Anda di halaman 1dari 35

UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK

PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI


MELALUI SISTEM ONLINE DI POLDA DIY

RINGKASAN SKRIPSI

Oleh:
Al Vionita Vivin Novarina
NIM. 09401244035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
UPAYA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI
MELALUI SISTEM ONLINE DI POLDA DIY

Oleh:
Al Vionita Vivin Novarina dan Sri Hartini,M.Hum

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan upaya yang dilakukan polisi dalam
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
Disamping itu untuk mengetahui faktor yang menghambat polisi dan upaya yang dilakukan oleh
polisi untuk mengantisipasi hambatan dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan metode penelitian
kualitatif. Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini secara purposive. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan diperoleh subjek penelitian Kabid Humas, Penyidik Madya, dua penyidik
dan lima penyidik pembantu Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda
DIY. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Teknik
pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik cross check antara hasil wawancara dan
dokumentasi. Analisis data secara induktif melalui reduksi data, unitisasi/ kategorisasi data,
display data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, 1) upaya polisi dalam menangggulangi tindak
pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan melalui upaya
preventif dengan press release, talk show, dan dialog interaktif, dan upaya represif yang diawali
dengan penyelidikan kemudian penyidikan.2) Hambatan polisi dalam upaya preventif adalah
penentuan waktu pelaksanaan acara talk show dan dialog interaktif. Hambatan dalam upaya
represif secara internal meliputi peraturan perundang-undangan, keterbatasan sarana dan
prasarana, dan kualifikasi sumber daya manusia. Hambatan eksternal meliputi birokrasi dan
kurangnya kesadaran masyarakat (korban). 3) Upaya polisi mengatasi hambatan dalam upaya
represif menaggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda
DIY yaitu selalu berkoordinasi dengan pihak stasiun televisi dan radio. Upaya mengatasi hambatan
internal dalam upaya represif: terkait peraturan perundang-undangan memberlakukan Pasal 378
atau 372 KUHP, mencari bukti selain dari bank dan berupaya membuat MoU dengan pihak bank;
terkait keterbatasan sarana dan prasarana meminta bantuan dari Mabes Polri atau ahli di bidang
Teknologi dan Informasi; dan terkait kualifikasi SDM meminta bantuan kepada Polisi Penyidik
Subdit III maupun ahli di bidang Teknologi dan Informasi. Upaya polisi mengatasi hambatan
eksternal dalam upaya represif: terkait birokrasi membuat MoU dengan pihak bank dan
mengirimkan permintaan langsung melalui email ke penyedia layanan online trading yang berada
di negara lain; terkait kurangnya kesadaran masyarakat menjalin komunikasi yang baik dengan
korban maupun masyarakat.

Kata Kunci: Upaya Polisi, Menanggulangi Tindak Pidana, Penipuan Berkedok Investasi dengan
Sistem Online
1

I. PENDAHULUAN
Kasus penipuan berkedok investasi terus berulang bahkan sekarang ini
yang terjadi adalah semakin lama semakin banyak terjadi kasus penipuan
berkedok investasi dengan modus-modus yang semakin canggih yaitu dengan
melalui sistem online. Karena semakin maju dan modern kehidupan
masyarakat, maka semakin maju dan modern pula jenis dan modus operandi
kejahatan yang terjadi di masyarakat (Abdul Wahid dan M.Labib, 2005: viii).
Era globalisasi menyebabkan semakin canggihnya teknologi informasi
sehingga telah membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai bentuk
kejahatan yang sifatnya modern dan berdampak lebih besar daripada kejahatan
konvensional (Budi Suhariyanto, 2012:12).
Pada tahun 2011 terdapat sembilan kasus tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY, namun pada tahun
2012 jumlahnya meningkat menjadi 22 kasus. Melihat semakin bertambahnya
jumlah kasus penipuan berkedok investasi melalui sistem online maka tindak
pidana ini memerlukan penanganan yang lebih serius dalam rangka
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online. Sehubungan dengan hal tersebut karena Negara Indonesia adalah
negara hukum (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945) maka setiap tindak pidana yang terjadi akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang sudah ada, berkenaan dengan kasus
penipuan berkedok investasi melalui sistem online ini, diberlakukan peraturan
perundang-undangan yang ada seperti pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dalam Pasal 378 atau Pasal 372. Berdasarkan pasal-pasal tersebut di
atas dapat dipahami bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum maka
setiap tindak pidana apapun bentuknya dan bagaimanapun motivasinya akan
ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan oleh aparat penegak
hukum yang berwenang berkaitan dengan masalah tersebut. Salah satu aparat
hukum yang berwenang untuk menangani kasus tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online pertama kali adalah polisi. Hal ini
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 2 yang berisi yaitu
fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemeliharaan negara di bidang
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Menanggulangi
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online, merupakan
pelaksanaan dari fungsi polisi di atas.
Dalam upaya menanggulangi tindak pidan berkedok investasi melalui
sistem online secara tegas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 14 ayat (1) huruf g,
memberi wewenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
semua tindak pidana dalam hal ini terhadap penipuan berkedok investasi
melalui sistem online, sesuai dengan hukum acara pidana dan aturan
perundang-undangan lainnya. Berdasarkan bunyi Pasal 13 dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang menetapkan tugas-tugas yang diemban polisi berupa memelihara
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat, menegakkan hukum, dan
memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,
maka seharusnya kejahatan berupa penipuan berkedok investasi melalui
sistem online dapat ditanggulangi, diminimalisir atau bahkan diberantas.
Namun pada kenyataannya di Polda DIY saja pada tahun 2012, dari 22 kasus
yang ditangani oleh Polda DIY pada tahun 2012 baru ada dua kasus yang
dilimpahkan ke kejaksaan sedangkan 17 kasus lainnya masih dalam proses
penyelidikan atau penyidikan.
Tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online
memang berbeda dengan modus penipuan berkedok investasi lainnya seperti
sistem penjualan surat berharga atau dengan pola Multilevel Marketing
(MLM) karena dalam penipuan berkedok investasi melalui sistem online
transaksi antara investor dengan emiten tidak dilakukan secara langsung tetapi
dengan cara investor mentransfer sejumlah uang tertentu pada rekening
emiten, sehingga investor tidak mengenal serta tidak pernah bertemu dengan
emiten dan tidak mengetahui dengan jelas keberadaan emiten. Hal ini
3

