Anda di halaman 1dari 33

Berdasarkan data diatas, didapatkan hasil bahwa plastic mengalami perubahan pada kilap, berat dan

warna. Namun ada pula beberapa jenis plastic yang tidak mengalami perubahan berat seperti pada
sampel plastic PET yang direndam didalam sabun dan LDPE yang direndam didalam asam sitrat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya reaksi antara sampel plastic dengan larutan.

Pada umumnya, plastic mengalami peningkatan berat seperti pada sampel plastic PP ( NaOH dan
Minyak) yang beratnya meningkat drastis. Kenaikan tersebut disebabkan adanya larutan yang terserap
oleh plastic. Hal tersebut dapat menandakan bahwa plastic PP sangat baik untuk mengemas bahan
pangan yang berminyak karena dapat mengurangi kandungan minyak yang berlebihan. Seperti yang
kita ketahui, kelebihan minyak pada bahan pangan akan mengakibatkan kerusakan seperti timbulnya
bau tengik. Setiap sampel yang menyerap suatu larutan, berarti dapat membantu perpenjangan umur
simpan dari bahan pangan terhadap pelarut tersebut.

Namun pada sampel plastic HDPE, hal yang terjadi justru berat plastik menurun. Penurunan tersebut
disebabkan oleh beberapa berat dari kemasan terserap kedalam pelarut.

Plastic PVC merupakan plastic yang memiliki tekstur tebal, kaku, bening dan permukaannya halus.
Apabila membandingkan persentase perubahan sampel yang sama dengan pelarut yang berbeda,
dapat dinyatakan bahwa palstik PVC mampu menyerap minyak lebih baik dibandingkan menyerap
pelarut yang lainnya. Oleh karenanya, plastic PVC baik digunakan untuk mengemas bahan pangan
yang berminyak. Selain PVC, plastic yang baik digunakan untuk mengemas bahan pangan berminyak
adalah LDPE ( pada umumnya digunakan untuk mengemas gorengan ).

Plastic HDPE merupakan plastic yang memiliki tekstur keras, sangat lentur, buram dan
permuakaannya halus. Apabila membandingkan persentase perubahan sampel yang sama namun
dengan pelarut yang berbeda, didapatkan bahwa plastic HDPE lebih baik dalam menyerap NaOH.
Dalam artian, HDPE mampu melindungi produk dari kerusakan akibat pengaruh basa ( NaOH).

Plastic PET merupakan plastic yang memiliki tekstur keras, kaku, permukaannya bergelombang dan
bening. Apabila membandingkan persentase perubahan sampel yang sama namun dengan pelarut
yang berbeda, didapatkan bahwa plastic PET lebih baik dalam menyerap NaOH. Dalam artian, PET
mampu melindungi produk dari kerusakan akibat pengaruh basa ( NaOH). Selain plastic PET dan
HDPE, plastik PP juga mampu melindungi bahan pangan dari kerusakan akibat bahan kimia yang
bersifat basa.

Selain mengalami perubahan berat, plastic juga mengalami perubahan kebeningan dan kilap. Pada
sampel yang direndam kedalam minyak menunjukkan adanya peningkatan kilap namun mengalami
penurunan kebeningan.

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, pangan merupakan salah satu. kebutuhan primermanusia. Seiring dengan perkembangan
teknologi, produk pangan pun mengalamiperkembangan, antara lain dari segi teknik pengolahan, pengawetan, pengemasan
dandistribusinya. Hal tersebut memungkinkan suatu produk pangan yang dihasilkan disuatu tempat dapat diperoleh di tempat
lain.Kebanyakan produk pangan yang ada di pasaran telah dikemas sedemikianrupa sehingga mempermudah konsumen
untuk mengenali serta membawanya. Secaraumum, kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi
dan ataumembungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung denganpangan.Selain untuk
mewadahi/membungkus pangan, kemasan pangan jugamempunyai berbagai fungsi lain, diantaranya untuk menjaga pangan
tetap bersih sertamencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme, menjaga produk dari kerusakanfisik, menjaga produk dari
kerusakan kimiawi (misalnya permeasi gas,
kelembabanatau uap air), mempermudah pengangkutan dan distrisbusi, mempermudahpenyimpanan;memberikan
informasi mengenai produk pangan dan instruksi lain padalabel, menyeragamkan volume atau berat produk dan membuat
tampilan produk lebihmenarik sekaligus menjadi media promosi.Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan terutama
karena keunggulannyadalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yangdikemas, berbobot
ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan atau tembuspandang, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat
diproduksi secaramassal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik.Walaupun plastik memiliki
banyak keunggulan, terdapat pula kelemahanplastik bila digunakan sebagai kemasan pangan, yaitu jenis tertentu (misalnya PE,
PP,PVC) tidaktahan panas, berpotensi melepaskan migran berbahaya yang berasal dari

sisa monomer dari polimer dan plastik merupakan bahan yang sulit terbiodegradasisehingga dapat mencemari lingkungan

aY's world
ACTIVE PACKAGING PADA DAGING
PENGEMASAN PRODUK DAGING A. Produk Daging Daging merupakan produk pangan yang
mempunyai nilai gizi dan nilai ekonomi yang tinggi...

Tulus..Ikhlas..
PENGEMAS PLASTIK
A. KEMASAN Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama
atau wadah yang langsung berhubungan dengan ba...

Tulus..Ikhlas..
Saat kerjamu tidak dihargai. maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN Saat
usahamu dinilai tidak penting, maka saat ...
RABU, 11 MEI 2011

PENGEMAS PLASTIK
A. KEMASAN
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau
wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang
tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan
inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan
perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu
bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi
kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar
matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap
mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat lainnya.
Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak boleh menyerap air dari
atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air.
Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak
dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah
yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak
dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983).
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi segar ke
dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau hanya mengalami sedikit
penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan
pengemasan, komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan
mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980).
Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan (dekorasi)
yang bertujuan untuk (Sacharow dan Griffin, 1980):
a. Memberikan kemudahan dalam mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan
kuantitasnya.
b. Memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya.
c. Menarik perhatian pembeli.
d. Memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk yang dikemas.

Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu:
a. tidak toksik
b. harus cocok dengan bahan yang dikemas
c. harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan
d. dapat mencegah kepalsuan
e. kemudahan membuka dan menutup
f. kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi
g. kemudahan pembuangan kemasan bekas
h. ukuran, bentuk dan berat harus sesuai
Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk
mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk
menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih
penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh
mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting
diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan
lingkungan dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya
kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap
cahaya, oksigen dan mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan
yang digunakan menurut Winarno dan Jenie (1982) dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat
dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi;
sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya
dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan
kadar air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen. Berbagai jenis bahan digunakan untuk
keperluan kemasan, diantaranya adalah bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas, papan,
kertas.

