Revisi Makalah Sistem Pencernaan
Revisi Makalah Sistem Pencernaan
Revisi Makalah Sistem Pencernaan
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Kelas 2 A
AKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Pasir Gede Raya No.19 Tlp. (0263) 267206 Fax. 270953 Cianjur 43216
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Kuasa, shalawat dan salam semoga tercurahkan ke Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-Nya. Alhamdulillah atas
rahmat Allah S.W.T kami telah menyelesaikan penyusunan makalah dengan Judul
Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan.
Kami sadar betul makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan-masukan mengenai
makalah yang kami susun ini agar kami bisa lebih baik lagi di masa yang akan
datang. Kami akan sangat menerima dengan lapang dada segala kritik dan saran
mengenai makalah yang kami susun ini. Dengan segala kerendahan hati kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan......................................................................................3
1. Pemeriksaan Mulut.....................................................................................10
2. Pemeriksaan Tenggorokan..........................................................................11
3. Pemeriksaan abdomen................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan kesehatan
adalah proses pemeriksaan fisik pada pasien. Proses pemeriksaan fisik ini
merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah yang dialami
pasien. Pengkajian Pemeriksaan Fisik pada prinsipnya dikembangkan
berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan pada respon yang di
timbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pemeriksaan Fisik harus
mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat
perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Teknik yang digunakan dalam
melakukan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.
Sebelum melakukan pengkajian mengenai pemeriksaan fisik perawat harus
mempersiapkan pasien sehingga hasil pemeriksaan yang diperoleh lebih akurat.
Dengan mengetahui bagaimana proses pemeriksaan fisiknya maka data-data
pasien yang akan dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien pun akan
segera teratasi.Terutama pemeriksaan fisik terhadap sistem pencernaan.
1
Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena sintesis berbagai enzim
yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan. Setiap enzim mempunyai
tugas khusus dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh
terhadap jenis makanan lainnya. Agar makan itu berguna bagi tubuh, maka
makanan itu harus di distribusi oleh darah sampai pada sel-sel di seluruh tubuh
Sistem pencernaan terdiri atas suatu saluran panjang yaitu saluran cerna yang
dimulai dari mulut sampai anus, dan kelenjar-kelenjar yang berhubungan yang
letaknya di luar saluran.
B. Rumusan Masalah
1 Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik?
2 Apa yang dimaksud dengan sistem pencernaan?
3 Bagaimana cara pemeriksaan fisik sistem pencernaan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana
tentang proses pemeriksaan fisik sistem pencernaan. Sehingga kita tahu dan
bisa memeriksa kondisi pasien teruatama pada sistem pencernannya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu pemeriksaan dan sistem pencernaan.
b. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik sistem pencernaan.
c. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan fisik sistem
pencernaan.
A. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
2
Membahas tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Sistematika
Penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
4
3. Teknik Pemeriksaan Fisik
a Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca
pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh,
warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan
penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.
b Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera
peraba; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau
organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan
penonjolan. (Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan,
vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
c Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh
lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika,
2010).
d Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi
Sartika, 2010)
5
Gambar 1 anatomi fisiologi sistem pencernaan
6
Di dalam rongga mulut bermuara tiga pasang kelenjar air liur
atau kelenjar ludah, ketiga pasang air liur itu adalah :
a glandula parotis, kelenjara air liur dekat telinga yang menghasilkan
getah berbentuk air dan lender serta serta enzin ptyalin.
b glandula submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas, yang
menghasilkan ludah yang berupa air atau lender.
c glandula sublingualis atau kelenjar bawah lidah, menghasilkan
ludah yanga berupa air dan lendir.
4) Faring (Tekak)
Pharynx adalah bagian dari saluran pencernaan yang menerima
makanan dari mulut anda. Bercabang dari pharynx adalah
kerongkongan (esophagus), yang memawa makanan ke lambung, dan
trachea atau pipa angin (windpipe), yang membawa udara ke paru-
paru.Tindakan menelan terjadi pada pharynx sebagian sebagai suatu
refleks dan sebagian dibawah kontrol secara sukarela. Lidah dan
langit-langit mulut yang halus mendorong makanan kedalam pharynx,
yang menutup trachea. Makanan kemudian masuk ke kerongkongan
(esophagus).
5) Esofagus (Kerongkongan)
Merupakan saluran yang memghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya 25cm. Mulai dari faring sampai mulai masuk
kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam sampai keluar:
lapisan selaput lender (mukosa), lapisan submakosa, lapisan otot
melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Esophagus terletak dibelakang trakea dan di depan tulang pungung
setelah melalui thorax menembus daifragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dalam lambung.
6) Ventrikulus (Lambung)
Dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.Lambung terletak
di dalam rongga tubuh di bawah tulang rusuk agak ke arah kiri. Alat ini
merupakan kantung besar yang dapat dibedakan menjadi tiga daerah,
yaitu sebagai berikut:
a kardiak (bagian yang dekat dengan hati)
b fundus (bagian tengah yang mengantug)
7
c pylorus (bagian bawah dekat dengan usus halus).
7) Intestinum Teneu (Usus Halus)
Panjang usus lebih kurang 8,25 m, terbagi atas tiga bagian,
yaitu sebagai berikut:
a usus dua berlas jari atau duodenum, panjang Kira-kira 0,25m
b usus kosong atau jejenum, panjang kira-kira 7m,
c usus penyerap atauileum, panjangnya Kira-kira 1m.
8) Intestium Crassum (Usus Besar)
Sisa bahan makanan yang tidak dapat diserap oleh ileum masuk
ke dalam usus besar, yaitu ke dalam kolon. Sisa makanan akan
dibusukan oleh bakteri Escherichia colli menjadi H2S, NH4, indole,
skatole, pgenol dan vitamin k. Disamping itu, pada kolon terjadi
pengaturan kadar air mulalui proses penyerapan dan kalsium. Dengan
gerakan perastaltik, makanan terdorong sedikit demi sedikit menuju
kerektum atau poros usus. Bila lambung terisi makanan maka akan
menimbulkan rangsangan untuk buang air besar atau defekasi.
Rangsangan yang diteruskan ke kolon disebut rangsangan gastrolik.
Antara usus halus dan usus besar terdapat saluran buntu yang
disebut usus buntu. Pada usus buntu, terdapat bagunan tambahan yang
disebut umbai cacing atau apendik. Bila ada bahan makanan yang
masuk ke usus buntu atau apendik dapat menyebabkan infeksi pada
bagian itu. Untuk mencegah makanan ke usus buntu, maka pada
lubang yang menuju ke usus buntu terdapat klep cincin yang disebut
empang buahini.
9) Rektum
Rektum adalah suatu ruang delapan inch yang menghubungkan
usus besar ke dubur (anus). Rektum:
a Menerima feces dari usus besar
b Membiarkan seseorang mengetahui ada feces yang harus
dikeluarkan
c Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
10) Anus
Lubang anus merupakan muara akhir dari saluran pencernaan,
disebut lubang pelepasan dinding anus.Ia terdiri dari otot-otot yang
melapisi pelvis (pelvic floor muscles) Lapisan yang langsung
8
membatasi lubang anus terdiri atas otot lurik, sedangkan disebelah
dalamnya terdiri atas otot polos dan dua otot-otot lain yang disebut
anal sphincters (internal dan eksternal).
Pelvic floor muscle menciptakan suatu sudut antara rektum dan
dubur yang memberhentikan feces untuk keluar ketika ia tidak
diharapkan keluar. Anal sphincters menyediakan kontrol feces yang
baik. Internal sphincter selalu ketat, kecuali ketika feces masuk
kedalam rektum. Ia mempertahankan kita continent (tidak melepaskan
feces) ketika kita tidur atau jika kita tidak sadar akan kehadiran feces.
Ketika kita mendapat suatu keinginan untuk membuang air besar, kita
mempercayakan pada external sphincter kita untuk menahan feces
sampai kita dapat pergi ke toilet.
1 Pemeriksaan Mulut
9
d) Adakah lesi sekitar bibir?
3) Mukosa pipi
a) Adakah lesi pada mukosa pipi?
b) Identifikasi duktus parotid dan nilai aliran saliva
4) Selaput lendir
Adakah stomatitis, leukoplakia?
5) Gigi-geligi
a) Adakah karies, abses alveoli, missing teeth, karang gigi?
b) Adakah gigi palsu?
2 Pemeriksaan Tenggorokan
Pada pemeriksaan tenggorokan dilakukan dengan inspeksi dengan
menggunakan alat spatula lidah untuk menilai keadaan faring apakah
hiperemesis atau tidak, posisi uvula ditengah atau tidak, letak tonsil serta
apakah terdapat detritus atau tidak. Pemeriksaan tenggorokan dilakukan
dengan cara meminta pasien membuka mulut, kemudian menekan bagian
tengah lidah dengan spatula lidah hingga mendapat visualisasi yang baik.
Periksa ukuran dan letak tonsil.
Cara pemeriksaan tenggorokan
a) Minta pasien membuka mulut
b) Tekan bagian tengah lidah dengan spatula
10
a. Inspeksi
1) Lihat letak dan ukuran tonsil
2) Apakah terdapat detritus pada tonsil
3) Bagaiamana posisi uvula
4) Adakah post nasal drip pada dinding faring posterior
3 Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
1) Apakah simetris abdomen terlihat
11
2) Bagaimana bentuk antau kontur abdomen
3) Bagaimana ukuran abdomen
4) Apakah terdapat kondisi khusus dinding abdomen, antara lain:
a) Kelainan kulit
b) Kelainan vena
c) Kelainan umbilikus
d) Striae alba
e) Bekas operasi: apendiktomi, kolesistektomi, liparatomi, sectio
sesarea, nefrektomi
5) Pergerakan dinding abdomen
b. Auskultasi
Auskultasi abdomen bertujuan untuk mendengarkan:
1) Suara peristaltik
2) Suara pembuluh darah
a) Suara peristaltik
Dalam keadaan normal, suara usus akan didengar
setiap 10 detik, bahkan suara peristaltik usus kadang-
kadang dapat didengar walaupun tanpa
mendengarkan stetoskop, biasanya setelah makan
atau dalam keadaan lapar. Jika terdapat obstruksi
usus, suara peristaltik akan meningkat(metalic sound),
lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat
kolik. Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.
Pada keadaan kelumpuhan usus(paralisis) misalnya
pada pasien pasca operasi atau pada keadaan
peritonitis umum, suara ini sangant melemah dan
jarang bahkan kadang-kadang menghilang. Keadaan
ini juga bisa terjadi pada obstruksi usus tahap lanjut
dimana usus sangat melebar dan atoni. Dalam
keadaan ini kadang-kadang terdengar suara peristaltik
dengan nada yang tinggi.
b) Suara pembuluh darah
12
Suara sistolik atau diastolik atau murmur
mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen.
Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta
atau pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising
vena(venous hum) yang kadang-kadanh disertai
dengan terabanya getaran, dapat didengar diantara
umbilikus dan epigastrium.
c. Palpasi
1) Palpasi superfisial
13
adalah untuk palpasi organ secara spesifik misalnya palpasi
hati, ginjal dan limfa.
d. Perkusi
Perkusi abdomen mempunyai beberapa tujuan:
1) Untuk konfirmasi pembesaran hati dan limfa
2) Untuk menentukan ada tidaknya nyeri ketok
3) Untuk diagnosis adanya cairan atau massa padat
14
3Inspeksi area mukosa rongga mulut
4Inspeksi keadaan gigi dan gusi
5Inspeksi permukaan lidah dan area bawah
lidah
6 Inspeksi area faring
7 Gunakan penlight sebagai penerangan
3. Palpasi
1 Letakkan tiga jari tangan kanan dan kiri ke
area leher pasien dengan posisi dari belakang
pasien.
2 Minta klien untuk menelan
ABDOMEN
4. INSPEKSI
1 Observasi area abdomen sesuai region atau
kuadran pembagian abdomen
2 Perhatikan adanya lesi, jejas, massa yang
tampak, warna, dilatasi vena, bentuk
abdomen
5. AUSKULTASI
1 Dengan menggunakan stetoskop, dengarkan
suara Bising Usus pada daerah kuadran kiri
atas, kuadran kiri bawah dan kuadran kanan
bawah.
2 Hitung frekuensi bising usus selama 1 menit
6. PALPASI
1 Pastikan terlebih dahulu area abdomen yang
mengalami keluhan nyeri. Lalu mulai palpasi
dari area abdomen yang terjauh dari keluhan
nyeri.
2 Palpasi dangkal untuk setiap kuadran/region
pada daerah abdomen untuk menemukan
adanya massa
3 Palpasi dalam dilakukan untuk area kuadran
kanan atas abdomen untuk palpasi organ
hepar.
4 Pada pasien dengan abdomen yang distensi,
perlu dilakukan adanya tes untuk
menentukan apakah distensi disebabkan oleh
cairan intra peritoneal atau karna jaringan
lemak dengan meletakkan salah satu telapak
tangan di satu sisi abdomen dan memberikan
tekanan mendadak pada sisi abdomen yang
berlawanan.
7. PERKUSI
15
1 Lakukan perkusi dari daerah torak sebelah
kanan sampai pada daerah di bawah costa
terakhir. Temukan suara dullness pada
daerah IC 9 sampai akhir costa.
2 Lanjutkan perkusi ke daerah abdomen di
bawah costa terakhir sebelah kanan untuk
menemukan suara tympani lalu beri tanda
untuk mengukur adanya pembesaran organ
Hati.
REKTAL
8. INSPEKSI
1 Minta/bantu klien untuk mengatur posisi
berbaring menjadi posisi Sim
2 Gunkan tangan untuk meregangkan bokong
agar daerah anal terlihat
3 Amati adanya massa, rupture, lesi
9. PALPASI
1 Lakukan tes tusuk dubur dengan
menggunakan salah satu jari tangan yang
sudah diberi lubrikan, masukkan jari ke
dalam lubang anal secara perlahan
2 Palpasi adanya tahanan dan massa pada saat
memasukkan jari sepanjang rectum
3 Lakukan putaran perlahan kearah depan
secara perlahan lalu palpasi adanya massa di
sebelah rectum
4 Keluarkan jari secara perlahan, dengan
tangan yang satu membersihkan area anus
dengan tissue.
5 Amati jari yang digunakan untuk melakukan
tes, catat temuan
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pencernaan merupakan salah satu komponen vital dalam
menunjang kehidupan sebab sistem pencernaan manusia terdiri dari semua
organ yang berfungsi untuk mengunyah, menelan, mencerna, dan
mengabsorpsi makanan serta mengeliminasi makanan yang tidak dapat
dicerna dan tidak dicerna tubuh. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh
untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ
tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi)
dan mendengarkan (auskultasi).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah
inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya. Hal yang dideteksi pada palpasi diantaranya
suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema,
krepitasi dan sensasi.
B. Saran
Saran Untuk Pemerintah: Sebaiknya pemerintah menyarankan pada
menteri kesehatan untuk menambah petugas pelayanan kesehatan agar
pelayanan pemeriksaan pasien dapat diketahui dan ditangani dengan
17
benar,sehingga proses penindak lanjutan penyembuhannya pun berjalan sesuai
dengan prosedur dan berjalan dengan lancar.
Saran dari penulis untuk mahasiswa keperawatan: jangan merasa ragu
apabila seorang petugas pelayanan kesehatan sedang memeriksa keadaan fisik
kita Karena pemeriksaan fisik ini sangat bermanfaat,selain bisa
mengumpulkan data-data pasien,petugas juga bisa tahu cara apa yang terbaik
untuk proses penyembuhan penyakit yang akan diberikan pada pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8, Jakarta:
EGC
Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
Nafrialdi, Setiati, Siti, etc. 2013. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis Komprehensif.
Jakarta: Interna Publishing
18