Anda di halaman 1dari 19

44

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang

Kabupaten Bulukumba meliputi seluruh wilayah kerja di Desa Bontonyeleng

Kabupaten Bulukumba. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas

Bontonyeleng meliputi 5 buah posyandu, puskesmas pembantu 1 buah, dokter

praktek 2 orang, dan Bidan 26 orang.

Selain itu Puskesmas Bontonyeleng Kec. Gantarang Kabupaten

Bulukumba merupakan puskesmas yang dijadikan percontohan oleh Kinerja

United States Agency for Internasional Development USAID di Kabupaten

Bulukumba. Lembaga ini juga memberikan bantuan untuk program

pemeliharaan kesehatan, seperti vaksinasi, imunisasi, perlindungan dari AIDS,

gizi untuk ibu dan anak, dan pelayanan program Keluarga Berencana, sebagai

penyempurnaan pelayanan kesehatan untuk masyarakat terutama penyakit

yang diderita dimasyarakat misalanya penyakit hipertensi, stroke, DBD, diare

dll.
45

B. Hasil Penelitian

1. Analisa univariat

a. Distribusi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita


Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2016
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 28 56
Perempuan 22 44
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa paling banyak

responden adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (56%),

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 22

orang (44%).

b. Distribusi jumlah responden berdasarkan umur

Tabel 5.2. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Umur Penderita Hipertensi Di


Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2016

Umur Frekuensi Persentase

46-55 Tahun 17 34
56-65 Tahun 19 38
> 65 Tahun 14 28
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa lebih banyak

responden berumur 56-65 tahun sebanyak 19 orang (38%), sedangkan

jumlah responden berdasarkan umur yang terkecil adalah responden

berumur > 65 tahun sebanyak 14 orang (28%).


46

c. Distribusi jumlah responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.3. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Penderita Hipertensi


Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Tahun 2016

Pendidikan Frekuensi Persentase

Tidak Sekolah 18 36
SD 17 34
SMP 4 8
SMA 11 22
Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah

responden berdasarkan pendidikan lebih banyak responden adalah tidak

sekolah sebanyak 18 orang (36%), dan paling sedikit responden adalah

SMP sebanyak 4 orang (8%).

d. Distribusi jumlah responden berdasarkan status pekerjaan

Tabel 5.4. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Pasien


Hipertensi Di Puskesmas Borong Rappoa Kecamatan Kindang
Kabupaten Bulukumba Tahun 2014

Status Pekerjaan Ibu Frekuensi Persentase

Bekerja 31 62
Tidak Bekerja 19 38
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa distribusi jumlah

responden berdasarkan status pekerjaan paling banyak responden

adalah bekerja sebanyak 31 orang (62%), sedangkan paling sedikit

responden adalah tidak bekerja sebanyak 19 orang (38%).

e. Gambaran jumlah responden berdasarkan dukungan keluarga pada

pasien hipertensi
47

Tabel 5.5. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga Pada


Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2016

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase

Baik 29 58
Kurang 21 42
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 5.5. pada hasil penelitian ini berdasarkan

dukungan keluarga paling banyak responden terdapat pada kategori

baik sebanyak 29 responden (58%), sedangkan dukungan keluarga pada

kategori kurang sebanyak 21 responden (42%).

f. Gambaran jumlah responden berdasarkan upaya keluarga dalam

meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi.

Tabel 5.6. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Upaya Keluarga Dalam


Meminimalisir Serangan Stroke Pada Penderita Hipertensi Pada Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan
Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2016

Upaya Keluarga Frekuensi Persentase

Melakukan 17 34
Tidak Melakukan 33 66
Total 50 100
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 5.6. pada hasil penelitian ini distribusi jumlah

responden berdasarkan upaya keluarga dalam meminimalisir serangan

stroke pada penderita hipertensi paling banyak terdapat pada kategori

tidak melakukan sebanyak 33 responden (66%). Sedangkan upaya

keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi pada kategori melakukan sebanyak 17 responden (34%).


48

2. Analisa bivariat

a. Analisa hubungan dukungan keluarga dengan upaya keluarga dalam

meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi.

Dari hasil uji chi square didapatkan nilai expected count diatas

5 sebesar 100% sehingga syarat untuk uji chi square terpenuhi.

Hubungan dukungan keluarga dengan upaya keluarga dalam

meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba, dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.6. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Keluarga


Dalam Meminimalisir Serangan Stroke Pada Penderita Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2016
Upaya Keluarga Meminimalisir Stroke
Total
Melakukan Tidak Melakukan p
n % N %
Dukungan Baik 17 34 12 24 29
Keluarga Kurang 0 0 21 42 21 0,000
Total 17 34 33 68 50
*Sumber : uji Chi-Square

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa responden yang

dukungan keluarga baik dengan melakukan upaya meminimalisir

stroke pada pasien hipertensi sebanyak 17 responden (34%),

responden yang dukungan keluarga baik dengan tidak melakukan

upaya meminimalisir stroke pada pasien hipertensi sebanyak 12

responden (24%), sedangkan responden yang dukungan keluarga

kurang dengan tidak melakukan upaya meminimalisir stroke pada

pasien hipertensi sebanyak 21 responden (42%).