B. BAHAN PENGEMAS PLASTIK


Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat
plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang
paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola
acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut
kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya
terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk plastik
thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila
didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan
terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible).
Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat
polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar
rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi
rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975).
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi
dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi
satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat
tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna.
Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung
dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai
jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil
dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan
bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi. Sifat-sifat yang dihasilkan
oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya
kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk
kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan
permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil
dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan
untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling
menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994).
Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia
plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik,
diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas,
penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton,
1979).
Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas benar bedanya. Secara
alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya balsam, damar, terpentin, oleoresin dan
sebagainya. Tapi kini resin tiruan sudah dapat diproduksi dan dikenal sebagi resin sintetik,
contohnya selofan, akrilik seluloid, formika, nylon, fenol formaldehida dan sebagainya (Winarno,
1994).
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut polimerisasi
dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi
satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk
memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut
disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat
molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV,
anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu
thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulangkali
dengan menggunakan panas, antara lain polietilen, polipropilen, polistiren dan polivinilklorida.
Sedangkan termoset adalah plastic yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain
phenol formaldehid dan urea formaldehid.
Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap
perubahan suhu, yaitu:
a. termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan
mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan.
b. termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan
telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak
akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya
yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.
Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit
penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang
bersifat termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995).
Pada kemasan plastik, perubahan fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya
tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga
tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik
untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren,
poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida,
polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam
bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam
plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan
pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat,termo platis dan selektif dalam
permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan
udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan
(Winarno, 1987). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis
kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
Secara umum, ciri-ciri plastik tersebut dapat diketahui secara mudah. Antara lain
berada di bagian bawah dari pengemas plastik, berbentuk segitiga dan didalam segitiga
tersebut terdapat angka-angka yang masing-masingnya mewakili karakteristik setiap pengemas
plastik tersebut. Berikut ini penggolongan jenis-jenis plastik menurut (Purnamajati, 2010) :
Jenis Ke-1
Logo ini menandakan plastik tersebut berjenis Polyethylene Terephthalete (PETE). Kemasan ini
sering kita temui sebagai botol plastik pengemas minuman. Kenampakan bahan pengemas ini
bewarna beningng atau transparan. Perlu diperhatikan juga bahwa pengemas jenis ini sangat
direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Hal ini dikarenakan jika terlalu sering dipakai,
apalagi digunakan untuk menyimpan air panas akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol
akan meleleh. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan botol yang semakin kusam jika terlalu
sering dipakai. Resiko jangka panjangnya dapat menyebabkan kanker karena sifat polimer
tersebut yang karsinogenik (menyebabkan kanker). Kegunaan dan sifat plastic jenis ini jelas,
keras, tahan terhadap pelarut, tititk lelehnya 85C. biasanya digunakan untuk botol minuman
berkarbonasi, botol juice buah, tas bantal dan peralatan tidur, dan fiber tekstile.
Jenis Ke-2
Jenis ke-2 disebut dengan HDPE (High Density Polyethylene). Sering kita temui pada botol susu
bayi yang bewarna putih susu, gallon air minum, kursi lipat dan lain-lain. HDPE mempunyai
sifat yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE punya
kemampuan untuk mencegahreaksi kimia antara kemasan plastik belabel HDPE dengan
makanan/ minuman yang dikemasnya. Namun, hal yang cukup pelu diwaspadai karena pada
kemasan ini terjadi pelepasan senyawa antimony trioksida yang terus meningkat seiring
dengan intensitas pemakaiannya. Polietilen densitas tinggi sifatnya lebih keras, kurang
transparan dan tahan panas sampai suhu 100 0C. Campuran polietilen densitas rendah dan
polietilen densitas tinggi dapat digunakan sebagai bahan pengganti karat, mainan anak-anak,
dan lain-lain.
Jenis Ke-3
Pengemas dengan bernomor 3 ini disebut Polyvinyl cloride (PVC) merupakan jenis plastik yang
sangat sulit untuk didaur ulang. Reaksi yang terjadi antara PVS dengan makanan yang dikemas
dengan plastik ini berpotensi membahayakan ginjal, hati dan dapat mengganggu berat badan.
Sehingga penggunaan plastik jenis ini sebisa mungkin untuk dihindari. Plastik jenis ini
mempunyai sifat keras, kuat, tahan terhadap bahan kimia, dan dapat diperoleh dalam
berbagai warna. Jenis plastik ini dapat dibuat dari yang keras sampai yang kaku keras. Banyak
barang yang dahulu dapat dibuat dari karet sekarang dibuat dari PVC. Penggunaan PVC
terutama untuk membuat jas hujan, kantong kemas, isolator kabel listrik, ubin lantai, piringan
hitam, fiber, kulit imitasi untuk dompet, dan pembalut kabel.
Jenis Ke-4
Plastik dengan tera angka 4 ini disebut Low Density Polyethylene (LDPE) disebut
juga thermoplastic karena terbuat dari minyak bumi. Karakter jenis plastik ini yaitu kuat, agak
tembus cahaya, fleksibel, resisten terhadap senyawa kimia dibawah suhu 60 oC dan punya daya
proteksi tinggi terhadap air. Plastik ini dapat didaur ulang dan baik untuk barang-barang
dengan tingkat fleksibilitas tinggi. Plastik jenis ini cukup baik jika digunakan sebagai tempat
makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan
ini. Polietilen densitas rendah relatif lemas dan kuat, digunakan antara lain untuk pembuatan
kantong kemas, tas, botol, industri bangunan, dan lain-lain.
Jenis Ke-5
Jenis ini dilabeli dengan logo PP (Polypropylene) merupakan pilihan bahan plastik terbaik jika
digunakan sebagai pengemas makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan karakteristik bahan
ini yaitu lebih kuat dengan daya tembus uao yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, dan stabil pada suhu tinggi. Polipropilen mempunyai sifat sangat kaku; berat jenis
rendah; tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, tahan terhadap panas, dan tidak mudah
retak. Plastik polipropilen digunakan untuk membuat alat-alat rumah sakit, komponen mesin
cuci, komponen mobil, pembungkus tekstil, botol, permadani, tali plastik, serta bahan
pembuat karung.
Jenis Ke-6
Jenis ini dapat dikenali karena erdapat tanda PS (Polystyrene) yang merupakan salah satu
polimer aromatik. Bahan ini sangat dihindari karena akan mengeluarkan senyawa styrene yang
dapat mengganggu kerja otak, mengganggu kerja hormon estrogen pada wanita sehingga
mengganggu sistem reproduksinya serta pertumbuhan dan sistem saraf. Selain itu, bahan ini
juga sangat sulit untuk didaur ulang. Polistiren adalah jenis plastik termoplast yang termurah
dan paling berguna serta bersifat jernih, keras, halus, mengkilap, dapat diperoleh dalam
berbagai warna, dan secara kimia tidak reaktif. Busa polistirena digunakan untuk membuat
gelas dan kotak tempat makanan, polistirena juga digunakan untuk peralatan medis, mainan,
alat olah raga, sikat gigi, dan lainnya.
Jenis Ke-7
Untuk bahan pengemas dengan kode angka 7 terdiri atas empat jenis bahan. Yaitu Styrene
acrylonitrile (SAN), Acrilonitrile butadine styrene (ABS), Polycarbonate (PC) dan Nylon. Sering
ditemukan pada botol minuman, suku cafang mobil, alat rumah tangga, plastik kemasan dan
lain-lain. Untuk jenis SAN dan ABS punya tingkat resistensi teinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuaatan, kaku serta tingkat kekakuannya yang tinggi. Sehingga plastik ini sangat baik
digunakan sebagai pengemas makanan dan minuman.
Namun, untuk plastik jenis PC yang notabene digunakan sebagai botol susu bayi sangat
berbahaya karena menghasilkan Bisphenol-A yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma dan mengubah fungsi imunitas.

