Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan tingkat rendah merupakan tumbuhan yang belum menghasilkan


biji dalam perkembangbiakannya. Dalam kehidupan sehari hari banyak kita
temui seperti tumbuhan lumut dan paku. Namun dalam makalah ini kita bahas
mengenai tumbuhan paku. Dalam taksonomi tumbuhan paku di golongkan dalam
Divisi Pteridophyta. Banyak tumbuhan paku yang kita manfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan seperti dalam kelompok paku sejati yang penyebarannya
sangat banyak. Bahkan disekitar rumah tak jarang ditumbuhi oleh paku sejati.
Tumbuhan paku memang banyak jenisnya, namun paku purba telah jarang kita
temui saat ini karena sebagian besar telah punah. Tumbuhan paku ini ada yang
bermanfaat untuk kepentingan keindahan seperti paku suplir yang sengaja di
tanam di sekitar rumah.

Di tempat yang lembab sekitar rumah banyak di tumbuhi tanaman paku


karena pada dasarnya tanaman ini hidup di tempat lembab. Adapun paku yang
dimafaatkan untuk bahan obat obatan seperti Helminthostachys zeylanica yang
telah lama digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Paku ekor kuda yang
dapat melancarka pengeluaran urine dan ada yang digunakan sebagai obat luka.

Selain itu, tumbuhan yang kaya akan zat hijau ini dimanfaatka untuk
sayuran yang di konsumsi sehari hari seperti pakis haji bagian dari tunas
mudanya. Tumbuhan paku yang mengandung zat besi sangat baik untuk
pertumbuhan. Adapun tumbuhan paku yang memegang peranan penting dan
sangat besar bagi keseimbangan ekosistem hutan antara lain sebagai pencegah
erosi. Ini merupakan sebagai mengenai peran dan tumbuhan paku. Oleh karena
itu, kami membuat makalah ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Divisi
Pteridophyta ( Tumbuhan Paku ).
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Divisi Pteridophyta itu ?
2. Apasajakah Ciri Ciri Umum dari Pteridophyta itu ?
3. Apasaja Kelas Kelas pada Divisi Pteridophyta ?
4. Apakah Peranan dari Divisi Pteridophyta ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup dari Divisi Pteridophyta.
2. Untuk Mengetahui Ciri Ciri Umum dari Pteridophyta.
3. Untuk Mengetahui Kelas Kelas pada Divisi Pteridophyta.
4. Untuk Mengetahui Peranan dari Divisi Pteridophyta.
3

BAB II
ISI

2.1 Divisi Pteridophyta


Tumbuhan paku ( Pteridophyta ) digolongkan tumbuhan
tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki
kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum
menghasilkan biji Dan alat perkembangbiakan yang utama
adalah spora. Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta
sudah lebih maju daripada Bryophyta sebab sudah ada sistem
pembuluh, sporofitnya hidup bebas Dan berumur panjang, sudah
ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuha
heterospor.1
Seperti pada Bryophyta, pada Pteridophyta juga terdapat
pergilira keturunan yang menunjukkan adanya dua keturunan
yang bergiliran. Individu yang menghasilkan gamet ( Gametofit )
yang merupakan generasi yang haploid. Setelah terjadi fertilisasi
akan terbentuk zigot yang merupakan permulaan dari keturunan
yang diploid. Kemudian dari sini lalu terbentuk individu yag
diploid ( Sporofit ) karena menghasilkan spora melalui
pembelahan reduksi. Spora inilah yang merupakan permulaan
dari generasi haploid. Dari spora akan terbentuk protalium
melalui perkecambahan spora. Divisi Pteridophyta terbagi
menjadi 4 kelas, yaitu: Psilophytinae ( Paku Purba ), Lycopodinae
( Paku Kawat ), Equisetinae ( Paku Ekor Kuda ) dan Filicinae ( Paku
Sejati ).2

2.2 Ciri Ciri Umum Pteridophyta

1 Neni Hasnunidah, Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah,


( Lampung: Universitas Lampung, 2007 ), h. 136
2 Ibid.
4

Perbedaan Pteridophyta dengan Bryophyta adalah pada


tumbuhan paku yang dikenal sebagai tumbuhanya yaitu sporofit,
sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai
tumbuhannya yaitugametofit. Gametofit pada tumbuhna paku
dinamakan protalium yang haya berumur beberapa minggu saja.
Besarnya hanya beberapa sentimeter, bentuknya menyerupai
talus Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna hijau
dan melekat pada substratnya dengan rizoid- rizoid. Anteridium
Dan arkegonium terdapat di sisi bawah protalium diantara rizoid-
rizoidnya.3
Pada Pteridophyta juga ada kemungkinan terjadinya
penyimpangan dari siklus hidup yang normal, yaitu adanya
peristiwa apogami dan apospori. Apogami adalah terbentuknya
sporofit langsung dari gametofit tanpa persatua gamet. Apogami
terjadi kemungkinan disebabkan karena terbentuknya tunas
pada protalium yang langsung tumbuh menjadi sporofit atau
karena sel telur tumbuh menjadi sporofit tanpa ada fertilisasi
terlebih dahulu. Apospori adalah terbentuknya protalium dari
sporofit tanpa melalui pembentukan spora. Terjadinya apospori
disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan sporofit yang
kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk
anteridium, karena biasanya tidak membentuk arkegonium.
Apospori juga dapat terjadi karena jaringa sporofit dapat
membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun dan
juga dari jaringa steril pada sorus.4
Adapun Pteridophyta mempunyai ciri-ciri struktur seperti
embrionya sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu
kutub atas yang akan berkembang menjadi tunas Dan kutub
bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus
3 Ibid.
4 Ibid. h. 137
5

berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku


bersifat endogen dan tumbuh kesamping dari batang. Dengan
demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar
pertama tidak dominan Dan segera disusul oleh akar akar lain
yang muncul dari batang. Akar mempunyai kaliptra. Batang
Pteridophyta bercabang- bercabang menggarpu atau
membentuk cabang- cabang ke samping yang bukan keluar dari
ketiak daun. Daun daun pada Pteridophyta yang tinggi pada
tingkat perkembangannya memiliki sifat sifat yang sesuai
dengan daun Spermatophyts. Dalam akar, batang dan daun
terdapat jaringan pengangkut, yang terdiri atas xylem dan floem.
Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah
dikelilingi oleh floem. Pertumbuhan menebal sekunder karena
kegiatan kambiun belum ada. Sporofit mempunyai kormus
sesungguhnya. Sporangium Dan spora terbentuk pada daun,
kadang-kadang dalam ketiak, atau ujung tunas. Daun daun
yang mempunyai sporangium disebut sporofil sedangkan daun
daun steril disebut tropofil. Sporangium mempunyai lapisan
lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporagen. Sel sel
sporagen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi
sel sel induk spora. Masing- masing membelah reduksi
membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
Lapisan sel sel yang mengandung banyak plasma dan berguna
memberi makan pada sel sel sporagen dinamakan tapetum,
terdapat disekeliling jaringa sporagen. Spora memiliki tiga
lapisan dinding, berturut turut dari luar kedalam yaitu
perisporium, eksosporium, dan endosporium. Endosporium
berdinding tipis menempel disebelah dalam eksosporium yang
berdinding tebal dan kuat, sedangkan perisporium merupakan
6

lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium ( plasma


yang melumuri sel sel induk spora ).5
Warga Pteridophyta amat heterogen bila ditinjau dari segi habitat
Dan cara hidupnya. Ada jenis yang sangat kecil denga daun
daun kecil dan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula
yang besar dengan daun daun yang mencapai ukuran panjang
sampai 2 m atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuha
paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30 m dengan garis
tengah batang sampai 2 m. Dari segi cara hidupnya ada jenis
jenis paku yang hidup terestial, ada paku epifit, dan ada paku air.
Jutaan tahun yag lalu, hutan hutan di bumi kita kemungkinan
disusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon pohon
yang tinggi besar, Dan kita kenal sisanya sebagai batubara. Jenis
jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat higrofit
yang menyukai tempat tempat teduh dan lembab serta
berukuran tinggi beberapa meter saja.6
Jenis paku yang menghasilkan spora berumah satu Dan sama
besar disebut aku homospor, sporanya mempunyai sifat sifat
yang sama, Dan setelah berkecambah menghasilkan protalium
denga anteridium Dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat
di jumpai pada Filicinae. Paku yang protaliumnya tidak sama
besar Dan berumah dua disebut paku heterospor, contohnya
pada Selaginellales Dan Hydropteridales. Pemisahan jenis
kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, selainberbeda
jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora yang besar
dinamakan makrospora yang terbentuk dalam makrosporangium,
Dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi
makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora, dihasilkan

5 Ibid. h. 138
6 Ibid. h. 139
7

dalam mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi


mikroprotalium, padanya terdapat anteridium.7

2.3 Kelas Kelas pada Divisi Pteridophyta


2.3.1 Kelas Psilophytinae ( Paku Purba )
Paku purba meliputi jenis jenis tumbuhan paku yang
sebagian besar telah punah. Jenis jenis yang sekarang masih
ada hanya sedikit saja, Dan lazimnya dianggap sebagai relik
suatu golongan tumbuhan paku yang semula meliputi jenis
jenis yang lebih banyak. Warga paku purba merupaka paku
telanjang ( tidak berdaun ) atau mempunyai daun daun kecil
( mikrofil ) yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang
belum mempunyai akar. Paku purba bersifat homospor. 8
Ada dua bangsa dalam kelas Psilophytinae yaitu bangsa
psilophytales ( paku telanjang ) dan bangsa psilotales. Bangsa
psilophytales termasuk tumbuhan darat yang tertua. Sekitar 350
juta tahun yang lalu, yaitu dalam zaman Silur akhir dan Devon
telah terdapat sebagai terna atau semak semak. Jadi tumbuha
ini telah ditemukan dalam lapisan lapisan bumi yag amat tua.
Yang belum ditemukan sisa sisa lumut. Dalam zaman karbon
tumbuhan ini telah punah. Paku telanjang merupakan tumbuhan
paku yang paling rendah tingkat perkembangannya. Yang paling
sederhana masih belum berdaun dan belum berakar. Batang
telah mempunyai berkas pengangkut, bercabang cabang
menggarpu dengan sporangium pada ujung cabang- cabang
tadi.9

7 Ibid.
8 Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan
( Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta ),
( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009 ), h.226
9 Ibid. h. 227
8

Dalam Bangsa psilotales jenis yang masih hidup ialah


marga psilotum, yang berupa terna kecil rendah, Dan bercabang
cabang menggarpu. Tumbuhan ini sama sekali tidak berakar,
hanya mempunyai tunas tunas tanah dengan rizoid- rizoid, Dan
pada batangnya terdapat mikrofil ( daun daun kecil ) berbentuk
sisik, tidak bertulang dan tersusun jarang jarang dalam garis
spiral. Sporangium tidak terminal pada ujung batang atau
cabang-cabang, tetapi diantara taju-taju sporofil yang berbagi
menggarpu. Sporangium itu mempunyai 3 ruangan. Dinding
yang terdiri atas beberapa lapis sel, tetapi tidak mempunyai
tapetum.10
Protalium paku ini telah diketahui, besarnya hanya
beberapa cm saja, berbentuk silinder dan bercabang, tidak
berwarna hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan
mikoriza. Pada permukaa terdapat anteridium yang terdiri atas
banyak ruang, Dan mengeluarkan spermatozoid yang
mempunyai banyak bulu cambuk. Arkegonium kecil dan agak
tenggelam. Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya
eksoskopik (ujungnya kearah leher arkegonium). Protalium besar
ada yang mempunyai berkas pengangkut dengan trakeida cincin
yang berkayu, mempunyai pula endodermis. Contoh: Psilotum
triquetrum, hanya didaerah tropika.11

2.3.2 Kelas Lycopodinae ( Paku Kawat )


Paku Kawat atau Paku Rambat ini tumbuh baik pada kondisi
lembab dan merambat. Meliputi golongan yang sudah punah dan
yang sekarang masih ada. Golongan yang sekarang masih ada
hanya terdiri dari 4 bangsa, Lycopodiales, bangsa selaginellales,
bangsa lepidodendrales, dan bangsa isoetales, yang
10 Ibid. h. 230
11 Ibid.
9

keseluruhannya meliputi 900 jenis. Sporofit dapat dibedakan


adanya batang, akar dan daun. Batang kecil seperti kawat dan
bercabang cabang. Sporangium terdapat di ketiak daun, atau
pangkal sisi atas daun dan biasanya terkumpul di ujung cabang
atau batang, dilindungi oleh daun daun steril yang lembut
seperti rambut ( strobilus ). Ada yang bersifat homospor dan ada
yang heterospor. Pada yang heterospor gametofit di bentuk
didalam spora (endosporik ), sedang yang homospor
gametofitnya di bentuk diluar spora ( eksosporik ).12
Pada bangsa Lycopodiales mempunyai ciri ciri seperti akar
bercabang menggarpu, terna kecil, batang tumbuh tegak atau
berbaring dengan cabang cabang menggarpu yang tertutup
oleh daun. Daun daun panjangnya 2-10 mm, berambut,
berbentuk garis atau jarum yang sama bentuknya. Pada bangsa
selaginellales hanya terdiri atas suku selaginellaceae, terdapat
alat tambahan yang dinamakan rizofora atau pendukung akar,
daun daun kecil tersusun spiral. Pada bangsa lepidodendrales
berupa pohon berukuran raksasa, daun yang gugur
meninggalkan bekas seperti bantalan di tangkai daun, bangun
daun berupa jarum atau berupa garis. Pada bangsa isoetales
sporofit mempunyai batang seperti umbi, jarang bercabang,
kalau bercabang menggarpu, dari bagian bawah batang keluar
akar akar dan bercabang menggarpu, perkembangan gametofit
hampir sama dengan selaginella.13
2.3.3 Kelas Equisetinae ( Paku Ekor Kuda )
Warga dari kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya
berupa terna yang menyukai tempat-tempat lembab, kadang-
kadang dalam jumlah yang sangat bear dan bersifat dominan
dalam komunitas tertentu. Batangnya kebanyakan bercabang-
12 Neni Hasnunidah, op.cit, h. 142
13 Ibid. h. 143
10

cabang,berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan beruas-


ruas.Daun-daun kecil, seperti selaput tersusun berkarang,
sporofil selalu berbeda dari daun biasa. Sporofil biasanya
berbentuk seperti perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi
bawahnya, dan semua sporofil tersusun merupakan suatu badan
berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang.
14
Kelas ini dibedakan dalam beberapa 3 bangsa.

Pada Bangsa Equisetales terdiri dari suku Equisetaceaea dan satu


marga equisetum.Tumbuhan ini sebagian hidup didarat, sebagian
di rawa-rawa. Didalam tanah, tumbuhan ini mempunyai
semacam rimpang yang merayap,dengan cabang yang berdiri
tegak.Batang atau cabang beralur dan terdiri atas ruas-ruas yang
panjang. Pada penampang melintang, batang kelihatan
memppunyai suatu lingkaran berkas-berkas pengangkut
kolateral, dua lingkaran saluran-saluran antarsel, dan satu ruang
udara lisigen di pusat. Berkas pengangkut dalam sporofil
mempunyai susunan konsentris. Dibawah ini adalah pergiliran
keturunan Equisetum.15
Diantara warga Equisetales terdapat beberapa jenis yang
mempunyai semacam umbi untuk menghadapi kala yang buruk,
ada pula yang tetap berwarna hijau. Sporofil tersusun dalam
14 Gembong Tjitrosoepomo, op.cit, h.248
15 Ibid, h.249
11

rangkain yang berseling, dan karena pendeknya ruas-ruas


pendukung sporofil, maka rangkaian sprofil terkumpul
menyerupai suatu kerucut pada ujung batang. Sporofil berbentuk
perisai atau meja dengan satu kaki ditengah, denganbeberapa
sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawahnya.16
Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan
eksosporium, dan disamping itu masih mempunyai perisporium
yang berlapis-lapis. Lapisan perisporim yang paling luar
terdiri atas dua pita sejajar yang dalam keadaan basah
membalut spora.Jika spora menjadi kering , pita itu terlepas
dari gulungannya , akan tetapi kurang lebih ditengah-tengahnya
tetap melekat pada eksosporium.Dengan adanya pita yang
memperlihatkan gerakan higroskopik itu, pencernaan spora di
dipermudah, dan selain itu kemungkinan adanya beberapa
spora yang selalu bergandeng-gandeng amatlah besar, dan bila
spora jantan dan spora betina jatuh tepat berdekatan,
tentulah dalam pekembangan selanjutnya protalium jantan
akan berdekatan pula dengan protalium betina.17
Cara reproduksi ini ialah pada perkecambahan spora, rizoid
keluar dari bagian yang tidak menghadap sinar
matahari.Sel-sel lainnya berkembang terus menjadi bagian
protalium yang berwarna hijau.Protalium berupa talus yang
bercabang-cabang, dapat berumah satu,tetapi biasanya
berumah dua. Anteridium terbenam dalam protalium jantan dan
mengeluarkan spermatozoid berbentuk sekrup dengan banyak
bulu-bulu cambuk. Zigot mul-mula membelah menjadi dua sel,
tetapi berlainan dengan lycopodium, pada equisetales tidak
terbentuk suspensor, melainkan kedua sel itu membelah-belah
lagi. Embrio pada equisetales letaknya eksoskopik, tunas

16 Ibid
17 Ibid, h. 250
12

mempunyai sel ujung berbentuk pyramid. Bakal akar terletak


dibagian samping sumbu panjangnya.Beberapa jenis tumbuhan
ini mempunyai sebagian batang yang tetap steril dan banyak
bercabang-cabang Contoh jenis paku ekor kuda yang masih
hidup dan ditemukan di Indonesia antara lain Equisetum debile,
E. ramosissimum.Dieropa E.arvense, E. pretense.18

Equisetum arvense Equisetum debile


Pada Bangsa Sphenophyllales dikenal sebagai fosil dari
zaman paleozoikum.Daun-daunya menggarpu atau berbentuk
pasak dengan tulang-tulang yang bercabang menggrpu,tersusun
berkarang ,dan tiap karangan biasanya terdiri atas 6 daun. Dari
bangsa ini,warga yang filogenetik merupakan tumbuhan tertua
mempunyai daun yang tidak sama(Heterofil). Pada warga
Sphenophyllum terdapat daun-daun kecil sempit yang
menggarpu.Tumbuhan ini banyak tersebar dalam zaman
devon akhir sampai perm, berupa terna yang rupa-rupanya
dapat memanjat. Batangnya mencapai tebal sejari,beruas-ruas
panjang,bercabang-cabang dan mempunyai satu berkas
pengagkut yang tidak berteras dan mempunyai cambium.Dalam
bagian kayu terdapat trakeida noktah halaman dan trakeida jala.
Rangkain sporofil menyerupai Equietum, sebagian bersifat

18 Ibid
13

heterospor.Contoh suku dari kelas ini ialah Sphenophyllum


cuneifolium, S.dawsoni, S.fertile.19
Bangsa Protoarticulatales ,warganya telah menjadi
fosil.Tumbuhan itu telah muncul diatas bumi pada
pertengahan zaman devon. Diantaranya yang paling terkenal
ialah anggota marga Rhynia, berupa semak-semak kecil yang
bercabang-cabang menggarpu, daun-daunnya tersusun
berkarang tidak beraturan.Bangsa ini mencakup suku
Rhyniaceae,yang angota-anggotanya dipandang sebagai nenek
moyang Sphenophyllaceae dan Calamitaceae Equisetinae
mencapai puncak perkembangannya dalam zaman
Paleozoikum,yang hamper semuanya kemudian punah kecuali
marga Equisetum yang masih kita kenal sampai sekarang.Jenis-
jenisb tumbuhan dari marga equistem yang dahulu lebih
banyak dan lebih meluas.Dalam mesozoikum dulu hidup
jenis-jenis equistem yang telah memperlihatkan perumbuhan
menebal sekunder .Beberapa golongan yang telah punah itu
(Sphenophyllaceae,Calamitaceae), kebanayakan bersifat
heterospor,akan tetapi belum pernah ada warga Equisetinae
yang mencapai tingkat perkembangan sampai dapat
menghasilkan biji seperti Lepidospermae .20

2.3.4 Kelas Filicinae ( Paku Sejati )


Kelas Filicinae meliputi beraneka ragam tumbuhan yang menurut
bahasa sehari-hari dikenal sebagai tumbuhan paku atau pakis
yang sebenarnya.Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk
higrofit,banyak tumbuh ditempat-tempat yang teduh dan
lembab,sehingga ditempat-tempat yang terbuka dapat
mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu
intensif.Ditinjau dari lingkungan hidupnya,warga kelas ini dapat
19 Ibid, h. 255
20 Ibid, h. 256
14

dibedakan dalam 3 golongan paku, yaitu paku tanah, paku air


dan paku epifit.Berbagai jenis menjadi penyusun undergrowth
dalam hutan-hutan didaerah pengunungan dan hutan-hutan
subtropika basah.Semua warga Filicinaae mempunyai daun-daun
besar (makrofil),bertangkai, mempunyai banyak
tulang0tulang.Waktu masih muda daun itu tergulung pada
ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak
sporangium.Habitusnya yang beraneka ragam menyebabkan
berbagai jenis diantaranya yang mendapat penghargaan yang
tinggi sebagai tanaman hias, seperti misalnya ekor merak
(Adiantum farleyense)suplir (Adiantum cuneatum) dan paku
tanduk rusa (Platycerium bifurcatum).

1. Adiantum farleyense 2. Platycerium


bifurcatum
Selain itu ada pula beberapa jenis yang menghasilkan bahan
yang berguna untuk obat-obatan,misalnya Dryopteris filixmas.
Filicnae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak
kelas,yaitu: Eusporongiatae, Leptosporangiatae(Filices),dan
Hydropterides.21
Pada Anak kelas Eusporangiatae, tumbuhan yang tergolong
dalam anak kelas ini kebanyakan berupa terna .Protalium
dibawah tanah dan tidak berwarna, atau di atas tanah dan
berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik.

21 Ibid, h. 257
15

Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas


beberapa lapis sel, spora sama besar.Anak kelas ini dibedakan
dalam dua bangsa yaitu: Bangsa Ophioglossales dan Bangsa
Marattiales. Pada Bangsa Ophioglossales terdiri dari satu suku
Ophioglossaceae dengan beberapa jenis saja.Tumbuhan ini
biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang pendek, pada
bagian bawah masih mempunyai protostele,tetapi keatas
mengadakan diferensiasi dalam berkas pengangkutannya.
Ophioglossaceae bersifat isospor.Protalium berumah satu,tidak
mengandung klorofil, didalam tanah, dan hidup sebagai saprofit
dengan pertolongan cendawan mikoriza.Anteridium dan
arkegonium terbenam dalam jaringan protalium yang berbentuk
umbi dan dapat berumur sampai beberapa tahun.Anteridium
menyelubungi suatu kompleks jaringan spermatogen yang
menghasilkan spermatozoid berbentuk spiral dengan banyak
bulu-bulu cambuk. Dan pada Bangsa Marattiales hanya terdiri
atas satu suku Marattiace.Daun amat besar, menyirip ganda
sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun,
mempunyai dinding yang teball, tidak mempunyai cincin
(annulus),membuka dengan suatu celah atau liang.Dalam suatu
sorus sporangium sering berlekatan menjadi sinangiuum.
Kebanyakan paku ini berupa paku tanah yang isospor Protalium
berumur panjang,mempunyai mikriza endofitik,tumbuh diatas
tanah,berwarna hijau,bentuknya menyerupai talus lumut hati
yang terdiri atas beberapa lapis sel.22
Pada Anak kelas Leptosporangiatae (FIlicies) terdiri atas
beraneka ragam paku-pakuan yang luar biasa banyaknya.
Meliputi 90% darai seluruh jumlah marga yang tergolong dalam
Filicinae dan tersebar diseluruh muka bumi. Tumbuhan ini paling
banyak terdapat didaerah tropika,meliputi jenis-jenis paku dari

22 Ibid, h. 258
16

yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang tersebar


(yang berupa pohon).Paku yang berupa poohon,batangnya dapat
mencapai besar satu lengan atau lebih,umumnya tidak
bercabang dan pada terdapat suatu rozet daun. Daun-daun itu
menyirip ganda samapai beberapa kali,panjangnya sampai 3 m,
dan jika telah gugur meninggalkan bekas-bekas yang jelas pada
batang.Batang menegeluarkan banyak akar,tetapi jika tidak
dapat masuk kedalam tanah akar-akar itu tidak bertambah
panjang, dank arena rapatnya satu sama lain, seakan-akan akar
itu menyelubungi batang. Kambium tidak ada, jadi batang tidak
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder dan tidak
mempunyai bagian kayu yang kompak.Semua warga filicies
(Leptosporangiatae)menghasilkan isospora.Dari spora itu tumbuh
protalium, yang paling banyak hanya mencapai panjang
beberapa cm saja dengan umur yang terbatas. Daur hidup
tumbuhan paku Leptosporangiatae bermula dari spora yang
tumbuh menjadi protonema berbentuk benang dan mempunyai
rizoid-rizoid.Pada jenis-jenis tertentu (Trichomanes) protonema
telah menghasilkan anteridium pada cabang-cabangnya.
Leptosporongiatae dibedakan dalam 3 golongan ,yaitu:Simplices:
Sporangium didalam sorus terjadi secara serempak, Gradatae:
sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas kebawah
(basipetal) dan Mixtae: pembentukan sporangium didalma sorus
tidak beraturan.23

23 Ibid, h. 262
17

Pada Anak kelas Hydropterides (paku air), hampir selalu berupa


tumbuhan air atau tumbuhan rawa.Meskipun dengan adanya
penyesuaian diri dengan hidup dalam air itu terjadi sifat-sifat
yang menyimpang dari filicinae lainnya,akan tetapi tidak sukar
untuk menunjukan adanya hubungan dengan Filicinae. Tumbuhan
ini selalu heterospor. Makro-dan mikrosoprangiumnya berdinding
tipis, tidak mempunyai annulus dan terdapat dalam suatu badan
pada pangkal daun.Badan yang mengandung sporangium itu
dinamakan sporokarpium,yang seringkali mempunyai dinding
yang tebal dan mula-mula selalu tertutup.Makrosporangium
menghasilkan makrospora yang nantinya tumbuh menjadi
makrosprotalium dengan arkegonium,mikrosporangium
menghasilkan mikrospora yang kemudian tumbuh menjadi
mikrosprotalium dengan anteridium.Spora diliputi oleh
perisporium dengan bentuk susunan yang aneh.Hydropterides
meliputi dua suku, yaitu:Suku Salvaniaceae dan Suku
marsialecaea . Pada Suku Salvaniaceae, paku air yang
mengapung dengan bebas pada permukaan air, hanya sedikit
bercabang-cabang. Daun berkarang, pada tiap-tiap buku
terdapat 3 daun.Dari ketiga daun itu yang dua terdapat disebelah
atas, berhadapan dan merupakan alat pengapung, yang 3
18

terdapat di dalam air terbagi-bagi merupakan badan-badan yang


bentuk maupun fngsinya menyerupai akar-akar. Dan pada Suku
marsialecaea, hidupnya di paya-paya atau di air yang dangkal,
berakar dalam tanah,jarang berupa tumbuhan darat sejati. Jika
hidup didarat,terbentuklah seperti umbi. Batangnya menyerupai
rimpang yang merayap ketas membentuk daun-daun,kebawwah
akr-akar.Daun pada jenis-jenis tertentu bersifat polimorf.Daun
yang mempunyai helain yang berbelah empat atau dua,jarang
utuh daun yang masih muda tergulung. 24

Salvinia natans

2.4 Peranan Divisi Pteridophyta


Pada Kelas Lycopodinae ada yang digunakan untuk hiasan natal seperti
selaginella dan ada yang digunakan untuk membantu pembentukan endapan batu
bara yang luas sekali. Tidak hanya itu terdapat spesies lain yang jauh lebih besar
pernah menjadi ciri dominan dalam pemandangan alam.25

24 Ibid, h. 298
25 John W. Kimball, Biologi, ( Jakarta: Erlangga, 1983 ), h.
885
19

Pada Kelas Equisetinae, ujung batang equisetum terdapat


struktur yang mirip kerucut, yang mengandung
sporangia.Epidermis, lapisan luar sel selnya, mengandung
silica, yang menyebabkan tumbuhan tersebut mempunyai
struktur berpasir . Sebelum adanya alat penggosok dari baja,
orang menggunakan batang pada tumbuhan ini yang abrasis itu
untuk menggosok pot dan kuali.26

26 Neil A. Campbell, Biologi, ( Jakarta: Erlangga, 2003 ), h.


165
20

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tumbuhan paku ( Pteridophyta ) digolongkan tumbuhan tingkat
rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas memiliki kormus
serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan
biji Dan alat perkembangbiakan yang utama adalah
spora.Tumbuhan paku dibedakan menjadi 4 kelas yaitu, Kelas
Psilophytinae (paku purba), Lcyopodiinae(paku kawat), Equistinae(paku ekor
kuda), Filicinae(paku sejati) . Yang membedakan Pteridophyta dengan bryophyta
adalah pteridophyta sudah lebih maju daripada Bryophyta sebab
sudah ada sistem pembuluh, sporofitnya hidup bebas Dan
berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah
merupakan tumbuha heterospor.Sedangkan salah satu peran
pteridophyta ialah Pada Kelas Lycopodinae ada yang digunakan untuk
hiasan natal seperti selaginella dan ada yang digunakan untuk membantu
pembentukan endapan batu bara yang luas sekali. Tidak hanya itu terdapat spesies
lain yang jauh lebih besar pernah menjadi ciri dominan dalam pemandangan alam.
3.2 Saran
Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna, tentulah
tulisan-tulisan kami pun banyak terdapat kekurangan, untuk itu
kami menyarankan kepada pembaca yang ingin lebih memahami
Tumbuhan Paku dalam Identifikasi Tumbuhan Rendah untuk tidak
menjadi makalah ini sebagai satu-satunya rujukan, tetapi
sebaiknya juga mencari tulisan-tulisan baik dari buku-buku
maupun koran sebagai referensi.
21

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Biologi. Jakarta: Erlangga, 2003

Hasnunidah, Neni.Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah.Lampung:


Universitas Lampung, 2007

Kimball, John W. Biologi. Jakarta: Erlangga, 1983

Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan ( Schizophyta,


Thallophyta, Pteridophyta ).Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009

Anda mungkin juga menyukai