Anda di halaman 1dari 3

8.

Tidak Qadha Shalat orang itu meninggal belum sempat membayar fidyah maka ahli
Shalat yang telah dilakukan dengan tayamum, shalat denga duduk, warisnya boleh memilih antara membayar dengan berpuasa
atau berbaring karena tidak mampu berdiri, maka shalatnya sah, untuknya, atau membayar fidyah saja. (Ahkamul Maridh, hal. 50)
tidak perlu mengulangi shalat-shalat tersebut ketika sudah dalam
keadaan sehat. Menunda Qadha Puasa di Tahun Berikutnya
Jika menunda qadhanya karena sakit, maka cukup qadha saja
Tuntunan Puasa ketika Sakit kapan ia mampu. Namun jika hal itu disebabkan ia menyepelekan,
Orang Hamil atau Menyusui Menqadha Puasa bermudah-mudahan padahal ia mampu berpuasa, maka ia harus
Ibu hamil atau Ibu menyusui bila tidak mampu berpuasa maka menqadha puasa yang tertinggal, ditambah memberi makan seorang
hukumnya seperti orang yang sakit atau musafir, sehingga ia wajib miskin setiap hari sesuai jumlah dari qadha puasanya. (Ahkamul
mengqadha puasa yang ditinggalkannya tersebut ketika sudah kuat Maridh, hal. 67)
berpuasa. Sebagian sahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam
-wallahu alamu bish-shawab-
berpendapat cukup memberi makan orang miskin tanpa menqadha
(fidyah saja). (Ahkamul Maridh, hal. 57)
Tuntunan Shalat Ketika Sakit
Meninggal Masih Memiliki Hutang Puasa Wajib Allah taala menguji manusia dengan berbagai musibah di dunia.
Seseorang masih memiliki hutang puasa wajib (puasa nadzar, Namun semua jenis ujian itu bisa dibagi menjadi tiga bentuk ujian,
puasa kaffarah, atau puasa ramadhan), dan punya kesempatan yaitu; Ujian kesabaran menanggung suatu musibah sakit atau
membayar puasanya kemudian meninggal, maka anaknya atau kesulitan hidup, ujian kesabaran menjauhkan diri dari perbuatan dosa,
walinya (keluarga dekat) yang berpuasa untuk membayar hutang dan ujian kesabaran dalam rangka melaksakan ketaatan kepada Allah
puasa tersebut. Sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam, subhanahu wa taala.
Barang siapa meninggal dalam keadaan ia memiliki hutang puasa Namun kebanyakan manusia hanya bisa bersabar pada musibah
maka walinya yang berpuasa untuknya. (HR. Bukhari - Muslim) fisik berupa sakit atau kesulitan hidup lainnya. Adapun ujian untuk
menjalankan ketaatan kepada Allah taala, hanya mampu dilakukan
Sakit yang Diharapkan Kesembuhannya dan yang Tidak oleh orang-orang yang beriman saja.
Diharapkan
Orang sakit yang menurut penjelasan dokter ahli tidak bisa Kewajiban Shalat Sesuai Kemampuan
diharapkan kesembuhannya, jika berpuasa dapat membahayakan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),
dirinya, maka kewajiban puasanya diganti dengan fidyah. Boleh Shalatlah dengan berdiri, jika engkau tidak mampu maka dengan
mengeluarkan fidyahnya di awal, pertengahan, atau di akhir bulan. duduk, jika tidak mampu maka di atas lambung (berbaring miring).
Adapun orang sakit yang masih diharapkan kesembuhannya, akan (HR. Bukhari). Dalam riwayat An-Nasai ada tambahan, Jika tidak
tetapi jika berpuasa membahayakan dirinya, maka ia boleh tidak mampu maka dengan cara berbaring terlentang.
berpuasa akan tetapi ia wajib menqadha puasanya jika ia sembuh Mampu Berdiri tapi Tidak Mampu Ruku/Sujud
dari sakitnya. (Ahkamul Maridh, hal. 39) Untuk shalat fardhu, jika masih mampu berdiri maka harus shalat
Lanjut Usia dan Lemah, Tidak Mampu Berpuasa kemudian dengan berdiri. Jika ruku dan sujudnya tidak mampu maka dilakukan
Meninggal semampunya. Misalnya dengan duduk di atas ranjang atau kursi,
Orang tua lemah, tidak mampu berpuasa, tidak bisa diharapkan dengan membungkukkan punggungnya, jika tidak mampu sujud
kesehatannya maka ia mengganti puasanya dengan fidyah. Kemudian sebagaimana biasa.

Tim Tarbiyah dan Pelayanan Rohani Pasien RSU Siaga Medika Banyumas
Shalatnya Orang yang Lumpuh
Apabila akalnya masih sehat, tidak dapat menggerakkan anggota
tubuhnya, maka tetap wajib menunaikan ibadah shalat 5 waktu.
Meskipun hanya dengan lisan dan niat saja. (Ahkamul Maridh, hal. 35)

Tata Cara Shalat dengan Duduk

CARA 1: CARA 2: CARA 3:


Tidur miring ke kanan, Tidur miring ke kiri, Tidur terlentang, kedua
kepala di sebelah utara kepala di sebelah selatan kaki mengarah ke arah
dan wajah menghadap ke dan wajah menghadap ke kiblat
Tiga Keadaan Bebas dari Kewajiban Syariat
Jika tidak mampu Ruku dengan Sujud dengan Bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam (yang artinya),
berdiri shalat cara membung- membungkukkan Diangkat pena dari tiga orang: Orang tidur sampai ia bangun, anak
dengan duduk kukkan badan badan lebih rendah kecil sampai ia baligh, dan dari orang gila sampai ia sembuh. (HR.
dari ruku Ibnu Majah dan An-Nasai)
Apakah Pingsan Wajib Mengqadha Shalat?
Dalam hal ini ada perbedaan pendapat para ulama:
1. Pendapat jumhur ulama menyatakan tidak ada qadha. (Diantara
alasannya) karena sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma suatu
saat jatuh pingsan sehari semalam dan ketika sadar beliau tidak
mengqadha shalat yang tertinggal. (HR. Bukhari dan Muslim). Dan
bahwa pingsan karena sakit kondisinya berbeda dengan keadaan
orang yang tidur yang bisa dibangunkan kapan saja, juga akalnya
Tata Cara Shalat dengan Berbaring Apabila Tidak masih sehat.
Mampu Duduk 2. Wajib qadha, sebagaimana pendapat ulama muta-akhirin dari
kalangan mazhab hanabilah dikatakan dalam Al-Inshaf: Ini sebagian
perbendaharaan mazhab, dan telah diriwayatkan bahwa Amar bin
Yasir radhiyallahu anhu ketika pingsan selama tiga hari beliau
mengqadha shalat yang tertinggal. (Riwayat Malik, bab ma ja-a fi
jamiil wakti, 23)
Shalat Orang yang Lupa atau Tertidur

Tim Tarbiyah dan Pelayanan Rohani Pasien RSU Siaga Medika Banyumas
Orang yang lupa atau tertidur sehingga habis waktu shalat, maka meja, dan benda-benda lainnya. Kami sarankan apabila ada yang
shalatnya adalah di waktu ia ingat, sebagaimana hadits Nabi sakit berat lebih baik keluarganya menyediakan pasir atau tanah
shalallahu alaihi wa sallam (yang artinya), dengan suatu wadah di dekat orang yang sakit itu untuk tayamum.
Barang siapa tertidur atau lupa dari shalat maka shalatlah ketika 3. Sekali Tayamum untuk Beberapa Shalat
ingat dan tidak ada kaffarah kecuali itu saja. (Muttafaqun alaihi) Apabila tayamum statusnya adalah pengganti wudhu atau
pengganti mandi wajib, maka sekali tayamum bisa untuk beberapa
Shalat Jama karena Tindakan Operasi dan Qadha Shalat yang shalat selagi belum batal tayamumnya.
Tertinggal 4. Pembatal Tayamum
Sebelum menjalani pembiusan untuk operasi, jika saat itu telah Pembatal tayamum adalah sama seperti pembatal wudhu,
masuk waktu shalat ia harus melakukan shalat waktu tersebut dan kemudian juga ketika sudah tersedianya air yang dapat digunakan
shalat berikutnya secara jama. Misalnya operasi di waktu Dzuhur, untuk bersuci.
maka ia lakukan shalat Dzuhur dan shalat Ashar dengan jama 5. Tidak Mampu Menghadap Kiblat
taqdim. Jika operasi mulai dilakukan sebelum waktu Dzuhur, selesai Menghadap kiblat termasuk syarat sahnya shalat. Namun apabila
pada waktu Ashar, maka ia lakukan shalat Dzuhur dan Ashar di waktu dalam keadaan darurat sehingga tidak mampu menghadap kiblat,
Ashar (jama ta-khir). Jika sehari atau dua hari baru sadar dari maka dibolehkan menghadap kemanapun sesuai kemampuan.
pembiusan maka wajib ia menqadha shalat yang tertinggal selama 6. Shalat Jama ketika Sakit
itu. (Ahkamul Maridh, hal. 40) Seseorang yang tinggal di rumahnya sendiri, atau dia bukan
seorang musafir (bukan dalam berpergian) bila dalam keadaan sakit
Beberapa Penjelasan Tentang Thaharah dan Shalat berat yang menghalangi kemampuannya shalat pada waktunya
ketika Sakit masing-masing, boleh baginya shalat jama dengan tetap
1. Mengusap Tangan Apakah Sampai Siku? menyempurnakan jumlah rakaatnya (tidak diqashar). Karena qashar
Ada pendapat bahwa kewajiban mengusap kedua tangan ketika adalah haknya orang musafir.
tayamum adalah sampai kedua sikunya seperti wudhu. Pendapat ini 7. Tidak Mampu Shalat Jumat
lemah, yang lebih kuat adalah mengusap kedua telapak dan Penderita sakit berat sehingga tidak mampu menghadiri shalat
punggung telapak tangannya, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Jumat, maka wajib baginya melaksanakan shalat Dzuhur di
shahih riwayat Bukhari dan Muslim. tempatnya.
2. Dengan Apa Bertayamum?
Kita bertayamum dengan menggunakan debu atau tanah yang
bersih dan suci. Debu tersebut biasanya menempel pada dinding,

Tim Tarbiyah dan Pelayanan Rohani Pasien RSU Siaga Medika Banyumas

Anda mungkin juga menyukai