C. Pemilihan Kemasan Plastik Untuk Bahan Pangan


Sekarang telah terjadi perubahan permintaan konsumen dan pasar akan produk pangan,
dimana konsumen menuntut produk pangan yang: bermutu tinggi, dapat disiapkan di rumah,
segar, mutu seragam. Hal ini menyebabkan kemasan plastik merupakan pilihan yanng paling
tepat, karena dapat memenuhi semua tuntutan konsumen seperti di atas. Jenis-jenis plastik yang
ada di pasaran sangat beragam, sehingga perlu pengetahuan yang baik untuk dapat menentukan
jenis kemasan plastik yang tepat untuk pengemasan produk pangan. Kesalahan dalam memilih
jenis kemasan yang tepat, dapat menyebabkan rusaknya bahan pangan yang dikemas
(Anonymous a, 2010).
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum memilih jenis kemasan adalah:
kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis, mempunyai
daya lindung yang baik terhadap gas dan uap air, harus dapat melindungi dari sinar ultra violet,
tahan terhadap bahan kimia. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini maka kita dapat
menentukan jenis kemasan yang sesuai dengan produk yang akan dikemas sebagai berikut
(Anonymous a, 2010) :
1. Produk Susu
Kemasan plastik yang sesuai untuk produk-produk susu adalah LDPE dan HDPE.
Kemasan yang baik untuk keju harus yang bersifat kedap terhadap uap air dan gas yang baik,
misalnya nilon/ Polietilen, Selulosa, polietilen dan PET/PE.
2. Daging dan Ikan
Daging segar dikemas dengan PVC yang permeabilitasnya terhadap uap air dan gas
tinggi.
Daging beku dikemas dengan LDPE dan LDPE nilon.
Unggas dikemas dengan kantung laminasi dari etilen vinil asetat/polietilen (EVA/PE).
Daging masak dan bacon dengan E/PVDC/PA/PT/PETT atau kemasan vakum.
Ikan dan ikan beku dikemas dengan HDPE atau LDPE.
3. Produk Roti
Roti yang mengandung humektan dikemas dengan kemasan kedap air.
Roti yang bertekstur renyah dengan kemasan kedap udara.
Cake (bolu) agar tidak kering dan bau apek dikemas dengan selulosa berlapis atau OPP
4. Makanan Kering dan Serealia
Untuk makanan kering dan serealia dikemas dengan kemasan kedap uap air dan gas
seperti LDPE berlapis kertas atau LDPE/aluminium foil.
5. Makanan Yang Diolah
Untuk makanan yang stabil seperti selai dan acar kemasan yang digunakan adalah plastik
fleksibel dan jika akan diolah lagi digunakan gelas atau kaleng.
Konstruksi lapisan yang dibutuhkan untuk retort pouch adalah bahan-bahan seperti
poliester atau poliamida/ aluminium foil/HDPE atau PEPP kopolimer.
Kemasan sekunder yang digunakan untuk distribusi adalah karton.
6. Buah dan Sayur Segar
Kemasan yang dipilih adalah kemasan yang mempunyai permeabilitas yang tinggi
terhadap CO2 agar dapat mengeluarkan CO2 dari produk sebagai hasil dari proses pernafasan.
Jenis kemasan yang sesuai adalah polistiren busa seperi LDPE, EVA, ionomer atau plastik PVC.

7. Kopi
Dikemas dengan kemasan hampa seperti foil/poliester yang sudah dimetalisasi dan PE.
Untuk kemasan kopi instan digunakan PVC yang dilapisi dengan PVDC, tapi harganya
masih terlalu mahal.
8. Lemak dan Minyak
Digunakan kemasan PVC yang bersih dan mengkilap. Pengemasan mentega dan margarin
dilakukan dengan polistiren.
9. Selai dan Manisan
Dahulu digunakan polistiren dengan pencetakan injeksi.
Saat ini digunakan PVC berbentuk lembaran.
10. Minuman
Untuk minuman berkarbonasi maka dipilih kemasan yang kuat, tahan umbukan dan
benturan, tidak tembus cahaya dan permeabilitasnya terhadap gas rendah, sehingga jenis kemasan
yang sesuai adalah poliakrilonitril. Untuk minuman yang tidak berkarbonasi maka dipilih
kemasan berbentuk botol yang mengalami proses ekstrusi yaitu Lamicon yang berasal dari PE
dan lamipet (bahan yang mengandung 95% polivinil asetat saponifiliasi).
11. Bahan Pangan lain
Garam dikemas dengan HDPE karena sifat perlindungannya terhadap kelembaban yang
tinggi. Bumbu masak dikemas dengan LDPE yang fleksibel. Makanan beku dengan LDPE dan
EVA.
D. Simbol Kemasan Plastik (anonymous, 2010)

Plastik memiliki bermacam-macam kegunaan. Untuk mengetahui yang mana plastik untuk
makanan dan minuman dan yang mana yang bukan, maka harus dibedakan plastic jenis yang satu
dan lainnya berdasarkan symbol yang tertera pada plastic tersebut. Berikut symbol plastic
berdasar kegunaannya:
1. Simbol Food Grade : bergambar gelas dan garpu yang artinya wadah tersebut aman untuk
digunakan untuk makanan dan minuman.
2. Simbol Non Food Grade : gambar garpu dan gelas dicoret. Artinya wadah tersebut tidak
didesain untuk wadah makanan, karena kandungan zat kimia di dalamnya bisa membahayakan
kesehatan.
3. Simbol Microwave Save : gambar garis bergelombang. Wadah aman untuk digunakan sebagai
penghangat makanan di dalam microwave, karena tahan suhu yang tinggi.
4. Simbol Non Microwave : gambar garis bergelombang dicoret. Wadah tidak boleh digunakan
untuk menghangatkan makanan di dalam microwave, karena tidak tahan suhu yang tinggi atau
panas.
5. Simbol Oven Save : gambar oven (dua garis horizontal), yang artinya aman digunakan sebagai
penghangat makanan di dalam oven. Meskipun terbuat dari plastik, wadah ini tahan suhu tinggi.
6. Simbol Non Microwave : gambar dua garis horizontal dicoret. Artinya, wadah tidak tahan
suhu tinggi.
7. Simbol Grill Save : gambar pemanggang atau grill (tiga segitiga terbalik), menandakan wadah
aman digunakan untuk suhu tinggi. Jika gambar dicoret artinya wadah tidak boleh digunakan
untuk memanggang.
8. Simbol Freezer Save : gambar bunga salju, yang menunjukkan wadah aman digunakan untuk
menyimpan makanan atau minuman dengan suhu rendah atau beku. Sebaliknya, jika gambar
dicoret maka wadah tidak boleh untuk disimpan dalam lemari pendingin.
9. Simbol Cut Save : gambar pisau, yang berarti wadah aman digunakan sebagai alas saat Anda
memotong bahan-bahan makanan. Sebaliknya, jika gambar pisau dicoret, artinya tidak untuk
wadah memotong.
10. Simbol Dishwasher Save : gambar gelas terbalik. Wadah aman untuk dicuci dalam mesin
pencuci. Namun jika gambar gelas dicoret, artinya gelas harus dicuci manual.

