Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

PENERAPAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS DALAM PEMILIHAN


SUPPLIER DAN PERBAIKAN PERFORMANSI SUPPLIER

Yeni, Suparno, Nurhadi Siswanto


Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukollilo Surabaya 60111
Email: y3n198@yahoo.com; suparno@its.ac.id; nurhadi@its.ac.id

ABSTRAK

Pemilihan supplier, dengan mengukur performansi supplier adalah hal penting yang harus
dilakukan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan dengan perusahaan lain dalam hal
kepuasan pelanggan. Perhitungan performansi supplier menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA), yang mampu mengevaluasi tingkat efisiensi relatif sebuah Decision Making
Units (DMUs), dan yang bersifat non-parametrik dan multifaktor, baik output maupun input.
Penelitian ini dilakukan pada sebuah perusahaan offset printing, yang menggunakan
bahan baku kertas coated duplex dengan gramature 270. Perusahaan saat ini
menggunakan 12 supplier. Penelitian ini dilakukan untuk membantu perusahaan dalam
memilih supplier yang tepat bagi perusahaan, mengingat selama ini perusahaan
menggunakan banyak supplier untuk memenuhi kebutuhannya. Atribut performansi
yang akan digunakan untuk menilai supplier adalah price, quality, delivery
performance, and order fulfillment.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa supplier kertas coated duplex 270 berkurang
dari 12 supplier menjadi 3 supplier yaitu PT. Pakerin, Pura Kertas dan Dharma Abadi.
Supplier yang tidak terpilih adalah supplier yang berada pada kategori inefficient
supplier dan untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimal, supplier tersebut harus
melakukan perbaikan. Jaya Kertas sebaiknya meningkatkan kualitas kertas coated 270
sebesar 3,68%; delivery performance sebesar 3,6%; dan order fulfillment sebesar
21,9%. Untuk Surya Pamenang, kualitas kertas coated 270 harus ditingkatkan sebesar
8,24%, delivery performance sebesar 8,22% dan order fulfillment sebesar 33,3%.

Kata kunci: Supplier, Data Envelopment Analysis, Efisiensi Relatif

ABSTRACT

Choosing the right supplier, by measuring the performance of supplier is an important thing to
do by a company to win competition with other companies in term of customer satisfaction. In
calculating the performance of a supplier, Data Envelopment Analysis (DEA) which is able to
evaluate relative efficiency of Decision Making Units (DMUs) and it is non parametric and
multifactor, either output or input is used.
This research was conducted on an offset printing company whose main raw materials is coated
duplex paper with gramature 270. There are 12 suppliers for paper. This research is aimed to
help the company in the purchasing deal by choosing the right suppliers for the company
because this company uses too many suppliers at the present time. Performance attributes used
in this research to evaluate suppliers are price, quality, delivery performance, and order
fulfillment.
The result of the research indicates that there is a decrease in the number of paper suppliers of
coated duplex 270 from 12 to 3, namely PT. Pakerin, Pura Kertas and Dharma Abadi. Those
which are not chosen, are categorized as inefficient suppliers. To reach the optimal efficiency,
they must improve their performance. Jaya Kertas and Surya Pamenang are two of these

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

inefficient suppliers, therefore Jaya Kertas should increase the quality of coated duplex 270 by
3,68%; delivery performance by 3,6%; and order fulfillment by 21,9%. While for Surya
Pamenang, the quality of coated duplex 270 must be increased by 8,24%; delivery performance
by 8,22% and order fulfillment by 33,3%.

Keywords: Supplier, Data Envelopment Analysis, Relative Efficiency

Latar Belakang

Kelancaran aliran barang, baik berupa bahan baku ataupun produk jadi merupakan salah satu
kunci keberhasilan suatu sistem industri. Salah satu unsur yang berpengaruh terhadap proses
tersebut adalah supplier, sehingga performansi supplier haruslah diketahui sebelum proses
pembelian dilakukan. Anthony dan Buffa (1977), Browning et al. (1983), Sharma et al. (1989)
dan Weber et al. (1991) menyatakan bahwa strategic purchasing, yang memajukan pencapaian
tujuan strategis yang diinginkan, telah banyak diakui.
Dalam konsep supply chain, supplier merupakan salah satu bagian rantai pasok yang sangat
penting. Oleh karena itu performansi supplier merupakan faktor penting yang harus diketahui
yang nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu strategi perusahaan untuk dapat bersaing
dengan perusahaan lain dalam hal kepuasan pelanggan.
Dickson (1966) menyajikan kriteria pemilihan supplier bersama dengan urutan-urutannya, yang
mana kriteria-kriteria ini penting untuk dipertimbangkan sebelum mengukur performansi dari
supplier.
Evaluasi performansi keseluruhan dari supplier dilakukan untuk mengurangi jumlah supplier,
biaya dan menciptakan partnership yang baik dengan supplier serta untuk perbaikan
performansi supplier.
Pada penelitian ini akan disajikan bagaimana Data Envelopment Analysis (DEA) dapat
diterapkan untuk mengevaluasi supplier yang merupakan multi-criteria pada perusahaan
manufaktur.

Tujuan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi performansi supplier.
b. Menentukan kategori supplier, termasuk efficient supplier atau inefficient supplier.
c. Mengusulkan perbaikan performansi untuk inefficient supplier.

Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah mengetahui performansi
setiap supplier sebagai informasi dalam melakukan purchasing decision (memilih supplier),
serta memberikan masukan kepada supplier berdasarkan indikator kinerja yang kurang baik.

Tinjauan Pustaka

Pengukuran Efisiensi Relatif


Istilah efisiensi berasal dari bidang teknik, yang dipakai untuk menunjukkan rasio antara output
suatu sistem terhadap input sistem tersebut. Pengukuran-pengukuran dalam ilmu eksak tersebut
selalu berpedoman pada suatu situasi ideal dimana kuantitas output yang dihasilkan sama persis
dengan kuantitas input yang diberikan atau rasionya tepat sama dengan 1 (satu). Efisiensi dalam
situasi ideal ini disebut efisiensi ideal (absolut) yang nilainya selalu 100%, sedangkan efisiensi
pada keadaan tidak ideal (normal) bisa lebih kecil dari 100%.
Hal diatas hanya berlaku untuk sistem yang pasti, seperti mesin, dimana kondisi ideal dapat
ditentukan berdasarkan asumsi-asumsi teorits. Namun untuk sistem yang tidak dapat ditentukan
kondisi idealnya, yaitu sistem yang besar dan komples dimana hubungan antar variabel tidak

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

diketahui dengan pasti atau terlalu sulit untuk diukur, misalnya organisasi, maka cara diatas
tidak dapat diterapkan lagi.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan efisiensi relatif, yaitu efisiensi suatu obyek
diukur relatif terhadap efisiensi obyek-obyek yang sejenis. Efisiensi relatif dipakai dengan
alasan karena selain adanya kesulitan dalam menentukan hubungan yang pasti antara variabel,
juga karena lebih diinginkan untuk diketahuinya efisiensi suatu obyek dalam konteks
perbandingan dengan kompetitornya, daripada dengan efisiensi ideal yang tidak mungkin
dicapai. Jadi dengan cara ini, profil ideal tidak ditentukan sendiri oleh obyek yang bersangkutan,
tetapi dengan merujuk kepada obyek-obyek yang menghasilkan kinerja terbaik/frontier (berada
pada garis depan).
Konsep pengukuran efisiensi relatif ini diawali oleh Michael James Farrel pada tahun 1957,
dimana membandingkan pengukuran relatif untuk sistem dengan multi input dan multi output,
selanjutnya dikembangkan oleh Farrel dan Fieldhouse (1962) yang menitikberatkan pada
penyusunan mengenai unit empiris yang efisien sebagai rataan dengan bobot tertentu dari unit-
unit yang efisien yang digunakan sebagai pembanding untuk unit yang tidak efisien.
Farrel membandingkan unit yang tidak efisien, yang mana koefisiennya telah ditentukan lebih
dulu melalui observasi berdasarkan sampel dari industri yang terkait. Ini merupakan kelemahan
sebab dalam kenyataannya unit yang efisien harus ditemukan melalui perhitungan hanya
berdasarkan pada data yang ada atau dengan kata lain penentuan unit yang efisien harus diambil
dari sampel/populasi data tersebut.
Asumsi utama dari efisiensi Farrel adalah digunakannya pembobotan yang sama untuk tiap
faktor yang menentukan efisiensi dari semua unit. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
penentuan bobot tersebut. Sebuah unit organisasi mungkin saja memberikan pemahaman yang
berbeda dengan unit yang lain dalah mengolah inputnya sehingga sulit untuk menentukan bobot
yang dapat mewakili demikian pula dengan faktor output. Hal ini berarti bobot untuk input dan
output berbeda antara unit yang satu dengan unit yang lain.
Terdapat berbagai pendekatan untuk mengukur berbagai efisiensi dari berbagai bidang
keilmuan, misalnya pendekatan akuntansi denan analisa rasio dan pendekatan produktivitas
dengan fungsi produksi. Namun menurut Gollany dan Roll (1989) ada beberapa kekurangan
dari metode tersebut, antara lain:
1. Beberapa pengukuran output, seperti juga faktor input bersifat kualitatif. Dalam
permasalahan untuk mengkuantitaskan faktor-faktor tersebut sangat sulit untuk menentukan
bobot yang cocok.
2. Kesulitan dalam merumuskan fungsi hubungan yang jelas antara input dan output dengan
berbagai bobot yang tetap untuk berbagai faktor.
3. Perhitungan untuk menetapkan rataan performansi antara beberap unit seperti regresi
statistik tidak dapat menjelaskan sifat unit secara individual.
4. Sulitnya penentuan bobot yang dapat didekati dengan argumentasi bahwa tiap unit individual
memiliki unit tersendiri dalam sistem sehingga dapat menetukan nilai dari bobotnya sendiri.
Argumentasi ini yang kemudian mendasari pengukuran performansi dengan pendekatan
Data Envelopment Analysis (DEA).
1.1 Data Envelompent Analysis (DEA)

DEA adalah alat manajemen untuk mengevaluasi tingkat efisiensi relatif sebuah
Decision Making Units (DMUs) yang bersifat non-parametrik dan multifaktor, baik output
maupun input (Charnes et al., 1978). Yang dimaksud dengan DMU di sini adalah merupakan
unit yang dianalisa dalam DEA, misalnya cabang-cabang sebuah bank, kantor polisi, kantor
pajak, sekolah, dan lain-lain. DEA mengukur efisiensi relatif menggunakan asumsi yang
minimal mengenai hubungan input-output.

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

Dibawah ini ada beberapa istilah dalam DEA yang perlu diketahui terlebih dahulu
sebelum melangkah ke pembahasan DEA.
a. Input oriented measure (pengukuran berorientasi input) yaitu pengidentifikasian
ketidakefisienan melalui adanya kemungkinan untuk mengurangi input tanpa merubah
output.
b. Output oriented measure (pengukuran berorientasi output) yaitu pengidentifikasian
ketidakefisienan melalui adanya kemungkian untuk menambah output tanpa merubah
input.
c. Constant return to scale (CRS) yaitu terdapat hubungan yang linier antara input dan output,
setiap pertambahan sebuah input akan menghasilkan pertambahan output yang
proporsional dan konstan. Ini juga berarti dalam skala berapapun unit beroperasi,
efisiennya tidak akan berubah.
d. Variable return to scale (VRS), merupakan kebalikan dari CRS, yaitu tidak terdapat
hubungan linier antara input dan output. Setiap pertambahan input tidak menghasilkan
output yang proporsional, sehingga efisiennya bisa saja naik ataupun turun.
e. Technical efficiency (efisiensi teknis) adalah kemampuan sebuah unit untuk menghasilkan
output semaksimal mungkin dari sejumlah input yang digunakan.
f. Allocative efficiency (efisiensi alokatif) adalah kemampuan sebuah unit untuk
menghasilkan output yang optimal dengan meminimumkan ongkos atas penggunaan
sejumlah input.
g. Qverral efficiency (efisiensi menyeluruh) merupakan kombinasi (perkalian) dari efisiensi
teknis dan efisiensi alokatif.
Data yang digunakan dalam DEA adalah vektor untuk semua DMU yang dianalisa. Dengan
menyelesaikan beberapa seri optimasi program linier, DEA mampu mengidentifikasi DMU
yang efisien dan sisanya inefisien beserta titik efisien rujukannya. DEA dikembangkan sebagai
perluasan dari metode rasio teknik klasik untuk efisiensi. DEA menentukan untuk tiap DMU
rasio maksimal dari jumlahoutput yang diberi bobot terhadap jumlah input yang diberi bobot,
dengan bobot yang ditentukan oleh model.
DEA memiliki formulasi matematis sebagai berikut:



i i y i 0
Maksimumkan 0
j j x j 0

s.t :
y i ik
1. i
1, untuk semua DMU k 1,2,..., n
xj
j jk

2. i 0
3. j 0
di mana:
y = Output
x = Input
= Bobot yang diberikan kepada output
= Bobot yang diberikan kepada input
Yang diukur oleh Data Envelopment Analysis adalah efisiensi atau seberapa baik DMU
tersebut menggunakan sumber dayanya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Data
Envelopment Analysis mengidentifikasi unit-unit yang efisien (=1) sebagai bungkus atau lapisan
permukaan yang melingkupi unit-unit yang kurang efisien (<1) didalamnya. Dalam hal ini DEA

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

berfungsi sebagai peer group yaitu membandingkan unit-unit yang kurang efisien terhadap
bungkus/frontier-nya yang efisien.
Perbedaan antara penelitian Weber dengan penelitian yang sekarang dilakukan adalah
pada pemilihan faktor. Dalam model DEA Weber, semua kriteria evaluasi, yaitu kualitas, waktu
dan pengantaran digolongkan sebagai input. Namun, dari pola pikir sistem, penggolongan
tersebut tidak merepresentasikan sistem supplier yang sebenarnya. Harga merupakan sumber
daya yang dibutuhkan dan dikategorikan sebagai input. Namun, kualitas dan pengantaran
merupakan performansi supplier dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sehingga kedua
faktor ini seharusnya dikategorikan sebagai output. Weber dalam penelitiannya menggunakan
persentase pesanan yang ditolak (reject) sebagai ukuran kuantitatif untuk performansi kualitas
dan persentasi pesanan yang terlambat (late) untuk kriteria pengantaran. Namun dari Li dkk
(1997), pengukuran performansi harus dilakukan sebagai penaksiran langsung dari performansi
relatif sehingga performansi kualitas harus diukur dalam persentase produk yang baik
(accepted). Ketika dua supplier menghasilkan 90% dan 95% produk yang baik, jika dalam
evaluasi digunakan pengukuran 10% dan 5% produk yang rusak, maka supplier yang kedua
akan terlihat dua kali lebih baik dari yang pertama, padahal dalam kenyataannya tidak demikian.
Jadi penggunaan persentase barang yang ditolak karena kualitas dan persentase barang yang
terlambat sebagai satuan kuantitatif untuk kriteria pengantaran juga tidak menggambarkan
performansi supplier yang sebenarnya.

2. Langkah-langkah Penelitian
a. Penentuan Decission Making Unit (DMU)
DMU adalah unit yang akan dianalisa performansinya. Pada penelitian ini, supplier sebagai
DMU. Ada 12 supplier yang akan digunakan dalam penelitian ini.
b. Pemilihan atribut performansi
Atribut-atribut yang akan digunakan untuk mengukur performansi supplier harus ditentukan
terlebih dahulu. Setelah atribut-atribut yang mempengaruhi performansi supplier ditetapkan,
selanjutnya akan dilakukan validasi dengan cara brainstorming dengan pihak perusahaan
untuk menentukan apakah atribut-atribut tersebut valid dan relevan untuk mengukur
performansi supplier.
c. Identifikasi input.output
Langkah selanjutnya adalah mengdentifikasi atribut performansi yang nantinya akan
digunakan untuk mengukur efisiensi relatif pada DEA. Atribut performansi harus
digolongkan menjadi input dan output tergantung pada sistem yang diamati.
d. Pembuatan model DEA
Pembuatan model DEA yang cocok dengan permasalahan yang ada dalam hal ini adalah
permasalahan yang berkaitan dengan supplier selection. Pembentukan efficiency frontier
juga dilakukan sebagai acuan untuk pengembangan.
e. Perhitungan model DEA
Perhitungan untuk DEA dilakukan dengan menggunakan bantuan software DEAP yang
merupakan freeware yang diperoleh dari situs Centre for Efficiency and Productivity
Analysis.
f. Penentuan eficient dan ineficient supplier
Setelah perhitungan dilakukan, penggolonggan supplier ke dalam efficient/inefficient
supplier dapat dilakukan untuk mengetahui supplier mana yang baik. Efficient supplier
inilah yang nantinya akan dipilih oleh perusahaan. Untuk inefficient supplier akan diberikan
usulan perbaikannya.
g. Kesimpulan dan saran
Dengan mengacu dari hasil penelitian, penulis akan memberikan kesimpulan secara
keseluruhan untuk menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Juga diberikan saran
untuk pihak perusahaan.

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

3. Studi Kasus
Ada empat kriteria yang dipertimbangkan oleh manajer pembelian, yaitu:
1. Price (P)
Atribut ini menunjukkan harga dari part/komponen yang dibeli dari supplier per satuan.
Indikator performansi harga ini ditunjukkan dengan semakin murah harga part/komponen
maka semakin tinggi performansi dari supplier tersebut.
2. Quality (Q)
Atribut ini berhubungan dengan kualitas part/komponen yang diproduksi oleh supplier
apakah sudah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan sebagai buyer.
3. Delivery Performance (DP)
Atribut ini untuk mengukur tingkat ketepatan waktu pengantaran produk oleh supplier.
4. Order Fulfillment (OF)
Atribut ini menunjukkan tingkat pemenuhan order dari buyer yang secara tidak langsung
akan menunjukkan tingkat ketersediaan barang dari supplier.
Data yang diperoleh dari perusahaan untuk 12 supplier dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Perusahaan
Price Delivery Order
Supplier Quality
(Rp/Kg) Performance Fullfilment
PT. Pakerin 2279 0,99 0,72 0,354
Jaya Kertas 2270 0,95 0,75 0,071
AJP 2265 0,94 0,58 0,112
Maju 2280 0,92 0,5 0,092
Ciwi Putra 2300 0,94 0,88 0,072
PT. Suparma 2279 0,95 0,75 0,055
Surya Pamenang 2279 0,91 0,9 0,069
Pura Kertas 2270 0,98 1 0,06
Dharma Abadi 2265 0,97 1 0,051
Papirus 2290 0,97 0,75 0,073
PT. Surya Prima 2295 0,94 0,79 0,106
Wijaya Kertas 2285 0,97 0,75 0,064

Keempat kriteria tersebut diatas digolongkan menjadi input dan output. Yang menjadi
input adalah price dan yang menjadi output adalah quality, delivery performance dan fullfil
order.
Model DEA untuk permasalahan ini menggunakan model BCC yang menggunakan asumsi
keadaan Constant Return to Scale (CRS).

0,99u 1 0,72u 2 0,354u 3


Max h 1
2279v1

S.t 2279v1 1

0,99u 1 0,72u 2 0,354u 3 0,95u 1 0,75u 2 0,071u 3


DMU 1 1 DMU 2 1
2279v1 2270v1

0,94u 1 0,58u 2 0,112u 3


DMU 3 1
2265v1

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

0,92u 1 0,50u 2 0,092u 3


DMU 4 1
2280v1

0,94u 1 0,88u 2 0,072u 3


DMU 5 1
2300v1

0,95u 1 0,75u 2 0,055u 3


DMU 6 1
2279v1

0,91u 1 0,9u 2 0,069u 3


DMU 7 1
2279v1

0,98u 1 1u 2 0,06u 3
DMU 8 1
2270v1

0,97u 1 1u 2 0,051u 3
DMU 9 1
2265v1

0,97u 1 0,75u 2 0,073u 3


DMU 10 1
2290v1

0,94u 1 0,79u 2 0,106u 3


DMU 11 1
2295v1

0,97u 1 0,75u 2 0,064u 3


DMU 12 1
2285v1

u1 , u 2 , u 3 , v1 0

Perhitungan model DEA dengan menggunakan software DEAP ver 2.1 memberikan hasil yang
dapat dilihat pada tabel 2, tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini.

Tabel 2. Unit yang Efisien dan Inefisien


DMU Efisiensi Teknis Keterangan
1 1.000 Efisien
2 0.965 Tidak Efisien
3 0.955 Tidak Efisien
4 0.929 Tidak Efisien
5 0.945 Tidak Efisien
6 0.961 Tidak Efisien
7 0.924 Tidak Efisien
8 1.000 Efisien
9 1.000 Efisien
10 0.976 Tidak Efisien
11 0.945 Tidak Efisien
12 0.978 Tidak Efisien
ISBN : 979-99735-0-3
A-33-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

Tabel 3. Peer Group


DMU Peers
1 1
2 8 1
3 1
4 1
5 8 1
6 8 1
7 8 1
8 8
9 9
10 8 1
11 8 1
12 8 1

Tabel 4. Summary of Output Targets


DMU Q DP FO
1 0.990 0.720 0.354
2 0.985 0.777 0.290
3 0.984 0.716 0.352
4 0.990 0.720 0.354
5 0.995 0.931 0.146
6 0.989 0.781 0.291
7 0.985 0.974 0.092
8 0.980 1.000 0.060
9 0.970 1.000 0.051
10 0.994 0.768 0.309
11 0.995 0.836 0.242
12 0.992 0.767 0.309

Dari hasil perhitungan ini akan diberikan usulan untuk inefficient supplier, dalam hal ini adalah
supplier yang tidak efisien adalah Jaya Kertas, AJP, Maju, Ciwi Putra, PT. Suparma, Surya
Pamenang, Papirus, PT. Surya Prima, dan Wijaya Kertas. Pada tabel 3 menunjukkan peers
untuk masing-masing supplier, dimana peers tersebut digunakan sebagai batasan untuk
mencapai tingkat efisiensi yang diharapkan. Dari hasil perhitungan nampak bahwa ada supplier
yang digunakan beberapa kali sebagai peers untuk supplier lain. PT. Pakerin, digunakan sebagai
peers oleh semua supplier yang tidak efisien. Sedangkan digunakan Pura Kertas sebagai peers
bagi Jaya Kertas, Ciwi Putra, PT. Suparman, Surya Pamenang, Papirus, PT. Surya Prima dan
Wijaya Kertas. Supplier harus mencapai nilai target output untuk mencapai tingkat efisiensi
yang optimal. Dengan melihat tabel 4, untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimal, Jaya
Kertas harus meningkatkan kualitas paper jenis coated 270 sebesar 3,68%; delivery
performance sebesar 3,6%; dan order fulfillment sebesar 21,9%.

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

KESIMPULAN

Perusahaan ini sebaiknya melakukan proses pembelian bahan baku kepada efficient
supplier dalam hal ini adalah PT. Pakerin, Pura Kertas dan Dharma Abadi untuk memenuhi
kebutuhannya karena supplier tersebut memiliki nilai efisiensi teknis 1 berdasarkan perhitungan
DEAP.
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimal dan tetap dapat bersaing dengan supplier
yang lain, maka Jaya Kertas harus meningkatkan kualitas paper jenis coated 270
sebesar 3,68%; delivery performance sebesar 3,6%; dan order fulfillment sebesar
21,9%. Sedangkan Surya Pamenang, kualitas kertas coated 270 harus ditingkatkan
sebesar 8,24%, delivery performance sebesar 8,22% dan order fulfillment sebesar
33,3%.
Pada perhitungan yang dilakukan untuk periode berikutnya, misalnya 6 bulan
mendatang diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tingkat efisiensi supplier (misalkan Jaya
kertas) meningkat, maka tidak dapat dikatakan bahwa supplier tersebut mengalami kenaikan
kinerja karena penilaian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penilaian yang dilakukan 6
bulan kemudian.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, T. F. and Buffa, F. P. (1977), Strategic purchasing scheduling, Journal of


Purchasing and Materials Management, pp. 27-31.
Boer, L. D., Labro, E. and Morlacchi, P. (2001), A review of methods supporting supplier
selection, European Journal of Purchasing and Supply Management, pp. 75-89.
Bowlin, F. W. Measuring Performance: An Introduction to Data Envelopment Analysis
(DEA), llanes.panam.edu/edul8305/papers/introtodea.pdf.
Browning, J. M., Zabriskie, N.B and Huellmantel, A. B. (1983), Strategic purchasing
planning, Journal of Purchasing and Materials Management, Spring, pp. 19-24.
Burton, T. T. (1988), JIT/repetitive sourcing strategies: tying the knot with your supplier,
Production and Inventory Management Journal, pp. 38-41.
Charnes, A., Cooper, W. W. and Rhodes, E. (1978), Measuring the efficiency of decision
making units, European Journal of Operation Research, Vol. 2, pp. 429-444.
Cooper, M. C. and Ellram, L. M. (1993), Characteristics of supply chain management and the
implications for purchasing and logistic strategy, The International Journal of Logistic
Management, Vol. 4 No. 2, pp. 13-24.
Dickson, G. W. (1996), An analysis of supplier selestion systems and decision, Journal of
Purchasing, Vol. 2 No. 1, pp. 5-17.
Farrel, M. James, Fieldhouse, M., (1962), Estimating Efficient Production Funstion Unit
Increasing Return to Scale, Journal of Royal Statistical Society, Vol. 120.
Golany, B., Roll, Y., (1989), An Application Procedure for Data Envelopment Analysis,
OMEGA International Journal of Management Science 17 (3).
Liu, J., Ding, F. Y., Lall, V. (2000), Using Data Envelopment Analysis to compare suppliers
for supplier selection and performance improvement, Supply Chain Management: An
International Journal, Vol. 5 No. 3, pp. 143-150.
Weber, C. A (1996), A data envelopment analysis approach to measuring supplier
performance, Supply Chain Management, Vol. 1 No. 1, pp. 28-30.
Weber, C. A, Current, J. R. and Benton, W. C. (1991), Supplier selection criteria and
methods, European Journal of Operation Research, Vol. 50, pp. 2-18.

ISBN : 979-99735-0-3
A-33-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi II
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 30 Juli 2005

ISBN : 979-99735-0-3

Anda mungkin juga menyukai