Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Cystitis (sistitis) adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitis merupakan inflamasi kandung
kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nursalam &
Fransisca, 20011 : 111).

Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang


sering disebabkan oleh infeksi oleh bakteri. Mikroorganisme penyebab
infeksi ini terutama adalah E. Coli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus
auresus yang masuk ke buli-buli terutama melalui uretra (Basuki B.
Purnomo, 2008 : 44).

Sistitis interstitial (inflamasi kronik kandung kemih) bukan


disebabkan oleh bakteri dan tidak berespon terhadap antibiotik (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1435).

B. ETIOLOGI
Berdasarkan dari pembagian sistitis maka etiologi yang dapat
menyebabkan sistitis adalah sebagai berikut :
a. Sistitis akut
Penyebab dari inflamasi kandung kemih adalah infeksi yang
diakibatkan oleh bakteri, seperti E. Coli, Enterococci, Proteus, dan
Stafilokokus auresu (Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).
Cara penularan :
a) Melalui hubungan intim
b) Pemakaian kontrasepsi spermisid diafragma karena dapat
menyebabkan sumbatan parsial uretra dan pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap serta perubahan pH dan
flora normal vagina (Nursalam & Fransisca B., 2011 : 112).
b. Sistitis interstitial

Penyebab sistitis interstitial belum diketahui meskipun terdapat


dugaan berasal dari suatu inflamasi atau otoimun (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1435).

Menurut Arif Muttaqin dan Kumala Sari (2011: 208) etiologi


sistitis interstitial belum diketahui dan kemungkinan multifaktorial.
Beberapa faktor yang memungkinkan adalah sebagai berikut :
1) Peran patogenik dari sel mast di dalam lapisan mukosa
kandung kemih
2) Kekurangan lapisan glikosaminoglikan pada permukaan lumen
kandung kemih sehingga peningkatan permeabilitas jaringan
submukosa yang mendasari untuk zat beracun dalam urin
3) Infeksi dengan agen (misalnya virus lambat atau bakteri)
4) Produksi toksin dalam urin
5) Reaksi hipersinsitivitas neurogenik atau peradangan
diperantarai secara lokal pada kandung kemih
6) Manifestasi dari disfungsi otot dasar panggul atau
disfungsional pengeluaran urin
7) Gangguan autoimun

C. PATOFISIOLOGI

Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra ke


vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum (kontaminasi) feses,
efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organism gram negatif dari
saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina dan genital eksternal
memungkinkan organism masuk ke vesika perkemihan. Infeksi terjadi
mendadak akibat flora (E. Coli) pada tubuh pasien.

Pada laki-laki abnormal, sumbatan menyebabkan struktur dan


hiperplasi prostatic (penyebab yang paling sering terjadi). Infeksi saluran
kemih atas penyebab penyakit infeksi kandung kemih kambuhan
(Nursalam dan Fransisca B, 2011 : 111-112).
Sedangkan patfisiologi sistitis interstitial masih kurang dipahami.
Berbagai etiologi telah diajukan, tidak ada yang cukup menjelaskan secara
baik bagaimana proses tersebut dapat dijelaskan. Hal ini mungkin
menunjukkan bahwa sistitis interstitial merupakan sejumlah kondisi yang
belum terdefinisi dari berbagai patologis yang berbeda, akhirnya hadir
sebagai sindrom klinis frekuensi BAK, urgensi, dan nyeri panggul (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2011 : 209).

D. MANIFESTASI KLINIS

Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa buli-buli menjadi


kemerahan (eritema), edema, dan hipersensitif sehingga jika buli-buli terisi
urin akan mudah terangsang untuk segera mengeluarkan isinya, hal ini
menimbulkan gejala frekuensi.

Kontraksi buli-buli akan menyebabkan rasa nyeri atau sakit di


daerah suprapubik dan eritema mukosa buli-buli mudah berdarah dan
menimbulkan hematuria. Tidak seperti gejala pada infeksi saluran kemih
sebelah atas, sistitis jarang disertai dengan demam, mual, muntah, badan
lemah, dan kondisi umum yang menurun.

Jika disertai dengan demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan


adanya penjalaran infeksi ke saluran kemih sebelah atas (Basuki B.
Purnoma, 2008 : 44).

Sedangkan menurut Nursalam dan Fransisca B. (2011 : 112)


manifestasi dari sistitis adalah sebagai berikut :

a. kemerahan pada kandung kemih


b. edema pada kandung kemih
c. kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
d. inkontinensia
e. sering berkemih
f. Nyeri di daerah suprapubik
g. Eritema mukosa kandung kemih
h. Hematuria
i. Jarang disertai demam
j. Mual
k. Muntah
l. Lemah
m. Kondisi umum menurun
n. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari perburukan sistitis adalah sebagai
berikut :
a. Pyelonefritis
b. Infeksi darah melalui penyebaran hematogen (sepsis)

F. PENGOBATAN
Pengobatan pada klien dengan cystitis dilakukan dengan bantuan
medis berupa terapi farmakologi dan juga penatalaksanaan keperawatan,
berikut ini petalaksanaanya:
a. Farmakoterapi
Penanganan sistitis yang ideal adalah agens antibakterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhadap flora fekal dan vagina.
Pada uncomplicated sistitis cukup diberikan terapi dengan
antimikroba dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi jika
hal ini tidak memungkinkan, dipilih antimikroba yang masih cukup
sensitif terhadap kuman E. Coli, antara lain: nitrofurantoin,
trimetroprim sulfametoksazol, atau ampisilin.
Kadang-kadang diperlukan obat-batan golongan antikolinergik
(propantheline bromide) untuk mencegah hiperiritabilitas buli-buli dan
fenazopiridin hidroklorida sebagai antiseptic pada saluran kemih
(Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).
Sedangakan Tidak ada pengobatan standar ataupun pengobatan
efektif untuk sistitis interstisialis. Beberapa jenis pengobatan yang
pernah dicoba dilakukan pada penderita sistitis interstisialis:
1) Dilatasi (pelebaran) kandung kemih dengan tekanan hidrostatik
(tenaga air)
2) Obat-obatan (elmiron, nalmafen)
3) Anti-depresi (memberikan efek pereda nyeri)
4) Antispasmodik
5) Klorapaktin (dimasukkan ke dalam kandung kemih)
6) Antibiotik (biasanya tidak banyak membantu, kecuali jika terdapat
infeksi kandung kemih)
7) DMSO (dimetilsulfoksida), untuk mengurangi peradangan
8) Pembedahan.
b. Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan pada Cystitis akut adalah sebagai berikut

1) Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada


dalam urine
2) Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum
baking soda yang di larutkan dalam air
Sedangkan penatalaksanaan pada Cystitis interstitial adalah sebagai
berikut :

1) Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari


2) Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola
berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis
ulang
3) Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
4) Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
5) Istirahat dan nutrisi adekuat
6) Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik dan labolatorium yang dapat dilakukan
untuk mengetahui terjadinya sistitis meliputi pemeriksaan urin berwarna
keruh, berbau dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan
bakteriuria. Kultur urin sangat penting untuk mengetahui jenis kuman
penyebab infeksi. Jika sistitis sering mengalami kekambuhan perlu
difikirkan adanya kelinan lain pada buli-buli (keganasan, urolitiasis)
sehingga diperlukan pemeriksaan pencitraan (PIV, USG) atau sistoskopi
(Basuki B. Purnomo, 2008 : 44).

H. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : - Nyeri Nyeri akut

DO : infeksi pada
selangkangan

2. DS : - Adanya faktor resiko infeksi Resiko infeksi

DO : Adanya factor
resiko nosokomial

3. DS : - Kurang nutrisi Ketidakseimbanga


DO: penurunan napsu
n nutrisi kurang
makan
dari kebutuhan
4. DS: - Hipertermi Hipertermi
DO: perubahan
regulasi suhu tubuh
ditandai dengan
badan teraba panas,
mata merah dan
berair, suhu tubuh
me, dan leokositosis
s/t infeksi kandung
kemih.
5. DS:- Perubahan eliminasi urine Perubahan
DO: perubahan
eliminasi urin
kapasitas kandung
kemih ditandai
dengan disuria,
frekuensi miksi b (+),
urin berbau, keruh
dan hematuria.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosocomial
3. Ketidakseimbangan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan napsu makan
4. Hipertermi b/d perubahan regulasi suhu tubuh ditandai dengan badan
teraba panas, mata merah dan berair, suhu tubuh me, dan leokositosis
s/t infeksi kandung kemih.
5. Perubahan eliminasi urin b/d perubahan kapasitas kandung kemih
ditandai dengan disuria, frekuensi miksi b (+), urin berbau, keruh
dan hematuria.
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI

Nyeri berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Pantau : Haluan urine terhadap pe
infeksi kandung kemih tindakan keperawatan selama warna,bau dan pola berkemih, Masu
3x 24 jam pasien merasa haluan setiap 8 jam dan Hasil urinali
nyaman dan nyerinya 2. Konsul dokter bila : Sebelumnya kuning
berkurang urine kuning,jingga gelap , berkab
keruh, Pola berkemih berubah,sebaga
rasa panas seperti terbakar saat kenci
terdesak saat kencing, Nyeri mene
Kriteria Hasil :
bertambah sakit
Pasien mengatakan / tidak 3. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan
ada keluhan nyeri pada keberhasilannya.
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jami
saat berkemih.
kekamar mandi, pispot dibawah tem
Kandung kemih tidak tegang atau bedpan.Anjurkan pasien untuk b
Pasien nampak tenang kapan saja ada keinginan
Ekspresi wajah tenang 5. Berikan antibiotic.Buat berbagai varias
minuman, termasuk air segar di
tempat tidur.Pemberian air sampa
ml/hari

Resiko infeksi berhubungan Tujuan : Setelah di lakukan 1. Berikan perawatan perineal dengan a
dengan adanya factor resiko tindakan keperawatan selama setiap shift.Jika pasien inkontine
nosocomial 3 x 24 jam pasien perineal sesegera mungkin.
memperlihatkan tidak 2. Jika dipasang kateter indwelling,
adanya tanda-tanda infeksi. perawatan kateter 2 kali perhari (me
bagian dari waktu mandi pagi dan pad
akan tidur) dan setelah buang air besa
3. Ikuti kewaspadaan umum (cuci
Kriteria Hasil : sebelum dan sesudah
Tanda vital dalam batas langsung,pemakaian sarung tan
normal kontak dengan cairan tubuh atau dar
Nilai kultur urine negative mungkin terjadi (memberikan pe
Urine berwarna bening dan perineal,pengosongan kantung draina
tidak bau penampungan specimen urine).Pe
teknik aseptic bila melakukan kat
bila mengambil contoh urine dari
indwelling
4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam dan
masukan cairan sekurang-kurangny
ml/hari(kecuali kontra indikas
melakukan ambulasi sesuai kebutuha
5. 5. Lakukan tindakan untuk me
asam urina

Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : Dalam waktu 2x24 1. Catat intake dan output makanan
kuruang dari kebutuhan jam kebutuhan nutrisi akan akurat
berhubungan dengan penurunan terpenuhi 2. Kaji adanya anoreksia, hipoprot
napsu makan diare.
3. Pastikan anak mendapat makanan den
yang cukup.
Kriteria Hasil : 4. Beri diet yang bergizi
5. Batasi natrium selama edema dan
Napsu makan baik
kortikosteroid
Tidak terjadi
6. Beri lingkungan yang menyenangkan
hipoprtoeinemia
dan rileks pada saat makan
Porsi makan yang
7. Beri makanan dalam porsi sedik
dihidangkan dihabiskan
awalnya dan Beri makanan dengan c
Edema dan ascites tidak ada.
menarik
8. Beri makanan spesial dan disukai ana
Hipertermi b/d perubahan Tujuan :Suhu tubuh normal 1. Kaji saat timbulnya demam
regulasi suhu tubuh ditandai (36-37 C) 2. Observasi tanda-tanda vital
dengan badan teraba panas, mata (suhu,nadi,tensi,pernafasan) setiap 3
merah dan berair, suhu tubuh me, Kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien untuk banyak minu
4. Berikan kompres hangat
dan leokositosis s/t infeksi Pasien bebas dari demam
kandung kemih. Ttv dalam batas normal
(terutama suhu)

Perubahan eliminasi urin b/d Tujuan : Setelah dilakukan 1. Ukur dan catat urine setiap kali berke
perubahan kapasitas kandung tindakan keperawatan selama 2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2
kemih ditandai dengan disuria, 3 x 24 jam klien dapat 3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
4. Bantu klien ke kamar kecil, m
frekuensi miksi b (+), urin mempertahankan pola
berbau, keruh dan hematuria. eliminasi secara adekuat. pispot/urinal
5. Bantu klien mendapatkan posisi b
yang nyaman
Kriteria :

Klien dapat berkemih


setiap 3 jam
Klien tidak kesulitan
pada saat berkemih
Klien dapat bak dengan
berkemih

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedah Edisi 8.


Jakarta : EGC

Nursalam dan Fransisca. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Purnomo, Basuki B. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada Tn.U
dengan Gangguan Sistem
Perkemihan : Infeksi Kandung Kemih
(Cystitis)

NAMA : FAHMIA FAUZIAH MUBAROK


NIM : 34403515046
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
AKEDEMI KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Tn.U
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Kelamin : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Cipanas, RT/RW 04/01
Tanggal masuk RS : 12 April 2016
Tanggal Pengkajian : 13 April 2016
Diagnosa Medis : Cystitis
2. Identitas Keluarga
Nama : Ty.D
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Alamat : Cipanas, RT/RW 04/01
Hubungan dengan klien : Istri klien

A. KELUHAN UTAMA
- Nyeri kandung kemih
B. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
- klien mengalami pusing dan nyeri di daerah kandung kemih saat sedang
melakukan BAK. Perutnya seperti di remas remas. Klien mengatakan
nyeri pada daerah perut kuadran IV sebelah kanan bawah, skala 5.
Nyeri timbul 20 detik sampai 1 menit.
2. Riwayat Kesehatan Dulu
- Klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, klien tidak
mempunyai riwayat penyakit lain.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai
penyakit tersebut.

C. RIWAYAT KEADAAN LINGKUNGAN TINGGAL


- Klien mengatakan tingaal di daerah pedesaan, keadaan lingkungan di
sana bersih tidak ada masalah.
D. STATUS PSIKOLOGI
- Klien tampak tenang dalam melakukan pengkajian, dan berusaha
mengikuti intruksi tim medis dalam upaya penyembuhannya
E. STATUS SOSIAL
- Komunikasi klien dengan keluarga baik, klien mampu berkerja sama
dengan tim medis dengan baik.
F. STATUS SPIRITUAL
- Klien beragama islam, rajin beribadah, dan klien beranggapan bahwa
penyakitnya ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran Umum : Compos Mentis
2. Kesadaran (GCS) :E=4;M=6;V=5
3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 24x/menit
d. Suhu : 37,2C
4. BB/TB : 61 kg/172 cm
H. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
a. Kepala
Keaadaan bersih, bentuk simetris masochepal tidak ada lesi atau masa,
distribusi rambut merata, rambut hitam.
b. Mata
Konjungtiva tidak anemis, pupil simetris ki/ka, kornea bening, sklera tidak
ikterik, kemampuan melihat baik, lensa mata tidak keruh, terdapat kantung
mata kehitaman, dan tatapan lemah sayu.
c. Hidung
Bentuk simetrit, tidak terdapat peradangan, fungsi penciuman baik, tidak
terdapat nyeri tekan.
d. Telinga
Bentuk simetris, fungsi pendengaran baik, serumen minimal, tidak terdapat
nyeri tekan.

e. Mulut dan Faring


Mulut : bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut
Bibir : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan
bentuk
Gusi : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada
perdarahan
Gigi : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar,
tidak ada perdarahan, abses, dan benda asing (gigi palsu)
Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal
Faring : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada
eksudat, tonsil tidak ada pembesaran
f. Leher
Bentuk simetris, bersih, tidak ada tanda kemerahan, tidak ada
pembengkakan tiroid, tidak terdapat distrensi venajugularis.
g. Thorax dan Dada
Bentuk simetris.
Paru paru : simetris saat statis/dinamis, stem fremitus ki/ka, sonor
seluruh lapang paru, suara dasar vasikuler.
Jantung : ictus cordis tidak tampak dan teraba di space V 2cm
medial LMC 5, konfigurasi jantung normal, bunyi jatung 1-2
reguler/murni.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bunyi tympani,
bising usus normal.
i. Ekstremitas Atas
Bentuk simetris, kekuatan otot 4, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan
parut, kuku jari bersih, refleks biseps dan trisep +, tangan kanan terpasang
infus RL 20 tpm, akral dingin.
j. Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan
jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +.
k. Kulit : warna sawo matang, turgor kurang dari 2 detik, kulit kering, tidak ada
lesi.
l. Genital : terdapat nyeri tekan di daerah penineum (selangkangan) dengan skala
3

I. KEBIASAAN SEHARI-HARI

N POLA KEBIASAAN (ADL) SEBELUM SESUDAH


O SAKIT SAKIT
1 NUTRISI
A. MAKAN
a. Jenis Nasi Nasi
b. Frekuensi 2-3x sehari 1x sehari
c. Porsi 1 porsi porsi
d. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
e. Nafsu makan Bagus Kurang
f. Cara makan sendiri /dibantu Sendiri Sendiri
g. Kesulitan makan Tidak Ya
B. MINUM
a. Jenis Air putih Air putih
b. Frekuensi 8 gelas/hari < 8 gelas/hari
c. Cara minum sendiri/dibantu Sendiri Dibantu
Masalah :
2. ELIMINASI
A. BAB
a. Jenis Lembek Lembek
b. Frekuensi 2x/hari 1x/hari
c. Warna Kuning Kuning
d. Konsistensi Lembek Lembek
e. Obstipasi Tidak Tidak
f. Penggunaan pencahar Tidak Tidak
g. Diare Tidak Tidak
h. Stoma (Colostomi, Ileustomy) Tidak Tidak
i.Cara pengeluaran sendiri/dibantu Sendiri Sendiri
B. BAK
a. Jenis Cair Cair
b. Frekuensi 6x/hari 6x/hari
c. Warna Kuning Kuning
d. Bau, darah Tidak Tidak
e. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
f. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
g. Hematuria Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan kateter Tidak Tidak
i.Cara proses pengeluaran dibantu / Sendiri Sendiri
sendiri
MASALAH :
3. ISTIRAHAT DAN TIDUR
1. Waktu tidur malam
a. Malam, pukul 21.00 WIB Tidak teratur
b. Siang, pukul 13.00 WIB Tidak teratur
c. Lamanya 2 jam Tidak teratur
d. Kebiasaan pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
e. Masalah tidur Tidak ada Berisik di ruangan
MASALAH : Pasien mengeluh tidak bisa tidur siang di karenakan ruangan berisik
4. PERSONAL HYGIENE
Pemeliharaan badan (mandi)
a. Frekuensi 2x/hari 1x/hari
b. Penggunaan sabun atau tidak Ya Tidak pernah
c. Cara melakukan sendiri atau Sendiri Tidak pernah
dibantu
Pemeliharaan mulut dan gigi
a. Frekuensi 2x/hari 2x/hari
b. Penggunaan sikat gigi atau tidak Ya Ya
c. Penggunaan pasta gigi atau Sendiri Sendiri
tidak
d. Cara melakukan sendiri atau Ya Ya
dibantu
Pemeliharaan kuku
a. Frekuensi 1x/2 minggu Belum pernah
b. Cara melakukan sendiri atau Sendiri Belum pernah
dibantu
Pemeliharaan rambut
a. Frekuensi 2x/minggu 1x/minggu
b. Penggunaan shampoo Ya Ya
c. Cara melakukan sendiri atau dibantu Sendiri Sendiri
MASALAH :
5. AKTIVITAS /LATIHAN
a. Olah raga
- Jenis
Tidak ada Tidak ada
- Frekuensi
Tidak Tidak
b. Kegiatan diwaktu luang Jalan-jalan Tidur
c. Cara melakukan sendiri atau sendiri Sendiri
dibantu

J. TERAPI PENGOBATAN
a. Infuse : RL 20 gtt/menit
b. Antibiotik

K. PEMERIKSAAN LABORATORIUM ATAU PEMERIKSAAN


DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


LABORATORIUM
a. Haemoglobin 9,20 12-15 gr/dL
b. Hemotokrit 28,6 35-47 %
c. Eritrosit 3,48 390-560 juta/mmK
d. MCH 26,40 2700-3200 pq
e. MCV 82,80 7600-9600 FL
f. MCHC 32,20 2900-3600 p/Dl
g. Leukosit 3,60 400-1100 ribu/mmK
h. Trombosit 205 1500-1400
ribu/mmK
i. RDW 18,60 1160-1480 %
j. MPV 9,20 400-1100 FL
k. Glukosa sewaktu 131 80-110 mg/dL
l. Ureum 13 18-39 mg/dL
m. Creatinin 0,69 0,60-1,30 mg/dl
n. Albumin 3,0 3,4-5,0 mg/dl
o. Natrium 13,7 136-145 mmol/L
p. Kalium 3,6 3,5-5,1 mmol/L

L. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Bakterimea primer Nyeri akut
Klien
mengatakan Tidak difagosit
nyeri pada
bakterimea
daerah
selangkangan kandung kemih
dan kandung
kemih kontraksi kandung kemih
DO :
Skala nyeri 7 depresi saraf perifer
Klien tampak
meringis nyeri akut
kesakitan,
berusaha
menahan rasa
sakit, mencari
posisi yang
nyaman untuk
menghulangkan
nyeri, perubahan
tanda vital

2. DS : Kurang informasi tentang pencegahan Kurangnya


Klien
infeksi pengetahuan
mengatakan
kurang Pola hidup, diet yang beresiko infeksi
memahami cara
pencegahan Ketidakefektifan dalam perawatan dan
infeksi pengobatan
DO :
Klien bertanya kurangnya pengetahuan
tentang
pencegahan
infeksi
3. DS : Inflamasi kandung kemih Gangguan
Klien mobilitas fisik
mengatakan Perubahan eliminasi urinarius
sulit bergerak
Pemasangan kateter
dan berjalan
kemana mana kesulitan berjalan/bergerak
DO :
Klien terpasang gangguan mobilitas fisisk
kateter, klien
terlihat tidak
nyaman dalam
penggunanaan
kateter
4. DS : Nyeri dan sering terbangun saat malam Gangguan pola
Klien
tidur
mengatakan Perubahan sistem saraf hormonal
tidak dapat tidur
Ketidaknyamanan
dengan nyenyak
karena menahan Gangguan pola tidur
nyeri
DO :
Terdapat
kantung mata,
tatapan terlihat
sayu dan lemah
5. DS : Klien Inflamasi kandung kemih Gangguan pola
mengatakan eliminasi urine
kebiasaan Penekanan kandung kemih
berkemih yang
Poliuria
terlalu sering
(poliuria) Inkontinesia urine
DO:
peningkatan Gangguan pola eliminasi urine
output 27%
inkontinesia
urine, terpasang
kateter.
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d ekspresi wajah meringis berusaha menahan sakit, mencari
posisi yang nyaman untuk menghilangkan nyeri.
2. Kekurangan pengetahuan b.d klien bertanya tentang pencegahan infeksi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d klien terasang kateter, klien terlihat tidak
nyaman dalam pengguanaan kateter.
4. Gangguan polatidur b.d adanya kantung mata, tatapan sayu dan lemah
5. Gangguan pola eliminasi urine b.d peningkatan output 27% inkontinesia
urine terpasang kateter.

NO DX. PERENCANAAN
KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N
1. Nyeri akut b.d Tupan : a. Kaji lokasi, lamanya a. . Mengindikasikan
ekspresi wajah Setetlah dilakukan intensitas skala nyeri kebutuhan untuk
meringis berusaha tindakan keperawatan dan waktu intervensi dan juga
menahan sakit, selama 3x24 jam b. Lakukan tindakan tanda tanda
mencari posisi nyeri klien hialang paliatif , seperti perkembangan/
yang nyaman Dengan kriteria : masasse dan kompres resolusi komplikasi .
untuk Skala nyeri hangat perubahan . Catatan : nyeri akut
menghilangkan normal 0-5 posisi, rentang gerak tidak menimbulkan
nyeri. Paisen tidak pada sendi dan otot perubahan anatomik.
meringis yang sakit . Membantu
kesakitan c. Jika terpasang kateter, mengevaluasi tempat
Kandung perawatan kateter inflamasi dan
kemih tidak 2x/hari penyebab nyeri
tegang d. Berikan antibiotik b. Meningkatkan
Tupen : untuk mengatasi relaksasi/
Setelah dilakukan infeksi menurunkan
tindakan keperawatan tegangan otot
selama 1x24 jam c. Kateter
Kriteria Hasil : memberikan jalan
Nyeri bakteri untuk
berkurang masuk ke kandung
dengan skala kemih dan saluran
4 perkemihan
Infensitas dan d. Antibiotik sebagai
frekuensi obat mengatasi
nyeri patologis akibat
berkurang mikroorganisme
2. Kekurangan Tupan : a. Berikan waktu kepada a. Mengetahui sejauh
Setetlah dilakukan klien untuk mana ketidaktauan
pengetahuan b.d
tindakan keperawatan menanyakan apa yang klien tentang
klien bertanya selama 3x24 jam klien tidak di ketahui penyakitnya
tentang dapat mengenai penyakitnya b. Memberikan
pencegahan mendemonstrasikan b. Tinjau dan kaji ulang pengetahuan dimana
cara pencegahan proses penyakit dan klien dapat membuat
infeksi terhadap inferksi. harapan masa depan pilihan berdasarkan
Dengan kriteria : c. Berikan informasi informasi
Klien tentang sumber infeksi, c. Pengetahuan apa
memahami tindakan untuk yang di harapkan
penyebab mencegah penyebaran dapat mengurangi
infeksi d. Berikan informasi ansietas
Klien tentang terapi obat d. Meningkatkan
mengetahui obatan, interaksi efek pemahaman dan
tanda infeksi samping dan penting peningkatan
Klien nya ketaatan pada kerjasama dalam
memahami program penyembuhan/
cara e. Berikan kesempatan profilaksi dan
pencegahan pada klien untuk mengurangi resiko
infeksi mengespresikan kambuhnya
Tupen : perasaan dan masalah komplikasi
Setelah dilakukan tetang tencana e. Untuk mendeteksi
tindakan keperawatan pengobatan isyarat indikatif
selama 1x24 jam klien kemungkinan
memahami cara ketidakpatuhan dan
pencegahan infeksi membantu
Dengan kriteria : mengembangkan
Pasien dapat penerimaan rencana
menjelaskan terapeutik.
kembali
penyebab,
tanda dan cara
mengatasi
infeksi.

3. Gangguan Tupan : a. Kaji tingkat a. Mengetahui tingkat


Setetlah dilakukan kemampuan klien pemahaman
mobilitas fisik b.d
tindakan keperawatan dalam mobilisasi fisik mobilisasi dan
klien terasang selama 3x24 jam klien b. Ajarkan dan dukung tindakan selanjutnya
kateter, klien melakukan mobilisasi klien dalam latihan b. ROM untuk
terlihat tidak dengan normal ROM aktif/pasif meningkatkan
Dengan kriteria : c. Ajarkan teknik kekuatan dan
nyaman dalam Kekuatan dan ambulasi dan ketahanan otot serta
pengguanaan ketahanan otot perpindahan yang aman mencegah kekakuan
normal d. Berikan penguatan sendi
kateter.
Klien dapat positif selama aktifitas c. Untuk mencegah
melakukan e. Pantau pemasangan terjadinya injuri
teknik kateter yang benar pada klien
ambulasi dan d. Untuk membrikan
berpindah motivasi kepada
dengan aman klien dan
Tupen : emmandang
Setelah dilakukan keterbatasan dengan
tindakan keperawatan realitas
selama 1x24 jam klien e. Posisi kateter yang
lebih mudah kurang tepat dapat
mobilisasi dari mengganggu
sebelumnya kenyamanan klien
Dengan kriteria :
Kekuatan dan
ketahanan
otot
mengalami
peningkatan
Klien
mengerti cara
ambulasi dan
berpindah
yang aman
4. Gangguan Tupan : a. Pantau keadaan umum a. Mengetahiu tingkat
Setetlah dilakukan pasien,TTV. kesadaran dan
polatidur b.d
tindakan keperawatan b. Kaji pola tidur kondisi klien.
adanya kantung selama 2x24 jam pola c. Kaji faktor penyebab b. Mengetahui masalah
mata, tatapan tidur klien normal gangguan tidur (stres, klien dan rencan
Dengan kriteria : ansietas, nyeri, keperawtannya
sayu dan lemah
Lamanya imobilisasi, eliminasi) c. Mengidentifikasi
tidur 7-8 jam d. Ciptakan suasana penyebab untuk
Klien tidak nyaman dan kurangi rencana keperawatan
terbangun gangguan tidur selanjutnya
saat malam e. Gunakan alat bantu d. Memebantu
Tupan : tidur (air hangat, buku relaksasi dan
Setelah dilakukan baca, pijat pungguang ) mencegah gangguan
tindakan keperawatan f. Berikan obat dengan tidur
selama 1x24 jam pola kolaborasi dokter e. Mengatasi
tidur klien telah di pengalihan rasa
perbaiki nyeri klien dalam
Dengan kriteria : mendapatkan tidur
Lamanya optimal
tidur klien f. Membantu
lebih baik memudahkan tidur
dari klien dan mencegah
sebelumnya gangguan
Klien tidak
sering
terbangun
5. Gangguan pola Tupan : a. Ukur dan catat urine a. Untuk mengetahui
Setetlah dilakukan setiap kali berkemih perubahan warna
eliminasi urine
tindakan keperawatan ( volume, frekuensi, dan volume serta
b.d peningkatan selama 3x24 jam klien bau, warna, dll) frekuensi urine
output 27% dapat b. Palpasi kandung kemih intake/output
inkontinesia urine mempertahankan pola setiap 4 jam b. Untuk mengetahui
eliminasi urune secara c. Bantu klien dengan distensi kandung
terpasang kateter. adekuat. pemasangan kateter kemih
Dengan kriteria : d. Anjurkan klien untuk c. Kateter sebagai
Klien dapat menahan sampai waktu alat bantu untuk
berkemih berkemih mengatasi
setiap 3 jam inkontinesia urine
Klien dapat d. Melatih klien
mengontrol mengontrol
saat BAK spingter dan
Output memperbaiki pola
normal eliminasi.
Tupan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam klien
dapat memperbaiki
pola eliminasi urine
Dengan kriteria :
Klien tidak
sering BAK
Output lebih
baik dari
sebelumnya

Anda mungkin juga menyukai