membuat penyelidikan atau penyidikan tindak pidana penipuan berkedok


investasi melalui sistem online memerlukan waktu yang lama untuk
menemukan keberadaan pelaku yang telah melarikan diri karena korban tindak
pidana penipuan berkedok investasi tidak selalu langsung mengetahui mereka
menjadi korban. Mereka mengetahui menjadi korban tindak pidana setelah
beberapa waktu atau menimbulkan kerugian.
Selain memerlukan waktu yang lama, penyidikan kasus tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online juga memerlukan teknologi
yang canggih untuk menemukan keberadaan pelaku yang telah melarikan diri
tersebut. Oleh karena itu seharusnya Polda DIY memiliki kesiapan sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yaitu penyidik yang memiliki keahlian
dalam bidang informasi dan teknologi karena penipuan berkedok investasi
melalui sistem online termasuk sebuah kejahatan yang menggunakan sarana
informasi dan teknologi.
Seharusnya kasus penipuan berkedok investasi melalui sistem online
bisa ditanggulangi dengan cepat apabila Polda DIY memiliki kesiapan sarana
dan prasarana serta polisi penyidik yang memiliki keahlian dalam bidang
informasi dan teknologi, tetapi pada kenyataannya penanggulangan tindak
pidana penipuan berkedok investasi memerlukan waktu yang lama. Hal ini
dapat di lihat dari 17 kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online yang ditangani Polda DIY masih dalam proses penyelidikan atau
penyidikan dalam kurun waktu yang cukup lama (kurang lebih satu tahun),
disinyalir polisi mengalami kesulitan dalam menanggulangi tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana upaya
yang dilakukan polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online di Polda DIY, adakah faktor yang menghambat
polisi dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY, adakah upaya yang dilakukan oleh polisi
untuk mengatasi hambatan dalam upaya menanggulangi tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
4

II. KAJIAN TEORI


1. Tinjauan tentang Polisi
a. Pengertian Polisi
Polisi merupakan alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam
negeri (Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia).
b. Tugas Polisi
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
(a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (b)
menegakkan hukum; dan (c) memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Dalam
melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
diatas, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas salah satunya
melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-
undangan lainnya (Pasal 14 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia).
c. Wewenang Polisi
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia seperti yang telah
diuraikan di atas, di bidang proses pidana Kepolisian Negara Republik
Indonesia berwenang untuk melakukan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan; melarang setiap orang meninggalkan
atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan; membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik
dalam rangka penyidikan; menyuruh berhenti orang yang dicurigai
dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; melakukan
5

pemeriksaan dan penyitaan surat; memanggil orang untuk didengar


dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; mendatangkan orang ahli
yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
mengadakan penghentian penyidikan; menyerahkan berkas perkara
kepada penuntut umum; mengajukan permintaan secara langsung
kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan
imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah
atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri
sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan mengadakan
tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab (Pasal 16 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia).

2. Tinjauan tentang Upaya Menanggulangi Tindak Pidana


a. Pengertian Tindak Pidana
Menurut Prof. Muljanto, yang lebih suka memakai istilah
perbuatan pidana dan mendefinisikannya sebagai perbuatan yang
dilarang dan diancam pidana barang siapa melanggar larangan
tersebut (Harun M. Husein, 1991: 57-58).
b. Upaya Menanggulangi Tindak Pidana
Menurut G.P. Hoefnagels yang dikutip oleh Barda Nawawi
Arief, upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan
penerapan hukum pidana (criminal law application), pencegahan
tanpa pidana (prevention without punisment) dan mempengaruhi
pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
mass media (influencing views of society on crime and punishment/
mass media) (Barda Nawawi Arief, 2008: 32). Dengan demikian,
upaya penaggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua yaitu lewat jalur penal (pidana) dan lewat jalur
nonpenal (bukan/ di luar hukum pidana). Dalam pembagian G.P.
6

Hoefnagels tersebut, pencegahan tanpa pidana (prevention without


punisment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai
kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of
society on crime and punishment/ mass media) dapat dimasukkan
dalam kelompok upaya nonpenal.
Selanjutnya Barda Nawawi Arief mengemukakan bahwa
secara kasar dapatlah dibedakan bahwa upaya penaggulangan
kejahatan lewat jalur nonpenal lebih menitikberatkan pada sifat
preventive (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum
kejahatan terjadi sedangkan jalur penal lebih menitikberatkan pada
sifat repressive (penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah
kejahatan terjadi, (Barda Nawawi Arief, 2008: 39). Adapun tindakan
represif yang dilakukan kepoisian adalah:
1. Penyelidikan
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam KUHAP (Pasal 1 butir 5 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana). Bermula dari pengertian penyelidikan sebagaiman
digariskan pada Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut di atas,
maka dapat dikatakan bahwa penyelidikan adalah tindakan yang
dilakukan oleh pejabat penyelidik dalam rangka mempersiapkan suatu
penyelidikan terhadap suatu tindak pidana (Harun M. Husein, 1991:
55). Oleh karena itulah M. Yahya Harahap mengatakan bahwa
penyelidikan adalah tindakan tahap pertama permulaan penyidikan.
Akan tetapi harus diingat, penyelidikan bukanlah suatu tindakan atau
fungsi yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan (M. Yahya
Harahap, 1988: 99).
7

2. Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari
serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
(Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Pelaksanaan tugas-tugas
penyidikan ditangani oleh pejabat penyidik atau penyidik pembantu,
sesuai dengan kewenangannya masing-masing sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 dan Pasal 11 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP). Dalam
KUHP dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyidik adalah
pejabat polisi negara atau pejabat pegawai negeri sispil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan (Pasal 1 angka 1 KUHP).

3. Tinjauan tentang Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem


Online
a. Pengertian Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online
Penipuan artinya adalah perbuatan atau perkataan, proses, cara,
perbuatan menipu yang tidak jujur (bohong, palsu dengan maksud
mengakali, menyesatkan, mencari untung) (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997: 513). Berkedok artinya memakai kedok untuk
menutup muka, menutupi hal yang sebenarnya dengan sesuatu kedok
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997: 525), sedangkan investasi
adalah penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1997: 441).
Sistem berarti perangkat unsur yang teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, dan asas; metode (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2007: 1076). Sistem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
8

metode yang digunakan dalam melakukan penipuan yaitu secara


online. Dalam bahasa Indonesia berarti dalam jaringan adalah
menunjukkan keadaan konektivitas (No Name, 2012: dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Dalam jaringan-dan_luar_jaringan
diunduh pada tanggal 13 Januari 2013 pukul 10.55 WIB). Online
adalah sedang menggunakan jaringan, terhubung dalam jaringan, satu
perangkat dengan perangkat lainnya yang terhubung sehingga bisa
saling berkomunikasi. Online ini juga bisa diartikan sebagai suatu
keadaan dimana sebuah device (komputer) terhubung dengan device
lain, biasanya melalui modem (Salamarianto, 2012: dalam http://pns-
ohpns.blogspot. com/2012/12/pengertian-online.html di unduh pada
tanggal 13 Januari 2013 pukul 10.35).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan yang
dimaksud penipuan berkedok investasi melalui sistem online adalah
perbuatan atau cara penipuan dengan memakai kedok atau melakukan
sesuatu sebagai alat penutup keadaan sebenarnya, menggunakan
sesuatu sebagai alat untuk menutup diri yang dalam hal ini penipuan
diwujudkan dalam penawaran usaha berupa penanaman uang atau
modal di suatu perusahaan atau proyek dengan metode menggunakan
jaringan internet untuk tujuan memperoleh keuntungan yang
sebenarnya perusahaan tersebut fiktif atau tidak kredibel dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain tujuan utama
adalah menipu tetapi di tutupi dengan kegiatan/usaha investasi.
b. Sanksi Pidana terhadap Penipuan Berkedok Investasi melalui
Sistem Online
Sanksi pidana terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat
dipidana menurut KUHP dalam Pasal 378 ancaman hukumannya
paling lama 4 tahun penjara bagi mereka yang terbukti melakukan
penipuan, sedangkan sanksi pidana terhadap perbuatan-perbuatan
yang dapat dipidana menurut KUHP dalam Pasal 372 ancaman
hukumannya paling lama 4 tahun penjara bagi mereka yang terbukti
melakukan penggelapan.
9

III. METODE PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Polda DIY. Dipilihnya lokasi
tersebut karena banyaknya kasus penipuan berkedok investasi melalui
sistem online yang ditangani Polda DIY dari tahun ke tahun. Dari
banyaknya kasus yang ditangani oleh Polda DIY, misalnya saja pada tahun
2012 terdapat 19 kasus, baru ada dua kasus yang dilimpahkan ke
kejaksaan sedangkan 17 kasus lainnya masih dalam proses penyelidikan
atau penyidikan. Dengan melihat hal tersebut disinyalir terdapat
permasalahan dalam upaya polisi dalam menanggulangi tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2013 sampai dengan
bulan Desember 2013.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Hadari Nawawi,
2001: 63). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
membuat, melukiskan, menggambarkan situasi-situasi atau kejadian-
kejadian (Sumadi Suryabrata, 1995: 18). Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif karena bersifat menjelaskan, menggambarkan atau
mendeskripsikan upaya yang dilakukan polisi dalam menanggulangi
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda
DIY.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan metode kualitatif. Dari pelaksanaan prosedur
metode kualitatif, maka penelitian ini menurut Bogdan dan Taylor akan
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan
dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moelong,
10

2007: 4). Pendekatan kualitatif juga dapat digunakan untuk memahami


suatu fenomena yang sama sekali belum diketahui atau baru sedikit
diketahui (Basrowi dan Suwandi, 2008: 22).
Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive. Berdasarkan criteria yang telah ditetapkan yaitu polisi
yang bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Khusus dan telah memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun, polisi yang pernah melakukan
sosialisasi, penyuluhan, dan memberikan informasi kepada masyarakat
terkait tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online,
dan polisi yang pernah melakukan penyidikan dalam kasus penipuan
berkedok investasi melalui sistem online maka diperoleh subjek penelitian
Kabid Humas Polda DIY, Penyidik Madya Ditreskrimsus Polda DIY, dua
penyidik dan lima penyidik pembantu Unit B bidang Fismondev Subdit I/
Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dengan wawancara dan dokumentasi:
1. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap, pedoman
wawancara hanya berupa garis besar permasalahan yang ditanyakan
(Sugiyono, 2010: 233-234). Garis besar permasalahan tersebut adalah
tentang upaya yang dilakukan polisi dalam menanggulangi tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY, faktor
yang menghambat polisi dalam upaya menanggulangi tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY, dan
upaya yang dilakukan oleh polisi untuk mengantisipasi hambatan dalam
upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online di Polda DIY.
11

2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen (Husaini
Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 1996: 73). Dalam penelitian ini,
dokumen yang dimaksud adalah dokumen tentang data tindak pidana
investasi yang di laporkan ke Polda DIY, susunan organisasi dan tata kerja
pada tingkat Kepolisian Daerah, susunan organisasi dan tata kerja pada
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus), press release hasil
Operasi Pundi Progo tahun 2012.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan adalah teknik cross check data. Menurut Burhan Bungin teknik
pemeriksaan data dengan menggunakan cross check dilakukan manakala
pengumpulan data penelitian mengunakan strategi pengumpulan data
ganda. Cross check data dilakukan dengan mengecek data hasil
wawancara dengan data dokumen (Burhan Bungin, 2001: 95-96).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data induktif. Analisis data induktif yaitu penarikan kesimpulan
yang berangkat dari fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit kemudian
ditarik kesimpulan secara umum dengan menyajikan data dan
menganalisis data dalam bentuk deskriptif. Langkah-langkah analisis yang
digunakan dalam penelitian ini analisis data kualitatif, yang menurut
Sayekti Pujosuwarno (1992: 19) meliputi:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan pemusatan perhatian dan
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Data
yang dihasilkan dalam proses wawancara dan dokumentasi merupakan
data yang masih kompleks dan kasar sehingga peneliti perlu untuk
melakukan pemilihan data yang relevan dan bermakna yang dapat
12

digunakan dengan memilih data pokok yang mengarah pada


permasalahan penelitian.
b. Unitisasi dan Kategori Data
Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi akan
disederhanakan dan dipilih, kemudian disusun secara sistematik ke
dalam kategori dengan sifat masing-masing data yang spesifik sesuai
dengan tujuan penelitian yang sifatnya penting dan pokok, sehingga
data dapat memberikan gambaran penelitian yang jelas mengenai upaya
yang dilakukan polisi dalam menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
c. Display Data
Display merupakan penyajian data ke dalam matrik yang sesuai.
Display data yang dilakukan dengan melihat keseluruhan data yang
diperoleh selama penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh telah
dikategorikan lalu disajikan dalam narasi konstruktif yang berupa
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Data dalam bentuk narasi dimaksudkan untuk menginterpretasikan data
secara sistematis untuk selanjutnya dianalisis.
d. Pengambilan Kesimpulan
Data yang telah di interpretasikan secara sistematis tersebut kemudian
diperoleh kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara
berfikir induktif yaitu dari hal-hal yang khusus di arahkan kepada hal-
hal yang umum untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan polisi
dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY.
13

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Upaya Polisi dalam Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan
Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY.
1. Upaya Preventif
Upaya preventif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY telah dilakukan
oleh bagian Humas dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat
dengan:
a. Press Release hasil Operasi Pundi Progo Tahun 2012
Press Release adalah informasi dalam bentuk berita yang dibuat
oleh Humas Polda DIY yang disampaikan kepada pengelola media masa.
Berita yang dibuat oleh humas erat kaitannya dengan kepentingan Polda
DIY yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui
pemberitaan di media massa guna mengantisipasi merebaknya tindak
pidana penipuan perkedok investasi melalui sistem online. Upaya
penyebaran press release ke berbagai media massa dilakukan Humas
Polda DIY dengan cara mengirim langsung press release hasil operasi
Pundi Progo 2012 yang telah dibuat ke redaksi media massa yang dituju,
selanjutnya redaksi media massa menyusun press release tersebut, dan
kemudian press release tersebut dipublikasikan.
b. Talk show di stasiun televisi lokal Yogyakarta.
Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak
pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di stasiun
televisi lokal Jogja dengan cara melakukan gelar wicara (bahasa Inggris:
talk show; chat show) yang merupakan suatu jenis acara televisi berupa
perbincangan atau diskusi seorang atau sekelompok orang "tamu" tentang
suatu topik tertentu. Dalam pelaksanaan talk show tersebut Humas Polda
DIY bekerjasama dengan stasiun televisi lokal yang ada di Yogyakarta
yaitu Jogja TV dan TVRI Yogyakarta.
14

c. Dialog interaktif di radio lokal Yogyakarta.


Bagian Humas Polda DIY mengadakan sosialisasi tentang tindak
pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online melalui dialog
interaktif yang merupakan forum yang mendiskusikan masalah aktual dan
penting untuk dibahas yaitu mengenai tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online. Humas Polda DIY bekerjasama dengan
radio lokal yang ada di Yogyakarta yaitu radio Jogja Family.

2. Upaya Represif.
Upaya Represif dalam menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh
Polisi Penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY. Penyidik tersebut terdiri dari satu orang Kepala
Unit (Kanit) dengan pangkat Komisaris Polisi (Kompol), satu orang Panit
dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) dan lima orang Banit
dengan pangkat Briptu, Brigadir, Aiptu, Aipda dan Bripka. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai upaya represif polisi dalam
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online di Polda DIY akan diuraikan sebagai berikut:
a. Penyelidikan
Penyelidikan terhadap tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY dilakukan oleh Polisi Penyelidik Unit
B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY.
Sebelum dilakukan tindakan penyidikan, dilakukan dulu penyelidikan
oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan bukti
permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut
penyidikan. Setelah mendapatkan laporan adanya tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online dilakukan tindakan penyelidikan.
Pada tahap penyelidikan, polisi penyelidik melakukan serangkaian
tindakan yaitu:
15

1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya


tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online
Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda DIY
menerima laporan atau pengaduan dari masyarakat tentang telah atau
sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana dalam hal ini penipuan
berkedok investasi melalui sistem online. Petugas SPKT mencatat semua
hal yang dilaporkan. Laporan polisi yang telah dicatat tersebut
disampaikan kepada Bagbinopsnal Ditreskrimsus Polda DIY untuk
selanjutnya dilakukan analisa terhadap laporan yang masuk dan kemudian
menunjuk salah satu Subdit yang berwenang untuk menangani kasus
tersebut, dalam hal ini Subdit I/ Ekonomi. Kasubdit I/ Ekonomi kemudian
menunjuk salah satu Unit yang berwenang untuk menangani kasus
tersebut, dalam hal ini Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY untuk mulai menindak dan melakukan
pemeriksaan setelah administrasi penyelidikan berupa Surat Perintah
Tugas dan Surat Perintah Penyelidikan lengkap.
2) Mencari keterangan dan alat bukti
Dalam mencari keterangan dan alat bukti kasus tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online, penyelidik melakukan
pemanggilan dan pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban serta
penyamaran maupun under cover (penyusupan). Pemanggilan dan
pemeriksaan terhadap saksi pelapor atau korban dilakukan guna
mendapatkan keterangan tentang peristiwa yang diduga tindak pidana
yang dilaporkan oleh pelapor, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
Penyamaran yaitu penyelidik menjadi seolah-olah bagian dari area yang
diduga terjadi tindak pidana dan mengganti identitas sesuai dengan
keadaan area tersebut guna mendapatkan keterangan dan alat bukti.
Penyamaran dilakukan polisi penyelidik dengan berpura-pura akan
menjadi investor pada sebuah perusahaan atau individu penawar investasi.
Penyusupan disini yaitu penyelidik memasuki area yang diduga sebagai
16

tempat terjadinya tindak pidana secara sembunyi-sembunyi untuk tidak


diketahui siapa pun guna untuk mendapatkan keterangan dan alat bukti.
3) Kewenangan Penyelidik Membuat dan Menyampaikan Laporan Hasil
Pelaksanaan Tindakan Penyelidikan
Penyelidik wajib membuat dan menyampaikan laporan tertulis
hasil pelaksanaan tindakan penyelidikan demi untuk pertanggungjawaban
dan pembinaan pengawasan terhadap penyelidik kasus tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem onlie, sehingga tindakan yang
dilakukan penyelidik berupa pemanggilan serta pemeriksaan terhadap
pelapor maupun saksi dan pengumpulan bahan keterangan dari sebuah
perusahaan atau individu penawar investasi tertera dalam laporan hasil
pelaksanaan tindakan penyelidikan tersebut.
Setelah terkumpul cukup bukti pada tahap penyelidikan kasus
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online yaitu
minimal dua alat bukti yakni keterangan saksi (pelapor) atau korban dan
petunjuk dilakukan penyidikan.

b. Penyidikan
Penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
(Pasal 1 angka 2 KUHP). Dalam hal ini penyidikan tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY di lakukan oleh
Polisi Penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY. Setelah dikeluarkan surat perintah penyidikan
dan surat perintah tugas, polisi penyidik segera melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online.
Adapun tindakan penyidikan yang dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B
bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY diuraikan sebagai berikut:
1) Penangkapan
17

Penangkapan ini dilakukan untuk kepentingan penyidikan dengan


ketentuan Pasal 16 ayat (2) KUHAP yang berberbunyi untuk kepentingan
penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu berwenang melakukan
penangkapan. Polisi Penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/
Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY dalam melakukan penangkapan
berdasarkan alasan seorang tersangka diduga keras melakukan tindak
pidana dan dugaan yang kuat itu didasarkan pada bukti permulaan yang
cukup.

Penangkapan tersebut dilakukan oleh beberapa orang petugas dari


Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditrekrimsus Polda DIY
yang telah ditunjuk oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus
(Dirreskrimsus). Pada tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online, polisi penyidik dalam melakukan penangkapan terhadap
tersangka harus membawa surat tugas. Selain itu Polisi Penyidik Unit B
Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY harus
memperlihatkan surat perintah penangkapan dari Direktur Reserse
Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) yang berisi identitas tersangka, alasan
penangkapan, uraian singkat perkara kejahatan dan tempat tersangka
diperiksa. Penangkapan dilakukan karena berdasarkan keterangan saksi-
saksi, serta bukti-bukti yang ada diduga kuat telah melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378 KUHP, kemudian
tersangka dibawa ke Kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
DIY guna penyidikan lebih lanjut. Atas penangkapan tersangka, kemudian
dibuatkan Berita Acara Penangkapan.

2) Penahanan
Untuk kepentingan penyidikan dan berdasarkan hasil pemeriksaan
diperoleh bukti yang cukup, tersangka diduga keras melakukan tindak
pidana penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 KUHP yang dapat
dikenakan penahanan, tersangka dikhawatirkan melarikan diri, merusak
18

atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana maka
dapat dilakukan penahanan terhadap tersangka dengan Surat Perintah
Penahanan dari Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda
DIY. Penahanan tersebut dilakukan oleh beberapa orang petugas dari Unit
B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditrekrimsus Polda DIY yang
telah diperintahkan oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus
(Dirreskrimsus). Penahanan dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan di
Kantor Ditreskrimsus Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda
DIY, karena tersangka dikhawatirkan akan melarikan diri atau akan
mengulangi perbuatannya serta akan menghilangkan barang bukti,
dilakukan penahanan yang ditempatkan di Rumah Tahanan Polda DIY
guna proses penyidikan lebih lanjut. Atas penahanan tersebut kemudian
dibuatkan Berita Acara Penahanan.

3) Penggeledahan
Penggeledahan bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan fakta
dan bukti serta dimaksudkan untuk mendapatkan orang yang diduga keras
sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Dalam kasus tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online, untuk kepentingan
penyidikan, penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda
DIY dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian
atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam
KUHAP (Pasal 32 KUHAP). Dalam melakukan penggeledahan rumah,
penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda DIY harus
memenuhi syarat yaitu dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat
penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan penggeledahan
rumah yang diperlukan; dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis
dari penyidik, petugas Kepolisian Negara RI dapat memasuki rumah,
setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua orang saksi dalam
hal tersangka atau penghuni menyetujuinya; setiap kali memasuki rumah
harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dengan dua orang
19

saksi, dalam hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir; dalam
waktu dua hari setelah memasuki dan atau menggeledah rumah, harus
dibuat suatu berita acara dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau
penghuni rumah yang bersangkutan (Pasal 33 ayat (1-5) KUHAP).
Apabila penyidik harus melakukan penggeledahan rumah di luar
daerah hukumnya, dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut dalam
pasal 33 KUHAP seperti yang telah diuraikan diatas, maka penggeledahan
harus diketahui oleh kepala pengadilan negeri dan didampingi oleh
penyidik dari daerah hukum di mana penggeledahan itu dilakukan (Pasal
36 KUHAP). Penggeledahan dalam rangka penyidikan tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online dilakukan Polisi
Penyidik Unit B bidang Fismondev Unit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda
DIY adalah untuk mencari bukti kejahatan yang telah merugikan banyak
korban dengan menggeledah semua aset yang diduga sebagai hasil tindak
pidana. Barang hasil penggeledahan oleh Polisi Penyidik Unit B bidang
Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY di lakukan
penyitaan untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan
dan peradilan.

4) Penyitaan
Polisi Penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY selain melakukan penahanan terhadap tersangka
penyidik juga melakukan penyitaan terhadap barang bukti. Penyitaan
hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin ketua pengadilan
negeri setempat (Pasal 38 ayat (1) KUHAP). Penyitaan oleh penyidik Unit
B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY
dilakukan dengan terlebih dahulu menunjukan tanda pengenal sesuai
dengan ketentuan Pasal 128 KUHAP. Setelah melakukan penggeledahan
dengan disaksikan oleh kepala desa atau kepala lingkungan dan dua orang
saksi (Pasal 129 ayat 1KUHAP). Penyidik Unit B bidang Fismondev
Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY membuat berita acara yang
20

dibacakan, ditandatangani serta salinannya disampaikan kepada atasan


penyidik, orang yang disita, keluarganya dan kepala desa.
Benda-benda yang dikenai penyitaan oleh penyidik Unit B bidang
Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY disimpan dalam
rumah penyimpanan benda sitaan negara Yogyakarta. Namun apabila di
rumah penyimpanan benda sitaan negara Yogyakarta tidak ada tempat lagi
untuk menyimpan hasil penyitaan yang dilakukan oleh penyidik maka
benda sitaan tersebut disimpan di Dittahti Polda DIY.

5) Pemanggilan
Demi untuk melakukan pemeriksaan, penyidik Unit B bidang
Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY melakukan
pemanggilan terhadap saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa.
Pemanggilan saksi dilakukan penyidik dengan berhati-hati dan teliti.
Jangan sampai ada saksi yang dipanggil, ternyata tidak dapat memberikan
keterangan apapun. Untuk memanggil dan menjadikan seseorang untuk
diperiksa sebagai saksi, pejabat/penyidik pembantu harus benar-benar
berpedoman pada kriteria yang ditentukan oleh Pasal 1 butir 26 KUHAP,
yaitu seseorang yang mendengar sendiri, melihat sendiri, mengalami
sendiri peristiwa pidananya, dan orang yang bersangkutan akan apa yang
ia dengar ia lihat serta ia alami.
Guna kepentingan penyidikan, selain melakukan pemanggilan
terhadap saksi-saksi, polisi penyidik mendatangkan ahli dari Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, auditor dari akuntan publik
dan ahli IT. Dalam kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online, pemanggilan saksi dilakukan dengan panggilan
berbentuk surat pemanggilan.
21

6) Pemeriksaan
Pemeriksaan penyidikan dilakukan oleh Polisi Penyidik Unit B
bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY.
Pemeriksaan penyidikan dilakukan terhadap tersangka yang karena
perbuatan/ keadaannya berdasarkan bukti permulaan yaitu keterangan
saksi (pelapor) dan bukti petunjuk, patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana; terhadap saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa dan ahli yang
yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara karena
pada kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online sangat perlu dilakukan karena tindak pidana ini melibatkan ilmu
dan teknologi yang terus berkembang, sehingga harus melibatkan ahli
sesuai dengan bidang keahlian yang mereka miliki.
7) Pemberkasan
Setelah penyidik berpendapat segala sesuatu pemeriksaan yang
diperlukan dianggap cukup, penyidik atas kekuatan sumpah jabatan segera
membuat berita acara. Untuk kelengkapan berita acara, setiap pemeriksaan
yang berita acaranya terlah dibuat tersendiri dalam pemeriksaan
penyidikan, dilampirkan dalam berita acara penyidikan yang dibuat oleh
penyidik. Polisi penyidik Unit B bidang Fismondev Unit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY dalam membuat berita acara penyidikan dan
lampiran-lampiran yang bersangkutan dengan kasus penipuan berkedok
investasi melalui sistem online. Berkas tersebut dijlid menjadi satu berkas.
Setelah berkas perkara disempurnakan penjilidannya maka selanjutnya
diserahkan kepada Penuntut Umum. Penyerahan berkas perkara kepada
Penuntut Umum dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap pertama,
penyidik hanya menyerahkan berkas perkara dan tahap kedua, penyidik
menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti hasil
penyitaan kepada penuntut umum.
22

B. Hambatan Polisi dalam Upaya Menaggulangi Tindak Pidana


Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY
1. Hambatan dalam Upaya Preventif Menanggulangi Tindak Pidana
Penipuan Berkedok Investasi Melalui Sistem Online di Polda DIY
Upaya preventif yang dilakukan oleh Bidang Humas Polda DIY
dalam menanggulangi tindak pidana tersebut di atas, dengan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat melalui press release, talk show dibeberapa
stasiun televisi lokal Yogyakarta dan dialog interaktif di radio lokal
Yogyakarta tidak mengalami hambatan yang cukup berarti. Hambatan
yang ditemui dalam penyelenggaraan talk show dibeberapa stasiun
televisi lokal Yogyakarta dan dialog interaktif di radio lokal Yogyakarta
adalah dalam menentukan waktu dilaksanakannya acara tersebut karena
seringkali waktu pelaksanaan yang diagendakan oleh Humas Polda DIY
berbenturan dengan jadwal siaran acara lainnya.
2. Hambatan dalam Upaya Represif Menanggulangi Tindak Pidana
Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY
a. Hambatan Internal
Hambatan internal yang dimaksud adalah hambatan yang
terdapat dalam lingkup upaya menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY khususnya Unit
B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY.
Hambatan Internal dalam upaya menaggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY yaitu:
1) Peraturan Perundang-Undangan
a) Belum ada peraturan khusus yang mengatur tentang
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online.
Peraturan yang digunakan oleh Polisi Penyidik Unit B
bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY
dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online adalah Pasal 378 KUHAP tentang penipuan
secara umum. Tidak ada kriteria tentang penipuan berkedok
investasi melalui sistem online di dalam Pasal 378 KUHAP
23

b) Peraturan Perundang-undangan Perbankan yang Berlaku


(Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan)
Penyelidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online untuk menemukan bukti permulaan
adanya tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online mengalami hambatan karena ketika penyelidik
membutuhkan petunjuk dari rekening yang diduga sebagai pelaku
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menghendaki status orang yang akan diaudit
rekeningnya sudah merupakan tersangka, sehingga akan sulit bagi
polisi penyelidik untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut.

2) Keterbatasan Sarana dan Prasarana


Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus
Polda DIY memiliki keterbatasan fasilitas karena yang dimilik baru
sebatas tiga unit komputer, jaringan internet dan Mou dengan pihak
bank, sedangkan sarana dan prasarana pendukung lain seperti CDR
untuk melacak nomor HP dengan meminta bantuan ke provider,
Jammer untuk menghilangkan sinyal dalam radius tertentu sehingga
mempermudah saat penggerebekan dan penangkapan tersangka serta
Recovery My Data atau Data Doctor Recovery yang merupakan
software untuk mengangkat data yang sudah di hapus, belum dimiliki
karena dana belum tersedia.

3) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (Polisi Penyidik Unit B


bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/
Ekonomi Diterskrimsus Polda DIY)
Kualifikasi Sumber Daya Manusia (Polisi Penyidik Unit B
bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi Polda DIY) masih mengalami
hambatan karena baru ada dua orang penyidik yang tingkat
24

pendidikannya sampai jenjang sarjana yaitu Sarjana Hukum,


sedangkan lima orang penyidik lainnya tingkat pendidikannya hanya
sampai jenjang SMA dan dari tujuh orang penyidik tidak ada yang
memiliki keahlian dalam bidang Teknologi dan Informasi yang
sangat dibutuhkan untuk menangani kasus tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online.

b. Hambatan Eksternal
1) Hambatan Birokrasi
Untuk mendukung upaya represif polisi dalam
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online berupa penyelidikan dan penyidikan memerlukan
kerjasama dengan lembaga atau instansi lain. Namun untuk
mendapatkan data guna mencari alat bukti dalam penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online terdapat hambatan dari lembaga atau instansi lain,
karena birokrasi yang berbelit-belit. Hambatan dari lembaga atau
instansi lain tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Bank
Proses polisi penyidik untuk mendapatkan data rekening
pelaku tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online pada bank yang digunakan untuk menghimpun dana dari
para investor, membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu kurang
lebih enam bulan, sehingga hal tersebut menghambat polisi dalam
penyidikan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online.
b) Negara Lain
Negara lain sebagai pusat penyedia layanan online trading
sehingga polisi penyidik harus meminta data yang ada pada di
penyedia layanan online trading di negara lain tersebut dengan
mengajukan surat permohonan ke instansi di negara lain tersebut.
25

Hal ini tentu saja akan membutuhkan waktu yang lama dan belum
tentu mendapatkan respon dari instansi tersebut, karena saat ini
belum ada kerjasama secara khusus antara pihak Kepolisian dengan
negara lain tersebut terkait tindak pidana ini. Kerjasama yang ada
masih secara umum hubungan internasional kenegaraan.

2) Hambatan Kurangnya Kesadaran Masyarakat (Korban)


untuk menjadi Saksi Tindak Pidana Penipuan Berkedok
Investasi Melalui Sistem Online.
Polisi beranggapan bahwa masyarakat yang menjadi korban
tindak pidana penipuan berkedok investasi masih kurang
kooperatif untuk diajak kerjasama dengan polisi penyidik. Hal ini
terlihat dari kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjadi saksi
dalam kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online.

C. Upaya Polisi Mengatasi Hambatan dalam Upaya Menanggulangi


Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online di
Polda DIY
Berbagai upaya telah dilakukan polisi untuk mengurangi hambatan
yang muncul dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online di Polda DIY. Adapun upaya polisi mengatasi
hambatan dalam upaya menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online di Polda DIY khususnya Unit B bidang Fiskal
Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY
diuraikan sebagai berikut:
1. Upaya Polisi Mengatasi Hambatan dalam Upaya Preventif
Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui
Sistem Online di Polda DIY
Upaya yang dilakukan polisi dalam hal ini polisi di bidang Humas
Polda DIY untuk mengatasi hambatan dalam menentukan waktu dalam
penyelenggaraan talk show di beberapa stasiun televisi lokal Yogyakarta dan
26

dialog interaktif di radio lokal Yogyakarta adalah dengan selalu berkoordinasi


dengan pihak lain dalam hal ini stasiun televisi dan radio untuk menentukan
waktu pelaksanaan acara talk show dan dialog interaktif yang hendak diadakan
guna mensosialisasikan masyarakat mengenai tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online.
2. Upaya Polisi Mengatasi Hambatan dalam Upaya Represif
Menanggulangi Tindak Pidana Penipuan Berkedok Investasi melalui
Sistem Online di Polda DIY
a. Upaya Polisi Mengatasi Hambatan Internal
1) Peraturan Perundang-undangan
a) Belum adanya peraturan khusus yang mengatur tentang
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online.
Upaya untuk mengatasi hambatan belum adanya peraturan
khusus yang mengatur tentang tindak pidana penipuan berkedok
investasi melalui sistem online, polisi penyidik memberlakukan
peraturan umum yang terdapat dalam KUHP yaitu Pasal 378 tentang
penipuan atau Pasal 372 tentang penggelapan dalam menangani
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di
Polda DIY. Selain diberlakukan Pasal 378 KUHP tentang penipuan
atau 372 KUHP tentang Penggelapan, apabila cukup bukti dalam
kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online
terdapat unsur tindak pidana pencucian uang diberlakukan pula Pasal
4 dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
b) Peraturan perundang-undangan Perbankan yang berlaku
(Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan)
Upaya untuk mengatasi hambatan peraturan perundang-
undangan yang berbenturan dengan kepentingan penyelidikan, polisi
mencari bukti selain dari bank dan membuat MoU yang merupakan
surat perjanjian atau kerjasama lintas instansi seperti dengan pihak
bank. Hal ini mengingat Pasal 42 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
27

tentang Perbankan berbenturan dengan kepentingan penyelidikan


kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi, sehingga dengan
tanpa adanya MoU akan sulit untuk kerjasama dengan pihak bank
maupun dengan pihak lain.

2) Keterbatasan Sarana Dan Prasarana.


Polisi penyidik Unit B bidang Fismondev Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY untuk mengatasi hambatan terbatasnya sarana
dan prasarana pendukung yang ada untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online adalah meminta bantuan dari Mabes Polri. Apabila
menunggu bantuan dari Mabes Polri terlalu lama polisi penyidik meminta
bantuan ahli IT untuk mempercepat jalannya proses penyidikan kasus
tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda
DIY.

3) Kualifikasi Sumber Daya Manusia (Polisi Penyidik Unit B bidang


Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev) Subdit I/ Ekonomi
Ditreskrimsus Polda DIY).
Untuk mengatasi hambatan karena tingkat pendidikan dan
keahlian yang masih kurang tentang ilmu Teknologi dan Informasi yang
dimiliki personil polisi penyidik dan penyidik pembantu yang menangani
kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online
yaitu dengan meminta bantuan kepada Polisi Penyidik Subdit III bidang
Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) maupun ahli IT.

b. Upaya Polisi Mengatasi Hambatan Eksternal


Upaya polisi mengatasi hambatan eksternal dalam upaya represif
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online di Polda DIY yaitu hambatan yang berasal dari luar lingkup
penyelidikan dan penyidikan tetapi mempunyai atau kaitan dengan
28

penyidikan kasus tersebut khususnya Unit B bidang Fismondev Subdit I/


Ekonomi adalah:
1) Upaya Mengatasi Hambatan Birokrasi.
Upaya represif polisi berupa penyelidikan dan penyidikan untuk
menaggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online di Polda DIY masih mengalami hambatan, sehingga untuk
mengatasi hambatan birokrasi itu polisi penyidik melakukan berbagai
upaya sebagai berikut:
a) Bank
Untuk mengatasi hambatan birokrasi dengan pihak bank dilakukan
dengan membuat MoU dengan pihak bank sehingga memudahkan dan
mempercepat polisi penyidik untuk mendapatkan data rekening
tersangka tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online.
b) Negara Lain
Untuk mengatasi hambatan birokrasi dengan negara lain sebagai pusat
penyedia layanan online trading, Polisi Penyidik Unit B bidang
Fismondev Subdit I/ Ekonomi Ditreskrimsus Polda DIY mengirimkan
permintaan langsung melalui email ke penyedia layanan online trading
untuk dapat segera memperoleh data mengenai hal yang diperlukan.

2) Upaya Mengatasi Hambatan Kurangnya Kesadaran Masyarakat


(Korban) untuk menjadi Saksi dalam Kasus Tindak Pidana
Penipuan Berkedok Investasi melalui Sistem Online.
Upaya yang dilakukan oleh polisi penyidik untuk mengatasi
hambatan kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjadi saksi dalam
kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online
yaitu dengan melakukan komunikasi yang baik dengan korban maupun
masyarakat lain agar terjalin kerjasama, sehingga dapat memudahkan
proses penyelidikan dan penyidikan sebagai upaya represif untuk
menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online di Polda DIY.
29

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang upaya polisi
dalam menangggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online di Polda DIY dapat dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut:
Upaya Polisi dalam Menangggulangi Tindak Pidana Penipuan
Berkedok Investasi melalui Sistem Online di Polda DIY dilakukan upaya
preventif oleh bagian Humas dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online dengan: 1) press release hasil Operasi Pundi Progo Tahun
2012, 2) talk show di stasiun televisi lokal Yogyakarta yaitu Jogja TV dan
TVRI yang ada di Yogyakarta, dan upaya represif yang dilakukan oleh
Polisi Penyidik Unit B bidang Fiskal Moneter dan Devisa (Fismondev)
Subdit I/ Ekonomi Polda DIY dengan penyelidikan dan penyidikan.
Dalam upaya polisi menanggulangi tindak pidana penipuan
berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY terdapat hambatan,
baik dalam upaya preventif maupun represif. Hambatan polisi dalam upaya
preventif menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY adalah penentuan waktu pelaksanaan
acara talk show dan dialog interaktif. Hambatan dalam upaya represif
secara internal meliputi peraturan perundang-undangan, keterbatasan
sarana dan prasarana, dan kualifikasi sumber daya manusia; sedangkan
secara eksternal meliputi birokrasi dan kurangnya kesadaran masyarakat
(korban) untuk menjadi saksi.
Polisi melakukan berbagai upaya untuk mengurangi hambatan
yang ada dalam upaya preventif maupun represif menaggulangi tindak
pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem online di Polda DIY.
Upaya represif menaggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY yaitu selalu berkoordinasi dengan
pihak stasiun televisi dan radio. Upaya mengatasi hambatan internal dalam
30

upaya represif: terkait peraturan perundang-undangan memberlakukan


Pasal 378 atau 372 KUHP, mencari bukti selain dari bank dan berupaya
membuat MoU dengan pihak bank; terkait keterbatasan sarana dan
prasarana meminta bantuan dari Mabes Polri atau ahli di bidang Informasi
dan Teknologi (IT); dan terkait kualifikasi sumber daya manusia meminta
bantuan kepada Polisi Penyidik Subdit III maupun ahli di bidang IT.
Upaya polisi mengatasi hambatan eksternal dalam upaya represif: terkait
birokrasi membuat MoU dengan pihak bank dan mengirimkan permintaan
langsung melalui email ke penyedia layanan online trading yang berada di
negara lain; terkait kurangnya kesadaran masyarakat(korban) untuk
menjadi saksi menjalin komunikasi yang baik dengan korban maupun
masyarakat.
Saran
a. Untuk Pembuat Kebijakan
Dalam penyidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di butuhkan peraturan perundangan yang
mendukung dan memudahkan penyidik. Untuk pembuat kebijakan
sebaiknya meninjau ulang perundangan yang telah ada seperti Pasal 21
ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, yang menetapkan salah satu syarat untuk diangkat
menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu sekurang-
kurangnya berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum atau
yang sederajat. Hal ini apabila diterapkan untuk penanganan tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online sudah tidak relevan lagi
karena dalam penanganan kasus tersebut dibutuhkan keahlian khusus di
bidang teknologi dan informasi dalam proses penyidikan.
b. Untuk Lembaga Kepolisian (Polda DIY)
Dalam menanggulangi tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui
sistem online diperlukan personil polisi yang profesional dalam bidang
teknologi dan informasi, sehingga perlu adanya studi lanjut bagi polisi
penyidik kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
31

online di Polda DIY yang setidaknya Sarjana Hukum dan Sarjana Teknik
Informatika sesuai dengan bidang informasi dan teknologi. Disamping itu
perlu pengadaan sarana dan prasarana seperti CDR, Jammer dan Recovery
My Data atau Data Doctor Recovery yang dibutuhkan polisi penyidik
dalam penyidikan kasus tindak pidana penipuan berkedok investasi
melalui sistem online di Polda DIY
c. Untuk Masyarakat
Agar tidak menjadi korban maupun pelaku tindak pidana tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online, masyarakat perlu
melakukan tindakan pencegahan dengan selalu berhati-hati, waspada dan
tidak mudah tergiur dengan profit atau keuntungan di atas 5 % yang
ditawarkan pada sebuah website dan lebih aktif mencari informasi tentang
investasi. Masyarakat baik korban ini maupun masyarakat lain yang
terkait dengan tindak pidana penipuan berkedok investasi melalui sistem
online ini juga harus lebih aktif dalam bekerjasama dengan polisi dalam
melakukan komunikasi yang baik dan memberikan informasi yang benar
untuk membantu mempermudah proses penyidikan kasus tindak pidana
penipuan berkedok investasi melalui sistem online.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan M. Labib.2005. Kejahatan Mayantara (Cybercrime).


Bandung: Refika Aditama.

Barda Nawawi Arief. 2008. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan


Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
32

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:


PT Grasindo.

Budi Suhariyanto. 2012. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime)


Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Burhan Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Hadari Nawawi. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Harun M. Husein. 1991. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses


Pidana.Jakarta: Rineka Cipta.

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. 1996. Penelitian Terapan.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

M. Yahya Harahap. 2007. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan


KUHAP (Penyidikandan Penuntutan). Jakarta: Sinar Grafika.

Sayekti Pujosuwarno. 1992. Penulisan Usulan dan Laporan Penelitian


Kualitatif. Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung: Alfabeta.

Sumadi Suryabrata. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: Grafika Persada.

Tim Penyusun KBBI .1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.
33

Peraturan Perundang-undangan

Moeljanto.2001. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Jakarta:


Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Internet

No Name. 2012. Daring (dalam jaringan). Diakses dari http://id.wikipedia.org/


wiki/Dalam_ jaringan_dan_luar_jaringan. pada tanggal 13 Januari 2013,
pukul 10.55 WIB.

Salamarianto. 2012. Pengertian Online. Diakses dari http://pns-oh


pns.blogspot.com/2012/12/pengertian-online.html). pada tanggal 13
Januari 2013,pukul 10.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai