Stemi
Stemi
FAKULTASKEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITASMUSLIMINDONESIA SEPTEMBER2016
SINDROMKORONERAKUT
DISUSUNOLEH:
MubdiAfdhal
1102080072
SUPERVISORPEMBIMBING:
Prof.Dr.dr.AliAsparM,Sp.PD,Sp.JP
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2016
1
A. SINDROM KORONER AKUT
yang sama, hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui petanda biokimia
meninggi, maka diagnosis adalah APTS. Pada APTS dan NSTEMI pembuluh
2
B. DEFENISI
ST Elevation Myocardial Infraction (STEMI) merupakan sebagian dari
spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak
karena dalan rentang waktu tesebut dapat terbentuk pembuluh darah kolateral.
Dengan kata lain STEMI hanya terjadi jika arteri koroner tersumbat secara
cepat. 5
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lesi
yang terjadi bergantung pada letak dan lamanya sumbatan lairan darah, ada
negara maju. Data dari GRACE 2001, didapatkan bahwa dari semua pasien
yang datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada ternyata penyebab
terbanyak adalah STEMI (34%), NSTEMI (31%) dan APTS (29%). Angka
3
mortalitas dalam rawatan rumah sakit pada STEMI ialah 7 % sedangkan
NSTEMI adalah 4%, tetapi pada jangka panjang (4 tahun), angka kematian
pasien NSTEMI ternyata 2 kali lebih tinggi dibanding pasien STEMI. Infark
miokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara
maju. Laju mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari
dua atau lebih faktor risiko.Faktor risiko SKA dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat
dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain seperti : merokok,
risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain seperti : usia, jenis kelamin,
kerusakan pada lapisan endotel, pembentukan foam cell (sel busa) dan fatty
streaks (kerak lemak), pembentukan fibrouscap (lesi jaringan ikat) dan proses
4
penting dalam setiap tahapan aterosklerosis mulai dari perkembangan plak
berperan seperti makrofag yang berasal dari monosit dan limfosit merupakan
kerusakan (akibat berbagai faktor risiko dalam berbagai intensitas dan lama
hipertensi, DM, obesitas dan merokok dan faktor-faktor risiko lain misalnya
ini diperantarai oleh beberapa molekul adhesi pada permukaan sel endotel,
Molecule -1 (VCAM-1) dan Selectin. Molekul adhesi ini diatur oleh sejumlah
5
Setelah berikatan dengan endotel kemudian monosit bermigrasi ke lapisan
dinding arteri ini akan teraktivasi menjadi makrofag dan mengikat LDL yang
membentuk sel busa atau "foam cell" dan selanjutnya akan menjadi
akan merangsang proliferasi dan migrasi sel-sel otot polos dari tunika media
fibrous cap.
Pada tahap ini proses aterosklerosis sudah sampai pada tahap lanjut
terjadi pengaktifan platelet dan jalur koagulasi. Apabila plak pecah, robek
menyumbat sebagian atau keseluruhan suatu arteri koroner. Pada saat inilah
muncul berbagai presentasi klinik seperti angina atau infark miokard. Proses
aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif.
koroner akut.7
6
Patogenesis Inflamasi pada Aterosklerosis (Packard 2008)
koroner akut. Resiko terjadinya ruptur plak tergantung dari kerentanan atau
ketidakstabilan plak. Ciri-ciri plak yang tidak stabil antara lain gumpalan lipid
(lipid core) besar menempati > 40% volume plak, fibrous cap tipis yang
mengandung sedikit kolagen dan sel otot polos serta aktivitas dan jumlah sel
makrofag, limfosit T dan sel mast yang meningkat. Trombosis akut yang
terjadi pada plak yang mengalami ruptur memegang peran penting dalam
koroner dengan manifestasi klinis angina pektoris tidak stabil atau sindroma
7
koroner lainnya. Bukti angiografi menunjukkan pembentukan trombus
koroner pada > 90% pasien STEMI, dan sekitar 35-75% pada pasien UAP
dan NSTEMI. 5
Pada APTS terjadi erosi atau fisur pada plak aterosklerosis yang relatif
kecil dan menimbulkan oklusi trombus yang transien. Trombus biasanya labil
Pada NSTEMI kerusakan plak lebih berat dan menimbulkan oklusi trombus
yang lebih persisten dan berlangsung lebih dari 1 jam. Pada sekitar 25%
pasien NSTEMI terjadi oklusi trombus yang berlangsung > 1 jam, tetapi
distal dari penyumbatan terjadi kolateral. Pada STEMI disrupsi plak terjadi
pada daerah yang lebih besar dan menyebabkan terbentuknya trombus yang
Vva dan akan mengaktifkan faktor IX dan faktor X yang selanjutnya terjadi
disrupsi plak khususnya trombus yang kaya platelet dari lesi itu sendiri.
