Anda di halaman 1dari 18

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

Terhadap Tn. S dalam Menangani Permasalahan Penderita Spondilitis TB


Stadium IV Berat

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat

OLEH :
Umi Nur Azizah
Yohana Pandora R.S.
Yusuf Samsudin

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
Terhadap Tn. S dalam Menangani Permasalahan Penderita Spondilitis TB
Stadium IV Berat

YUSUF SAMSUDIN, UMI NUR AZIZAH, YOHANA P

Tn. S, usia 36 tahun, mengeluhkan nyeri pada punggung sejak 1 tahun


yang lalu (tepatnya sebelum bulan September). Nyeri dirasakan terutama saat
banyak bergerak dan berkurang ketika istirahat. Keluhan nyeri disertai penurunan
berat badan, dan kadang kadang demam di malam hari, kemudian diikuti dengan
kelumpuhan dan kekakuan ke-dua anggota gerak bagian bawah, tidak disertai
batuk - batuk. Pasien dibawa ke RSUD DKR Kabupaten Sukoharjo, kemudian
dirujuk ke RSO Prof. Dr Soeharso Surakarta. Pasien diagnosis Spondilitis Tb
(berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang). Dari hasil
pemeriksaan patologi anatomi sediaan vertebrae thoraks 7-8 disimpulkan adanya
proses radang spesifik (tuberculosis). Dari hasil pemeriksaan MRI didapatkan
adanya spondylitis pada thoraks 7 dengan abses intraoseus. Pasien telah menjalani
2 kali pembedahan tulang belakang pada bulan September dan Februari. Pada
keluarga dan lingkungan pasien tidak terdapat penyakit serupa.
Pasien tinggal dirumahnya dengan istri dan 1 orang anak. Pasien tidak bisa
bekerja karena penyakitnya, isteri pasien juga tidak dapat bekerja karena harus
menunggui pasien. Sehari hari, pasien dan keluarga makan dari pemberian
bahan pangan tetangganya. Jika tetangga tidak ada yang memberi, pasien pernah
tidak makan sama sekali. Penghasilan keluarga pasien untuk memenuhi kebutuhan
hidup sangat tergantung pada pemberian tetangga atau sanak saudara. Pasien
pernah mendapatkan donatur dari Solo Peduli, setiap satu bulan sekali pasien
mengontrolkan diri ke RSO dengan ambulans Solo Peduli.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80mmHg, fungsi sensorik
baik dan motorik mengelami keterbatasan gerak pada anggota gerak bawah,
pasien mengalami gangguan fungsi vegetative, pemeriksaan psikiatri dalam batas
normal.

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Fisiologis
Keluarga Tn. T merupakan nuclear family, dimana Tn. S berkedudukan
sebagai kepala keluarga, suami, dengan spondilitis Tb. Hubungan keluarga
terjalin akrab dan harmonis, terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antar
anggota keluarga. Keluarga mendukung terhadap kesembuhan penyakit penderita,
keluarga mendukung terhadap program pengobatan terbukti dengan kepatuhan
keluarga mengontrolkan penderita ke RSO setiap bulan. Penghasilan keluarga untuk
kebutuhan sehari hari tidak menentu, tidak ada yang bekerja dalam keluarga ini,
kebutuhan makan sehari hari biasa menunggu pemberian makan atau bahan
makan dari tetangga.
Fungsi fisiologis dinilai dengan APGAR Score yakni ditinjau dari sudut
Pyang lain. APGAR score keluarga Tn. S adalah 9, menunjukkan fungsi fisiologis
keluarga Tn. S cukup baik.

Tabel 1. APGAR SCORE


Tn. T Ny. N
A 2 2
P 2 2
G 2 2
A 1 2
R 2 1
TOTAL 9 9
Sumber, Data Primer 19 September 2016
Keterangan:
A : Adaptation, P : Partnership, G : Growth, A : Affection, R : Resolve
b. Fungsi Patologis
Tabel 2. SCREEM Keluarga Penderita
SUMBER PATHOLOGY
Social Tn. S dapat berkumpul dengan keluarga dan tetangga
sekitar
Culture Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, masih
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari
Religious Beragama islam, namun ketaatan beribadah baik
Economic Penghasilan tidak menentu
Educational Tn. S lulusan SMP
Medical Memiliki asuransi kesehatan

Hubungan antara Tn. S dengan keluarga baik, yang digambarkan pada


diagram dibawah ini.

