Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

VENTILASI TAMBANG

Disusun Oleh :
1. Sri Rahmawati (H1C113002)
2. Sauqi Rahman (H1C113041)
3. Khairi Ramdhani (H1C113061)
4. Heri Wibowo (H1C113081)
5. Abdul Khair (H1C111217)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016
Proses Swabakar pada Batubara

Batubara ialah bahan bakar padat yang mengandung abu, oleh karena
itu pemanfaatan batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang
diperlukan bagi penanganan (coal handling) dan pembakaran batubara. Itu
semua bertujuan untuk mengeliminir debu dan abu. Namun, dalam hal
penanganan batubara terdapat beberapa masalah yang perlu diatasi karena
batubara itu bisa terbakar sendiri, batubara juga bisa menimbulkan ledakan dan
juga dapat menimbulkan pencemaran, kalau ada angin kencang debunya
beterbangan kemana-mana.
Sehingga, hal tersebut menyebabkan terjadinya kebakaran atau sering
disebut dengan Swabakar. Swabakar atau (Spontaneous combustion atau
disebut juga self combustion)
adalah salah satu fenomena
yang terjadi pada batubara
pada waktu batubara tersebut
disimpan atau di storage atau
stockpile dalam jangka waktu
tertentu.

PENYEBAB TERJADINYA
SWABAKAR PADA
BATUBARA
Swabakar batubara terjadi
akibat proses oksidasi batubara. Dalam kondisi normal, batubara akan
menyerap oksigen di udara dan menimbulkan proses oksidasi perlahan,
sehingga terjadi panas oksidasi. Karena nilai konduktivitas panas batubara
adalah 1/4 dari konduktivitas panas batuan, maka panas oksidasi sulit
berpindah ke batuan di sekitarnya, sehingga akan terus terakumulasi di dalam
batubara secara perlahan. Bila sistem ventilasi yang baik untuk menangani hal
ini tidak dilakukan, maka suhunya akan terus meningkat dan dapat mencapai
titik nyala, yang akhirnya menimbulkan kebakaran.
Swabakar pada stockpile merupakan hal yang sering terjadi dan perlu
mendapatkan perhatian khususnya pada timbunan batubara dalam jumlah
besar. Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu
penambangan, demikian pada saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus
berlanjut. Akibat dari reaksi oksidasi yang terjadi antara oksigen dengan gas-
gas yang mudah terbakar dari komponen zat terbang dari batubaraakan
menghasilkan panas.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus, maka panas yang
dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam timbunan batubara juga akan
mengalami peningkatan. Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi
udara dan panas dalam timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan
akan terakumulasi dan naik sampai mencapai suhu titik pembakaran (self
heating), yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya proses swabakar pada
timbunan tersebut.
Sebelum mengalami swabakar batubara akan mengalami proses
oksidasi yang merupakan proses inisiasi dari swabakar apabila proses oksidasi
ini diikuti dengan meningkatnya temperatur terus menerus yang akhirnya
mengakibatkan terjadinya pembakaran spontan. Batubara akan bereaksi dengan
oksigen di udara segera setelah batubara tersebut tersingkap
selamapenambangan. Kecepatan reaksi ini lebih besar terutama pada batubara
golongan rendah seperti lignite dan sub-bituminus, sedangkan pada golongan
batubara bituminus keatas atau, oksidasi ini baru akan tampak apabila batubara
tersebut sudah tersingkap dalam jangka waktu yang cukup lama.
Apabila temperatur batubara terus meningkat yang disebabkan oleh self
heating, maka ini perlu ditangani dengan serius karena ini akan berpengaruh
terhadap nilai komersial batubara tersebut, selain itu akan mengakibatkan
pembakaran spontan batubara yang sangat tidak diinginkan karena akan
merugikan.
Pada temperatur normal kecepatan oksidasi ini kecil sekali, bahkan
cenderung menurun selang dengan waktu, dengan demikian resiko penurunan
kualitas karena oksidasi ini masih bisa diterima dalam periode waktu
pengiriman (8 jam 8 minggu).
Oksidasi yang dimaksud diatas adalah oksidasi yang tidak diikiuti
dengan pembakaran spontan atau oksidasi pada temperatur rendah, akan tetapi
apabila disimpan dalam jangka waktu lama di stockpile penurunan kualitas
akibat ini biasanya tidak dapat diterima. Karena selain penurunan kualitas
secara kimia juga terjadi penurunan kualitas secara fisik terutama terjadi pada
batubara golongan rendah atau low rank coal.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa penyebab awal terjadinya
pembakaran spontan adalah reaksi oksidasi yang terjadi dengan sendirinya
dalam batubara, yang mengakibatkan pemanasan dengan sendirinya yang
selanjutnya akan mengakibatkan pembakaran spontan apabila tidak terkontrol.
Pembakaran spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga disebut
pembakaran sendiri (self combustion). Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat
organik dengan oksigen dari udara.Kecepatan reaksi oksidasi sangat bervariasi
antara suatu zat dengan yang lainnya.
Batubara akan mengalami pemanasan dengan sendirinya kapan pun dan
dimana pun apabila batubara tersebut disimpan dalam bentuk bulk (tumpukan
dalam jumlah besar) di stockpile. Self heating disebabkan oleh oksidasi pada
permukaan batubara yang kontak dengan oksigen di udara.Sebenarnya panas
yang dihasilkan dapat terhilangkan dengan distribusi panas keseluruh batubara
atau ke udara dengan penguapan moisture batubara tersebut. Pembakaran akan
terjadi apabila :
1. Adanya bahan bakar (fuel)
2. Adanya oksidan (udara atau oksigen)
3. Adanya panas (heat)

TERBAKAR SENDIRI
Batubara dapat terbakar sendiri setelah mengalami proses yang bertahap
yaitu :
1. Tahap pertama yaitu mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara
secara perlahan-lahan dan kemudian temperatur batubara akan naik.
2. Tahap kedua yaitu sebagai akibat temperatur naik kecepatan batubara
menyerap oksigen dari udara bertambah dan temperatur kemudian akan
mencapai 100-1400C.
3. Tahap ketiga yaitu setelah mencapai temperatur 1400C, uap dan CO 2 akan
terbentuk.
4. Tahap keempat yaitu sampai temperatur 2300C, isolasi CO2 akan berlanjut.
5. Tahap kelima yaitu bila temperatur telah berada diatas 3500C, ini berarti
batubara telah mencapai titik sulutnya dan akan cepat terbakar.

SEBAB-SEBAB TERBAKAR SENDIRI


Batubara merupakan bahan bakar organic dan apabila bersinggungan
langsung dengan udara dalam keadaan temperatur tinggi (misalnya musim
kemarau yang berkepanjangan) akan terbakar sendiri.
Keadaan ini akan dipercepat oleh :
1. Rekasi eksothermal (uap dan oksigen diudara), hal ini yang paling sering
terjadi
2. Bacteria
3. Aksi katalis dari benda-benda anorganik
Sedangkan kemungkinan terjadinya terbakar sendiri terutama antara lain :
1. Karbonisasi yang rendah (low carbonization)

2. Kadar belerangnya tinggi (>2%). Ambang batas kadar belerang sebaiknya


1,2%.

PENANGGULANGAN BATUBARA YANG TERBAKAR SENDIRI


Bilamana batubara ditimbun ditempat penimbunan yang tertutup (indoor
storage) maka harus dibuat peraturan agar gudang penyimpanan tersebut bersih
dari endapan-endapan debu batubara, terutama yang ditemukan dipermukaan alat-
alat. Dengan demikian maka perlu ada perawatan yang terus menerus dan konstan.
Apabila tempat penimbunan ini terbuka (outdoor storage) maka sebaiknya
dipilihkan tempat yang rata dan tidak lembab, hal ini untuk menghindari
penyusupan kotoran-kotoran (impurities). Untuk batubara yang berzat terbang
tinggi perlu dipergunakan siraman air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang
terlalu lama juga membahayakan, paling lama sebaiknya 1 bulan.

Anda mungkin juga menyukai