8
Endotel berfungsi mengatur tonus vaskuler dengan melepaskan faktor
relaksasi yaitu nitrit oksida (NO) yang dikenal dengan Endothelium Derived
F. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis
secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau diluar
STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stress emosi atau penyakit medis atau
bedah. Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari atau malam. Variasi
sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam setelah bangun
tidur. 10
2. Nyeri dada
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejla kardinal pasien SKA. Nyeri
dada atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian
besar pasien dengan SKA. Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri
9
dada angina dan mampu membedakan dengan nyeri dada lainnya karena
sesudah makan
f. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin,
dan lemas.5
3. ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Pemeriksaan pasien EKG di IGD merupakan landasan dalam menentukan
referfusi. Jika EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tapi pasien tetap
interval 5-10 menit atau pemantauan EKG 12 sadapan serta kontinu harus
Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan harus diambil untuk
koroner mana yang terlibat, diperlukan dua atau lebih sadapan yang
sama dan dapat ditentukan seperti yang terlihat pada tabel dibawah : 12
10
LOKASI IMA LOKASI ELEVASI SEGMEN
Anterior V3, V4
Anteroseptal V1, V2, V3, V4
Anterolateral I, AvL, V3, V4, V5, V6
Inferior II, III, aVF
Lateral I, AVL, V5, V6
Septum V1, V2
4. LABORATORIUM
Pertanda biomarker kerusakan jantung. Pemeriksaan yang
troponin (cTn) T atau cTn I dan dilakukan secara serial. cTn harus
kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan diikuti
pemeriksaan biomarker.
Peningkatan enzim dua kali di atas nilai batas atas normal
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4
meningkatkan CKMB
b. cTn ada dua jenis cTnT dan cTnI, enzim ini meningkat setelah 2 jam
bila infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn
10 hari.3
11
G. PENATALAKSANAAN 13
1. Gawat Darurat
Penatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik
pertama adalah saat pasien pertama diperiksa oleh paramedis, dokter atau
pekerja kesehatan lain sebelum tiba di rumah sakit, atau saat pasien tiba di
unit gawat darurat, sehingga seringkali terjadi dalam situasi rawat jalan.
nyeri dada yang berlangsung selama 20 menit atau lebih yang tidak
dugaan ini. Pengawasan EKG perlu dilakukan pada setiap pasien dengan
berhasil. Gambaran EKG yang atipikal pada pasien dengan tanda dan
tindakan segera.
Sebisa mungkin, penanganan pasien STEMI sebelum di rumah
pelayanan setiap saat (24 jam selama 7 hari) serta dapat memulai IKP
12
Semua rumah sakit dan Sistem Emergensi Medis yang terlibat dalam
menit
b. Waktu dari kontak medis pertama hingga pemberian terapi reperfusi:
1) Untuk fibrinolisis 30 menit
2) Untuk IKP primer 90 menit (60 menit apabila pasien datang dengan
awitan kurang dari 120 menit atau langsung dibawa ke rumah sakit
paling berharga dalam infark miokard akut adalah di fase sangat awal, di
mana pasien mengalami nyeri yang hebat dan kemungkinan mengalami henti
Selain itu, pemberian terapi pada tahap awal, terutama terapi reperfusi, amat
merupakan salah satu indeks kualitas perawatan STEMI yang paling mudah
diukur. Setiap delay yang terjadi di sebuah rumah sakit saat menangani pasien
STEMI perlu dicatat dan diawasi secara teratur untuk memastikan kulaitas
13
a. Delay pasien
Adalah keterlambatan yang terjadi antara awitan gejala hingga
pertama. Di rumah sakit dan sistem medis darurat yang menangani pasien
14
Dikenal juga sebagai delay sistem, komponen ini lebih mudah diperbaiki
penyebab) 90 menit (60 menit bila kasus risiko tinggi dengan infark
anterior besar dan pasien datang dalam 2 jam). Bila terapi reperfusi yang
organisasi rumah sakit tersebut. Dari sudut pandang pasien, delay antara
untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan elevasi
segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang
yang sedang berlangsung, bahkan bila gejala telah ada lebih dari 12 jam
15
yang lalu atau jika nyeri dan perubahan EKG tampak tersendat. Dalam
rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsung
pilih terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu tempuh dari tempat
kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah
kurang atau lebih dari (2 jam). Jika membutuhkan waktu lebih dari 2 jam,
tempat-tempat yang tidak dapat melakukan IKP pada pasien STEMI dalam
dalam 12 jam sejak awitan gejala pada pasien-pasien tanpa indikasi kontra
apabila IKP primer tidak bisa dilakukan oleh tim yang berpengalaman
dalam 120 menit sejak kontak medis pertama (Kelas I-A). Pada pasien-
pasien yang datang segera (<2 jam sejak awitan gejala) dengan infark yang
waktu antara kontak medis pertama dengan inflasi balon lebih dari 90 menit
(Kelas IIa-B). Fibrinolisis harus dimulai pada ruang gawat darurat. Agen
16
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Circulation. 2000.
4. Alwi, I. 2006. Infark Miokard Akut dengan elevasi ST dalam Aru W.S,
Bambang S, Idrus A, Marcelius, Sti S.s (eds). Buku ajar Ilmu Penyakit
6. EGC. Jakarta
7. Barriento, Aida Suaze et al. 2011. Circardian variations of Infarct Size in
19
11. Chou, T. Electrocardiography in Clinical Practice Adult and Pediatric:
20