Diagram 1. Pola Interaksi Keluarga Tn. S


(ta
y
N
1
3 6
T
S
.H
)
n
u
h
5
I
A

Penderita Spondilitis Tb tidak ditemukan pada anggota keluarga yang lain. Di


dalam keluarga juga tidak didapatkan penyakit menular dan penyakit keturunan.
Hal ini tampak pada genogram berikut.

Diagram 2. Genogram Keluarga Tn. S


IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

Pengetahuan akan kesehatan didalam keluarga ini cukup, tampak dari cara
keluarga untuk menciptakan kondisi sehat. Jika ada anggota keluarga yang sakit
dan penyakitnya sudah mengganggu aktivitas sehari-hari keluarga kemudian
memeriksakan dan mencari pengobatan. Isteri pasien rajin bertanya dan mencari
pengetahuan tetntang penyakit yang diderita suaminya, isteri pasien juga memiliki
semangat tinggi untuk menyembuhkan suaminya, setiap jadwal kontrol, isteri
pasien tidak pernah melewatkan dan selalu mengupayakan bagaimana cara
suaminya bisa mendapatkan obat. Keluarga ini biasanya menggunakan puskesmas
sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jika menemui kendala
pertama, untuk pengobatan pasien, isteri pasien patuh dan taat saat jadwal kontrol
ke RSO. Akhir akhir ini, karena penyakit pasien tidak kunjung sembuh, isteri
pasien sedikit bosan, kecewa dan hampir putus asa dengan pengobatan yang
selama ini dijalani, disampaing sudah mengeluarkan banyak biaya, dan adanya
tawaran obat di luar BPJS yang mahal dan ditambah isteri pasien tidak bekerja.

Rumah yang dihuni keluarga ini sebenarnya sudah memenuhi standar


kesehatan karena luas bangunan cukup luas, pencahayaan dan ventilasi rumah
cukup baik, namun ada beberapa ruang yang masih kurang pencahayaan. Namun,
untuk tempat tidur pasien sedikit lembab, karena pasien setiap waktu hanya
berbaring di tempat tidur serta dimungkinkan sprei tidak diganti setiap hari. Untuk
MCK, keluarga ini menggunakan WC leher angsa, namun untuk Bab dan bak
pasien sendiri berada di tempat tidur dan dibantu oleh isterinya. Di keluarga Tn. S
dan keluarga Ny. K, tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang
sama.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Faktor Non Perilaku Keluarga Tn. S


Lingkungan :
Pengetahuan: keluarga kurang memahami penyakit penderita

Keturunan : t
Sikap:
Keluarga Tn. T
keluarga sangat peduli terhadap penyakit penderita

Pelayanan K
Tindakan: Pasien patuh minum obat, pasien rutin kontrol, keluarga pasien mendukung peny

Faktor Perilaku

Faktor Non Perilaku

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang cukup luas berdiri sendiri
dalam sebuah lahan dan tidak berdempetan dengan tetangga sekitar. Memiliki
pekarangan rumah, dengan pagar pembatas. Tidak terdapat saluran pembuangan
limbah. Pembuangan sampah di rumah dilakukan dengan cara dibakar.
Dinding rumah terbuat dari batu bata sedangkan lantai rumah terbuat dari
semen. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang tamu sekaligus ruang
keluarga, 3 kamar tidur, satu dapur sekaligus ruang makan, satu kamar mandi dan
satu wc. Rumah ini mempunyai satu pintu utama untuk keluar masuk beberapa
jendela kayu. Keluarga ini mempunyai fasilitas MCK keluarga, keluarga ini mandi
di rumah dengan kamar mandi milik pribadi. Untuk kebutuhan mencuci, serta
memasak menggunakan sumber air sumur. Penerangan dan ventilasi udara sudah
cukup baik. Untuk tempat tidur penderita agak lembab, dimungkinkan karena
inactivity penderita, serta keluarga tidak mengganti sprei atau alas tidur setiap
hari.

Digram 4. Denah Rumah Tn. T

WC
KAMAR KAMAR KAMAR

KM

DAPUR
TEMPAT
MENCU
CI R. MAKAN

R.
KELUARGA R. TAMU

TERAS

DAFTAR MASALAH
1. MASALAH MEDIS :
Spondilitis TB Stadium IV Berat
2. MASALAH NON MEDIS :
a. Keadaan ekonomi kurang.
b. Kurangnyaasupan gizi untuk penderita.
c. Munculnya rasa jenuh, dan putus asa terhadap pengobatan yang
dijalani

Diagram 5. Permasalahan Pasien

1. Keadaan ekonomi kurang

2. Kurangnya asupan gizi


culnya rasa jenuh, dan putus asa terhadap
Tn. S ,pengobatan yang dijalani
36 Tahun dengan Spondilitis Tb

