Case Report OA
Case Report OA
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Keluhan Utama
Pasien datang ke Puskesmas Ratu Agung dengan keluhan terasa nyeri di kedua lutut
sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan menusuk-nusuk . Nyeri bertambah berat
terutama bila digerakkan. Awalnya nyeri dirasakan di lutut sebalah kiri lalu
semakin lama nyeri terasa semakin berat sehingga pasien tidak bisa bergerak. Lutut
menjadi bengkak dan kemerahan. Nyeri juga dirasakan pada lutut sebelah kanan
diikuti bengkak, sehingga pasien sulit bergerak. Nyeri dirasakan jika pasien berdiri
lama dan berkurang bila tidur terlentang.
Pasien mengaku terdapat rasa kaku dan sulit digerakkan di kedua lutut pada pagi
hari setelah bangun tidur. Rasa kaku tersebut berlangsung selama 5 menit dan
menghilang secara perlahan.
Nyeri pada kedua lutut irasakan sudah lama dua tahun terahir, dan semakin lama
semakin nyeri. Demam disangkal, batuk pilek disangkal, nyeri pada sendi-sendi
lainnya disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah menkonsumsi parasetamol yang di beli sendiri tetapi keluhan tidak
berkurang
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien
Riwayat Psikososial
Pasien jarang berolahraga, riwayat bertubuh gemuk (+) . Pasien mengaku jarang
mengkonsumsi jeroan atau kacang-kacangan , suka makan lalapan.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36.3 C
Status General
Kepala
Bentuk : Normocephal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/- ,
pupil isokor kanan = kiri, refleks cahaya (+/+)
Mulut : Mukosa bibir basah, lidah tidak kotor, faring dan tonsil
tidak hiperemis.
Paru- Paru
Jantung
RESUME
Ny. S 56 tahun, datang ke Puskesmas Ratu Agung dengan keluhan terasa nyeri di
kedua lutut sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan menusuk-nusuk. Nyeri
bertambah berat terutama bila digerakkan. Awalnya nyeri dirasakan di lutut sebalah
kiri lalu semakin lama nyeri terasa semakin berat sehingga pasien tidak bisa
bergerak. Lutut menjadi bengkak dan kemerahan. Nyeri juga dirasakan pada lutut
sebelah kanan diikuti bengkak, sehingga pasien sulit bergerak. Nyeri dirasakan jika
pasien berdiri lama dan berkurang bila tidur terlentang. Rasa kaku tersebut
berlangsung selama 5 menit dan menghilang secara perlahan.
DIAGNOSA
DIAGNOSA BANDING
a. Rheumatoid Arthritis
b. Arthritis Septik
c. Osteophorosis
d. Arthritis Gout
PENATALAKSANAAN
TINJAUAN PUSTAKA
umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa
memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA
yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern
et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun
sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23%
menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA
pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7.
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu ( Soeroso, 2006 )..
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah ( Soeroso, 2006 ).
Tanda tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
2.4.1.Terapi non-farmakologis
a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat
mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar
persendiaanya tetap terpakai ( Soeroso, 2006 ).
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. ( Soeroso, 2006 ).
2.4.2.Terapi farmakologis
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat
AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan
asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat AINS lebih tinggi
daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama
dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi
dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 ( Felson,
2006 ).
b. Chondroprotective Agent
2.4.3.Terapi pembedahan
termasuk OA. Berat badan yang berlebih ternyata berkaitan dengan meningkatnya
risiko seseorang menderita OA pada kemudian hari, baik wanita maupun pria
(Soeroso, 2006). Menurut penelitian dari Grotle (2008), selain umur, berat badan
yang berlebih terutama obesitas turut berperan dalam patogenesis dan
patofisiologi dari OA, lutut terutama dalam perkembangan penyakit ke derajat
yang lebih tinggi. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitannya antara OA
dan obesitas juga disokong dengan adanya kaitan antara OA dengan penyakit
jantung koroner, diabetes mellitus dan hipertensi ( Soeroso, 2006 ).
Untuk mendeteksi kelebihan berat badan yang diderita seseorang, ada dua
cara sederhana yang dapat dilakukan yaitu dengan cara mengukur Indeks Massa
Tubuh ( BMI ) (WHO, 2005) dan mengukur Waist-hip ratio (Vasquez, 2007). BMI
dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk menilai Waist-hip ratio, terlebih dahulu ukurlah lingkar pinggang pada titik
tersempit, lalu ukurlah lingkar panggul secara pada titik terlebarnya. Selanjutnya hasil ukur
yang didapat dimasukkan ke dalam rumus berikut ini (Frank, 2005)
Waist-hip Ratio =
Hasil yang didapat lalu dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Klasifikasi Waist to Hip Ratio orang dewasa dengan modifikasi
seperlunya (Frank, 2005)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang gemuk cenderung lebih
sering mengeluh tentang besarnya rasa nyeri yang dialami pada lutut mereka dibandingkan
dengan orang lain yang kurang gemuk (Soeroso, 2006). Berdasarkan penelitian lain yang
dilakukanThumboo (2002) didapati bahwa pasien OA lutut dengan obesitas mengalami
peningkatan rasa nyeri yang pada daerah persendian lutut dibandingkan dengan pasien yang
kurang obesitas. Berdasarkan dua hal tersebut dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan
salah satu faktor yang meningkatkan intensitas rasa nyeri yang dirasakan pada lutut pasien
OA .
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir Y I. Struktur dan fungsi sendi. Sub Bagian Reumatologi, Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI / RSUPN Cipto Mangunkusumo. Diakses dari
http://www.irwanashari.com.
Sumariyono, Linda K, Wijaya. Struktur sendi, otot, saraf dan endotel vaskuler.
Dalam : Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor Sudoyo AW dkk. Jilid II Edisi IV.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta 2006:1095-102.
Simkin PA. Synovial physiology. In: Arthritis and allied conditions. Ed: Koopman
WJ, Morelan RW. Lippincott williams & wilkins. Alabama 2005:176-87.
Isbagio H. Struktur dan biokimia tulang rawan sendi. Dalam : Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Editor Sudoyo AW dkk. Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta
2006:1103-05.
Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Infeksi dan Inflamasi. Ed 3. 2008. Hal
132-41. Jakarta : PT Yarsif Watampone.
Medicenet. Osteoartritis. Available at :http:// www. medicinenet.com /
script/main/art.asp?articlekey=90187
Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and
Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric.
Chapman, Michael W et al. 2001. Chapmans Orthopaedic Surgery 3rd edition.
Chapter 107: Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott Williams &
Wilkins. USA
Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada
Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
Tarigan, Pangarapan. Osteoartritis. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I
edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1996 :
Mansjoer, Arif., dkk. Osteoartritis. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi
ketiga. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 1999 : 535-6