E. Penggunaan Plastik yang Aman


Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan semakin meningkat seiring dengan
perkembangan industri plastik. Namun demikian, adanya berbagai kajian mengenai plastik,
terutama dampaknya terhadap kesehatan, telah membuka wawasan para konsumen untuk lebih
bijak dalam penggunaan plastik sebagai kemasan pangan. Pada prinsipnya, tidak ada satu pun
jenis plastik yang mutlak aman untuk kemasan pangan. Keamanan penggunaan plastik sebagai
kemasan pangan didasarkan pada jumlah migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia yang
membentuk plastik) yang bermigrasi ke dalam pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
migran dari pengemas ke dalam pangan antara lain adalah consentrasi migran; kekuatan
ikatan/mobilitas bahan kimia dalam pengemas tersebut; ketebalan kemasan; sifat alami pangan
dalam kaitan kontak dengan pengemas (kering, berair, berlemak, asam, alkoholik); kelarutan
bahan kimia terhadap pangan; lama dan suhu kontak.
Beberapa jenis plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP,
HDPE, LDPE, dan PET. Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera,
misalnya , tulisan aman untuk makanan atau food safe / for food use / food grade. Logo atau
tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada benda plastik yang bersangkutan.
Walaupun begitu, banyak juga kemasan plastik yang tidak mencatumkan logo atau keterangan
apapun sehingga kita sebagai konsumen harus lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Secara
umum, bila ditinjau dari sifatnya, sebaiknya kemasan plastik tidak digunakan untuk pangan yang
bersifat asam, mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan panas. Jika
memungkinkan, gunakan alternatif lain sebagai kemasan pangan, misalnya kaca/gelas.

F. Mesin Pengemas Plastik


Mesin Pengemas Plastik (Plastic Film Sealer) berfungsi sebagai alat pengemas kemasan plastik
dengan pengoperasian tangan maupun kaki. Mesin pengemas plastik atau plastic film sealer
mempermudah pelaku ukm dalam pengemasan produk usahanya untuk dapat disajikan ke
konsumen dengan layak, menarik, dan sesuai dengan standar pengemasan yang berlaku. Mesin
usaha ini adalah alat yang digunakan untuk pengemasan menggunakan media plastik untuk
mengemas makanan ringan maupun produk lain yang menggunkan kemasan plastik. Misalnya:
untuk mengemas bungkus makanan ringan, dll (Anonymous b, 2010).
Spesifikasi Teknis Mesin Pengemas Plastik (Plastic Film Sealer)

Tipe PFS 300 FRP 300


Power Consumption 300 W 200 W
Panjang seal maksimal 300 mm 300 mm
Lebar seal 2 mm 2 mm
Ketebalan seal maksimal 2 x 0,15 mm 2 x 0,15 mm
Impulse Power
Berat Mesin 4 kg 8,6 kg
(Anonymous b, 2010)
Semi Automatic Cup Sealer (FRG-2001B)

Power Consumption : 400W


Power Supply : 220-240V/50-60Hz
Sealing Speed : 400-500cups/hr
Machine Size : 450x360x690mm
Machine Weight : 32kg
Harga : Rp 5.500.000
External Vacuum Packager (DZ280A)
Tipe : House Hold Vacuum Sealer

Power Supply : 220-240V/50-60Hz


Vacuum : 0.35Mpa
Sealing Length : 40-280mm
Machine Size : 350x140x70mm
Machine Weight : 2.4kg
Harga : Rp 1.100.000

Mesin pengemas vakum ini adalah peralatan yang bisa Anda gunakan semi otomatis untuk
mengemas produk secara vakum (tanpa udara, udaranya dihilangkan). Dengan pengemasan
secara vakum, maka produk yang Anda kemas akan aman dari oksidasi, kerusakan biologis, dan
bisa lebih bertahan lama dan tetap fresh. Mesin ini bisa Anda gunanakan untuk produk apa saja.
Produk-produk yang cocok dikemas dengan mesin ini antara lain : bakso, ikan, roti, makanan agar
lebih awet, dll (Anonymous c, 2011)

Diposkan oleh aY's world di 20.46


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
PIRUVIAN-SEPATU WANITA
PIRUVIAN-Sepatu Wanita

BERLANGGANAN
Pos
Komentar

HALAMAN
Beranda
PENGIKUT

MENGENAI Ada kesalahan di dalam gadget


SAYA ini
DAILY CALENDAR

ARSIP BLOG

2011 (2)
aY's world o Mei (2)
Lihat profil PENGEMAS
lengkapku PLASTIK
ACTIVE
PACKAGING PADA DAGING
2010 (2)

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

abdarrianzah
SABTU, 14 JUNI 2014

laporan teknologi pengemasan dan penyimpanan bahan pangan


LAPORAN
Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan

Oleh kelompok III


EKO ISRO RIYANTO D1C1 11 005
EMBANG DJOHAR D1C1 10 058
ABDARRIANZAH B. HASAN D1C1 10 069
ASFIANTI D1C1 10 0
SUHARNI D1C1 10 0

Jurusan Teknologi Pangan


Fakultas Pertanian
Universitas Haluoleo
Kendari
2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang peranan
penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pemungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada
didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan,
getaran). Disamping itu pengemsan berfungs untuk menenpatkan suatu hasil pengolahan atau
produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yasng memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebahgai
peranhgsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu
diperhatikan dalam perencanaannya.
Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan kemasan, seperti
jangung yang telah dibungkus seludang, buah-buahan terbungkus kulitnya, buah kelapa yang
terlndung baik dengan sabut dan temprung, polong-polongan terbungkus kulit polong. Menurut
catatan sejarah, pengemasan telah ada sejak 4000 SM. Pada waktu itu peradaban manusia telah
tinggi dengan disertai adanya pertukaran barang niaga antara Mesir dan Mesopotamia, serta Cina
dan India.
Kemasan adalah media atau wadah yang dipergunakan untuk membungkus bahan hasil
pertanian sebelum bahan tersebut disimpan dalam ruang penyimpanan. Maksudnya adalah untuk
mempermudah pengaturan, pengangkutan, penempetan dari dan ke tempat penyimpanan, serta
memberi perlindungan pada bahan secara awal. Pada umumnya, kondisi bahan hasil pertganian
akan terjaga baik bila disimpan dalam keadaan dikemas. Namun, tidak semua hasil pertanian akan
member akibat yang sama jika disimpan dalam bentuk kemasan. Kemasan ini hanya cocok
diterapkan untuk komoditas pertanian berupa bahan yang telah dikeringkan.
Semua bahan pangan mudah rusak. Dan ini berarti bahwa setelah jangka waktu
penyimpanan tertentu ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan
bahan pangan yang telah disimpan dalam jangka waktu tersebut diatas. Perubahan yang terjadi
merupakan suatu kerusakan. Meskipun demikian, sebagian bahan pangan menjadi matang atau
tua setelah dikemas dan memang ada perbaikan dalam waktu singkat dan kemudian diikuti oleh
kerusakan.
Pengemasan hasil pertanian sangat penting dilakukan guna penyediaan produksi untuk
keperluan pasar dan distribusi untuk masing-masingnya diperlukan persyaratan khusus. Lama
penyimpanan, jenis komoditas dan model fasilitas penyimpanan untuk tiap-tiap tingkat beragam
menurut fungsi dan kebutuhannya.
Jauh sebelum manusia mengenal teknik budi daya dan cara menyimpan hasil panen,
organism hidup, terutama dari kelompok serangga (insekta) telah dikenal sebagai pengganggu
yang merugikan manusia. Namun, tidak ada catatan yang lengkap mengenai tingkat gangguan
yang dialami oleh manusia pada jaman itu.
Ham (pest) menurut kamus oxford diartikan sebagai sesuatu yang menyusahkan atau
merusak manusia dan makhluk lain. Dalam bahasa prancis hama disebut sebagai peste yang
berarti wabah. Menurut konsep klasik, hama mencakup semua organism hidup yang dapat
menimbulkan kerusakan. Dalam perkembangan selanjutnya, pengertian hama lebih dikhususkan
pada hewan atau binatang perusak, baik yang memiliki ukuran tubuh besar hingga yang
berukuran kecil. Jasad perusak yang berwujud tanaman dimasukkan dalam kelompok tanaman
pengganggu (gulma), sedangkan organism jasad renik, seperti cendawan, bakteri, virus, dan
amuba masuk ke dalam kelompom pathogen. Namun, tidak semua organism tersebut
dikategorikan sebagai organism perusak
Mengingat teknologi pengemasan dan penyimpanan sangat penting bagi upaya ketahanan
pangan nasional, maka perlu diadakan praktikum untuk menguasai lebih jauh tentang teknik
pengemasan bahan pangan maupun produk pangan yuang sudah siap untuk dipasarkan.
B. Tujuan
Mengenalkan mahasiswa tentang teknik pengemasan produk pangan.
Melatih mahasiswa agar lebih menguasai teknik,peralatan dalam pengemasan.
Mengenalkan mahasiswa dengan alat-alat yabg digunakan untuk mengemas produk.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Penyimpanan Komoditi Hasil Pertanian


2.1 Penyimpanan Rempah-Rempah
Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan
dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau penambah rasa dalammasakan. Rempah-
rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang digunakan untuk tujuan yang mirip,
seperti tanaman obat, sayuran beraroma, dan buah kering. Rempah atau Spices sebagian besar
tumbuh di daerah tropik dan banyak dimanfaatkan dalam pengolahan makanan untuk memberi
rasa pada makanan.Rempah dapat juga dikatakan sebagai bumbu kering.
(http://qym7882.blogspot.com/2009/03/bumbu-dan-rempah.html)
Bumbu atau Herb adalah tanaman aromatik yang ditambahkan pada makanan sebagai
penyedap dan pembangkit selera makan. Herb sebagian besar terdiri dari tumbuh tumbuhan
yang berasal dari daerah dingin, dan biasanya digunakan dalam keadaan masih segar. Pada
hakikatnya bumbu dan rempah keduanya memberi dan meningkatkan rasa dan aroma pada
makanan, misalnya merica (spices). (http://qym7882.blogspot.com/2009/03/bumbu-dan-
rempah.html)
Teknologi Enkapsulasi
Masih adanya kekurangan produk rempah-rempah dalam bentuk minyak atsiri maupun
oleoresin mendorong para ahli mengolah lebih lanjut kedua produk tersebut. Pengembangan
lebih lanjut dari oleoresin atau minyak atsiri diantaranya adalah dengan teknik enkapsulasi.
Dalam teknik ini flavor (misalnya minyak atsiri atau oleoresin) diperangkap dalam suatu pelapis
polimer, membentuk mikrokapsul bulat dengan ukuran antara puluhan mikron sampai beberapa
milimeter. Isi atau flavor dalam mikrokapsul tersebut dapat dilepaskan dengan kecepatan
terkontrol pada kondisi tertentu.
Teknik-teknik mikroenkapsulasi yang banyak digunakan secara komersial adalah spray
drying, air suspension coating, akstruksi, sparay cooling and spray chilling, centrifugal
axstrusion, rotational suspension separation dan inclusion complexing.Spray drying atau
pengering semprot merupakan teknik enkapsulasi yang banyak digunakan untuk minyak atsiri
dan oleoresin rempah-rempah.
Oleoresin atau minyak atsiri yang dienkapsulasi sangat efektif digunakan dalam makanan
olahan, proses pengisian, pencampuran kering, permen, makanan formula, bumbu-bumbuan,
makanan penutup (dessert), produk-produk susu dan lain-lain. Keuntungan lainnya adalah flavor
terlindung dari kehilangan (penguapan) dalam masa penyimpanan yang lama; mudah dituangkan,
mudah ditimbang, ditangani dan dicampurkan; bebas dari enzim tannin, mikroba dan serangga;
mudah digunakan dalam pencampuran bahan-bahan kering; bebas dari garam-garam, dekstrosa
dan pengisi yang lain, kecuali pati atau gum yang digunakan sebagai bahan pelapis; bersifat non
higroskopis dengan stabilitas dalam penyimpanan yang baik; serta dapat menghasilkan produk
dengan kualitas flavor yang terstandarisasi.
Dalam proses enkapsulasi dengan pengering semprot, flavor atau cita rasa bahan pangan,
misalnya yang berbentuk oleoresin atau minyak atsiri rempah-rempah, dicampur merata
(sehingga membentuk emulsi) dengan pati (lebih baik dengan pati termodifikasi, yaitu pati yang
telah diubah sifat fungsionalnya) atau gum yang dapat larut seperti gum akasia. Selanjutnya
dikeringkan dengan pengering semprot (spray dryer) dengan kondisi suhu dan kelembaban yang
diatur. Pati atau gum yang digunakan harus bersifat food grade jika produk enkapsulasi
tersebut akan digunakan untuk makanan, juga harus larut dalam air agar dapat membuat isi
mikrokapsul terlepas secara seragam pada saat digunakan. Bahan pengisi atau bahan enkapsulasi
yang dapat digunakan dalam proses enkapsulasi oleoresin dan minyak atsiri dengan teknik
pengeringan semprot antara lain dekstrin, CMC, gelatin, pati termodifikasi, gum arab, gum
xantan, dan gum akasia.
Keuntungan dari enkapsulasi dengan pengeringan semprot adalah kemampuannya untuk
mengeringkan banyak senyawa yang labil terhadap panas. Meskipun demikian, karena banyak
bahan aktif seperti flavor mengandung 20 30 macam komponen yang berbeda (kelompok
alkohol, aldehida, ester-ester dan keton) yang mempunyai titik didih berkisar antara 30 dan
180 oC, akan memungkinkan kehilangan beberapa komponen aromatik bertitik didih rendah
selama proses pengeringan.
Disanping itu produk hasil spray dryer biasanya mempunyai ukuran partikel yang sangat
kecil (umumnya kurang dari 100 mikron) sehingga mempunyai kelarutan yang tinggi, tetapi
dapat menimbulkan masalah jika dibuat untuk suatu campuran kering (karena mudah memisah).
Masalah terjadinya pemisahan tersebut dapat diatasi dan fluiditasnya dapat ditingkatkan dengan
cara agglomerasi, yaitu partikel-pertikel enkapsulasi tersebut diberi perlakuan uap untuk
membuat mereka melekat satu sama lain sehingga menghasilkan partikel-pertikel yang lebih
besar.
Jika produk yang akan dienkapsulasi bersifat sangat volatil atau termolabil, dapat
digunakan modifikasi proses spray drying yang disebut cold dehydration process. Dalam
proses ini, emulsi bahan aktif (misalnya oleoresin atau minyak atsiri) dalam bahan pelapis
disemprotkan ke dalam suatu cairan yang sudah menguap seperti etanol atau polyglycol pada
suhu ruang atau lebih dingin. Mikrokapsul yang diperoleh disaring dan dikeringkan dengan
pengeringan beku (freeze drying). Zilberboim etal. (1986) telah menggunakan proses ini untuk
mengenkapsulasi oleoresin paprika dan beberapa ester dengan gum arab.

2.2 Penyimpanan Biji-Bijian


Serealia (Bahasa Inggris: cereal), dikenal juga sebagai sereal atau biji-bijian merupakan
sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen biji/bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Serealia)
Beberapa tanaman penghasil bijian yang bukan padi-padian juga sering disebutserealia
semu (pseudocereals); mencakup buckwheat, bayam biji (seed amaranth), dankinoa. Beberapa
serealia juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai jenis milet.
Walaupun menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau kentang tidak digolongkan
sebagai serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya.
Serealia dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh dunia, melebihi semua jenis
tanaman lain dan menjadi sumber energi bagi manusia dan ternak. Di
sebagiannegara berkembang, serealia seringkali merupakan satu-satunya sumber karbohidrat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Serealia)
Penyimpanan biji-bijian dapat berlangsung di tingkat kebun atau di tingkat pabrik atau
tempat lain. Di tingkat kebun, penyimpanan lebih merupakan tahap penghentian sementara proses
yang sedang berlangsung, yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan
untuk berlangsungnya proses tersebut, misalnya karena gangguan cuaca atau malam hari.
Penyimpanan dapat pula dilakukan untuk menunggu proses pengangkutan atau laku
dijual. Di tingkat pabrik atau di tempat lain, sebagian masyarakat menyebut penyimpanan sebagai
penggudangan. Di tempat ini, penyimpanan ditujukan untuk menunggu proses selanjutnya seperti
proses pengolahan atau pemasaran.
Di negara-negara sedang berkembang, kehilangan pasca panen dapat terjadi selama proses
penyimpanan. Hal ini banyak disebabkan oleh teknik atau cara penyimpanan yang kurang baik,
Penyebab kehilangan antara lain adalah terjadinya kerusakan fisik, kimia, biologi dan
mikrobiologi, maupun organoleptik. Bahkan, dapat pula disebabkan oleh adanya gangguan
keamanan.
Di Indonesia, sebagai negara berkembang dan beriklim tropis basah, kendala utama adalah
kelembaban relatif udara (RH) yang tinggi. Untuk melakukan proses penyimpanan yang baik,
diperlukan prasarana dan sarana yang baik, dan biasanya memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Pada akhirnya, masalah biaya merupakan kendala terbesar dalam membuat tempat penyimpanan
yang baik.

Penyimpanan biji-bijian
1.Penyimpanan Tingkat Kebun
Penyimpanan di tingkat kebun dilakukan oleh petani. Tempat penyimpanan di tingkat
kebun ini pada umumnya sangat sederhana, bahkan relatif sebagai tempat berteduh dari resiko
kehujanan atau kelembaban udara yang tinggi. Apabila di kebun atau sawah tidak tersedia
bangunan untuk tempat penyimpanan, maka yang dilakukan adalah menyimpan padi, jagung
berkelobot, polong kacang kedelai, atau polong kacang hijau di rumah atau gudang khusus di
rumahnya untuk dikeringkan pada keesokan harinya.
Penyimpanan di tingkat kebun atau di tempat tinggalnya tersebut di atas, merupakan
kegiatan yang berlangsung pada tahap pengeringan. Lama penyimpanan di tingkat kebun relatif
singkat, sampai proses pengeringan dipandang cukup. Pada saat penyimpanan, biji-bijian dapat
berbentuk ikatan padi bertangkai bahkan berdaun, ikatan jagung berkelobot atau tanaman kedelai,
kacang hijau, kacang tanah (kedelai dipanen dengan seluruh bagian tanaman), atau sudah
mengalami proses perontokan, sehingga sudah berbentuk gabah, biji jagung atau biji kedelai, biji
kacang hijau atau kacang tanah berkulit.
Bentuk produk yang disimpan apakah masih dengan bagian lain selain biji atau sudah
tinggal bijinya, tergantung pada berapa lama produk biji-bijian hasil panen tersebut akan
disimpan, dan proses apa yang selanjutnya akan dilakukan. Hal tersebut akan mempengaruhi
efisiensi dan efektivitas penyimpanan.
1. Penyimpanan bentuk Biji bertangkai :
Penyimpanan bentuk biji bertangkai pada padi dan jagung berkelobot menunjukkan :
sifat penyimpanan sementara, karena akan dikeringkan lebih lanjut akan digunakan
sebagai bibit

akan digunakan sebagai sediaan pangan dalam jangka waktu lama

efisiensi biaya (tidak dilakukan perontokan, tidak memerlukan kantong atau karung)
2. Penyimpanan dalam bentuk biji (gabah, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang
tanah :
dilakukan setelah pengeringan selesai

memerlukan wadah (kantong/karung)

untuk disimpan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama

pembeli (pedagang) lebih menghendaki pembelian dalam bentuk biji

jumlah biji-bijian yang disimpan dapat dalam jumlah/volume yang lebih besar

Penyimpanan biji-bijian berkadar air relatif rendah (12 16 %) yang dilakukan pada suhu
kamar, akan sangat membantu mengurangi resiko kerusakan kimia/biokimia dan mikrobiologis.
Eliminasi kerusakan tersebut akan lebih dibantu apabila ruang penyimpanan memiliki lantai
kering (tidak lembab, biasanya lantai beton atau semen, atau bahan yang disimpan tidak kontak
langsung dengan lantai), terdapat ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara, dan berdinding
(tembok, bilik bambu/kayu, seng).
2.Penyimpanan Industri
Persyaratan penyimpanan biji-bijian, yaitu :
bentuk dan ukuran bangunan

bahan yang digunakan

peralatan dan mesin pengendali proses penyimpanan

Bentuk dan ukuran ruang penyimpanan akan menentukan kesesuaian baik jumlah maupun
jenis biji-bijian yang akan disimpan.

2.3 Penyimpanan Umbi-Umbian


Peranan komoditi umbi-umbian (ubikayu dan ubijalar) pada umumnya sebagai sumber
pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya
semakin penting dan strategis sejalan dengan perkembangan teknologi pengolahan, antara lain
yaitu : ubikayu sebagai bahan baku industri kimia pembuatan glukosa, fruktosa, monosakarida
dan lain-lainnya serta bahan baku bioetanol, sedangkan untuk ubijalar dengan kandungan
betakaroten (pro- vitamin A) dan antosianin (antioksidan) yang tinggi, sehingga ubijalar disebut
sebagai pangan kesehatan.
Selain ubi kayu dan ubi jalar, sebenarnya Indonesia mempunyai banyak umbi-umbian
yang lain, seperti talas, uwi, ganyong, dan lain sebagainya, tetapi data luas tanam maupun
produksi tidak tersedia. Mengingat banyaknya manfaat dari umbi-umbian ini dalam memperkuat
cadangan pangan masyarakat miskin, maka untuk masa mendatang ketersediaan data berbagai
komoditas umbi-umbian tersebut perlu disediakan, sebagai dasar untuk merumuskan program
pengembangan komoditas yang bersangkutan. Sebagai gambaran kandungan zat gizi per 100
gram bahan. (Gsiantur, 2003)
2.4 Penyimpanan Buah-Buahan
Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral
yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari. Dibandingkan dengan suplemen
obat-obatan kimia yang dijual di toko-toko, buah jauh lebih aman tanpa efek samping yang
berbahaya serta dari sisi harga umumnya jauh lebih murah dibanding suplemen yang memiliki
fungsi yang sama.
Cara Penyimpanan Buah-Buahan
Tidak semua jenis buah aman disimpan dalam lemari pendingin, karena bisa rusak. Ada
beberapa jenis buah yang tidak dapat disimpan dalam lemari pendingin, contoh : mangga,
alpukat, pisang. Sebaiknya hindari pemakaian aluminium foil untuk menyimpan buah/sayur yang
mengandung acidic/asam, contoh irisan tomat, lemon, atau kol, karena dapat mempengaruhi cita
rasa.
Buah dan sayur mentah sesungguhnya dapat menjadi sumber bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah bakteri patogen
berhasil diisolasi dari sayur dan buah mentah, seperti bakteri Campylobacter jejuni, Clostridium
botulinum dan Listeria monocytogenes dapat ditemukan di mushrooms, Escherichia coli
O157:H7, Salmonella dan Vibrio cholerae didapatkan di kol, sementara di selada ditemukan
bakteri Listeria monocytogenes, Salmonella, Staphylococcus, Yersinia enterocolitica dan Vibrio
cholerae, sedangkan di sayuran salad diketahui dapat terkontaminasi oleh Staphylococcus,
Listeria monocytogenes dan Yersinia enterocolitica. Sedangkan Salmonella dan Yersinia
enterocolitica dapat mengkontaminasi buah-buahan seperti jeruk, semangka, strawberry dan
tomat. Selain itu sejumlah virus (Hepatitis A, Calicivirus, serta Norwalk) dan protozoa
(Cyclospora, Cryptosporodium dan Giardia) juga ditemukan di beberapa jenis buah dan sayur.
(Anonim, 1992)
Masuknya mikroba patogen pada buah dan sayur dapat terjadi karena kontaminasi dari
manusia, hewan, dan air yang terjadi selama pemanenan, penanganan pasca panen, proses
pengolahan sampai dengan persiapan terakhir sebelum dikonsumsi. Penanganan yang tidak
higienis akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang selama proses pengolahan dan
penyimpanan.
Bila kita hendak mengkonsumsi buah atau sayur dalam keadaan mentah, hendaklah kita
mencuci tangan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa tangan kita benar-benar bersih.
Pencucian buah dan sayur dapat menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme pada permukaan buah dan sayur. Namun sebaiknya pencucian dilakukan dengan
air hangat, mengingat bahwa air sendiri dapat menjadi sumber kontaminasi mikroorganisme.
(Anonim, 1992)
Selanjutnya, proses pendinginan, misalnya penyimpanan di refrigerator dapat
mempertahankan kesegaran buah dan sayur. Namun perlu diketahui bahwa pendinginan tidak
dapat menghilangkan atau membunuh mikroorganisme patogen.
Penyimpanan di refrigerator hanya efektif untuk menghambat aktivitas dan pertumbuhan
mikroorganisme patogen, sehingga sebelum buah dan sayur disimpan dalam refrigerator, proses
pencucian sangat diperlukan. Setelah dicuci, buah atau sayur dikeringkan dengan lap bersih dan
dimasukkan ke refrigerator. Kontaminasi silang dapat terjadi selama proses penyimpanan dingin,
terutama bila kita mencampur buah atau sayur yang masih segar dengan yang sudah mulai rusak.
Oleh karena itu pemisahan antara buah atau sayur yang segar dengan yang mulai layu atau busuk
dalam refrigerator hendaknya diperhatikan. Buah yang mulai busuk jangan dibiarkan terlalu lama
di refrigerator. (Inneke Hantoro, 2006)
Pengemasan Buah-Buahan
Untuk pengemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, untuk yang pertama buah dan
sayuran dikemas dalam plastik yang memiliki daya lekat yang kuat, lentur dan tidak mudah sobek
sehingga menjadikan buah dan sayuran tetap segar, tahan lama, tidak kering dan melindungi serta
menjaga tetap bersih. Misalnya pada bunga kol, kobis, brokoli, luttuce dan lain sebagainya.
Cara yang kedua buah dan sayuran dimasukkan ke dalam plastik polyetilen yang diberi
lobang-lobang yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara. Cara yang ketiga adalah tidak
dilakukannya pengemasan, tetapi buah dan sayuran diletakkan pada lemari pendingin yang
terbuka yang kadang-kadang disemprot dengan butir-butir air yang halus untuk mengurangi
penguapan, seperti sayur-sayuran daun, apel, jeruk, anggur dan lain. (Sukardi, 1992).

Kerusakan Buah-Buahan
Kehilangan mutu dan kerusakan pangan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substrat untuk memproduksi
toksin didalam pangan

2. katabolisme dan pelayuan (senescence) yaitu proses pemecahan dan pematangan yang
dikatalisis enzim indigenus

3. reaksi kimia antar komponen pangan dan/atau bahan-bahan lainnya dalam lingkungan
penyimpanan

4. kerusakan fisik oleh faktor lingkungan (kondisi proses maupun penyimpanan)

5. Kontaminasi serangga, parasit dan tikus.


B.PENYIMPANAN PRODUK PANGAN
2.5.Penyimpanan Makanan Kering
Makanan kering adalah maknan yang mengandung aw sangat rendah dan mudah masuk
air serta makanan yang mudah layu ataupun lembek jika terkena udara yang sangat lembab,oleh
sebab itu makanan kering sangat dibutuhkan ekstra dalam pengemasan supaya tahan lama dan
tidak mudah rusak oleh air udara dan mikroorganisme,tetapi makanan kering mempunyai
keunggulan yang sangat bagus dalam proses lama penyimpanan karena aw nya yang sanagt
rendah maka pertumbuhan mikroorganisme sangatlah susah karena tidak sesui dengan
pertumbuhan hidupnya.
Makana kering sangatlah bermacam-macam seperti roti kue kerupuk dan lain-
lain.kita ambil contoh roti biscuit mariae. Biskuit adalah produk makanan kecil yang renyah yang
dibuat dengan cara dipanggang. Biskuit merupakan kue kering yang tipis, renyah, dan keras yang
dibuat tanpa peragian dengan kandungan air yang rendah kurang dari 5 %. Biskuit juga
merupakan makanan kering yang tergolong makanan panggang atau kue kering. Biasanya
formula biskuit diperkaya dengan bahan-bahan seperti lemak, gula, garam, serta bahan
pengembang. (Anonymous, 1996)
Ciri-Ciri Biskuit
Ciri-ciri dari biskuit diantaranya,
Renyah
kering,
bentuk umumnya kecil,
tipis dan rata.

Biskuit Yang Baik


Produk biskuit yang beredar di pasaran sangat banyak jenisnya. Untuk memilih yang baik,
jangan hanya berpedoman pada rasanya. Jangan pula hanya karena iklannya gencar.
Survei Asosiasi Restoran Nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa konsumen
sangat ingin membeli makanan sehat. Sayangnya, pilihan makanan mereka tetap tidak sehat,
misalnya cenderung membeli makanan yang porsinya besar dan mengonsumsi makanan sekadar
untuk kenikmatan. Rasa, aroma, dan tekstur masih menjadi pertimbangan utama dalam memilih
pangan kemasan.
Faktor lain yang tidak boleh luput dari perhatian adalah label kemasan. Pilih produk
biskuit yang memiliki label kemasan jelas, yaitu mengandung informasi tentang komposisi bahan,
kandungan gizi (nutrition fact), kode produksi, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, serta
waktu kedaluwarsa.
Bila ingin menurunkan berat badan, beli biskuit yang memiliki kandungan lemak rendah.
Bila menderita diabetes, jangan memilih biskuit yang mengandung gula tinggi. Bagi penderita
hipertensi, hindari jenis biskuit yang asin akibat kadar garam tinggi.
Untuk anak-anak, sebaiknya dipilihkan produk biskuit yang diperkaya vitamin dan
mineral, tetapi rendah lemak. Untuk orang tua, sediakan produk biskuit yang rendah lemak dan
gula, tetapi kaya akan vitamin dan mineral yang dibutuhkan, seperti kalsium yang berfungsi untuk
memperkuat tulang. Pilihlah produk biskuit yang mengandung asam lemak trans rendah atau
tidak sama sekali.
Sebaiknya batasi jumlah persediaan biskuit di atas meja. Hal tersebut akan mencegah
konsumsi berlebihan, terutama di kala santai. Kebiasaan nonton televisi atau bersantai sambil
ngemil juga harus dikurangi. Jadikan biskuit sebagai sumber energi alternatif, hanya dikonsumsi
ketika sibuk melakukan kegiatan yang memerlukan energi sangat banyak, sampai tidak punya
waktu untuk makan berat.

Penyimpanan Biskuit
Biskuit biasanya mempunyai RH sekitar 3%. Dengan begitu, biskuit cenderung bersifat
kering. Apabila ditempatkan pada tempat terbuka yang mempunyai kelembaban sedang/ tinggi,
maka bisa dipastikan biskuit tersebut akan mlempem (agak basah). Biasanya, orang meletakkan
biskuit pada tempat tertutup (toples) supaya awet.
Berikut ini adalah beberapa cara alternatif supaya biskuit bertahan lama:

1. Simpan pada ruangan yang mempunyai harga RH rendah


Biasanya RH biskuit sekitar 3% Usahakan RH ruangan tidak melebihi RH biskuit karena apabila
disimpan pada RH lebih dari 3%, maka biskuit akan melempem.
2. Menambah gas nitrogen pada tempat penyimpanan
Apabila gas nitrogen ditambah dan oksigen dikurangi, maka reaksi oksidasi sulit berlangsung.
Dengan begitu, biskuit akan awet.
3. Taruh biskuit pada tempat yang tertutup rapat (toples)

Dengan cara ini dapat mencegah masuknya mikroba perusak. Proses pengalengan yang
ditujukan untuk pengawetan jangka panjang, dilakukan dengan melibatkan proses pengeluaran
udara, pengemasan, pengaturan pH dan penggunaan suhu tinggi (sterilisasi). Juga penting
diperhatikan penggunaan \ wadah (container) dan kemasan yang dapat melindungi produk dari
mikroorganisme untuk menghindari terjadinya rekontaminasi selama penyimpanan.
III. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum teknologi pengemasan dan penyimpanan dilaksanakan pada tanggal 8
Januari 2012, jam 09:00 - Selesai di Laboratorium teknologi pangan, Fakultas Pertanian,
Universitas Haluoleo.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat dalam praktikum teknologi pengemasan dan penyimpanan adalah :
- Plastic kemas
- Aluminium foil
- Seller dan
- Timbangan analitik
b. Bahan
Bahan yang dipakai dalam pengemasan adalah :
- 1 kg kripik ubi yang dibagi dua rasa yaitu rasa manis dan rasa padas manis.
C. Prosedur Kerja
Gunting aluminium foil sesui dengan ukuran berat produk yang dikemas
Lipat aluminium foil sehingga membentuk kemasan
Masukan aluminium foil ke seller dan perhatikan kelurusan kemasannya agar
tidak bengkok kemasannya
Kemudian setelah berbentuk kemasan masukan produk yang akan dikemas
Setelah itu kembali aluminium foil dimasukan ke seller untuk menutup bagian
atas kemasan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengemasan merupakan kegiatan pengepakan,pewadahan yang didesain berfungsi untuk


melindungi produk agar tidak terkontaminasi sehingga membuat produk tetap terjaga higienisnya
dan tidak mudah rusak, pengemasan juga berfungsi untuk menarik minat konsumen dalam
pemasaran produk produk pangan atau produk lainnya.
Bahan bahan kemasan yang biasa dipakai dipasaran ada lima jenis yaitu kemasan
plastik,kemasan logam, kemasan kayu, kemasan kertas dan kemasan gelas dan kaca, untuk
produk pangan biasanya menggunakan kemasan primer yang terbuat dari plastik atau aluminium
foil, sedangkan kemasan sekundernya biasa menggunakan kemsan kertas kertas contohnya dus.
Untuk kemasan kayu biasa dipakai di penjualan atau pemasaran yang menggunakan jasa antar
pulau atau produk harus diantar ke tempat jauh itu harus menggunakan kemasan kayu.
Berdasarkan frekuensi pemakaian kemasan dibagi atas
Kemasan sekali pakai yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai misal plastik
bungkus es, bungkus permen dari kertas dan lain lain.
Kemasan yang dapat dipakai berkali-kali seperti beberapa jenis botol minuman,botol kecap,
wadah ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen akan tetapi dikembalikan lagi pada agen
penjual untuk kmudian dimanfaatkanulang oleh pabrik.
Dan yang terakhir kemasan yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen biasanya
wadah-wadah tersebut digunakan sebagai kepentingan lain dirumah konsumen seperti jenis botol
aqua yang digunakan konsumen untuk wadah air minum.
Kegiatan praktek yang dilaksanakan pada tanggal 8 januari 2013 di lab.pengolahan teknologi
pangan, yaitu membuat kemasan kripik yang terdiri dari dua rasa yaitu manis dan pedas,
menggunakan alat yang disebut seller . ternyata dari praktikum yang kami laksanakan membuat
suatu desain kemasan itu cukup mudah yaitu cukup dengan menggunting aluminium foil
kemudian memanaskannya di seller untuk membentuk kemasan, kemudian masukan produk yang
akan dikemas dan kemudian dipanaskan lagi diseller agar kemasan tertutup rapat, kemasan yang
kami buat adalah kemasan dengan berat 35 g, hasilnya cukup menarik dan dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Seperti yang kita lihat bersama desain kemasan pada gambar ini adalah hasil dari praktikum
teknologi pengemasan yang kelompok III lakukan.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemasan adalah pewadahan,pembungkusan, atau pengepakan, yang memegang peranan penting
dalam pengawetan makanan atau produk pangan.
Fungsi kemasan selain berperan penting dalam pengawetan produk pangan yaitu sebagai sarana
komonikasi dan daya tarik konsumen untuk membeli produk pangan.
Sebelum mendesain kemasan perlu diperhatikan dulu berapa berat produk yang akan dikemas,
kemudian baru didesain kemasan nya.

B. Saran
1. agar jadwal praktikum dan pengamatan dapat diatur dengan baik lagi, sehingga praktikum
dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil praktikum yang memuaskan
2. sarana dan prasarana dalam laboratorium supaya dilengkapi lagi seperti kursi dan alat-alat
lain sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A; dkk. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen . Jakarta: Penerbit Bina Aksara.
Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta : UGM.
SNI. 01.2973.1992. Mutu dan cara uji biskuit. Badan Standarisasi Nasional.
Syarief, Rizal. 1991. Teknologi Penyimpanan Pangan . Jakarta: Penerbit ARCAN
Winarno, F.G; Srikandi Fardiaz; Dedi Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan
Winarno, F.G. 1979. Fisiologi Lepas Panen . Jakarta: PT. Sastra Hudaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/rempah 20 desember 2010 jam 20:12
http://qym7882.blogspot.com/2009/03/bumbu-dan-rempah.html 20-12- 2010 jam 20:39
http://id.wikipedia.org/wiki/serealia 20 desember 2010 jam 20:18
Diposkan oleh abdarrianzah hasan di 10.09
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
MENGENAI SAYA

abdarrianzah hasan
Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG
2014 (4)
o Juni (4)
analisis kadar air
Isolasi Bakteri Asam Laktat pada Pembuatan Sauerkr...
laporan teknologi pengemasan dan penyimpanan bahan...
manfaat minuman kopi

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai