Anda di halaman 1dari 11

PRESENTASI PORTOFOLIO

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh :
Nathanael Andry Mianto

Pembimbing :
Nina Siti Hasanah, dr.
Utami Ratna Dewi, dr.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH


PURWAKARTA
2016

1
BORANG PORTFOLIO
Nama Peserta : dr. Nathanael Andry Mianto
Nama Wahana : RSUD Bayu Asih Purwakarta
Topik: Kejang Demam Sederhana
Tanggal kasus : 18 Agustus 2016 Presenter: dr. Nathanael Andry Mianto
Tanggal Presentasi: Pendamping: dr. Nina Siti Hasanah
dr. Utami Ratna Dewi
Tempat Presentasi : RSUD Bayu Asih Purwakarta
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Pasien Istimewa


Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Bumil
Deskripsi
Pasien seorang anak berusia 1 tahun datang dengan keluhan kejang 3 jam sebelum
masuk rumah sakit
Tujuan
Mengetahui tanda, gejala dan tata laksana pada pasien anak dengan kejang demam
sederhana
Bahan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Pembahasan
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

2
1. DATA UTAMA UNTUK BAHAN DISKUSI

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MZB
Usia : 1 tahun 10 bulan
Alamat : Tegalmunjul
Tanggal Masuk RS : 18 Agustus 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan utama: Kejang 3 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa dengan keluhan kejang sebanyak 1x sejak 3 jam sebelum masuk
rumah sakit. Kejang terjadi pada seluruh tubuh, dan mata pasien mendelik ke atas.
Kejang terjadi selama kurang lebih 1 menit, selama kejang pasien tampak tidak
sadar. Setelah kejang pasien tampak sadar. Satu hari sebelum dibawa ke rumah
sakit orang tua pasien mengatakan anaknya demam. Selain demam pasien juga
pilek serta batuk berdahak. Pasien tidak mual, muntah, dan sesak nafas. BAB dan
BAK tidak ada keluhan. Riwayat trauma kepala disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat kejang demam sebelumnya disangkal.
Riwayat trauma kepala disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat sebelumnya.

Riwayat Keluarga
Riwayat kejang demam di keluarga disangkal.
Riwayat epilepsi di keluarga disangkal.

Riwayat Kehamilan
Ibu memeriksakan kandungannya ke bidan secara teratur, persalinan dibantu oleh
bidan, bayi lahir spontan tanpa penyulit, berat badan lahir 2800 gram.

Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap

3
Riwayat Makan
ASI : Lahir - sekarang
PASI : 2 bulan - sekarang
Bubur susu : 6 bulan - 12 bulan
Nasi : 11 bulan - sekarang

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan umum : kesan sakit sedang
3. Tanda vital
a) Tensi : - mmHg
b) Nadi : 92 x/ menit
c) Respirasi : 20 x / menit,
d) Suhu : 36,8C
4. Status Gizi
BB : 12 kg
TB : 87 cm
Weight for age : Diatas garis 0
Height for age : Dibawah garis 0
Weight for height : Diatas 1
Status Gizi: Gizi baik
5. Kepala
a) Mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
b) Konjungtiva : tidak anemis
c) Sklera :tidak ikterik
d) Pernafasan cuping hidung (-) perioral sianosis (-) mukosa basah
e) Tonsil T1/T1, tidak tampak hiperemis, kripta tidak melebar, faring tidak
hiperemis
6. Leher
a) KGB tidak teraba membesar
b) Retraksi suprasternal -
7. Thoraks
a) Bentuk dan gerak simetris
b) Jantung : Bunyi jantung S1 S2 normal; S3 (-), S4 (-), murmur
(-)
c) Paru : VBS kiri = kanan, wheezing -/- ronchi +/+
d) Retrkasi intercostal -
8. Abdomen
a. Inspeksi : Retraksi Epigastrium -, datar
b. Auskultasi : Bising Usus + Normal
c. Palpasi : Lembut, soepel, nyeri tekan -Hepar dan Lien tidak
teraba membesar
d. Perkusi : Timpani, ruang traube kosong
9. Ekstremitas

4
a. Akral hangat, edema -/-, CRT < 2
b. Akrosianosis -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 19 September 2016
Hb : 11,2 g/dL
Ht : 35,4 %
Leukosit : 15.400 /mm3
Eritrosit : 6,31 juta /mm3
Trombosit : 346.000 /mm3
MCV : 56 fL
MCH : 17.7 pg
MCHC : 31.6 g/dL

V. DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang demam sederhana
2. Epilepsi
3. Meningoencephalitis TB

VI. USULAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan elektrolit (NA, K, Ca, Mg)
2. EEG
3. Mantoux Test

VII. DIAGNOSIS AKHIR


Kejang demam sederhana + susp. Viral Infection

VIII. TATA LAKSANA


IVFD KaEN 1B 10 tetes per menit
02 1 liter per menit
Cefotaxime 3 x 400 mg IV
Paracetamol syrup 3 x 1 cth
Diazepam 3x 1,2 gram PO

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia Ad bonam

5
Follow Up
Tanggal Follow up Terapi
19 Agustus 2016 S : Demam +, Batuk + Infus KaEN 1B 10 tetes per
berdahak, Pilek +, Kejang menit
1x tadi subuh kurang lebih cefotaxime 3x400 mg IV
1 menit Paracetamol syrup 3x1 cth
O : Kaku kuduk -, Pupil
Diazepam 3 x 3 gram PO
3mm, isokor, refleks
cahaya +/+, PCH -, Perioral
cyanosis -, VBS +/+.
Ronchi +/+, Wheezing -/-

20 Agustus 2016 S : Demam dirasakan Infus KaEN 1B 10 tetes per


turun, Batuk dirasakan
berkurang, Kejang - menit
O : Kaku kuduk -, pupil Cefotaxime 3x400 mg IV
3mm, isokor, refleks Paracetamol syrup 3x1 cth
cahaya +/+, PCH -, Perioral Diazepam 3x3 gram PO
Cyanosis -, VBS +/+,
Ronchi +/+ berkurang,
Wheezing -/-

10 September S : Demam -, Batuk -, Pasien boleh pulang


Kejang -
2016 Obat pulang :
0: Kaku kuduk -, pupil
3mm, isokor, refleks Diazepam 3 x 3 gram PO
cahaya +/+, PCH -, Perioral Cefixime syrup 2 x 1/2 cth
cyanosis -, VBS +/+, Paracetamol syrup 3 x 1 cth
Ronchi -/-, Wheezing -/-

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO


KEJANG DEMAM SEDERHANA
Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan kejang seluruh tubuh selama 1 menit
beberapa jam sebelum dibawa ke rumah sakit. Berdasarkan anamnesis mengarah
kepada Kejang Demam sederhana, dan epilepsi.
Anamnesis yang menyingkirkan diagnosis banding yaitu epilepsi antara lain :
kejang timbul setelah pasien mengalami demam 1 hari sebelum dibawa ke rumah
sakit. Kejang muncul pertama kali, dan tidak pernah kejang sebelumnya. Riwayat
trauma kepala tidak ada. Selain itu di keluarga tidak ada riwayat epilepsi
sebelumnya.

Objektif :
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya defisit neurologis apapun. Pada
kasus ini diagnosis Kejang demam sederhana dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.

6
Kejang Demam Sederhana

Definisi :
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang paling sering dijumpai pada
anak yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Suhu rektal diatas 38 OC), dan
disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Kejang yang terjadi pada bayi yang berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian mengalami kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam.Insidensi terjadinya kejang delam adalah sebanyak 2 - 4%
pada anak berusia 6 bulan sampai usia 5 tahun.
Secara umum kejang demam dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kejang Demam Sederhana
2. Kejang Demam Kompleks

Kejang demam sederhana


Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat,
kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berupa kejang
umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam
waktu 24 jam.
Sekitar 80% kejang demam adalah kejang demam sederhana.

Kejang Demam Kompleks


Kejang demam kompleks harus memenuhi salah satu dari tiga kriteria
dibawah ini :
1. Kejang >15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Pemeriksaan Penunjang
Secara umum pemeriksaan penunjang tidak perlu selalu dikerjakan untuk
menegakkan diagnosis kejang demam. Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan
untuk mencari sumber penyebab demam. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara
lain pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, dan pemeriksaan gula
darah.

Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat kecurigaan meningitis. Risiko
terjadinya meningitis bacterialis pada anak adalah sebesar -.6% - 6,7%. Diagnosis
meningitis pada bayi seringkali sulit ditegakkan karena gambaran kinisnya kurang
jelas.
Pungsi Lumbal dianjurkan pada :
1. Bayi kurang dari 12 bulan : Sangat dianjurkan
2. Bayi antara 12 - 18 bulan : Dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan : Tidak rutin dilakukan
Bila secara klinis diyakini bukan meningitis pungsi lumbal tidak perlu dilakukan.

Elektroensefalografi
Pemeriksaan ini tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh
karena itu pemeriksaan ini tidak direkomendasikan. Pemeriksaan ini masih boleh

7
dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas, contohnya : Kejang
demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

Pemeriksaan CT Scan atau MRI


Pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan, kecuali terdapat indikasi seperti :
1. Kelainan neurologis fokal yang menetap
2. Paresis nervus VI
3. Papiledema

Diagnosis :
Kejang Demam Sederhana
Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak anak..
Kejang demam terjadi pada 2 - 5% populasi anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun,
dengan puncak nya berada pada usia 18 bulan. Sekitar 80% dari kejang demam
adalah kejang demam sederhana. Pada kejang demam kejang hanya terjadi bila
terdapat peningkatan suhu tubuh pada anak.
Penyebab dan patofisiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Tetapi umur anak, dan seberapa cepat peningkatan suhu tubuh yang terjadi
berperan penting dalam terjadinya kejang. Semua penyakit infeksi diluar sistem
saraf pusat yang dapat menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam.
Infeksi yang sering menimbulkan kejang demam antara lain ISPA, otitis media akut,
gastroenteritis akut, dan infeksi saluran kemih. Kejang demam juga dapat terjadi
setelah pemberian vaksinasi DPT atau campak.
Faktor risiko terjadinya kejang demam antara lain adalah demam, usia, dan
riwayat keluarga. Demam dengan suhu tubuh diatas 38 OC per rectal memiliki potensi
untuk menyebabkan kejang demam, selain itu seberapa cepat suhu tubuh naik juga
berhubungan dengan risiko terjadinya kejang. 50% kejang demam terjadi pada suhu
38,9 - 39.9 OC.
Usia juga merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam, karena pada anak
anak proses perkembangan otak, yaitu oragnisasi dan mielinisasi masih terjadi.
diperkirakan pada masa ini reseptor glutamat lebih banyak daripada reseptor GABA,
sehingga otak lebih mudah mengalami eksitasi. Kejang demam paling sering terjadi
pada anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun (60%).
Kejang demam juga diperkirakan berhubungan dengan faktor genetik. Apabilas
alah satu orang tua memiliki riwayat kejang demam maka anaknya akan berisiko
sekitar 20% untuk mengalami kejang demam juga. Sedangkan apabila kedua orang
tua memiliki riwayat kejang demam maka anak memiliki risiko sebesar 50-60% untuk
terkena kejang demam.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung singkat, berhenti
dibawah 15 menit, berupa kejang umum tonik klonik tanpa gerakan fokal, dan tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Semua kriteria tersebut harus terpenuhi untuk dapat
menegakkan diagnosis kejang demam sederhana.

Diangosis kejang demam dapat ditegakkan dengan cara menyingkirkan


diagnosis penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang seperti infeksi pada sistem
saraf pusat, epilepsi, dan gangguan elektrolit. Pemeriksaan penunjang dilakukan
untuk mencari penyebab demam dan menyingkirkan diagnosis banding.

Anamnesis :

8
Pasien biasanya dibawa karena kejang yang terjadi setelah demam diatas 38 OC,
dengan durasi kurang dari 15 menit. Kejang biasanya umum, dan tonik klonik,
biasanya orang tua mengatakan anaknya tidak sadar dan mata mendelik ke atas.
Pada kejang demam sederhana anak hanya tidak sadar selama kejang saja,
sedangkan sebelum dan sesudah kejang pasien sadar. Pada kejang demam
sederhana, kejang tidak boleh berulang dibawah 24 jam, dan diantara kejang anak
harus sadar. Pada anamnesis juga biasanya didapatkan penyebab demam. Pasien
dengan kejang demam umumnya mengaku tidak pernah terjadi trauma kepala.
Apabila pasien pernah kejang sebelumnya harus dipastikan apakah kejang terjadi
setelah demam, atau kejang terjadi diluar demam. Riwayat gangguan neurologis
lainnya juga perlu digali untuk menyingkirkan diagnosis banding. Riwayat kejang dan
epilepsi pada keluarga harus ditanyakan karena merupakan faktor risiko terjadinya
kejang demam.

Pemeriksaan FIsik :
Pemeriksaan fisik yang penting untuk menegakkan diagnosis kejang demam
adalah tanda vital yaitu suhu tubuh, dimana suhu tubuh per rectal harus diatas 38
O
C. Apabila pasien dibawa dalam keadaan kejang perlu dilakukan penilaian terhadap
kejang, yaitu apakah kejang bersifat umum, atau fokal atau parsial. Pasien dengan
kejang demam seharusnya tidak memiliki penurunan kesadaran. Pemeriksaan
neurologis seperti rangsang meningen, dan refleks patologis juga perlu dilakukan.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda tanda penyakit infeksi yang
menyebabkan demam seperti pasien contohnya adalah ISPA, Gastroenteritis, dan
ISK.

Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan kejang demam terdiri dari penatalaksanaan saat kejang,
penatalaksanaan saat demam, dan obat rumatan.

Penatalaksanaan saat kejang :


Apabila pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang dapat diberikan
untuk menghentikan kejang dengan onset kerja yang paling cepat adalah diazepam
secara intravena. Dosis pemberian diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/Kg,
dimasukkan perlahan lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg per menit dalam waktu 3 - 5
menit. Dosis maksimal untuk diazepam intravena adalah 20 mg.
Obat yang lebih praktis yang dapat diberikan oleh orang tua dirumah adalah
diazepam per rektal. Dosis diazepam per rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg. Diazepam
per rektal dapat diberikan dengan dosis 5 mg untuk anak kurang dari 10 kg, atau 10
mg untuk anak dengan berat lebih dari 10 kg. Dosis diazepam per rektal juga dapat
diberikan berdasarkan umur yaitu 5 mg untuk anak berusia dibawah 5 tahun, atau
7,5 mg untuk anak berusia diatas 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam per
rektal kejang belum berhenti dapat diberikan dosis kedua dengan interval 5 menit.
Bila setelah 2x pemberian diazepam per rektal kejang masih belum teratasi, anak
harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan diazepam intravena.
Apabila setelah pemberian diazepam intravena kejang masih belum
berhenti dapat diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10 - 20
mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam setelah
dosis awal.

9
Penatalaksaan saat demam
Penatalaksanaan saat demam meliputi pemberian antipiretik dan antikonvulsan
untuk mencegah terjadinya kejang.

Antipiretik tidak terbukti menurunkan risiko terjadinya kejang demam, namun


menurut kesepakatan IDAI antipiretik harus tetap diberikan. Antipiretik yang dapat
diberikan antara lain parasetamol dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali diberikan
sebanyak 4x sehari, dan tidak lebih dari 5x. Apabila ingin memberikan ibuprofen,
dapat diberikan dengan dosis 5 - 10 mg/kgBB/Kali sebanyak 3 - 4 kali sehari.

Antikonvulsan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kejang.


Antikonvulsan yang direkomendasikan adalah diazepam oral dengan dosis 0,3
mg/KgBB setiap 8 jam saat pasien demam. Dapat juga diberikan diazepam per
rektal dengan dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam apabila pasien demam diatas 38,5 OC.
Pemberian antikonvulsan lain seperti fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin tidak
berguna untuk mencegah kejang demam.

Pemberian obat rumatan :


Pengobatan rumatan diberikan bila :
1. Kejang diatas 15 menit
2. Adanya kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang
3. kejang fokal
4. Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :
a. Kejang berulang dua kai atau lebih dalam 24 jam
b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
c. Kejang demam diatas sama dengan 4 kali per tahun.

Antikonvulsan yang dapat diberikan untuk pengobatan rumatan adalah


fenobarbital atau asam valproat yang diberikan setiap hari.
Dosis asam valrpoat adalah 15 - 40 mg/kgBB/hari dalam 2 - 3 dosis, sedangkan
dosis fenobarbital adalah 3 - 4 mg/kgBB/hari dalam 1 - 2 dosis.
Karena banyaknya efek samping dari obat rumatan maka pemberian
pengobatan rumatan hanya diberikan secara selektif pada kasus tertentu dan dalam
jangka pendek.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menyebabkan gangguan perilaku
dan kesulitan belajar pada 40 - 50% kasus, oleh karena itu asam valproat lebih
dianjurkan untuk saat ini. Asam valproat pada anak dibawah 2 tahun dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati.
Pengobatan rumtan diberikan sampai 1 tahun bebas kejang, kemudian
pengobatan harus dihentikan secara bertahap selama 1 - 2 bulan.

Prognosis
Kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Pada
pasien dengan kejang demam perkembangan mental dan neurologis pada
umumnya tetap normal apabila sebelumnya normal. Pada pasien dengan kejang
lama atau kejang berulang baik umum dan fokal dapat ditemukan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus.

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko kejang
demam berulang adalah :

10
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur saat kejang rendah
4. Cepatnya kejang setelah demam

Bila ditemukan seluruh faktor diatas maka kemungkinan berulangnya kejang


demam adalah 80%, apabila tidak terdapat faktor diatas maka kemungkinan
berulangnya kejang demam adalah 10 - 15%. Kejang demam paling sering berulang
pada tahun pertama.

Kejang demam dilaporkan merupakan faktor risiko terjadinya epilepsi di


kemudian hari. Faktor risiko kejang demam menjadi epilepsi antara lain :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam
pertama.
2. Kejang demam kompleks.
3. Riwayat epilepsi ada orang tua atau saudara kandung.

Masing masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan epilepsi sebesar 4 -


6%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat
rumatan pada kejang demam.

DAFTAR PUSTAKA
Kliegman, R., & Nelson, W. E. (2007). Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia:
Saunders.
Pediatric Febrile Seizures. (n.d.). Retrieved October 06, 2016, from
http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview

11

Anda mungkin juga menyukai