49

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh nilai significancy sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan

upaya keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan

Gantarang Kabupaten Bulukumba.

3. Pembahasan

a. Dukungan keluarga

Pada hasil penelitian ini, berdasarkan dukungan keluarga paling

banyak responden terdapat pada kategori baik sebanyak 29 responden

(58%), sedangkan dukungan keluarga pada kategori kurang sebanyak

21 responden (42%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Elmiani et.al, (2014) bahwa dari 36 responden dapat diketahui jumlah

dukungan keluarga dalam menjalankan diet hipertensi yaitu yang

mendukung sebanyak 23 responden (63,9%) dan yang tidak

mendukung sebanyak 13 responden (36,1%).

Friedman (2003) dikutip dalam Herlina, et.al. (2013) dukungan

penghargaan merupakan bentuk fungsi afektif keluarga dalam

meningkatkan status psikososial lansia. Dukungan penghargaan lebih

melibatkan adanya penilaian positif dari orang lain. Hasil penelitian Li,

Noqueira (2008) dikutip dalam Herlina, et.al. ( 2013), menyebutkan

dukungan keluarga sangat penting dibutuhkan bagi lansia dengan


50

hipertensi. Dengan dukungan yang efektif dapat mengendalikan

peningkatan tekanan darah.

Nurdiana et.al. (2007) dikutip dalam Ambari (2010) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa keluarga berperan penting dalam

menentukan cara atau asuhan keperawatan yang diperlukan oleh pasien

di rumah sehingga akan menurunkan angka kekambuhan. Hasil

penelitian tersebut dipertegas oleh penelitan lain yang dilakukan oleh

Dinosetro (2008) dikutip dalam Ambari (2010) menyatakan bahwa

keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan angka

kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya serta

pasien dapat beradaptasi kembali pada masyarakat dan kehidupan

sosialnya.

Menurut Friedman (1981) dalam Setiadi (2008) membagi 5

tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat,

memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat dan usianya

yang terlalu muda, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya, mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota

dan lembaga lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan

dengan baik fasilitas fasilitas kesehatan yang ada.


51

Berdasarkan asumsi peneliti dukungan yang dimiliki oleh

seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan

yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan keluarga yang tinggi akan

lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding

dengan yang tidak memiliki dukungan. Oleh karena itu diharapkan

keluarga mampu memberikan dukungan dan perhatian terutama dalam

melaksanakan tugasnya terhadap lansia dengan cara menjaga dan

merawat lansia serta memberikan perhatian sehingga lansia merasa

dihargai dan meningkat status kesehatannya, Penelitian ini sesuai

dengan penelitian Elmiani bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan

dan berperan penting dalam mengontrol dan mengurangi penyakit yang

diderita keluarga dengan hipertensi.

b. Upaya keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi

Pada hasil penelitian ini distribusi jumlah responden

berdasarkan upaya keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada

penderita hipertensi paling banyak terdapat pada kategori tidak

melakukan sebanyak 33 responden (66%). Sedangkan upaya keluarga

dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi pada

kategori melakukan sebanyak 17 responden (34%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Githa, et.al. (2012) perilaku pencegahan komplikasi hipertensi pada

lansia, didapatkan data dari 40 responden terdapat 31 responden atau


52

77,5% berperilaku baik dalam mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi. Penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan

oleh Elmiani et.al, (2014) bahwa dari 36 responden dapat diketahui

jumlah responden yang patuh dalam menjalankan diet hipertensi yaitu

sebanyak 21 responden (58,3%) dan yang tidak patuh dalam

menjalankan diet sebanyak 15 responden (41,7%).

Kepatuhan terhadap diet meliputi diet rendah garam, rendah

kolestrol, dan rendah lemak sangat diperlukan.Kepatuhan sendiri sangat

diperngaruhi oleh pengetahuan dan sikap penderita. Pengetahuan akan

mempengaruhi kompetensi perasaan dalam mengatur gejala. Seseorang

yang paham tentang hipertensi dan berbagai penyebabnya maka akan

melakukan tindakan sebaik mungkin agar penyakitnya tidak berlanjut

(Scher dan Bruce, 2001, dikutip dalam Suryadi, 2013).

Untuk melakukan pencegahan terhadap serangan stroke maka

sangat penting untuk mengetahui faktor risiko stroke. Faktor risiko

kejadian stroke disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah

hipertensi. Menurut Lingga (2013) Salah satu faktor risiko terjadinya

stroke adalah hipertensi. sekitar 40-90% stroke dialami oleh penderita

hipertensi. Artinya adalah hipertensi adalah kondisi yang sangat rawan

terhadap terjadinya serangan stroke.

Menurut analisa peneliti, terjadinya stroke pada penderita

hipertensi disamping Karena faktor usia juga disebabkan Karena

kebiasaan gaya hidup yang kurang sehat. Terutama dalam hal


53

menyediakan makanan khusus untuk lansia hipertensi, pemberian

informasi terkait rokok dan kopi dan berolahraga secara teratur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Githa bahwa perilaku

pencegahan komplikasi hipertensi pada lansia, sangat mempengaruhi

tingkat/kejadian komplikasi yang terjadi. Oleh karena itu diharapkan

keluarga mampu menangani dan meminimalisir serangan stroke pada

penderita hipertensi dengan memberikan perawatan serta pengawasan

terhadap pola hidup dan pola makan keluarga yang menderita

hipertensi.

c. Hubungan hubungan dukungan keluarga dengan upaya keluarga dalam

meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang dukungan

keluarga baik dengan melakukan upaya meminimalisir stroke pada

pasien hipertensi sebanyak 17 responden (34%), sedangkan paling

banyak responden yang dukungan keluarga kurang dengan tidak

melakukan upaya meminimalisir stroke pada pasien hipertensi

sebanyak 21 responden (42%).

Hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh nilai significancy sebesar 0,000 (p < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan

upaya keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan

Gantarang Kabupaten Bulukumba.


54

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Herlina, et.al. (2013) menunjukkan terdapat hubungan antara

dukungan emosional dengan perilaku lansia hipertensi dengan nilai P

value = 0,000. Menurut Raglin (2001,dikutip dalam Herlina, et.al.

2013), bahwa dukungan emosional keluarga mempengaruhi perasaan

dan motivasi seseorang. Dukungan emosional merupakan fungsi

afektif keluarga yang harus diberikan pada seluruh anggota keluarga

termasuk kepada lansia dengan penyakit kronis (Friedman, 2002

dikutip dalam Herlina, et.al. 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Githa, et.al. 2012, bahwa dari

analisa data dengan uji statistik Rank Spearman, diperoleh p value

0,000 dan r value 0,702 ini berarti ada hubungan antara tugas keluarga

di bidang kesehatan dengan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi

pada lansia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Elmiani et.al, (2014) bahwa berdasarkan uji statistik uji chi-square

diperoleh nilai p = 0,002,dengan demikian Ha diterima Ho ditolak

dengan interpretasi ditemukannya hubungan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan menjalankan diet hipertensi.

Keluarga adalah sebagai support system bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya dan pelaksanaan tugas keluarga yang

adekuat berupa mengenal masalah kesehatan lansia, mengambil

keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan lansia,


55

merawat anggota keluarga lansia, mempertahankan suasana di rumah

yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian lansia,

dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan

tepat sesuai dengan kebutuhan lansia terbukti mempengaruhi perilaku

lansia dalam mencegah terjadinya komplikasi hipertensi (Githa, et.al.

2012).

Wills dalam Friedman dikutip dalam Susanti & Sulistyarini

(2011) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan

sosial keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap

kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial keluarga secara

langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan

sesungguhnya efek efek penyangga dan kesejahteraan boleh jadi

berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan

sosial keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan

menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit.

Menurut Friedman (1981) dikutip dalam Susanti & Sulistyarini

(2011) peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet

yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota

yang menderita hipertensi, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan yang tepat pada pasien hipertensi, memberikan perawatan

kepada anggota keluarga, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas fasilitas kesehatan.


56

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan

meningkatnya umur dan tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi

masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan menjadi faktor

utama stroke, payah jantung, dan penyakit jantung koroner. Lebih dari

separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit

jantung dan serebrovaskuler (Nugroho, 2000, dikutip dalam Githa,

et.al. 2012).

Hipertensi pada lansia diharapkan bisa terkontrol dan dampak

yang ditimbulkan berupa komplikasi hipertensi tersebut dapat

diminimalisir. Oleh karena itu, diperlukan peran serta keluarga dalam

proses pengawasan, pemeliharaan dan pencegahan terjadinya

komplikasi hipertensi pada lansia di rumah. Salah satu aspek

terpenting dari perawatan kesehatan adalah penekanan pada unit

keluarga (Githa, et.al.2012).

Menurut Khomsan dan Faizal (2008) dikutip dalam Elmiani

et.al, (2014) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga dapat menjadi

faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta dapat juga menemukan tentang program

pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan yang dibutuhkan


57

klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga.

Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar

terhadap kesehatan klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap

dukungan keluarga ini maka perawat dapat menjalan perannya sebagai

fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu

perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian

asuhan keperawatan (Sarwono, 2007 dikutip dalam Elmiani et.al,

2014).

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian dan

uraian teori diatas salah satu faktor pendukung pasien taat dalam upaya

meminimalisir stroke pada penderita hipertensi adalah dukungan

keluarga, dimana dukungan ini berupa dukungan emsoional, materil

serta psikis. Pada dasarnya dukungan keluarga dapat menjadi faktor

yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu (lansia) serta dapat juga menemukan tentang

program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga dengan

dukungan yang baik, tentunya akan selalu mengingatkan untuk

meminum obat, mengatur pola makan dan pola tidurnya. Artinya

bahwa dalam upaya meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi maka keluarga harus memberikan dukungan kepada

penderita hipertensi agar melakukan perubahan pola hidup, baik

dengan pemberian dukungan berupa dukungan informasi terkait

hipertensi dan serangan stroke, dukungan penghargaan serta dukungan


58

emosi yaitu dengan memberikan perawatan dan palayanan terbaik

kepada penderita hipertensi. Penelitian ini sejalan pula dengan

penelitian Herlina yang menunjukkan bahwa dukungan keluarga

sangat mempengaruhi perasaan dan motivasi lansia dalam mencegah

terjadinya komplikasi pada keluarga yang menderita hipertensi.

4. Implikasi Keperawatan

Penelitian ini berdampak pada keperawatan dimasyarakat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada lansia hipertensi yaitu dengan

melibatkan dan memberdayakan keluarga, setiap dalam kegiatan

penyebaran informasi yang terkait dengan peningkatan kesehatan lansia.

Ini berarti tujuan, asuhan tidak hanya berfokus pada individu saja,

bagaimana agar dia tidak sakit, tetapi juga membantu keluarga untuk

bertanggung jawab terhadap kesehatan keluarga sendiri (Yenni, 2011).

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang

diakui dan diberikewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas.

Sedangkan peran perawat meliputi: pemberi Asuhan Keperawatan, praktek

Keperawatan atau pelaksana, pendidikan klien, pengelola serta kegiatan

penelitian dibidang Keperawatan berada dibawah tanggung jawabnya

(Yulianti, 2011).

Bentuk perawatan terhadap penderita hipertansi memberikan

penghargaan berupa meminta pendapat untuk menentukan tempat


59

memeriksakan kesehatannya. Serta perawat berperan sebagai pemberi

asuhan keperawatan langsung, serta berperan memberikan pendidikan

kesehatan tentang penyakit hipertensi.

Peran perawat keluarga menurut Fallen & Budi (2010) bahwa

keperawatan mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik

upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Upaya promotif

dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok,

maupun masyarakat. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit

dan gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok, maupun

masyarakat. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga

yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit

dirumah. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat

di rumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu

seperti TBC, kusta, stroke, dan lain-lain.

5. Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Adanya faktor confounding yang tidak dikendalikan pada penelitian ini

yaitu: pendidikan keluarga, status ekonomi keluarga, status pekerjaan

keluarga.

b. Penelitian hanya dilakukan di Puskesmas Bontonyeleng sehingga

kurang dapat dijadikan hasil yang dapat digeneralisasikan untuk

menggambarkan kondisi respoden pada umumnya. Akan lebih baik


60

bila penelitian serupa dilakukan di beberapa puskesmas dan di

lingkungan yang lebih tepat dalam lingkup yang lebih besar serta

dilakukan dalam waktu yang lebih lama.

c.
61

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dukungan keluarga paling banyak responden terdapat pada kategori

baik, karena keluarga mampu memberikan dukungan dan perhatian

terutama dalam melaksanakan tugasnya terhadap lansia dengan cara

menjaga dan merawat lansia serta memberikan perhatian sehingga

lansia merasa dihargai dan meningkat status kesehatannya.

2. Upaya keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi paling banyak terdapat pada kategori tidak melakukan, oleh

karena terjadinya stroke pada penderita hipertensi disamping karena

faktor usia juga disebabkan Karena kebiasaan gaya hidup yang kurang

sehat.

3. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan upaya keluarga dalam

meminimalisir serangan stroke pada penderita hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Bontonyeleng Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan dan

wawasan mahasiswa Stikes Panrita Husada Bulukumba mengenai

dukungan keluarga dengan upaya keluarga dalam meminimalisir

serangan stroke pada penderita hipertensi.

60
62

2. Dapat menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan agar

dapat meningkatkan upaya pemulihan bagi penderita hipertensi dan

diharapkan juga akan memberikan manfaat kepada masyarakat dalam

hal informasi tentang pentingnya dukungan keluarga dengan upaya

keluarga dalam meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi.
3. Bagi penelitian keperawatan diharapkan dapat dilakukan penelitian

lanjutan mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap lansia tentang

cara mengatasi dan meminimalisir serangan stroke pada penderita

hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai