Anda di halaman 1dari 11

ID0100136

Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II ISSN 1410-1998


PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

KAJIAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR


HASIL OLAH-ULANG BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS
DENGAN METODA PENGENDAPAN KIMIA

Arief Heru Kuncoro, M. Djoko Birmano


Pusat Pengkajian Energi Nuklir

ABSTRAK

KAJIAN PROSES PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR HASIL OLAH-ULANG BAHAN


BAKAR NUKLIR BEKAS DENGAN METODE PENGENDAPAN KIMIA. Proses olah-ulang bahan
bakar bekas reaktor nuklir akan menimbulkan limbah radioaktif cair cukup banyak, yang
mengandung sisa uranium dan unsur-unsur transuranium. Untuk itu telah dilakukan kajian terhadap
pengolahan limbah cair tersebut dengan metode pengendapan kimia dengan larutan FeCI3 sebagai
pengendap {koagulan). Dengan diketahuinya aktivitas limbah awal dan beningan maka dapat
dihitung faktor dekontaminasi dan efisiensi pemisahannya. Disimpuikan bahwa faktor-faktor pH
pengolahan, jumlah koagulan, kecepatan dan waktu pengadukan sangat berpengaruh terhadap hasil
pengolahan.

ABSTRACT

THE ASSESSMENT OF RADIOACTIVE LIQUID WASTE TREATMENT GENERATED FROM


THE FUEL REPROCESSING PLANT USING CHEMICAL COAGULATION METHOD. Reprocessing
of nuclear spent fuel produced a lot of radioactive liquid waste still bearing uranium and
transuranium. The assessment of the radioactive liquid waste treatment with FeCI3 as coagulant has
been done. Decontamination factor and separation efficiency can be calculated from known activities
of initial and post-treatment wastes. It can be concluded that some factors i.e. pH of treatment
process, quantity of coagulant, mixing rate, and mixing time have influenced the treatment product.

PENDAHULUAN berbahan bakar uranium. Limbah radioaktif cair


yang mengandung unsur-unsur transuranium ini
Pengembangan teknologi yang banyak dapat membahayakan lingkungan bila dibuang
menarik perhatian dewasa ini adalah begitu saja, terlebih lagi untuk masa yang akan
pengembangan teknologi nuklir. Hal ini karena datang dengan adanya PLTN di Indonesia
adanya dampak yang diperkirakan dapat tentunya akan banyak menghasiikan bahan
berpengaruh terhadap manusia dan lingkungan. bakar bekas yang masih memiliki nilai ekonomi
tinggi.
Dalam pengembangan pemakaian
teknologi nuklir terutama untuk penyediaan Pada pengoperasian PLTN dihasilkan
energi listrik PLTN, telah dikembangkan cara limbah radioaktif dan bahan bakar nuklir bekas
pengelolaan limbah yang sebaik-baiknya agar (Table 1). Bahan bakar bekas ini mengandung
tidak mempengaruhi dan membahayakan sejumlah bahan bakar yang dari segi ekonomi
manusia dan lingkungannya. dapat digunakan lagi, misalnya bahan fertil (U-
238 atau Th-232) dan nuklida fisil (U-235, Pu-
Instalasi olah-ulang bahan bakar nuklir 239 atau U-233), oleh karena itu dilakukan
adalah instalasi yang banyak menghasiikan proses olah-ulang bahan bakar bekas yang
limbah cair yang mengandung unsur-unsur bertujuan untuk:
transuranium, yaitu unsur-unsur yang Memisahkan elemen hasil fisi yang tidak
mempunyai nomor atom lebih besar dari digunakan lagi.
uranium yang mempunyai nomor atom 92. Mengambil plutonium, uranium dan thorium
Transuranium sering disebut unsur buatan atau untuk digunakan lagi sebagai bahan bakar.
sintetis karena untuk mendapatkannya dengan
cara menembak unsur uranium dengan netron di Kajian mengenai pengolahan awal limbah
dalam reaktor fisi. Unsur-unsur yang termasuk radioaktif cair hasil olah-ulang dengan metode
dalam unsur transuranium adalah Neptunium pengendapan kimia dengan menggunakan
(Np), Plutonium (Pu), Amerisium (Am) dan lain FeCI3 sebagai pengendap (koagulan) ini
sebagainya. Unsur-unsur tersebut didapat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
dalam bahan bakar bekas reaktor fisi yang variabel-variabel : pH pengolahan, jumlah

301
Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II ISSN 1410-1998
PBBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan terjadi mengarah ke


variabel-variabel : pH pengolahan, jumlah pembentukan endapan padat yang halus.
koagulan, kecepatan pengadukan dan lama 3. Penetralan muatan elektrik pada masing-
pengadukan. masing partikel dispers, yang disebut
potensial zeta, untuk menghilangkan
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH gaya tolak-menolak diantaranya, sehingga
RADIOAKTIF CAIR HASIL OLAH-ULANG membantu terjadinya penggumpalan
DENGAN METODE PENGENDAPAN KIMIA Netralisasi potensial zeta dicapai melalui
penambahan muatan elektrik yang
1. Pengolahan Limbah Radioaktif Cair berlawanan ke dalam air limbah. Agen
dengan Prinsip Pengendapan Kimia penetral dapat sekaligus koagulan itu
sendiri.
Prinsip yang digunakan dalam pengolahan
limbah radioaktif cair dengan metode Fase ini memerlukan pengadukan lambat
pengendapan kimia ini adalah mekanisme dalam waktu yang cukup lama untuk memberi
koagulasi dan flokulasi dengan menggunakan kesempatan partikel-partikel dispers saling
larutan garam ferri FeCI3 sebagai koagulan. kontak dan bertumbukan satu sama lain tanpa
menimbulkan pecahnya endapan awal,
1.1. Proses Koagulasi-Flokulasi melainkan justru terjadi kontak dan saling
menempel satu sama lain hingga membentuk
Koagulasi dan flokulasi adalah proses gumpalan yang lebih besar yang disebut flok.
kimia yang bertujuan untuk mengikutsertakan Keadaan ini dapat terjadi karena penurunan
unsur-unsur dalam proses pengendapan kimia. potensial zeta dari partike-partikel dalam larutan.
Fase ini dinamakan fase flokulasi.
Pengolahan limbah secara kimia biasanya
dilakukan dengan menambahkan koagulan- 1.2. Proses Pengambilan Radionuklida
koagulan tertentu pada limbah. Koagulasi kimia
termasuk destabilisasi, pembentukan ikatan Pengambilan radionuklida yang ada dalam
bersama dari koloid, di mana koloid ini cairan limbah radioaktif dalam proses koagulasi-
membentuk gumpalan kimia atau flok yang flokulasi dapat dengan cara pengendapan
mengadsorbsi, menangkap atau mungkin langsung, serapan pada gumpalan yang
membawa bersama suspensi padat yang ada dihasilkan dan dengan cara pertukaran ion.
dalam limbah cair. Pada pengendapan, zat kimia
ditambahkan untuk menghasilkan endapan- 1.2.1. Pengendapan Langsung
endapan kuat yang tidak larut, yang akan
membawa radionuklida sewaktu mengendap. Radionuklida sulit diendapkan secara
langsung karena konsentrasinya berada di
Koagulasi dan flokulasi mungkin terjadi bawah hasil kali kelarutan. Untuk mendapatkan
secara simultan atau mungkin termasuk hasil yang diinginkan perlu ditambahkan
pembentukan suspensi yang memerlukan zat pengemban (carrier) baik berupa isotop stabil
flokulan. dari radionuklida yang dipisahkan maupun
berupa unsur non aktif dari isotop lain yang
Ada tiga langkah dalam proses koagulasi mempunyai sifat kimia sejenis seperti
dan flokulasi: penggunaan barium atau kalsium untuk
1. Penambahan zat koagulan ke dalam mengendapkan radiostronsium, thorium
limbah cair, untuk meyakinkan agar zat plutonium dan sebagainya. Dengan
kimia tersebut terbagi secara merata penambahan pengemban diharapkan terjadi
dalam seketika perlu pengadukan cepat pembentukan kristal bersama.
(flash mixing). Hal ini sangat penting,
apabila tidak maka koagulasi akan
tersebar secara perlahan-lahan dan reaksi 1.2.2. Serapan pada Gumpalan yang
kimia awal hanya terlokalisasi pada titik dihasilkan
pemberian koagulasi. Pengadukan cepat
ini dilakukan dalam waktu yang singkat Ion-ion aktif dapat juga terdekontaminasi
untuk menghindari pecahnya endapan dari air limbah karena terserap oleh endapan
yang telah terbentuk. yang terbentuk pada waktu koagulasi-flokulasi.
2. Koagulasi terbentuk karena reaksi kimia Mekanisme serapan tergantung pada tipe
maupun kimia fisik yang kompleks dan endapan. Pada endapan kristalin, partikei-

302
ISSN 1410-1998 Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

partikel primer menangkap zat pengotor dan Fe3+ + 3OH" Fe(OH)3


selanjutnya terjadi peristiwa terkurangnya zat
pengotor tersebut pada saat butir partikel
Hasil kali kelarutan:
membesar karena proses pertumbuhan yang
dinamakan peristiwa okulasi. Kejadian ini
KSp = [Fe3+] [OH'j 3
dinamakan serapan dalam (absorpsi). Pada
endapan gelatin, karena tidak ada proses
pertumbuhan yang berarti, zat pengotor tetap Jika hasil kali kelarutan terlampaui maka
hanya menempel di permukaan. Kejadian ini ion Fe3+ akan mengikat ion-ion OH'
dinamakan serapan permukaan (adsorbsi). membentuk partikel primer inti endapan yang
segera diianjutkan dengan proses pertumbuhan
inti yang menjadikan partikel itu mengendap.
1.2.3. Pertukaran Ion
Konsentrasi ion Fe3+ dalam larutan,
Beberapa endapan mempunyai ion yang
dapat dipertukarkan dengan ion-ion yang
KSp
terkandung dalam larutan, misalnya pada
pembentukan zirkonium fosfat untuk mengikat
caesium, pengendapan asam poliantimonik
[OHf
untuk mengikat stronsium, serta kation bivalen
Dengan demikian untuk mengurangi
tertentu (Ca2+, Ni2+, Pb2+, Mn2+, Zn2+, dsb.)
pelarutan endapan yang terbentuk dapat
terhadap ferro sianida.
dilakukan dengan penambahan ion hidroksida
berlebihan. Faktor-faktor yang berpengaruh
2.. Pengendapan Kimia Dengan
terhadap kelarutan adalah kekuatan ion dari
Menggunakan Garam Ferri
medium, adanya ion-ion sejenis dan
pembentukan senyawa kompleks.
Dalam kajian ini untuk memisahkan unsur-
unsur transuranium dalam limbah radioaktif cair
Pada pembentukan flok ferri hidroksida
digunakan pengendapan ferri hidroksida.
kation-kation logam polivalen akan
Reagen yang digunakan adalah FeCI3 dan
terkopresipitasi dengan cara terserap ke dalam
NaOH. FeCI3 berfungsi sebagai pengendap
flok endapan, hanya logam-logam alkali dan
(koagulan), sedangkan NaOH disamping untuk
alkali tanah tertentu yang terpengaruh.
meningkatkan harga pH, ion OH' berfungsi juga
Dibandingkan dengan aluminium hidroksida, flok
sebagai pasangan pembentuk endapan.
ferri hidroksida lebih kuat" dan lebih mudah
diendapkan serta proses dapat dijalankan pada
Secara skematis, reaksi pengendapan bisa pH yang lebih tinggi.
ditulis sebagai berikut:
Pada proses koagulasi-flokulasi, ukuran
p A+q + q B'p ApBq
dan muatan elektrik partikel primer inti endapan
sangat dipengaruhi terutama oleh konsentrasi
Hasil kali kelarutan : ion dan pH larutan. Pada umumnya ukuran
partikel akan bertambah hingga mencapai
KSp = [A+q]p [B'p]q maksimum dan kemudian kembali berkurang
jika jumlah reagen terus ditingkatkan. Karena
Apabila tetapan hasil kali kelarutan butir inti endapan gelatin jauh lebih kecil (yang
terlampaui, maka terbentuklah sejumlah partikel dengan sendirinya jumlahnya jauh lebih banyak)
dispers inti endapan yang segera diianjutkan dibandingkan endapan kristalin, maka peristiwa
dengan proses pertumbuhan inti, yakni kopresipitasi pada serapan permukaan lebih
bertambah besamya ukuran partikel-partikel banyak terjadi.
primer tersebut.

Pada proses pengendapan ferri hidroksida


terjadi reaksi sebagai berikut:

303
Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II ISSN 1410-1998
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

HASIL DAN BAHASAN (Gambar 2). Pada keadaan ini kenaikan harga
pH pengolahan justru menyebabkan harga FD
Dari beberapa hasil penelitian dan dan EP semakin turun. Hal ini bisa dijelaskan
pengkajian dapat diketahui pengaruh dari sebagai berikut:
variabel-variabel pH, jumlah koagulan,
kecepatan pengadukan dan lama pengadukan. Pada waktu koagulasi, terjadi mekanisme
serapan seperti terlihat pada gambar 1. Pada
Pada reaksi pembentukan Fe(OH)3 sangat koagulasi senyawa ferri hidroksida diduga terjadi
dipengaruhi oleh konsentrasi (OH)' yang ada pembentukan kelompok kritik (Fe3+(OH")3)n,
dalam larutan. Adanya konsentrasi (OH)" dimana harga n menentukan besar kecilnya
sangat mempengaruhi keasaman larutan (pH). ukuran partikel primer. Ukuran dan muatan
Harga Faktor Dekontaminasi (FD) dan Efisiensi elektrik partikel primer inti endapan sangat
Pemisahan (EP) akan meningkat dengan dipengaruhi terutama oleh konsentrasi ion dan
meningkatnya harga pH. Dengan kenaikan pH larutan. Ion-ion hidrogen maupun hidroksida
harga pH, berarti kondisi larutan semakin alkalis dapat terserap dengan mudah ke dalam inti
(konsentrasi ion OH" semakin besar) sehingga endapan, maka muatan elektrik partikel primer
jumlah endapan Fe(OH)3 secara kualitatif pertama-tama adalah fungsi dari pH larutan.
semakin besar. Dengan demikian luas bidang Endapan Fe(OH)3 bermuatan positif pada saat
absorben makin besar, sehingga daya serapnya kelebihan FeCI3 dan bermuatan negatif pada
juga semakin besar. saat kelebihan NaOH. Ini berarti serapan pada
lapisan sekunder butir terdispersi cenderung
Tetapi tidak selamanya meningkatnya menyebabkan kopresipitasi anion pada pH
harga pH pengolahan akan meningkatkan harga rendah dan kation pada pH tinggi, sehingga
FD dan EP, sebab pada harga pH tertentu secara hipotetis U sisa dan unsur-unsur
pengendapan akan mencapai optimum yang transuranium yang berada dalam limbah lebih
menyebabkan harga FD dan EP terbesar banyak berada dalam bentuk kation.

Endapan Fe(OH)3 Endapan Fe(OH)3


dengan kelebihan FeCI3 dengan kelebihan NaOH
N = (Fe3+(OH-)3)n

Gambar 1. Mekanisme Serapan Endapan Ferri Hidroksida


Keterangan :
I. Lapisan inner/primer (inti endapan)
II. Lapisan penahan/sekunder (Stern Layer)
III. Lapisan difusi

304
ISSN 1410-1998 Prosiding Pesentasi llmiah DaurBahan Baker Nuklir II
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

Pada saat penambahan NaOH masih kecil pengadukan awal terlalu cepat, maka akan
atau pada pH rendah, saat itu inti endapan mengakibatkan waktu kontak antara kation-
Fe(OH)3 masih bermuatan positif sehingga kation limbah transuranium dan U dengan butir-
kation-kation akan terserap masuk ke lapisan butir endapan menjadi semakin kecil, sehingga
primer inti endapan bersama ion-ion H3O+. Pada kation-kation limbah yang seharusnya bisa
saat pH mencapai optimum terjadi perubahan terserap ke dalam butir-butir endapan menjadi
muatan elektrik inti endapan dari positif ke terlepas.
negatif dan kation-kation limbah tidak lagi
terdifusi ke dalam inti endapan melainkan Dengan pengadukan cepat akan terbentuk
terserap ke lapisan penahan. butir-butir endapan dalam bentuk koloid yang
halus (flok), sedang dengan kecepatan
Pada pH yang lebih tinggj, FD dan EP pengadukan lambat apabila masih ada partikei-
cenderung turun kembali, karena konsentrasi partikel limbah yang melayang dapat diserap
ion OH' yang berlebih akan menempati lapisan oleh inti flok tersebut (Gambar 5).
difusi butir endapan yang akan mempertebal
lapisan difusi tersebut, sehingga akan Dari beberapa penelitian dan kajian yang
mempersulit kation-kation limbah untuk masuk telah dilakukan juga menunjukkan adanya
ke dalam lapisan penahan. Prinsip yang pengaruh lama pengadukan terhadap hasil
digunakan pada pengolahan iimbah radioaktif pengolahan limbah. Semakin lama pengadukan
dengan metode pengendapan kimia ini adalah awal (cepat) maka FD dan EP semakin besar,
mekanisme koagulasi flokulasi dan kopresipitasi, sampai didapatkan lama pengadukan yang
sehingga jumlah koagulan sangatlah optimum yang memberikan harga FD dan EP
berpengaruh terhadap hasil pengolahan. maksimal. Jika pengadukan semakin lama,
Semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan harga FD dan EP cenderung turun, karena
maka faktor dekontaminasi (FD) dan efisiensi makin lama pengadukan menyebabkan inti
pemisahan (EP) yang diperoleh juga makin endapan (flok) yang telah terbentuk pecah
tinggi. Dalam hal ini proses pembentukan inti kembali, sehingga daya serapnya terhadap
dan pertumbuhan inti endapan Fe(OH)3 terjadi kation-kation limbah U dan transuranium
bersama-sama, sehingga baik muatan positif inti menurun, yang mengakibatkan turunnya harga
endapan maupun luas permukaan lapisan FD dan EP (Gambar 6).
penahan semakin bertambah dengan
meningkatnya jumlah FeCI3yang ditambahkan. Seteiah pengadukan cepat dilanjutkan
Pada saat konsentrasi FeCI3 mencapai pengadukan lambat. Harga FD dan EP
optimum, proses pembentukan dan meningkat dengan bertambahnya lama
pertumbuhan inti mencapai maksimal dan pada pengadukan lambat, karena dengan
penambahan konsentrasi FeCl3, ukuran butir bertambahnya lama pengadukan menyebabkan
endapan akan berkurang (Gambar 3). Pada kebolehjadian kontak antara kation-kation
penggunaan FeCI3 yang beriebihan meskipun limbah U dan transuranium dengan flok Fe(OH)3
jumlah butir inti endapan semakin banyak tetapi bertambah besar. Hal ini berlangsung hingga
ukuran butir lebih kecil, sehingga daya serapnya kebolehjadian kontak antara kation-kation
terhadap kation-kation limbah transuranium dan limbah dengan flok Fe(OH)3 tersebut menjadi
U lebih rendah. Hal ini sesuai dengan yang optimum. Bila pengadukan lambat diperlama,
dikatakan Von Weiman bahwa pada umumnya maka kation-kation limbah U dan transuranium
ukuran partikel akan bertambah hingga yang telah terserap ke dalam flok Fe(OH)3 akan
mencapai maksimum dan kemudian kembali lepas kembali sehingga harga FD dan EP
berkurang jika jumlah reagen terus ditingkatkan. cenderung turun (Gambar 7).

Dari beberapa penelitian dan kajian SIMPULAN


menunjukkan adanya pengaruh kecepatan
pengadukan terhadap hasil pengolahan. Harga 1. Pada pembentukan flok ferri hidroksida,
FD dan EP semakin besar sesuai dengan kation-kation logam polivalen akan
naiknya kecepatan pengadukan cepat, sampai terkopresipitasi dengan cara terserap ke
mencapai harga yang optimum. Jika kecepatan dalam flok endapan, sedangkan pada
pengadukan diperbesar, harga FD justru koagulasi senyawa ferri hidroksida diduga
menurun (Gambar 4). Sebab jika kecepatan terjadi pembentukan kelompok kritik

305
Presiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II ISSN 1410-1998
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

2. (Fe3+(OH")3)n. Ukuran dan muatan elektrik pengolahan, jumlah koagulan, kecepatan


partikel primer inti endapan sangat pengadukan dan lama pengadukan.
dipengaruhi terutama oleh konsentrasi ion
dan pH larutan. Endapan Fe(OH)3 DAFTAR PUSTAKA
bermuatan positif pada saat kelebihan FeCI3
dan bermuatan negatif pada saat kelebihan [1] BENEDICT, M., PIGFORD, T.H. and LEVI,
NaOH. Ini berarti serapan pada lapisan H.W., "Nuclear Chemical Engineering",
sekunder butir terdispersi cenderung Second Edition, Me. Graw Hill Co., 1981.
menyebabkan kopresipitasi anion pada pH [2] CARLEY-MACAULY, K.W., etal.,
rendah dan kation pada pH tinggi, sehingga "Radioactive Waste : Advanced
U sisa dan unsur-unsur transuranium yang Management Methods for Medium Active
berada dalam limbah lebih banyak berada Liquid Waste", Vol.1, Comission of the
dalam bentuk kation. Proses pembentukan European Communities, Brussels &
inti dan pertumbuhan inti endapan Fe(OH)3 Luxemburg, 1981.
terjadi bersama-sama, sehingga baik [3] IAEA, "Treatment of Low and Intermediate
muatan positif inti endapan maupun luas Level Radioactive Waste Concentrates",
permukaan lapisan penahan semakin besar IAEA, Vienna, Austria, 1968.
dengan meningkatnya jumlah FeCI3 Pada [4] JOHANNES, H., "Kimia Koloid dan Kimia
saat konsentrasi FeCI3 mencapai optimum, Permukaan", Universitas Gadjah Mada,
proses pembentukan dan pertumbuhan inti Yogyakarta, 1974.
mencapai maksimal dan pada penambahan [5] RONODIRDJO, S., "Diktat Kuliah
konsentrasi FeCI3l ukuran butir endapan Pengolahan Sampah Radioaktif, Jurusan
akan berkurang. Pada penggunaan FeCI3 Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, UGM,
yang berlebihan, meskipun jumlah butir inti Yogyakarta, 1987.
endapan semakin banyak, tetapi ukuran [6] BIRMANO, M.D., "Pengolahan Awal Limbah
butir lebih kecil, sehingga daya serapnya Radioaktif Cair yang Mengandung Uranium
terhadap kation-kation limbah transuranium dan Amerisium dengan Metode
dan U lebih rendah. Dengan diketahuinya Pengendapan Kimia", Skripsi, Jurusan
aktivitas limbah awal dan beningan maka Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, UGM,
dapat dihitung faktor dekontaminasi dan Yogyakarta, 1993.
efisiensi pemisahannya. [7] NEWJEC, Inc., "Final Feasibility Study
3. Variabel-variabel yang sangat berpengaruh Report of the First Nuclear Power Plants at
dalam pengolahan limbah cair dengan Muria Peninsula Region, Central Java",
metode pengendapan kimia adalah : pH Jakarta, 1993.

306
LAMPIRAN CO

Tabel 1. Bahan Bakar Bekas Yang Dihasilkan dari PLTN

<o
00
600 Mwe 900 - 1000 MWe Advanced Type

Type, Vendor PWR PHWR PWR BWR PHWR AP600 [JSBWR CANDU 3
MHI/W NPI AECL MHI/W NPI NPI GE AECL WH GE AECL
H (Siem.) H (Siem.) (Fram.)
Net Electrical Output (1) 615 646 638 866 1060 994 952 881 631 635 432
[Mwe]
Fuel Cycle Length (2) 10.6 11.6 12 11 11.6 11 17.3 12 15.3 22.2 12
[ EFPM ]
Average Discharge 41.1 45.3 7.5 42.2 45.2 47.7 38.4 6.5 40.7 38.2 6.5
Burn-up (3) [ G W D / M t U ]
for 1 Fuel
Cycle 14.8 14.8 112 20.3 24.0 20.3 39.7 174 22.1 35.4 89.5 1}
Operation (4)
Generate for Average 1
d Spent Year 13.4 12.2 89.6 17.7 19.9 17.7 22.0 139.2 13.9 15.3 71.6
Fuel Operation (5)
(MtU) 1
for10 J Gwh * S3"

Generation 3.1 2.7 20.0 2.9 2.7 2.5 3.3 22.6 3.1 3.4 23.7
(6)

Note: <p CD
(1), (2),, (3), (4) : Source "Fuel Cycle Evaluation" (INPB-D-002)
(5) = (4)/{(2)/12x1/0.8} (80% capacity factor}
(6) = (4) /{(1)x(2)/12x8760/1000000}
3
EFPM = Effective Full Power Month
Data diambil dari "Feasibility Study Report, INPB-REP-3, NEWJEC, Inc., 1993" ?
Prosiding Pesentasi llmiah DaurBahan Bakar Nuklir II
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996 ISSN 1410-1998

13*.

114.

LM.
All
' i1
- 1,' ' '
A f '
aa
/ i V 11 -i .A
it

f i j j i s i J i 1 i I'I JJ -1 ^
r

2- GrftftH Hubun^art i tcrhaijfl^ Paklor DkantajiMn#fti

3 i!ll ''I

J i liT !

r n
A Ji I

^A
:
. i

i
f.\i-:nt '7f-ii

0?<nbar 3. Grafik HiJbUngn Jumlali Koagulan Forri Klnridfl (erhartap Faktor DflkpntamiirtCl

308
ISSN 1410-1998 Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II
PE8N-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

J Q LliyUh eixfuran sr.Mi i u i S

A
. SI,
I

/ .'
1
f /
/
L-7
\\

si ite iso i4s ih \ki i?S l it lii bit

! .:. 1
I

'V .' i
>' i

!
1 "l ! i
{ y i i

H i
V -U '-I
j

4
/A
i
1
i
jt
Y ,!H
'..
- i
i

wV" i
I/ i

i s :* sa

i. Grafik Hbbunflan Kccppatin VangaJuKan l,ambal lertipdap FiKtor DrkomUminas

309
Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996 ISSN 1410-1998

111.

LJ3L

m. i .

1!
V

! /"
! *'J j 1; ', \\
J .',
f I r| :
:s ' .' '
' ' ! i :

- i y i
< i
* -4 I
' - 1
^
n /s , 't

-* *

H ; 2 i -I 5 j. Ji n i> IJ

Garnbar 4. Png*dulmn CP4>t tcrlia-Jap F-aistDr [>eHontani|i*si

Jli-

:zaJ I
i. Limit* U
J I 1
5 LIKJU>. i
I

: 1, i

5-''

s*;

1 *> *

310
ISSN 1410-1998 Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir i!
PEBN-BATAN Jakarta, 19-20 Nopember 1996

TANYA JAWAB

1. Prayitno - koagulasi dengan terminiu dengan


Mohon penjelasan bagaimana terjadinya menam-bahkan tawas AI2(SO4)3
proses koagulasi-flokulasi dan terangkan - koagulasi dengan fospat dengan
mekanisme reaksinya secara kimia dan fisik. menambah NaOH dan Na3PO4
Jelaskan bagaimana pengaruh pengemban - pengendapan dengan senyawa sianida.
terhadap FD dan EP. Endapan (sludge) yang dihasilkan diproses
lanjut dengan cara proses sementasi,
Arief Heru Kuncoro bituminasi atau vitrifikasi.
Penjelasan proses koagulasi-flokulasi dapat
dilihat pada subbab II.1.1 di dalam makalah 5. M. Setyadji
dan mekanisme reaksinya secara kimia dan Mohon penjelasan mengapa terjadi
fisik dapat pula dilihat pada Bab III hasil penurunan ukuran butir endapan bila
kajian di dalam makalah. penambahan FeCI3 berlebihan dengan
kecepatan pengadukan tetap.
2. Fathurrachman
Jelaskan limbah yang mana yang sudah Arief Heru Kuncoro
dikaji untuk di koagulasi dengan FeCI. Apabila waktu pengadukan yang optimum
dilampaui, maka makin lama waktu
Arief Heru Kuncoro pengadukan akan menyebabkan inti
Limbah yang telah dilakukan pengkajian endapan yang telah terbentuk pecah
adalah limbah hasil olah ulang dengan kembali. Hal ini mengakibatkan daya serap
aktivitas rendah (LLW). terhadap kation-kation limbah U menjadi
menurun, sehingga harga FD dan EP
3. Susilaningtyas menurun. Selain itu, penggunaan FeCI3 yang
Mohon penjelasan mengapa dipilih FeCI3 berlebihan menyebabkan jumlah butir inti
sebagai pereaksi pengendap dan NaOH endapan semakin banyak, namun demikian
sebagai pasangan pembentuk pengendap. ukuran butirnya relatif lebih kecil, dan hal ini
mengakibatkan daya serapnya menurun.
Arief Heru Kuncoro
FeCI3 hanya merupakan salah satu opsi 6. Maniar
penelitian/kajian, sedangkan NaOH dipilih Jelaskan bagaimana pengaruh kecepatan
sebagai pasangan pembentuk endapan dan lama pengadukan terhadap
karena mudah diperoleh, harganya murah pembentukan endapan.
dan NaOH dapat berfungsi pula
meningkatkan harga pH. Arief Heru Kuncoro
Harga FD dan EP semakin besar sesuai
4. Harmin. M dengan meningkatnya kecepatan
Mengapa tidak menambah bahan kimia lain, pengadukan hingga mencapai narga
seperti Fe(SO4) atau AI(SO4) untuk optimum. Apabila kecepatan tersebut
mempercepat proses pengendapan. semakin meningkat, maka harga FD akan
Mohon penjelasan, bagaimana proses menjadi menurun. Hal ini terjadi karena
selanjutnya terhadap endapan [sludge) yang waktu kontak antara kation-kation limbah U
terbentuk. dengan butir-butir endapan menjadi semakin
kecil, sehingga kation-kation limbah tersebut
Arief Heru Kuncoro yang seharusnya dapat terserap ke dalam
Pemilihan bahan pengendap FeCI3 hanya butir-butir endapan menjadi terlepas. Apabila
merupakan salah satu opsi penelitian. selain waktu pengadukan semakin lama, maka
itu, proses pengendapan kimia dapat harga FD dan EP menjadi semakin besar
dilakukan dengan cara sebagai berikut: hingga harga maksimal. Hal ini terjadi pada
- proses soda kapur dengan menambah saat pengadukan awal.
CaCO3 danCa(OH)2

311

Anda mungkin juga menyukai