Isi
Isi
PENDAHULUAN
dan kadar yang cukup secara teknis (dalam berbagai kondisi) dan
sifat dari suatu endapan mineral tersebut, dapat dilakukan dengan dua
lapangan (mineralogi, pola alterasi, sifat kimiawi, dan lain-lain) serta dengan
tersebut dapat juga berupa suatu model empirik (deskriptif), yang memuat
1
model yang diajukan tersebut menekankan hubungan antara terjadinya
intrusi plutonik dan endapan bijih yang terbentuk serta berdasarkan pada
oleh para ahli geologi, umunya berdasarkan pada bentuk endapannya, wall
(2) hari yaitu pada hari Jumat Sabtu, tanggal 6-7 Mei 2016. Praktikum
lpaangan dimulai pada hari Jumat tanggal 6 Mei 2016 pukul 08.00 WITA dan
dilaksanakan pukul 08.00. Dan kembali ke Makassar pada pukul 14.00 WITA.
2
Daerah praktikum lapangan berjarak sekitar 190 km dari kota Makassar
Dalam laporan ini hal yang dibahas yakni mengenai jenis model
3
a. Studi dan penyelidikan terdahulu tentang mineralisasi bijih besi telah
Eksplorasi PT. Wijaya Eka Sakti, yaitu di daerah Pakke dan Tanjung
pada tahun 2007 dan van Leeuwen dan Pieters pada tahun 2011-
2012.
c. Geologi regional oleh Sukamto dan Supriatna pada tahun 1982.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
tujuh evolusi orogenik, salah satunya adalah orogen pulau Sulawesi Bagian
Selatan. yang terdiri dari beberapa unit fisiografi yaitu selat Makassar,
Menurut Djuri dan Sujatmiko, 1974 (Peta Geologi Lembar Mejene dan
Bagian Barat Palopo Sulawesi Selatan) batuan tertua yang merupakan alas
serpih, rijang, marmer, kuarsit dan breksi terkersikan serta beberapa intrusi
5
Formasi Latimojong tertindih tidak selaras oleh Formasi Toraja yang
terdiri dari TET (Tertiry Eocene Toraja) dan TETL (Tertiary Eocene Toraja
batuannya terdiri dari alairan lava bersusunan basal hingga andesit, breksi
Lava).
Plantoonik, satuan batuan ini berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah.
Konglomerat dan Breksi. Ketebalan batuan ini sekitar 1000 meter dan
6
Petrologi berasal dari dua kata yaitu petro yang berarti batu dan
sejarah batuan
silika cair dan pijar, yang kita kenal dangan nama magma. Pembagian
berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang kental dan panas,
pembatuan dan litifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang
7
material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir
dari batuan sedimen klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai
hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai
(isokimia) dan tanpa melalui fase cair (dalam keadaan padat), dengan
Lintang Selatan dan antara 1190 42 - 1200 40 Bujur Timur dengan batas-
8
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten
Gowa.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone.
Di daerah pada Peta Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada
di bagian selatan (50 km) dan menyempit di bagian utara (22 km). Puncak
Pada Kala Eosen Awal, daerah di barat berupa tepi daratan yang
Akhir.
Soppeng (Tmkv dan Tmsv). Akhir kegiatan gunungapi Miosen Awal itu diikuti
9
Menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu
dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.
Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah
akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal
batuan Tersier. Perlipatan dan penyesaran yang relative lebih kecil di bagian
dan Tanjung dan sekitarnya, dari yang tertua ke yang termuda adalah
Batuan Metamorfik (S); dominan disusun oleh sekis dan sedikit genes;
mika, dan klorit; di bawah mikroskop dikenali sekis glaukofan, eklogit, sekis
Satuan Batuan Metamorfik ini dibatasi di bagian barat dan timurnya oleh
10
merupakan batas kontaknya dengan Satuan Batuan Gunungapi Formasi
(gd). Satuan ini merupakan satuan batuan tertua di daerah ini, yang
berumur Kapur Awal (111 juta tahun yang lalu), dan tebalnya 2000 m.
dan Breksi yang tersusun oleh Basal, Andesit dan Trakit, Batupasir dan
Batulanau kelabu muda sampai kehitaman, Serpih kelabu tua sampai coklat
tua: Konglomerat tersusun oleh kerikil Andesit dan Basal: Lava dan Breksi
dan Epidot, formasi batuan sedimen ini tebalnya > 1000 m, berumur Kapur
Tufa, di bagian atas lebih banyak Tufa, di bagian bawah lebih banyak Lava,
beberapa cm sampai > 50 cm, tersemen oleh tufa dengan persentasi <
50%, Lava dan Breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat
satuan ini tebalnya sekitar 400 m, berumur Paleosen (58,5-63 juta tahun
yang lalu), ditindih tak-selaras oleh Formasi Tonasa (Temt) dan diterobos
oleh intrusi granodiorit (gd), satuan ini lebih dominan tersebar di Blok Pakke;
pada peta geologi yang disusun oleh Sukamto dan Supriatna (1982), pada
ini terdapat indikasi endapan mangan (Mn) di Blok Pakke (Gambar 1.B), oleh
11
van Leeuwen (1974), Batuan Gunungapi Terpropilitkan ini dinamakan
dan Kalkarenit berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian
tebalnya tidak kurang dari 3000 m; di peta geologi pada Gambar 1.B,
dan stok berkomposisi basaltik dan dioritik, berwarna kelabu muda, kelabu
12
tua dan coklat, di bawah mikroskop dikenali batuan-batuan fonolit nefelin,
sienit nefelin porfiri, diabas hipersten, tufa, andesit, trakit, basal leusit, tefrit
leusit, basanit leusit, leusitit, dan dasit; batuan gunungapi ini berumur
bagian selatan (Gambar 1.B), batuan gunungapi ini diterobos oleh intrusi
granodiorit (gd).
gunungapi terdiri atas butiran abu hingga lapili, tufa kristal, setempat
oleh kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal; fosil foraminifera kecil
kemiringan lapisan < 15; terlipat kuat di sepanjang jalur sesar, dengan
13
mengandung xenolith bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; sebagian
diorit terkaolinkan; berumur Miosen Awal (19 juta tahun yang lalu); di peta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.1.1 Alat
1. Kompas Geologi
sampel.
3. Lup
15
Gambar 3.4. Peta regional
Alat ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai keadaan,
arah dan waktu saat survey. Selain itu juga berguna untuk
16
Gambar 3.7. Kamera digital
Alat ini digunakan untuk mengambil gambar saat kegiatan lapangan.
8. Karung
ditemukan dilapangan.
9. Buku Lapangan
17
Gambar 3.10. Headlamp
Alat ini digunakan sebagai penerangan dimalam hari.
11.Papan Pengalas
penulisan.
12.Celana dan Jaket Parasut
18
Gambar 3.14. Sepatu gunung
Alat ini digunakan untuk melindungi kaki ketika berpijak, agar
satu
3.1.2 Bahan
19
Gambar 3.17 Larutan HCL 0,1 mol
Bahan ini digunakan untuk membantu dalam deskripsi batuan
2. Kantong Sampel
telah diambil.
3. Kertas HVS
20
Bahan ini digunakan sebagai pendukung saat penulisan data
3.2.1. Batuan
1. Batuan Beku
1. Morfologi disii dengan penampakan secara fisik yang di temui
pada singkapan.
2. Tata Guna Lahan diisi berdasarkan fungsi lahan atau area pada
21
terlihat seragam, adapun struktur batuan beku yang lain adalah
deskripsi.
2. Batuan Sedimen
1. Warna itu sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu warna segar
batuan.
2. Tekstur diisi dengan meliat ukuran butir pada batuan sedimen.
3. Struktur pada batuan sedimen terbagi menjadi dua yaitu struktur
batuan tersebut.
5. Komposisi diisi dengan melihat komposis mineral penyusun
semen.
6. Sortasi diisi berdasarkan kemampuan batuan menyerap air.
7. Kemas diisi dengan meliat hubungan antara butir, jika hubungan
deskripsi.
3. Batuan Metamorf
1. Warna itu sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu warna segar
batuan.
22
2. Tekstur diisi berdasarkan ukura komposisi Kristal-kristalnya.
seragam.
3. Struktur pada batuan metamorf dibagi menjadi dua kelompok
besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi
batuan metamorf.
4. Nama Batuan diisi berdasarkan nama batuan yang sesuai dengan
deskripsi.
3.2.2. Mineral
1. Warna itu sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu warna segar dan
23
paramagnetik jika dapat ditarik oleh magnet tapi lemah dan
9. Reaksi dengan asam dengan menguji cairan asam pada mineral jika
mineral tersebut.
deskripsi.
mineral tersebut.
16.Kegunaan mineral diisi dengan melihat fungsi dari mineral itu sendiri.
24
BAB IV
4.1. Stasiun 1
Pengamatan di stasiun ini dilakukan pada tanggal 6 Mei 2016 saat kondisi
oleh tanah. Singkapan ini telah mengalami banyak perubahan dari mineral
25
primernya akibat proses dari alterasi sehingga terdapat clay pada
mineralisasi mineral sulfida berupa pyrite dan chalcopyrite yang diikat oleh
skarn atau endapan tipe epithermal. Jika pada daerah ini ditemukan mineral
ini adalah chalcopyrite dan pyrite sebagai fenokris, dan calcite sebagai
massa dasar batuan, serta malachite sebagai material yang tidak dominan.
6 Mei 2016 saat kondisi cuaca cerah. Lokasi stasiun 1B berjarak kurang lebih
3 m dari singkapan Stasiun 1A. Singkapan ini berada pada aliran sungai,
26
Foto 4.2 Singkapan Stasiun 1B (N 790 E)
geologi yang berkembang pada singkapan tidak begitu mencolok dan hanya
4.2. Stasiun 2
4.54 BT. Pada stasiun ini singkapan terletak dipinggir aliran anak sungai.
pengamatan singkapan ini relatif kecil dengan lebar 2,47 m dan tinggi 1,9
m.
27
Foto 4.3 Stasiun 2 (N 236o E)
sphalerite, quartz, iron oxide yang diikat oleh clay sehingga dapat dikatakan
batuan ini tidak terlalu berkembang dan hanya berupa kekar-kekar kecil.
Batuan pada singkapan ini masih tergolong dalam tipe endapan dengan
batuan pada Stasiun 1 dan merupakan zona yang terletak lebih di luar dari
zona utama alterasi pada Stasiun 1. Tipe alterasi yang terdapat pada
4.3. Stasiun 3
sungai dari sungai Lappadata. Stasiun ini terletak pada titik koordinat 4 0 48
pengamatan dari singkapan adalah panjang 1.03 m dan tinggi kurang lebih
28
Foto 4.4 Singkapan Stasiun 3 (N 2430 E)
mengalami proses alterasi yang mengubah warna asal batuan beku (putih
dan hitam) menjadi hijau. Mineral yang terbentuk pada batuan yaitu chlorite
yang tersebar dominan dalam batuan. Struktur geologi yang terbentuk pada
singkapan sangat sedikit dan cukup sulit ditemukan, walaupun ada hanya
berupa kekar-kekar kecil. Tipe endapan mineral pada Stasiun 3 masih sama
zona yang lebih jauh lagi dari alterasi utamanya dibandingkan dengan
letaknya, singkapan ini termasuk kedalam fasies distal. Fasies distal ini
4.4. Stasiun 4
ketinggian 214 mdpl. Pada stasiun ini dilakukan pengamatan pada arah N
29
3440 E. Dimensi pengamatan singkapan kecil dengan panjang 9.7 m dan
yaitu batu basalt. Mineral yang terkandung dalam batuan ini adalah
diisi oleh quartz. Proses ini akan menyebabkan pelapukan pada batuan.
Basalt merupakan hostrock dari singkapan ini. Alterasi pada singkapan ini
Stasiun 4A. Stasiun ini terletak pada aliran sungai yang sama dengan
stasiun 4A. Stasiun ini terletak pada koordinat 4 0 50 7,52 LS dan 1200 7
33,3 BT pada ketinggian 214 mdpl. Pada stasiun ini dilakukan pengamatan
pada arah N 325o E. Dimensi pengamatan pada singkapan yaitu panjang 1.6
m lebar 0.5 m dan tinggi kurang lebih 0.53 m. Singkapan ini merupakan
30
hasil alterasi batu Basalt yang kemudian terdapat urat-urat Quartz yang
4.5. Stasiun 5
Stasiun ini terletak pada koordinat 4050 7.18 LS dan 1200 7 33.65
kecil dengan panjang 1.8 m, lebar lebar 1.6 m dan tinggi 2 m. Singkapan
yang terjadi pada singkapan ini adalah tipe argillik dengan alterasi yang
31
Foto 4.7 Singkapan Stasiun 5 (N 330o E)
4.6. Stasiun 6
BT, pada ketinggian 224 mdpl. Pada stasiun ini pengambilan arah
ini relatif kecil dengan panjang 1,04 m dan lebar 0.54 m, serta tinggi
singkapan, hal ini dikarenakan hostrock dari batuan tersebut tidak berada
ditempat melainkan berasal dari tempat yang lain atau dapat dikatakan
batuan ini adalah hasil transportasi dari tubuh batuan aslinya. Batuan ini
mengandung mineral mangan dan magnetite hal ini dapat terlihat dari kilap
batuan tidak dapat diamati secara utuh karena merupakan batuan yang
32
telah tertransportasi, namun tetap dapat ditemukan kekar-kekar dalam
tubuh batuan.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
penelitian, yaitu batuan karbonat yang menjadi ciri khas dari tipe
5.2 Saran
fasilitas seperti listrik, air, dan kamar mandi. Sehingga, segala aktifitas
34
yang dilakukan pada lokasi penelitian serba terbatas. Mungkn di lain waktu,
dapat dicari lokasi penelitian yang tidak terlalu jauh dan mudah untuk
dijangkau.
5.2.2 Asisten
5.2.3 Panitia
Lebih terorganisir agar nantinya tidak kewalahan ketika menjelang hari-
tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
35
Djuri & Sujatmiko. 1974. Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat
Lembar Palopo, Sulawesi Selatan. Bandung: Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktoraat janderal Pertambangan
Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Talebong, Lewirson. 2014. Laporan Field Trip Teknik Eksplorasi PT. Makale
Toraja Mining. Makassar: Universitas Hasanuddin.
36