Anda di halaman 1dari 25

Fisiologi Pengunyahan, Penelanan,

dan Bicara
Filed under: Uncategorized 2 Comments
October 30, 2010
I. Mekanisme Mastikasi
Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit,
mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas
yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen
pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan antara
gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan yang
terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring, dan
laring.
Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan
secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan
yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb
sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang
kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme pergerakan menggerinda simple
yang mana merupakan pengurangan ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan
dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap awal dari proses
digesti.

I.1 Pergerakan Pengunyahan


Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik
dalam hal klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan
prostodonti. Salah satu tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan
kontak gigi terintegrasi dengan pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa
penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan
dan untuk mengidentifikasikan posisi mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari
posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi penelitian tentang rahang pada alat
yang bernama simulator atau artikulator.
Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi
incidor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk
mengunyah, gigi anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior
( molar) berperan untuk menggiling makanan.
Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan
proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik
retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan
secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral
dekat dengan area dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat
menyebabkan pengunyahan.
Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks
penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot
rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.
3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga
menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali
lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini
berulang terus menerus.
4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,
khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki
membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus
dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai


berikut:
enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga
tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar
oleh sekresi pencernaan.
Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan
dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan
makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua
segmen usus.

I.1.1 Pergerakan
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup.
Tingkat dan pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada
hewan dan juga manusia. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda
tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan jumlah
kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik pengunyahan seseorang
sangat bergantung pada tingkatan penghancuran makanan. Urutan kunyah dapat
dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan ditransportasikan ke bagian
posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode reduksi.
Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk
makanan dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-
opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase
selama rahang membuka dan dua fase selama rahang menutup.
Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol
pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang
dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada
pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair
ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama fase slow-opening pada
pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan makanan.
Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fase fast-opening dan fase-
closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian
posterior pada rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior
rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan
dari lidah. Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang
bias ditelan, sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan
besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui
mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya
aktivitas ini.

I.1.2 Aktivitas Otot


Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas
polaasynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu
puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola
aktivitas ditentukan oleh factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat
penghancuran makanan, dan faktor individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif
selama rahang terbuka, ketika otot pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada
penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup
rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara
gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan, lebih
aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.
I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi
Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan
aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain
yang memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi
reticular juga terlibat.

I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik


Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang
batas lateral batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak
dari nucleus ini disebut nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering
disebut nucleus sensorik utama) dan sisanya adalah nucleus spinal trigeminal.
Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke kaudal menjadi subnukleus oralis,
interpolaris, dan kaudalis.
Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama
akan bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana
turun memasuki batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi
sekeliling aspek lateral dari nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb
descending membentuk traktus spinal trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus
spinal. Cabang akson kolateral meninggalkan traktus trigeminal dan memasuki
nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada beberapa nucleus dengan
tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan wajah berakhir di
medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.
Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local
mempunyai akson yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan
mengirimkan akson ke rostral nuclei batang otak yang lain; dan interneuron
termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik. Berdasarkan pada perbedaan
morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis terdiri dari 3 subdivisi utama:
ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiri dari
interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord,
dan satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam
subdivisi dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan
grup neuron pada garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.
Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan
dikelilingi oleh akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik
di lateral. Nukleus sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari
kepadatan neuronnya yang lebih rendah, dan rendahnya populasi neuron besar
dengan dendrit primer yang tebal, panjang, dan lurus. Perbedaan lain antara
nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlah gelondong akson
bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan electron
menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada
nucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit
primer berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan
sel. Dendrit sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic


Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang
dan badan sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal
berlokasi di dalam nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf
pusat. Nukleus neuron mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang
bercabang 2 menjadi cabang perifer dan sentral. Cabang sentral mengeluarkan
sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus motorik, spinal cord, dan area
lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi gelondong otot,
ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor ligament
periodontal dibatasi setengah kaudalnya.

