzab:
59)

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


3. Gadis lebih diutamakan dari janda

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan agar


menikahi wanita yang masih gadis. Karena secara umum wanita
yang masih gadis memiliki kelebihan dalam hal kemesraan dan
dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis. Sehingga sejalan dengan
salah satu tujuan menikah, yaitu menjaga dari penyaluran syahawat
kepada yang haram. Wanita yang masih gadis juga biasanya lebih
nrimo jika sang suami berpenghasilan sedikit. Hal ini semua dapat
menambah kebahagiaan dalam pernikahan. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Menikahlah dengan gadis, sebab mulut mereka lebih jernih,


rahimnya lebih cepat hamil, dan lebih rela pada pemberian yang
sedikit. (HR. Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al Albani)

4. Nasab-nya baik

Dianjurkan kepada seseorang yang hendak meminang


seorang wanita untuk mencari tahu tentang nasab (silsilah
keturunan)-nya. Alasan pertama, keluarga memiliki peran besar
dalam mempengaruhi ilmu, akhlak dan keimanan seseorang.
Seorang wanita yang tumbuh dalam keluarga yang baik lagi Islami
biasanya menjadi seorang wanita yang shalihah. Alasan kedua, di
masyarakat kita yang masih awam terdapat permasalahan pelik
berkaitan dengan status anak zina. Mereka menganggap bahwa jika
dua orang berzina, cukup dengan menikahkan keduanya maka
selesailah permasalahan. Padahal tidak demikian. Karena dalam
ketentuan Islam, anak yang dilahirkan dari hasil zina tidak di-nasab-
kan kepada si lelaki pezina, namun di-nasab-kan kepada ibunya.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


2.6 Cara Mempertahankan Rumah Tangga Yang
Harmonis
1. Hormati komitmen yang sudah anda bangun bersama pasangan
Ingat, niat anda saat membangun rumah tangga adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia, baik di dunia
maupun akhirat. Yang dimaksud kebahagiaan ini tidak hanya
kebahagiaan anda pribadi, namun juga kebahagiaan pasangan
dan anggota keluarga lainnya. Jadikanlah komitmen ini sebagai
sumber motivasi sekaligus tujuan utama dari setiap aktivitas yang
anda lakukan saat ini. Jadikanlah pula komitmen ini sebagai
pengingat setiap kali anda merasa sedih, patah semangat, atau
merasa mulai melenceng dari tujuan.

2. Buat rencana yang terstruktur rapi


Anda memerlukan rencana yang tersusun rapi untuk
menciptakan rumah tangga yang harmonis. Diperlukan target-
target tertentu dan juga rencana cadangan untuk mengantisipasi
berbagai hal yang tidak terduga. Yang jelas, akan lebih baik jika
anda memiliki program rumah tangga yang tertarget. Untuk
membangun rencana, diperlukan juga partisipasi dari pasangan
anda. Cobalah untuk meminta pendapat, usul, dan masukannya.
Pikirkan pula berbagai program jangka panjang yang mungkin
berguna, misalkan asuransi dan investasi.

3. Jujur dan Saling percaya


Kepercayaan adalah kunci dalam rumah tangga harmonis, dan
kunci dari kepercayaan adalah kejujuran. Oleh karena itu,
biasakanlah untuk bersikap terbuka dan tidak menutup-nutupi
sesuatu dari pasangan anda. Cobalah untuk mengkomunikasikan
semua problem, masalah, atau hal-hal yang mengganjal di hati.
Jika anda terbiasa bersikap jujur, maka rasa percaya akan tumbuh
dengan sendirinya dari pasangan. Tak ada lagi kecurigaan,
prasangka buruk, maupun kecemburuan yang bisa memicu
pertengkaran.

4. Menyesuaikan diri dengan pasangan


Walaupun sudah lama hidup bersama dan membangun
keluarga, tindakan untuk menyesuaikan diri dengan pasangan
adalah hal yang harus terus dijaga. Cobalah untuk melakukan
hal-hal yang disukai pasangan dan menghindari hal-hal yang tidak
disukainya. Jika anda melakukan hal ini dengan tulus, maka
pasangan pun akan berusaha melakukan hal yang sama.

5. Luangkan waktu khusus untuk keluarga


Waktu luang untuk rekreasi dan bercengkerama dengan
anggota keluarga sangat penting, apalagi jika anda termasuk
orang yang sibuk bekerja. Sediakan setidaknya satu hari dalam

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


sebulan untuk bersenang-senang dan melakukan rekreasi
bersama keluarga. Hal ini bisa memperkuat rasa kebersamaan
sekaligus membuat hubungan dalam rumah tangga menjadi lebih
harmonis. Jika perlu, jangan ragu untuk mengambil cuti untuk
mendapatkan quality time bersama keluarga. Manfaatkanlah
waktu-waktu tersebut untuk membuat hubungan anda dengan
pasangan menjadi lebih romantis, atau untuk lebih memahami
anak-anak anda.

6. Prioritaskan Keluarga
Jika anda sudah berumah tangga, maka hal ini berarti bahwa
anda berkomitmen untuk mengutamakan kepentingan keluarga di
atas ambisi pribadi. Ingat, membina keluarga bukanlah suatu hal
yang main-main, dan jika anda sudah membangun rumah tangga,
maka kewajiban andalah untuk membuatnya menjadi sebuah
rumah tangga nan harmonis.Jangan mudah melanggar janji yang
sudah anda ucapkan untuk anggota keluarga hanya karena
kepentingan pribadi atau pekerjaan.

7. Memahami peran masing-masing


Satu lagi poin penting untuk membangun keluarga yang
bahagia. Anda harus benar-benar mengetahui tugas, hak, dan
kewajiban anda dalam rumah tangga. Sadarilah posisi anda, dan
cobalah untuk memenuhi kewajiban anda sebelum menuntut hak
dari anggota keluarga yang lain. Dengan menyadari posisi dan
peran masing-masing, pertengkaran dan konflik rumah tangga
akan bisa diminimalisir. Walaupun demikian, jangan ragu untuk
"melangkah keluar" dari posisi kita jika melihat pasangan anda
kewalahan melaksanakan kewajibannya. Jangan merasa gengsi
untuk membantunya, dan tunjukkan padanya bahwa anda
melakukan hal tersebut karena mencintainya dengan tulus.

8. Pembagian tugas
Keharmonisan hanya bisa tercapai apabila ada keseimbangan,
termasuk dalam hal pembagian tugas dalam rumah tangga. Oleh
karena itu, bicarakanlah baik-baik dengan pasangan anda tentang
tugas-tugas harian yang harus dikerjakan. Sepakatilah siapa yang
harus bertanggung jawab untuk tugas tertentu, dan jangan ragu
untuk meminta bantuan setiap kali anda mengalami
kesulitan.Pembagian tugas yang baik juga akan membuat
pekerjaan sehari-hari lebih efisien dan cepat terselesaikan,
akibatnya anda akan memiliki lebih banyak waktu untuk bersantai
dan bersenang-senang dengan keluarga.

9. Bersyukur
Kunci dari hidup yang tenang adalah rasa syukur dan puas
terhadap hal-hal yang kita miliki saat ini, termasuk keluarga.
Hidup yang tenang akan membawa kita ke rumah tangga yang
harmonis. Oleh karena itu, tunjukkanlah rasa syukur dan bahagia

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


terhadap keluarga yang saat ini anda miliki. Buatlah mereka
merasa sebagai orang yang berharga dalam hidup anda.

10. Saling Mendengarkan


Cobalah meluangkan waktu untuk berbincang-bincang
secara empat mata dengan setiap anggota keluarga anda,
terutama pasangan. Saat berbincang-bincang, gunakanlah
momen ini tidak hanya untuk mengungkapkan berbagai masalah
yang anda hadapi, namun juga manfaatkan untuk mendengarkan
berbagai keluhan dari pasangan. Akan lebih baik lagi jika keluhan
tersebut bisa langsung anda tanggapi dan anda carikan jalan
keluarnya. Namun demikian, walaupun solusi atas keluhan yang
diungkapkan tadi belum terlaksana, setidaknya anggota keluarga
anda akan merasa diperhatikan karena ada sosok yang bisa diajak
untuk berbagi.

2.7 Kontrasepsi dan Macam-macam alatnya


2.7.1 Pengertian Kontrasepsi
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
1997: Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun
1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah
dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

2.7.2 Alat-alat Kontrasepsi


1. Kondom
Adalah salah satu alat kontrasepsi pria/suami yang
terbuat dari karet/latek, berbentuk tabung tidak tembus

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


cairan di mana salah satu ujungnya tertutup rapat dan di
lengkapi kantong penampung air mani/sperma.
2. Suntikan
Adalah cara kontrasepsi perempuan yang berisi
hormonal estrogen dan progrestin yang di suntikan ke
bokong/otot panggul tiap sebulan atau tiga bulan sekali.
3. Pil
Adalah suatu cara Kontrasepsi untuk perempuan
bebentuk pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan
hormon estregon dan progrestin atau hanya hormon
progesteron saja. Setiap sterip Pil KB berjumlah 21 dan 28
buah.
4. Susuk atau Implant
Alat kontrasepsi yang di masukan di bawah kulit pada
lengan bagian atas, tidak terlihat di luar tetapi dapat di
raba. Tersedia 2 macam pilihan susuk KB atau implant yaitu
1 batang dan 2 batang. Memberikan perlindungan terhadap
kehamilan selama 3 - 5 tahun.
5. IUD (INTRA UTERINA DEVICES)
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang di masukan ke dalam rahim. Ada dua jenis
IUD yang beredar saat ini yaitu Lippes loop yang berbentuk
spiral atau huruf 5 ganda, terbuat dari pelastik
(polyethyline). Jenis ke dua copper T berbentuk huruf T
dengan lilitan tembaga lebih banyak dan perak dari
generasi sebelumnya.
6. Tubektomi
Merupakan salah satu cara kontrasepsi bagi perempuan
melalui oprasi pengikatan atau pemotongan saluran indung
telur, sehingga menghambat pertemuan antara sperma dan
sel telur. Kontra sepsi ini diperuntukan hanya kepada ibu
yang tidak menginginkan anak lagi. Peserta kontrasepsi
Tubektomi harus menandatangani surat persetujuan yang di
tandatangani oleh pihak suami.
7. Vasektomi

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Adalah cara kontrasepsi bagi pria (suami) dengan mengikat sluran
sperma melalui sebuah oprasi ringan atau kecil sehingga sperma tidak
bertemu dengan sel telur, atau tidak terjadi pembuahan. Vasektomi hanya di
peruntukan bagi suami atau laki-laki yang tidak menginginkan anak lagi.
Pemakai harus menandatangani surat persetujuan yang di tanda tangani
istri.

2.8 Pandangan Agama tentang Keluarga Berencana


2.8.1 Menurut Islam
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB
dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas
dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan
tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi
umatnya.

1. Halal Kalau Motivasinya Benar


Motivasi yang melatar-belakanginya bukan karena takut
tidak mendapat rezeki. Karena bila motivasinya seperti ini,
berarti kita telah kufur kepada salah satu sifat Allah, yaitu Ar-
Razzaq. Sifat Allah SWT yang satu ini harus kita imani dalam
bentuk kita yakin sepenuhnya bahwa tidak ada satu pun bayi
lahir kecuali Allah telah menjamin rezeki untuknya. Karena itu
membunuh bayi karena takut kelaparan dianggap sebagai
dosa besar di dalam Al-Quran.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada
mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh
mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra:31)
Motivasi yang dibenarkan adalah mencegah sementara
kehamilan untuk mengatur jarak kelahiran itu sendiri. Atau
karena alasan medis berdasarkan penelitian para ahli
berkaitan dengan keselamatan nyawa manusia bila harus
mengandung anak.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


2. Halal Kalau Metodenya Dibenarkan Syariah
Metode pencegah kehamilan serta alat-alat yang
digunakan haruslah yang sejalan dengan syariat Islam. Ada
metode yang secara langsung pernah dicontohkan langsung
oleh Rasulullah SAW dan para shahabat dan ada juga yang
memang diserahkan kepada dunia medis dengan syarat tidak
melanggar norma dan etika serta prinsip umum ketentuan
Islam.
Contoh metode pencegah kehamilan yang pernah
dilakukan di zaman Rasulullah SAW adalah azl (coitus
interruptus).
Dari Jabir berkata:` Kami melakukan `azl di masa Nabi
saw sedang Al-Qur`an turun (HR Bukhari dan Muslim) Dari
Jabir berkata: `Kami melakukan `azl di masa Rasulullah saw,
dan Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya` (HR
muslim).

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


2.8.2 Menurut Kristen
Bagi agama kristen, program KB dapat menunjang

terciptanya kebahagian keluarga, dimana hak dan peran

anggotanya dapat diwujudkan secara memadai. Secara

filosofis bertujuan untuk melindungi hidup. Pandangan ini

didasarkaan antara lain bahwa kebahagiaan suatu keluarga

bergantung dari tiap anggota, bagaimana ia memainkan

peranannya dengan tepat terhadap tiap anggota yang lain.

Kristen Protestan
Agama kristen protestan memandang kesejahteraan

keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman yang

bersifat real sesuai dengan kehendak Allah dan tidak

melarang umatnya berKB.


Kristen Katolik
Menurut kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak
suami istri harus tetap menghormati dan menaati moral
katolik dan umat katolik dibolehkan berKB dengan metode
alami yang memanfaatkan masa tidak subur.

2.8.3 Menurut Hindu


KB menurut Agama Hindu diperbolehkan karena Kb dapat
membatasi jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera.

2.8.4 Menurut Buddha


Masalah kependudukan dan keluarga berencana belum timbul

ketika Budha Gotama masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah

ajarannya yang relevan dengan makna keluarga berencana.

Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara

suami istri dan antara orang tua dan anaknya. Kewajiban orang tua

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan dan

memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya.

Jadi, bila kita perhatikan kewajiban tersebut maka program

KB patut dilaksanakan karena KB menimbulkan kesejahteraan

keluarga. Keluarga berencana dibenarkan dalam agama budha dan

umat budha dibebaskan memilih cara KB yang cocok.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Sebagai
makhluk sosial manusia juga memerlukan interaksi hubungan antar
sesama makhluk sosial. Selain itu manusia juga diciptakan memiliki
rasa mencintai dan ingin dicintai sehingga manusia memiliki rasa
tertarik kepada lawan jenis. Dan hubungan yang bisa menyatukan
antara satu manusia dan manusia lainnya adalah dengan
perkawinan.
Perkawinan adalah sebuah kesepakatan yang disepakati oleh
kedua belah pihak yaitu antara seorang pria dan wanita untuk sama
sama mengikat diri hingga bersama memenuhi kebutuhan
kebutuhan tertentu, baik lahir maupun batin. Perkawinan tidak
hanya menjadi ikatan antara seorang pria dan wanita, namun
keluarga kedua belah pihak pun turut andil. Perkawinan merupakan
suatu anjuran dalam setiap agama.
Semakin tingginya populasi masyarakat di kota kota besar,
sehingga pemerintah mengadakan program KB. Keluarga Berencana
adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran atau menentukan jarak dari
kelahiran pertama dengan kelahiran selanjutnya.

3.2 Saran
Setiap manusia baik itu laki-laki maupun perempuan akan
dikaruniai perasaan. Dan secara harafiah manusia dewasa nantinya
akan membentuk sebuah hubungan. Pernikahan yang sah
menjadikan hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrim menjadi halal.

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana


Setiap keluarga pasti menginginkan memiliki keturunan.
Namun memiliki anak yang jumlahnya banyak menjadi
pertimbangan di saat padatnya penduduk seperti sekarang ini. Cara
menanggulanginya adalah dengan melakukan program KB. Namun,
perlu diperhatikan juga metode yang digunakan dan hukumnya
menurut kepercayaan masing-masing.

Daftar Pustaka
http://artikelbuddhist.com/2011/05/pandangan-agama-buddha-tentang-
pernikahan.html
http://bloghukumumum.blogspot.co.id/2010/04/pengertian-perkawinan-menurut-
undang.html
http://artikelbuddhist.com/2011/05/perkawinan-dalam-agama-buddha.html
http://alfarabi1706.blogspot.co.id/2013/01/perkawinan-agama-budha-hukum-
perdata.html
http://susan-sutta.blogspot.co.id/2011/07/pandangan-agama-buddha-
tentang.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islam

Konsep Agama Tentang Menikah dan Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai