Anda di halaman 1dari 35

Pertanyaan

1. Bagaimana cara menentukan sentrasi foto thorax?


2. Sebutkan syarat foto yang layak dibaca?
3. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan opaque pada
lapangan thorax?(minimal 15)
4. Patofisiologi proses terjadinya infiltrate dan macam-macamnya
5. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan lusen pada
lapangan thorax?(minimal 10)
6. Sebutkan klasifikasi tuberculosis dan gambarannya?
7. Patofisiologi dan gambaran radiologi TB pada anak?
8. Sebutkan indikasi, kontraindikasi, persiapan dan pelaksanaan pada:
a. Colon in loop
b. IVP

1.Cara menentukan sentrasi foto thorax

Cara sistematis untuk membaca foto thorax, sebagai berikut :


1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi penuh.
Foto yang dibuat pada waktu ekspirasi bisa menimbulkan keraguan karena bisa
menyerupai suatu penyakit misal kongesti paru, kardiomegali atau mediastinum yang
lebar. Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian atau
lesi kulit.
2. Cek apakah Exposure sudah benar ( bila sudah diperoleh densitas yang benar, maka
jari yang diletakkan di belakang daerah yang hitam pada foto tepat dapat terlihat).
Foto yang pucat karena underexposed harus diinterpretasikan dengan hati-hati,
gambaran paru bisa memberi kesan adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang
hitam karena overexposed bisa memberi kesan adanya emfisema.
3. Cek apakah tulang-tulang (iga, clavicula, scapula,dll) Normal.
4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus seperti
pectoralis mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat terlihat
mammae serta nipplenya.
5. Cek apakah posisi diafragma normal ; diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih
tinggi daripada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan memotong pada
pertengahan hemidiafragma kanan.
6. Cek sinus costophrenicus baik pada foto PA maupun lateral.
7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal, dan
carilah trachea.
8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter jantung
pada orang dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada. Atau dapat
menentukan CTR (Cardio Thoracalis Ratio).
9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru
dimana tempat masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe. Hilus
kiri normal lebih tinggi daripada hilus kanan.

Syarat foto thorax


Syarat- syarat foto thorax PA bila memungkinkan :
1. Posisi penderita simetris. Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah proyeksi
tulang corpus vertebra thoracal terletak di tengah sendi sternoclavikuler kanan dan
kiri.
2. Kondisi sinar X sesuai. mAs (jumlah sinar) cukup dan kV (kualitas sinar) cukup.
3. Film meliputi seluruh cavum thorax. Mulai dari puncak cavum thorax sampai
sinus-sinus phrenicocostalis kanan kiri dapat terlihat pada film tersebut.

2. Syarat-syarat foto thoraks yang baik ( layak baca) :

1.Identitas / tanda-tanda harus lengkap, contoh :


- ada marker R atau L.
- Nomer film.
- Nama penderita, umur, jenis kelamin.
- Tanggal pemotretan.
- RS / klinik tempat foto itu dibuat.

2. Foto thorax simetris, dapat dilihat dari garis median dan yang dipakai
sebagai parameter adalah ujung medial clavicula.

3.Foto thorax ketajamannya cukup, yang dipakai sebagai parameter


adalah vertebrae yang terlihat sampai vertebrae thoracalis 4-5.

4.Semua bagian thorax masuk dalam film dan ukuran film harus sesuai
dengan besarnya thorax.

5.Tidak adanya artefact, yaitu bayangan tambahan yang disebabkan


kesalahan waktu pembuatan foto.

6. Gambaran tidak goyang biasanya dikarenakan penderita tidak tahan


nafas, sehingga bayangan film menjadi kabur.

7. Inspirasi maksimal, dimana terlihat diafragma kanan setinggi costae 6


depan atau costae 9 belakang. Inspirasi maksimal Supaya udara bisa
masuk maksimal sampai alveoli sehingga paru dapat berkembang
sempurna. Akibatnya corakan paru dan vaskuler tidak saling tumpang
tindih dan terlihat dengan jelas, diafragma terlihat dengan sinusnya
dan jantung bisa dinilai dengan benar.

3. Diagnosis banding gambaran radiologis opaque pada lapangan paru


No Diagnosis Gambaran Radiologi

1 Pneumonia
Adanya peningkatan densitas dengan eksudat dan cairan
inflamasi yang menempati ruangan alveolus. Udara yang
tetap mengisi bronkus yang terlibat tampak sebagai lusensi
berbentuk garis (air broncogram)

2 Abses paru

Pada foto PA dan lateral biasanya ditemukan satu kavitas,


tetapi dapat juga multi-kavitas berdinding tebal, dapat pula
ditemukan permukaan udara dan cairan di dalamnya

3 Atelektasis
Pengurangan volume bagian paru baik lobaris, segmental,
atau seluruh paru, dengan kurangnya aerasi sehingga
densitas tinggi dengan penarikan mediastinum ke arah
atelektasis; diafragma tertarik ke atas dan sela iga
menyempit; bagian paru sekitarnya mengalami emfisema
kompensasi.

4 Efusi Pleura

Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama


dengan bayangan jantung; hilangnya garis diafragma;
batas atas cekung dengan level tertinggi pada aksila;
seiring bertambahnya cairan, terjadi pengurangan volume
paru dan terjadi retraksi ke arah hilus; penumpulan sudut
kostofrenikus; dan pergeseran mediastinum ke arah yang
berlawanan.

5 Tuberculosis

Tuberkulosis
primer : Daerah
konsolidasi
penumonik perifer ( fokus Gohn) dengan pembesaran
kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer). Keadaan
ini sembuh dengan gambaran kalsifikasi; Daerah
konsolidasi dapat berukuran kecil, lobaris, atau luas
hingga seluruh lapangan paru.

Tuberkulosis reaktif : konsolidasi bercak, terutama pada


lobus/segmen apikal pada lobus bawah, sering disertai
kavitasi; Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura;
Tuberkulosis milier
6 Bronkhitis

Bronkitis kronis ringan : corakan paru yang ramai pada


bagian basal paru

Bronkitis kronis sedang : corakan paru yang ramai pada


bagian basal paru disertai emfisema dan kadang
bronkiektasis di parakardial kanan dan kiri

Bronkitis kronis berat : ditemukan hal diatas disertai cor


pulmonale

7 Tumor paru

Densitas massa dengan gambaran inhomogen (ganas) atau


homogen (jinak), pinggir massa lebih jelas, tidak teratur
atau spikula pada massa ganas, batas rata pada jinak
8 Edema
pulmo

Gambaran radioopak dengan densitas cairan pada


interstitium atau acini atau keduanya dengan batas tidak
tegas. Batwing appearance : gambaran distribusi edema
alveolar dimana terdapat konsolidasi uniform di hilus dan
medula paru dan 2-3 cm ke perifer (2/3 medial) parenkim
paru, daerah korteks relatif bersih.

9 Karsinoma
bronkus

Karsinoma bronkus perifer : Masa berlobulasi namun


kadang dengan tepi rata; Pembesaran kelenjar hilus, efusi
pleura, daerah yang kolaps/konsolidasi; Kavitas
ditemukan 15% kasus dengan lusensi udara di bagian
sentral, adanya batas udara/cairan, dan suatu dinding
dengan ketebalan bervariasi.

Karsinoma bronkus sentral : Massa sentral menyebabkan


bayangan hilus membesar, akibat peningkatan desnitas
atau batas luat yang tidak teratur. Adanya penyempitan
bronkus dapat menyebabkan kolaps paru bagian distal
sehingga menyebabkan lesi opak seluruh hemitoraks.

10 Tumor
Pleura

Tumor primer yang jinak jarang, dapat berupa lipoma,


fibroma, hemangioma, neurofibroma, memberikan
bayangan massa dinding thoraks.
Tumor primer ganas, mesotelioma, cepat membesar sering
disertai dengan pembentukan cairan rongga pleura

11 Metastasis
pulmonal

Paru : Lesi opak bulat, berbatas jelas, multipel dengan


berbagai ukuran pada lapangan paru. Kavitas kadang
terlihat.

Pleura : tampak sebagai lesi massa Kelenjar limfe

12 Asbestosis

Penebalan pleura disertai fibrosis paru, biasanya di


lapangan paru bawah, terutama paru kiri sekitar
parakardial yang menutupi batas jantung kiri; kadang
ditemukan pembesaran kelenjar hilus.
13 Siderosis

Bayangan noduler dengan densitas yang lebih tinggi


daripada jaringan fibrotik dan mempunyai batas tegas;
tidak ada pembesaran kelenjar hilus.

14 Sindrom
Loffler

Menunjukkan bayangan kurang opak, dapat satu atau


ganda, unilateral atau bilateral. Bayangan tersebut
menempel, biasanya kurang berbatas tegas.
15`` Empiema

Tampak pemisahan pelura parietal dan viseral


(pleura split) dan kompresi paru

4. Patofisiologi infiltrate dan macam macam infiltrate

Infiltrate adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemunculan abnormal


yang terakumulasi di paru-paru. Paru biasanya tampak sangat gelap pada xray karena
mengandung sebagian besar udara. Jika paru-paru mulai menumpuk cairan atau
nanah, misalnya, lebih sedikit xrays yang berhasil menembus film dan area tersebut
tampak lebih putih. Daerah putih disebut infiltrat. Infiltrasi dapat mewakili banyak hal
termasuk pneumonia dan infeksi lainnya, tuberkulosis, edema paru, dan perdarahan.

Infiltrasi adalah pengisian ruang udara dengan cairan (pulmonary edema), eksudat
inflamasi (sel darah putih atau nanah, protein dan zat imunologi), atau sel (sel ganas,
sel darah merah atau perdarahan) yang mengisi daerah paru-paru dan meningkatkan
kesan visual. Dari peningkatan kepadatan jaringan lunak

5. Diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan lusen pada lapangan
thorax?
No Diagnosis Gambaran Radiologi
1 Pneumotoraks

Bayangan radiolusen tanpa struktur jaringan paru dengan


batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari
pleura viseral; dapat menekan jaringan paru ke arah hilus;
mendorong mediastinum ke arah kontralateral; sela iga
menjadi lebih lebar

2 COPD
Thoraks berbentuk
silindrik, diafragma
letak rendah
dengan bentuk datar, bayangan lebih radiolusen, sela iga
melebar, gambaran fibrosis dan vaskular paru relatif
jarang; corakan jaringan paru tampak lebih jelas.
3 Kista paru

Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke


dalam parenkim paru melalui suatu celah berupa klep
akibat peradangan kronis. Bayangan bulat berdinding
tipis dengan ukuran bervariasi, bila kista paru lebih dari
satu dan tersebar di kedua paru dikenal sebagai paru
polikistik

4 Bula
emfisematus
CXR terdapat area fokal dengan gambaran radioluscent
yang dapat dilihat dengan jelas karena dilapisi oleh
sebuah dinding tipis. Fluid level memungkinkan adanya
infeksi di dalam bula.

Karakteristik dalam foto thoraks lain ialah paru yang


hiperekspansi dengan pendataran kedua hemidiafragma.

5 Idiopatik
hiperluscent

Emfisema dengan hipoplasi arteri pulmonalis dan


gambaran bronkiektasis; tanpa penambahan ukuran paru.

6 Stenosis
pulmonary
7 Flail chest Bayangan udara yang terlihat akibat kontusio paru.
Gambaran fraktur kosta yang multiple.

8 Emfisema Thoraks berbentuk silindris. Bayangan paru lebih


radiolusen pada seluruh para atau lobaris ataupun
segmental, corkana jaringan paru tampak lebih jelas,
vascular paru yang relative jarang. Diafragma letak
rendah dengan bentuk yang datar dan peranjakan yang
berkurang. Jantung ramping, selag iga melebar.

9 Bronkiektasis Tampak gambaran berupabronkovaskular yang kasar


yang umumnya terdapat di lapangan bawah paru, atau
gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju
hilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya akibat
peradangan sekunder, kadang-kadang juga bisa berupa
bulatan-bulatan translusen yang sering dikenal sebagai
gambaran honey comb appearance. Bulatan translusen ini
dapat berukuran besar (diameter 1-10 cm) yang berupa
kista-kista translusen dan kadang-kadang berisi cairan
(air fluid level) akibat peradangan sekunder.

10 Tension Pada foto Inspirasi, paru kanan semuanya kolaps, tetapi


Pnemothorax mediastinum berada di tengah. Pada foto ekspirasi, udara
terjebak di hemithorax kanan di bawah tekanan positif,
jantung dan paru kiri tertekan kea rah kiri.
6. Klasifikasi tuberculosis
a. Indonesia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
2. Tuberkulosis paru BTA (-) adalah:
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis.

Berdasarkan tipe pasien


a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
c. Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahah BTA
positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi
gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala
klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan


dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang
berkompeten menangani kasus tuberkulosis
d. Kasus drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak
mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
e. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
akhir pengobatan.
f. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang
baik
g. Kasus bekas
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi
meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto
toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

Pembagian Tuberkulosis menurut WHO didasarkan pada terapi yang terbagi


menjadi 4 katergori:
a. Kategori I, ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan dahak positif
Kasus baru dengan bentuk TB berat
b. Kategori II, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan dahak BTA positif
c. Kategori II, ditujukan terhadap:
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d. Kategori IV, ditujukan terhadap: TB kronik

Berdasarkan Depkes: klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena


a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. Tidak termasuk
pleura dan kelenjar hilus.
b. Tuberculosis ekstra paru
Tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, sperikardium, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kemih, dan lain-lain

Internasional

Tuberkulosis paru dibagi menjadi Tuberkulosis anak (infeksi primer) dan


tuberkulosis orang dewasa (re-infeksi).
A. Tuberkulosis primer : dapat berlokasi dimana saja dalam paru, namun
sarang dalam parenkim paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe
regional (kompleks primer)
B. Tuberkulosis sekunder : sarang biasanya di lapangana atas dan segmen
apikal lobus bawah, walaupun kadang dapat terjadi juga di lapangan
bawah, biasanya disertai pleuritis.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis
Association :
1. Tuberkulosis minimal : yaitu luas sarang-sarang yang terlihat tidak
melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2
depan; sarang soliter dapat berada di mana saja tidak harus berada di
kavitas atas. Tidak ditemukan adanya lubang.
2. Tuberkulosis lanjut sedang : luas sarang-sarang yang bersifat bercak-
bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang,
diameternya tidak melebihi 4 cm. Jika sifat bayangan sarang-sarang
berupa awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut : luas daerah yang dihinggapi oleh sarang-
sarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas, atau bila ada lubang-
lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.

Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
Roentgen. Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis, atau
pita tebal, berbatas tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)

7. Patofisiologi tb paru pada anak

Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan terhirup
dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons
imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan.
Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus
primer Ghon.

Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfelimfadenitis) yang terkena. Jika fokus
primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus
primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary
omplex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8
minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai
jumlah 103 104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
selular.

Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah terjadi.


Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk,
yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein,
yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif.
Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat
sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi,
sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular
telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera
dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated immunity, CMI).

Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB.

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan
rongga di jaringan paru (kavitas).

Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus
dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme ventil (ball-
valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang
mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan
erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk
fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai
lesi segmental kolaps-konsolidasi.

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi


penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut
menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen
langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut
sebagai penyakit sistemik.

Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk


penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara
ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ
di seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling
sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga
bersarang di organ lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada
umumnya, kuman di sarang tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang),
demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks paru disebut dengan
fokus Simon, yang di kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi TB
apeks paru saat dewasa.
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik generalisata
akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman
TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB
diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi
infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang
beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi
karena tidak adekuatnya sistem imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB,
misalnya pada anak bawah lima tahun (balita) terutama di bawah dua tahun.

Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic spread.


Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di dinding vaskuler pecah
dan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sejumlah besar kuman TB akan masuk dan
beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat
dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread
8. Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in loop
Colon in loop
Indikasi :
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah kolon
Kecurigaan massa daerah kolon
Melena
Kecurigaan obstruksi kolon
Kontra indikasi :
Absolute
Toxic megakolon
Pseudo membranous colitis
Post biopsy kolon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)
Relatif
Persiapan kolon kurang baik
Baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan
kontras
Persiapan Pemeriksaan:
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1
mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir
15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Prosedur :
Catattanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan,
menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar
menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen
polos/ BNO Pendahuluan
Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central
Ray: Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS.
6.2.4. Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis,
diafragma keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:8.
Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem
dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk
ke kolon sigmoid (5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator.
Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (
10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40
cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan
kiri dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
Pasien dipersilahkan BAB.
Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien
dengan spuit (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan
dengan posisi AP.
Pemeriksaan Kolon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / kolon in
loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan kolon in loop, dengan catatan
bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.
Teknik Pemasukan Media Kontras:
Metode Kontras Tunggal
Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,
ascenden sampai daerah sekum.
Dilakukan pemotretan full fillng
Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras GandaSatu Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan
kolon transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
Pasien disuruh BAB
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak boleh
berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah
pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang
semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta
lokasinya.
o Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
o Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk fleksura)
o Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)
Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3
hari ).
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 95
%
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip <1cm
Mendapat paparan radiasi.

IVP

Indikasi pemeriksaan IVP :


- batu ginjal
- batu saluran kemih
- radang ginjal
- radang pada saluran kemih
- batu ureter
- tumor
- hipertrofi prostat

Kontraindikasi pemeriksaan IVP:


- Alergi terhadap media kontras
- Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
- Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
- Multi myeloma
- Neonatus
- Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
- Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
- Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%

Persiapan IVP :
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap
penggunaan kontras

Pelaksanaan IVP :
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah.
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises (SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli

Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen.Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.Harus
diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
Gambar 3. Foto BNO-IVP polos
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah


penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proccecus xyphoideus dan pusat.Foto ini untuk melihat perjalanan kontras
mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan
posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan
dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem
pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah
dilakukan pengambilan foto menit kelima.

Gambar 4. Foto menit ke-5


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
2. Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik, maka
foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografiuntuk memperjelas
bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviokaliseal,
ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi antero-posterior
sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan
umbilicus.

Gambar 5. Foto menit ke-15


Sumber : radiologi Diagnostik FK UI

3. Duapuluh lima sampai 30 menit


Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah
menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa
Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.
Gambar 6. Foto menit ke-30
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan
normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika
dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam.
Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.

Gambar 7. Foto menit ke 60 atau lebih


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Pada pemotretan menit ke 30 atau 45 IVP telah memasuki fase sistogram.Pada


saat ini kontras telah mengisi Vesica Urinaria sehingga VU Nampak putih. VU
kita nilai dindingnya apakah permukaannya rata (Normal) atau bergelombang
(Sistitis/ Radang VU), adakah filling defect yang Nampak sebagai area
radioluscent saat VU terisi kontras (menunjukkan adanya batu radioluscent jika
filling defect permukaan nya licin dan ikut bergerak saat berpindah posisi, atau
adanya tumor atau massa pada dinding VU jika filling defect permukaannya
tidak rata dan tidak ikut bergerak jika berpindah posisi), indentasi, additional
shadow (menunjukkan adanya batu/ massa), dan ekstravasasi kontras yang
menunjukkan adanya ruptur VU (ruptur VU intraperitoneal : kontras masuk ke
cavum peritoneum dan mengalir mengikuti kontur usus, menyebar ke sulcus
paracolica, mengumpul di daerah subfrenik dextra, subhepatika,
inframesokolika dextra-sinistra. Karena urin mengikuti kontur usus maka akan
nampak gambaran berbentuk seperti lengkung2 usus halus, sedangkan pada
ruptur VU ekstraperitoneal akan terjadi ekstravasasi kontras ke jaringan lunak
sekitar shg nampak seperti bulu di daerah retropubicum kemudian menyebar ke
dinding anterior abdomen dan mengalir ke arah paha, dapat juga mengumpul di
jaringan lemak anterior m.psoas dan naik secara retrograd ke sampai setinggi
ginjal.

5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.

Gambar 8. Foto Post Void


Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih
(kencing).Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU.Apakah terdapat
kelainan dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH dll.
Pada kasus injury diaphragma UG kontras akan masuk ke scrotum.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • (PADI) Pembahasan TO 2A Maret 2018 PDF
    (PADI) Pembahasan TO 2A Maret 2018 PDF
    Dokumen604 halaman
    (PADI) Pembahasan TO 2A Maret 2018 PDF
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • THT
    THT
    Dokumen32 halaman
    THT
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan Ipd Batch-4 Unila-2
    Pembahasan Ipd Batch-4 Unila-2
    Dokumen111 halaman
    Pembahasan Ipd Batch-4 Unila-2
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • 555-Article Text-1500-1-10-20180710
    555-Article Text-1500-1-10-20180710
    Dokumen6 halaman
    555-Article Text-1500-1-10-20180710
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • CR Malaria
    CR Malaria
    Dokumen43 halaman
    CR Malaria
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • CR Malaria
    CR Malaria
    Dokumen43 halaman
    CR Malaria
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • (PESERTA) - INTERNA 1 - MANTAP Mei 2017 PDF
    (PESERTA) - INTERNA 1 - MANTAP Mei 2017 PDF
    Dokumen274 halaman
    (PESERTA) - INTERNA 1 - MANTAP Mei 2017 PDF
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Case Report THT
    Case Report THT
    Dokumen40 halaman
    Case Report THT
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen1 halaman
    Case Report
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Case Report
    Case Report
    Dokumen1 halaman
    Case Report
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • S2 2014 323383 Chapter1 PDF
    S2 2014 323383 Chapter1 PDF
    Dokumen7 halaman
    S2 2014 323383 Chapter1 PDF
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Cover Kata Pengantar
    Cover Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Cover Kata Pengantar
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Tantangan Mdgs
    Jurnal Tantangan Mdgs
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Tantangan Mdgs
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • 1 SM PDF
    1 SM PDF
    Dokumen6 halaman
    1 SM PDF
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Critical Appraisal
    Critical Appraisal
    Dokumen5 halaman
    Critical Appraisal
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Rupt Lien PDF
    Rupt Lien PDF
    Dokumen19 halaman
    Rupt Lien PDF
    Retno Aptriwinasih
    Belum ada peringkat
  • Revisi MDGs Dan SDGs
    Revisi MDGs Dan SDGs
    Dokumen16 halaman
    Revisi MDGs Dan SDGs
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Vs PKM
    Jurnal Vs PKM
    Dokumen2 halaman
    Jurnal Vs PKM
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Bab 123
    Bab 123
    Dokumen24 halaman
    Bab 123
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen22 halaman
    Tugas
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Referat Efusi Pleura Fny
    Referat Efusi Pleura Fny
    Dokumen17 halaman
    Referat Efusi Pleura Fny
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • RL4
    RL4
    Dokumen3 halaman
    RL4
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Referat TB
    Referat TB
    Dokumen30 halaman
    Referat TB
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Film Teaching Fix
    Film Teaching Fix
    Dokumen4 halaman
    Film Teaching Fix
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat
  • Haile, Ugs
    Haile, Ugs
    Dokumen7 halaman
    Haile, Ugs
    Fadhilah 'fanny'
    Belum ada peringkat