I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik


Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal
motorik. Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus
trigeminal motorik terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi
pembuktian neural mendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang
menginervasi otot-otot mastikasi dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus;
Motoneuron penutup rahang berlokasi di dorsolateral, sedangkan motoneuron
pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedial nucleus. Pengamatan intraselular
dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi menunjukkan bahwa input sinaps
untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda. Contohnya adalah
aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak mempengaruhi
motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai mekanoreseptor
pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan
meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.
Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua
grup motoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi
di sini terdapat sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region
dorsolateral dan ventromedial nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran
yang lebih rinci dari struktur mikro nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk
memahami mekanisme reflek mastikasi.

I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik


Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada
nucleus trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar
dan sebuah populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron
besar melintasi garis tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau
berseberangan dalam formasi reticular. Interneuron-interneuron kecil memiliki
hanya satu atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleus secara total.

I.2.5 Nukleus Fasial Motorik


Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom
medial dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih
kecil. Studi pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan
secara topografi di dalam nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares
mempunyai motoneuron sendiri pada bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral.
Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada kolom sel intermediet. Otot-otot
yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh motoneuron pada kolom sel
medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara motoneuron di 3 kolom
sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi yang sama yang
mengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial motorik.

I.2.6 Kontrol Mastikasi


Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang
yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola
dasar oscillatory pergerakan mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat
di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan
faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan proses mastikasi. Dan faktor
yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan mempengaruhi system
koordinasi brain stemmastikatori. Setelah sekian banyak penelitian dilakukan, tiga
hal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar terhadap
pengontrolan proses mastikasi.
I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi
Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas
oral, fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari
dalam brain stem. Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu
gerakan mastikasi adalah adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk
jaringan neural oscillatory yang mampu merangsang terjadinya pola gerakan
mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai generator pola mastikasi atau pusat
mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung jawab dalam proses
respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator, mastikasi juga
terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari strukur
orofacial.
Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga
gerak lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini
terdapat sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan
prosesnya termasuk sederhana bila dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang
lebih kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).
Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw-
closing dan refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat
mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan
menhasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu
yang singkat (sekitar 6 detik) electromyography (EMG) menunjukkan adanya
aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan temporalis. EMG juga menunjukkan
output berupa gerak motorik pada otot yang akan menutup rahang. Karena waktu
terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan gerak knee-
jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input
refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ,
dll dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan
dengan percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah
menurunkan input tapi tidak menghentikan refleks.
Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-
opening dan inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks
monosynaptic dan sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.
Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong
otot jaw-closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak
mastikasi, pada intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain
stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan input peripheral yang pada
akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yang sesuai dengan input
yang terjadi.
Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan
aktivitas itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan
digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan
hiperpolarisasi (inhibisi) saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi
saat opening, akan tetapi tidak hiperpolarisasi saat closing.
II Penelanan
Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses
memasukkan makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food
into the body through the mouth.
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4
syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke
dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia
yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke
lambung.

II.1 Neurofisiologi menelan


Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.

II.1.1 Fase oral


Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang
dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk
menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk
ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5
detik

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)


N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.
Mandibula n. V.2 (maksilaris)
pterigoid

n. VII : m.orbikularis oris, m.


Bibir n. V.2 (maksilaris)
zigomatikum, m.levator labius oris,
m.depresor labius oris, m. levator
anguli oris, m. depressor anguli oris

n.VII: m. mentalis, m. risorius,


m.businator
Mulut & pipi n.V.2 (maksilaris)
n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus
Lidah n.V.3 (lingualis)

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot
intrinsik lidah berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior
ke posterior. Bagian anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus
terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat
kontraksi m. palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator


Bibir n. V.2 (mandibularis), n.V.3
labius oris, m. depressor labius,
(lingualis)
m.mentalis

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli


Mulut & pipi n. V.2 (mandibularis)
oris, m.depressor anguli oris,
m.risorius. m.businator

n.IX,X,XI : m.palatoglosus
Lidah n.V.3 (lingualis)
n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring
Uvula n.V.2 (mandibularis)
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3
sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut
efferen (motorik).

II.1.2 Fase Faringeal


Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas
dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid
lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring
tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring
inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan
faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan
dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah
dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu
detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah n.V.3 n.V :m.milohyoid, m.digastrikus


n.VII : m.stilohyoid
n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid
n.XII :m.stiloglosus

Palatum n.V.2, n.V.3 n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini


n.V :m.tensor veli palatini

n.Laringeus superior n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus


Hyoid cab internus (n.X) n.VII : m. Stilohioid
n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

Nasofaring n.X n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

Faring n.X n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring,


m.konstriktor faring sup, m.konstriktor
ffaring med.
n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

Laring n.rekuren (n.X) n.IX :m.stilofaring

Esofagus n.X n.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,


meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan
sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih
cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan
pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.
Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam


penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan
tenaga lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga
kontraksi dari m.konstriktor faring.
2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif
akibat terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus
terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas
dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot
longitudinal esofagus bagian superior.

II.1.3 Fase Esofageal


Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan
turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :


1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik
primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus
bagian proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang
peristaltik kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding
esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal
esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah
pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk
merangsang gelombang peristaltik primer.

II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan


Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam
orofaring langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.
2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak
(kedua sisi) pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi
motorik proses menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi
impuls motorik ke motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

II.2 Gangguan deglutasi/ menelan


Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit
menelan, yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien
dewasa, lansia ataupun anak-anak.
Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih
2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu
kualitas hidup seseorang.
Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga
mulut sampai ke lambung.
Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik
sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi.
Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.
Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia
dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus
atau berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang
dapat menelan atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika
minum segelas air, atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

III Berbicara
Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan
proses percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan
dan bahasa adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan
memperlihatkan perbedaan pada orang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan
bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang perlu untuk perkembangan area pusat
saraf dalam sistem percakapan.

Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan
produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.
Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada
bicara yang normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran
berkesinambungan dari udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah
kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam
fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan memberikan peningkatan
terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara

III.1 Struktur fungsional organ pengucapan


III.1.1 Laring
Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain untuk
memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang
berpasangan dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada midline
didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6.
Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:
* Vestibule
* Ventricle
* Infraglotitic
Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.
Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan gelombang suara
yang nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan articulator yang kemudian
dihasilkan suara yang seperti kita ucapkan sehari-hari. Pergerakan pita suara
(abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar
laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:
M. Cricothyroideu menegangkan pita suara
M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara
M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara
M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara
M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glotidis

III.1.2 Vocal Tract


Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan
panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini bervariasi
dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang, lidah, dan velum(soft palate).
Perangkap (trap-door action) yang dibuat sepasang velum pada vocal tract
membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam speech production- nasal
tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm 3.
Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang
melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan
frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal
tract

III.1.3 Voiced Sounds (Suara)


Suara, contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi dengan meningkatkan tekanan
udara di paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis (lubang antara
vocal cords), sehingga vocal cords bergetar.
Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran broad
spectrum quasi-periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar dari
vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara khusus bervariasi
dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang mengatur vocal folds dibagi
menjadi tensors, abductors, dan adductors. Naik dan turunnya pitch dari suara
dikontrol oleh aksi dari tensor crico-thyroid dan otot vocalis. Variasi dalam tekanan
subglottal juga penting untuk mengatur derajat getaran laryngeal.

III.1.4 Artikulasi dan Resonansi


Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut dimodifikasi untuk
menghasilkan suara yang jelas dengan proses resonansi dan artikulasi
Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara dasar disaring.
Kualitas akhir dari suara tergantung dari ukuran dan bentuk berbagai cavitas yang
berhubungan dengan mulut dan hidung. Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa
diubah oleh berbagai macam aktivitas bagian yang dapat bergerak dari pharynx
dan cavitas oral.
Cavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah cavitas nasal, sinus, dan
nasopharynx. Nasopharynx dengan cepat berubah-ubah dan variasi ini dihasilkan
oleh kontraksi otot-otot pharyngeal dan gerakan dari palatum lunak.
Cavitas yang berhubungan dengan mulut adalah cavitas oral dan oropharynx.
Kedua cavitas ini bisa diubah-ubah oleh kontraksi dari otot-otot. Semua cavitas ini
mengambil dan memperkuat suara fundamental yang dihasilkan oleh getaran dari
vocal cords. Fungsi ini dikenal dengan sebutan resonansi. Pergerakan dari palatum
lunak, laring, dan pharynx membuat manusia dapat mencapai keseimbangan yang
baik antara resonansi oral dan nasal yang akhirnya menjadi karakteristik dari suara
tiap-tiap individu.
Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan bibir,
mandibula, lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam kordinasi dengan
respirasi dan phonasi
Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk dari tonsil
laryngeal dan untuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara yang penting
terbentuk adalah pengucapan konsonan, yang ditekankan sebagai iringan suara
oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk dari gelombang udara yang berkontak dari
arah yang berlawanan. Misalnya pada kontak antara dua bibir saat pengucapan
huruf p dan b. Contoh lainnya juga pada lidah yang menyentuh gigi dan
palatum saat pengucapan huruf t dan d.
Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan hanya berupa
faktor kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang hanya dihasilkan oleh
huruf vocal. Hal ini terbukti secara klinis ketika kemampuan berbicara seseorang
hilang pada penderita paralytic stroke. Kemampuan berbicaranya hanya seperti
pengucapan huruf vocal saja dengan sedikit konsonan.
Disamping menyuarakan suara-suara, sistem vokal dapat menghasilkan dua macam
suara-suara yang tak terdengar: fricative sounds dan plosive sounds.
Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s,sh, f, dan th, yang dihasilkan ketika
traktus vokal setengah tertutup pada beberapa titik dan udara tertekan melewati
konstriksi pada kecepatan yang cukup tinggi untuk menghasilkan turbulensi.
Konsonan fricative membutuhkan sangat sedikit penyesuaian pada artikulator, dan
sering terdengar tidak sempurna pada kasus maloklusi atau penggunaan denture.
Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika traktus vokal tertutup
seluruhnya ( biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan tekanan udara
meningkat saat menutup, dan kemudian membuka dengan tiba-tiba. Untuk
beberapa suara, seperti fricative consonant v dan z yang terdengar, adanya
kombinasi dari dua sumber suara.
Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan dengan fungsi
kontinyu dari sensorik informasi dari reseptor otot dan mechanoreceptor cutaneous
yang didistribusikan sepanjang respiratosy, laringeal, dan sistem orofacial.

III.2 Vokalisasi

Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar


adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari
glotis. pita suara ini diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik
pada laring itu sendiri.
Gambar 37-10B menggambarkan pita suara. Selama pernapasan normal, pita akan
terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup
bersama-sama sehingga aliran udara diantara mereka akan menghasilkan getaran
(vibrasi). Kuatnya getaran terutama ditentukan oleh derajat peregangan pita, juga
oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan oleh massa pada tepinya.
Gambar 37-10A memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi
mukosanya. Tepat di sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat
dan disebut ligamen vokalis. Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago
tiroid yang besar, yaitu kartilago yang menonjol dari permukaan anterior leher dan
(Adams Apple). Di posterior, ligamen vokalis terlekat pada prosessus vokalis dari
kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid dan kartilago aritenoid ini kemudian
berartikulasi pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu kartilago krikoid.
Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau oleh rotasi
posterior dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-otot dari kartilago tiroid
dan kartilago aritenoid menuju kartilago krikoid. Otot-otot yang terletak di dalam
pita suara di sebelah lateral ligamen vokalis, yaitu otot tiroaritenoid, dapat
mendorong kartilago aritenoid ke arah kartilago tiroid dan, oleh karena itu,
melonggarkan pita suara. Pemisahan otot-otot ini juga dapat mengubah bentuk dan
massa pada tepi pita suara, menajamkannya untuk menghasilkan bunyi dengan
nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).
Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal kecil yang
terletak di antara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang dapat merotasikan
kartilago ini ke arah dalam atau ke arah luar atau mendorong dasarnya bersama-
sama atau memisahkannya, untuk menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

IV Basis neural bahasa


Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan binatang rendah adalah
adanya fasilitas pada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya.
Selanjutnya, karena tes neurologic dapat dengan mudah menaksir seberapa besar
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi satu sama lain, maka kita dapat
mengetahui lebih banyak tentang sistem sensorik dan motorik yang berkaitan
dengan proses komunikasi daripada mengenai fungsi segmen kortikal lainnya.
Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input
bahasa), melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa)
yang melibatkan vokalisasi dan pengaturannya.\

IV.1 Aspek Sensorik pada Komunikasi


Pada korteks bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual, bila mengalami
kerusakan, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata
yang diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut
sebagai afasia reseptif auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli
kata-kata dan buta kata-kata (disleksia). Studi dari afasia ini mempunyai peran
penting pada pemahaman neural basis dari bahasa. Penyebab paling sering ialah
trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya ialah stroke: 40% major
vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan language disorders.
Afasia anomik (Anomic aphasia)
Pada afasia ini, satu-satunya gangguan ialah pada kemampuan untuk menemukan
kata-kata yang benar. Ini merupakan bentuk afasia yang tidak biasa. Akan tetapi,
biasanya merupakan lesi pada aspek posterior dari lobus temporal inferior kiri,
dekat dengan garis temporal-occipital.
Afasia Wernicke dan Afasia Global
Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan ataupun kata-kata
yang dituliskan namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan
walaupun saat mendengar music atau suara nonverbal akan normal. Biasanya
pasien berbicara sangat cepat baik ritme, grammar, dan artikulasi. Apabila tidak
benar-benar didengarkan, akan terdengar hampir normal. Keadaan ini sering terjadi
bila area Wernicke yang terdapat di bagian posterior hemisfer dominan girus
temporalis superior mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut
afasia Wernicke.
Bila lesi pada are Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang ke region girus
angular, (2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, (3) ke superior ke tepi
superior fisura sylvian dari hemisfer kiri, maka penderita tampak seperti benar-
benar terbelakang secara total (totally demented) untuk mengerti bahasa atau
berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.
Transcortical sensory aphasia
Merupakan pemutusan area Wernicke dari posterior parietal temporal association
area. Hal ini menyebabkan fluent aphasia dengan kurangnya pemahaman dan juga
kecacatan saat berpikir ataupun mengingat arti dari suatu tanda atau kata-kata.
Pasien tidak dapat membaca, menulis dan juga ditandai dengan kesusahannya
mendapat kata-kata, tetapi dapat mengulang apa yang telah dibicarakan dengan
mudah dan fasih.

IV.2 Aspek Motorik Komunikasi


Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:
1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang
akan digunakan, kemudian
2. mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.
Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area
asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior girus
temporalis superior merupakan hal yang penting untuk kemampuan ini. Oleh karena
itu, penderita yang mengalami afasia Wernicke atau afasia global tak mampu
memformulasikan pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu
parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak
mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama
untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun
kata-kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.
Afasia Motorik akibat Hilangnya Area Broca.
Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan
mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk
menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini, disebut afasia motorik,
disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, terletak di regio prefrontal dan
fasial premotorik korteks (kira-kira 95% kelainannya di hemisfer kiri). Oleh karena
itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut,
sistem respirasi, dan otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah
ini.

Artikulasi
Berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang
bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari
urutan suara. Regio fasial dan laryngeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini,
dan serebelum, ganglia basalis, dan korteks sensorik semuanya membantu
mengatur urutan dan intensitas kontraksi otot, dengan mekanisme umpan balik
serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan setiap regio ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan parsial atatu total untuk berbicara dengan jelas.
Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal
ganglia dan thalamus, dapat juga menyebabkan afasia yang disebut afasia
subcortical.
Lesi kecil pada otak dapat merusak kemampuan untuk membaca dan/atau menulis,
tanpa menganggu bicara ataupun fungsi kognitif lainnya. Alexia (ketidakmampuan
untuk membaca) dengan agraphia (ketidakmampuan menulis) berhubungan
dengan lesi kortex pada lobus parietal kiri, dibelakang cortex area auditorik. Alexia
tanpa agraphia berhubungan dengan lobus occipital kiri.
IV.3 Lokalisasi pusat kontrol bahasa
Vokalisasi mamalia membutuhkan koordinasi pergerakan pernapasan, laryngeal
artikulatori (supralaryngeal). Moto neuron bertanggung jawab untuk pergerakan
respiratori yang berada dalam corda spinalis lumbar atas, toraxic dan servikal.
Kontrol kontrol ditemukan dalam nucleus ambiguus. Neuron yang bertanggung
jawab untuk kontrol pergerakan artikulator terlokalisasi dalam nukleus motorik
trigeminal, nukleus facial, rostal nucleus ambiguus, nucleus hipoglosal, dan corda
spinalis servical atas. Demikian, bahkan pada tingkat kontrol efferen kontrksi otot
(jalur final) yang umum, vokalisasi melibatkan suatu satuan ekstensive pada
motoneuron yang bersambung dari pons ke corda spinalis.
Transeksi pusat otak diatas nucleus motorik trigeminal pada hewan mengakibatkan
hewan ini bisu. Karena itu, pertukaran informasi sraf antara nuclei motor cranial,
motoneuron respiratorius spinalis, dan informasi somato sensorik yang memasuki
batang otak bawah dan corda spinalis tidak cukup u8ntuk menginisiai vokalisasi.
Input koordinasi dari pusat cerebral yang lebih tinggi diperlukan. Dengan beberapa
penelitian behavioral yang hati pada produksi bahasa, para neurologis telah
mendeskripsikan beberapa aphasia yang biasanya terlibat dalam area berbeda di
hemisver otak. Salah satu aphasia yang paling awal, wernickes aphasia, yang
mana pasien dapat berbicara sangat cepat,tanpa peduli irama, pola kalimat, dan
artikulasi. Kata, jika tidak didengarkan secara baik, dapat terdenga hampir
normal. Pasien gagal menggunakan kata yang benar dan justur menggunakan
frase circumlacutory. Karakteristik lain parafrasia, yang mana satu kata atau frase
disubsitusi untuk yang lain, terkadang pada makasud yang terkait, ataupun tidak
terkait. Pasien ini dapat memiliki kehilangan percakapan yang parah walaupun
pendengaran suara non verbal dan musik bisa jadi sepenuhnya normal. Lesi saraf
ini berhubungan dengan gangguan linguistik asosiasi seperti ketidak mampuan
membaca (aleksia) dan ketidak mampuan menulis (agrafia).
Pada Brocas apasia , kata-kata terjadi secara perlahan, artikulasi tidak rapi, dan
kata gramatikal kecil dan akhiran huruf mati dan kata kerja bersambung jadi kata-
kata diucapkan memiliki gaya telegrafik. Lesi ini terlokalisasi dalam zona bahasa
anterior, dan bukan lesi kombinasi.
Conduction aphasia, menyerupai Wernickes aphasia pada keberadaan kata yang
kebanyakan normal dan lancar tapi repetisi yang buruk, juga kompensasi auditori
yang baik. Lesi ini mengkompromisasi struktur yang cecara normal mentransfer
informasi auditori ke sistem motor, langkah fisiologis diperlukan untuk tindakan
mengulangi kalimat.
Pasien dengan global aphasia tidak dapat berbicara atau memahami bahasa.
Mereka tidak dapat membaca, menulis, mengulangi, atau menyebutkan nama
barang-barang. Lesi ini ektensive dan yang secara esensial di suplai oleh cabang
cortical pada arteri tengah otak mengarahnkan semua perisylvian territory pada
hemisver kiri.
Pada anomic aphasia, satu-satunya gangguan adalah dalam menemukan kata
yang tepat. Ini adalah bentuk aphasia yang tidak biasa yang secara khas mengikuti
lesi di aspek posterior lobus temporalis inferior kiri, dekat border temporal-occipital.
Transcortical motor aphasia dihasilkan dari lesi yang memutuskan hubungan area
brocas dari cortex motori suplementer. Pasien akan melakukan percakapan tapi
hanya dapat mengucapkan sedikit syllables.
Transcortical sensory mengikuti diskoneksi dari Wernickes area pada area asosiasi
temporal parietal posterior. Ini menyebabkan aphasia lancar dengan pemahaman
yang defektif, dan defek dalam berfikir atau mengingat maksud sinyal dan tanda-
tanda.
Pasien tidak bisa membaca dan menulis dan juga memiliki kesulitan dalam
menemukan kata-kata tapi dapat mengulangi kata-kata verbal secara mudah dan
lancar.
Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi vaskuler dalam ganglia
basalis dan talamus, dapat juga dihasilkan dalam aphasia yang biasanya disebut
subcortical aphasia.

IV.4 Dominasi Cerebral


Kerusakan di area korespondensi di sisi lain otak meninggalkan kemampuan
berbahasa yang utuh. Hanya sedikit keruskan di hemisfer kanan otak menyebabkan
kerusakan bahasa. 97% dari mereka memiliki kerusakan di hemisver kiri otaknya.
Kontrol unilateral pada fungsi tertentu disebut dominasi cerebral.
Tanda bahasa juga menyediakan pengertian untuk produksi bahasa. Tidak seperti
kata-kata, penandaan terdiri atas serangkaian bahasa tubuh yang di interpretasikan
oleh sistem visual daripada sistem auditorial. Pengertian tanda juga dilokalisasi
dihemisver kiri. Lesi pada otak kiri menyebabkan individu tuli menjadi aphasic pada
bahasa tanda.
IV.5 Teori pemrosesan bahasa
Berdasarkan pembelajaran ekstensive pada kelainan berbahasa dan lesi anatomis
terasosiasi, dibuatlah model aktivitas otak selama produksi bahasa. Teori para
connectionist menjelaskan bahwa ketika sebuah kata terdengar, output dari area
auditorial primer pada cortex diterima oleh Wernickes area. Jika kata-kata tersebut
adalah untuk diucapkan, polanya ditranmisikan dari Wernickes area ke Brocas area
dimana bentuk artikulatori dibangun dan dikirim ke area motorik yang mengontrol
pergerakan otot-otot berbicara. Jika kata-kata yang digunakan dieja, pola auditorial
dikirim ke cortex agranular, dimana ia mendapatkan pola visualnya. Saat sebuah
kata dieja, output dari area visual primer melewati gyrus anguler, yang pada
gilirannya membangkitkan bentuk auditori korespondensi pada kata dalam
Wernicks area.
Bahasa mengandung banyak tipe informasi linguistik termasuk informasi yang
mengenali struktur suara dari ungkapan (fonologi), informasi tentang bentuk tata
kalimat (sintaksis), dan informasi yang mengenali maksud ungkapan (semantik).
Bukti-bukti tekah menujukkan bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa
tidaklah bekerja sendiri, tapi kemungkinan dibagi-bagi menjadi area terpisah untuk
menangani bahasa yang berbeda, karena ada lesi-lesi pada orang-orang
multilingual yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area-area terpisah ini juga
dijelaskan sebagai yang memegang taspek-aspek tata bahasa berbeda.
Berdasarkan penelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah digantikan
oleh teori moduler dimana bahasa diproses secara paralel dengan banyak area
berbeda yang bertanggung jawab untuk tugas-tugas kognitif yang berbeda.

About these ads


Comments RSS feed
2 Comments:

fii
February 18, 2011 at 10:18 am

thanks

Reply

o
dentisha1990
March 4, 2011 at 11:23 am

your welcome..

Reply

Leave a Reply

Oklusi dan Artikulasi


FISIOLOGI BICARA
author
just give you a new something fresh for ur study in dentistry... and just share all
about may task, yeah.. enjoy your copy-paste.. :D
lihat waktu hayoooo ^_~
info kesehatan
bagian-bagian gigi yang sehat

nih.. gigi oklusi ideal


Blog at WordPress.com.
[ Back to top ]

Follow

Anda mungkin juga menyukai