Tabel 3. Matriks Prioritas Masalah


No. Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxR

P S SB

1. Keadaan ekonomi 5 4 4 3 4 156


kurang
(I)

2. Kurangnya asupan 3 3 4 3 4 54
gizi
(III)

3. Munculnya rasa 5 3 4 3 4 144


jenuh, dan putus asa (II)
terhadap pengobatan
yang dijalani

Keterangan :
I : Importancy
P : Prevalence
S: Severity
SB : Social Benefit
T : Technical Ability
R : Resource Ability

Prioritas masalah yang diambil adalah bagaimana meningkatkan


perekonomian penderita dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
hari.

HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH DENGAN Spondilitis Tb Tn. S


SIMPULAN (DIAGNOSIS HOLISTIK)

Diagnosis Biologis : Spondilitis Tb Stadium IV Berat

Diagnosis Psikologis : Pasien dan keluarga pasrah dan hampir putus asa
dengan penyakitnya.

Diagnosis Sosial : Hubungan dengan keluarga baik

SARAN ( KOMPREHENSIF)

1. Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit pasien,
pengobatan, serta prognosa penyakit pasien sehingga pasien tahu
mengenai penyakitnya secara menyeluruh.
Memberikan pendampingan psikologis kepada pasien dan keluarga
terkait pengobatan dan kesembuhan.
Memberikan solusi keuangan terhadap isteri pasien, agar dapat
memenuhi kebutuhan sehari hari, misal bekerja sama dengan
LSM yang bersedia membantu keluarga pasien untuk
pengalokasian dana bantuan sebagai usaha yang dapat dikerjakan
isteri pasien (saran ditujukan kepada pemegang program
perkesmas dan bidan desa serta perangkat desa setempat).
Membekali keterampilan isteri pasien untuk melakukan usaha
yang dapat dikerjakan isteri pasien sembari mengurus pasien di
rumah.
Memandirikan pasien dengan program rehabilitasi medik untuk
membantu mobilisasi agar dapat beraktifitas menggunakan alat
bantu.
Membekali pasien dengan keterampilan yang dapat dikerjakannya,
agar pasien dapat bekerja dengan keterbatasan yang dimiliki,
sehingga roda perekonomian keluarga tetap berjalan.

2. Preventif
1. Menjaga agar anggota keluarga lain tidak tertular, serta
menjaga agar tidak timbul komplikasi dari progresivitas
penyakitnya, diantaranya dengan :
Memberikan edukasi perilaku hidup bersih sehat.
Memberikan edukasi pembuangan dahak yang baik.
Mengupayakan penciptaan rumah sehat yang cukup sinar
matahari, salah satunya dengan upaya genting kaca.
Mendorong pasien untuk patuh berobat dan menjalankan
semua program yang dianjurkan oleh dokter.

3. Kuratif
Mendorong pasien mengonsumsi obat secara teratur :
2. Amitriptylin 1x 1 hari
3. Amlodipin 5 mg 1 x 1 hari
4. Tanapres 1 x 1 hari (Imidapril)
5. Rifampisin 450 mg 1x 1 hari
6. Gabapentine 150 mg 1 x 1 hari
7. B6 1 x 1 hari
8. Isoniazid 1 x 1 hari
9. Diazepam 2 x 1 hari
4. Rehabilitatif
1. Tirah baring dan immobilisasi pasca operasi setkurang kurangnya
6 bulan
2. Penggunaan kursi roda dalam program mobilisasi
3. Terapi motorik yang dilakukan antara lain difokuskan pada otot
dada, perut, tungkai bawah, batang tubuh, dan ekstensor
sakrospinal
LAMPIRAN

Gambar 1. Tampak Pekarangan depan rumah pasien


Gambar 2. Tampak Depan Rumah Tn. S

Gambar 3. Tampak ruang tamu dan ruang keluarga


Gambar 4. Dapur dan ruang makan
Gambar 5. Kamar mandi dan tempat mencuci

Gambar 6. WC

Gambar 7. Tn.S di tempat tidur


Gambar 8. Tampak Tn. S, anak, isteri dan coass

DAFTAR PUSTAKA
Janitra raka, zuwanda. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis TB.
Jakarta: CKD.

Kemenkes RI. 2011. Stop TB Menuju Terobosan Universal Strategi Nasional


Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010 2014. Jakarta

Munandar istrael, Sahputra Roni Eka. 2015. Spondilitis TB cervical. Padang:


jurnal Fk Unad

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai