Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA


DI KABUPATEN JEMBER
Sfudl Kasus pada Pedagang Garmen

FACTORS AFFECTING /IVCOMES OF INFORMAT SECTOR


IN DISTRICT JEMBER
Case Study on Garment Traders

Oleh : Sugiantono A.R.

The role of street hawkers contribute greatly to the abundant employment and
overcome poverty. But so far faced limited access fo resources to ensure its survival, The
question is how far vendors attempt to provide the economic welfare of fishermen families.
Research conducted on street vendors, especially garment traders in Jember is concluded
that: (1) the factors that affect the income of street vendors is the number of dependent
family members and the amount of venture capital. Revenues trade sidewalk to meet
minimum living needs (KHM) household,

Keywords : informalsector - income - household welfare

1. Pendahuluan
, Peranan pedagang kaki lima sebagai pengusaha mikro dalam perekonomian nasional
lndonesia tidak diragukan, terutama kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja
yang melimpah, dan kontribusinya dalam mengatasi kemisktnan. Pada tahun '1997
menlelang ierjadinya krisis ekonomi di lndonesia, tercatat 241.169 unit usaha kecil Can
2.610 693 usaha industrr rumah tangga yang tergolong mikro. Masing-masinE menyerap
tenaga keria 2A77 298 dan 4.275.424 orang pekei"la Jumlah tersebui belum termasuk
usaha mikro yang bergerak disektor pertanian sebanyak 21,21u\a unit usaha dan sektor
perdagangan 5,8 luta unit usaha. Bila dibandingkan dengan usaha besar dan menengah
yang hanya 22.386 unrt usaha dengan 2.077.AgB tenaga kerja yang terserap, maka usaha
mikro tidak nanya mempunyai peranan besar terhaclap ekonomi nasionai, tetapi jrga
berperan menjaga kestabilan sosial politik di lncionesia karena banyak menyerap,ienaga
kerja yang tidak dapat disediakan lapangan kerjanya oleh pemerintah lBPS 1998)
Akan tetapi peran strategis pedagang kaki lima yang tergolong mikro seperti
dideskripsikan di atas, selama ini menghadapi keterbatasan akses terhadap sumberdaya
untuk menjamin kelangsungan usahanya Betapa pun demikian dengan tanpa fasilitas
para pelaku pedagang kaki lima harus berjuang dalam pertarungan pasar bebas dengan
para pengusaha menengah dan besar yang ironisnya justru mendapatkan banyak
proteksi dan kemudahan untuk akses terhadap sumber daya usahanya Kondisi demikian
tidak terkecuali seperti yang terjadi pada pedagang garmen kaki lima di Kabupaten
Jember. Perlanyaannya adalah faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan
pedagang garmen kaki lima di Kabupaten Jember?. Sampai seberapa besar pendapatan
tersebut memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup ekonomi rumah tangga
pedagang garmen kaki lima di Kabupaten Jember?.
tr:

2. Tujuan ;;;.;;,t, serins kita mendensar sektor


Jawaban pertanyaan tersebut mempunyai arti
'.;;t;;
ini sebagai penyangga perekonomian rakyat kecil.
penting karena akan membuka cakrawala berpikir Namun sambutan pemerintah sertng membuat
berbagai pihak tentang keberadaan pedagang kaki mereka harus disingkirkan, padahal keberadaan
lima. Terutama orientasi pemerintah dan beberapa mereka adalah akibat kemiskinan yang semakin hari
ahli pembangunan ekonomi yang selama ini hanya semakin berlambah dan sebenamya ini merupakan
berpijak pada pertumbuhan yang lebih kegagalan pernerintah dalam menyediakan
mementingkan pengusaha besar dan ternyata lapangan pekerjaan.
berdampak pada krisis ekonomi karena kurang Meskipun keberadaan sektor informal seolah
memperhatikan aspek pemerataannya. Secara terabaikan dalam pembuatan kebijakan
spesifik tulisan ini bertujuan; (1) mengidentifikasi pembangunan ekonomi, namun banyak studi yang
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan membuktikan bahwa sektor ini memberi kontribusi
pedagang garmen pada pedagang kaki lima di yang berarti bagi perekonomian nasional. Soeratno
Kabupaten Jember, (2) mengetahui kontribusi (2000) mengungkapkan bahwa, selain berperan
pendapatan pedagang kaki lima tersebut terhadap sebagai solusi alternatif untuk menanggulangi
kelangsungan hidup ekonomi rumah tangga, dan (3) masalah ketenagakerjaan, sektor informal juga
merumuskan bentuk pelayanan yang dibutuhkan memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi
pedagang kaki lima
untuk meningkatkan masyarakat.
pendapatannya. Sebagian angkatan kerya, khususnya yang
Fokus tulisan inimengkaji masalah sedang mencari pekerjaan, senantiasa dituntut
ketenagakerjaan di Kabupaten Jember, khususnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga jika
pedagang kaki lima dengan komoditas garmen. tidak bekerja merupakan tantangan bagi mereka.
di Kabupaten
Tumbuhnya pedagang kaki lima Altematif untuk menghadapi tantangan tersebut
Jember yang cenderung tidak ierkendali adalah keluar dari pasar keqa yang ada dan
mengindikasikan bahwa usaha pedagang kaki lima menciptakan lapangan kerja sendiri, misalnya
menjanjikan bagi masyarakat dalam memenuhi memasuki sektor informal sebagai pilihan. Lebih
kebutuhan ekonomi rumah tangga. Kajian hanya lanjut mengenai sektor informal menurut Hidayat
dibatasi pada persoalan faktor-faktor yang (1983) adalah sektor yang mempunyai peranan
mempengaruhi pendapatan dan kontribusinya pada sosial dan ekonomi yang cukup strategis dalam pola
terpenuhinya kebutuhan ekonomi rumah tangga. pernbangunan nasional lndonesia
3. Sektor lnformal dan Pedagang Kaki Lima iVunculnya sektor informal metrberi manfaat
Kegiatan usaha dibagi menjadi kegiatan usaha di ekonomt dan sosial bagi masyarakat, Menurut
sektor formal dan sektor informal, Sektor formal Parsudi Suparlan seperli dikutip oleh Gianawati
merupakan sektor kegiatan ekonomi yang memiliki (1992), munculnya sektor inforntal karena (1)
struktur formai dan aturan-aturan yang ketat. Sektor membutuhkan pendapatan tambahan karena
informal merupakan ienis pekerjaan yang diciptakan pendapatan yang diperoieh melalui pekeriaannya itu
sendiri oleh pelaKunya. Meskipun sektor formal lebih i'endah, (2) tidak ada altenratif lain untuk
banyak jumlahnya dan terbuka untuk semua orang, memperoleh pendapatan, karena tidak mempunyai
tetapi kesempatan kerja ini membutuhkan pekerlaan tetap atau menganggur, (3) secara
syaralsyarat ketrampilan khusus yang tidak dimiliki budaya telah dididik dan diorrentaslkan untuk
oteh sebagian besar pencari kerja. Artinya. menjadi pedagang, tapi karena modal yang dimiliki
kemampuan dan ketrampilan pencari kerja sering kecil, maka altematif yang dilakukan adalah menjadi
tidak sesuai dengan tuntutan dari sektor formal pada pedagang kaki lima, (4) konsumen yang rendah taraf
umumnya. kehidupan ekonominya, juga membutuhkan barang
Seiring dengan terjadinya krisis yang melanda kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya rendah, dan
lndonesia semenjak pertengahan tahun 1997, (5) kebutuhan konsumen dikota-kota untuk ialan
jumlah sektor informal juga menrngkat. Hanya sektor atau untuk makan di luar rumah. Jadi sektor informal
ini yang bisa dimasuki oleh sernua lapisan mempunyai peran penting dalam rangka memenuhi

ill_
7

. );41 , "r'.:
vtt u\!l;J i
: r.,r'1 ,.
^ :. : "

kebutuhan konsumen yang membutuhkan. Dalam dan jasa untuk ditawarkan di tempat umum,
arti sebenarnya, di satu sisi sektor informal itu khususnya dijalanan dan trotoar". Sedangkan
dibutuhkan, walaupun di sisi yang lain banyak menurut Subagarta (1977) mengatakan, "pedagang
menimbulkan masalah. kaki lima merupakan bagian sektor informal yang
Sektor informal yang mempunyai potensi untuk berjualan ditempat umum seperti tepi jalan,
menanggulangi masalah lapangan pekerjaan akibat taman{aman, emper toko dan pasar tanpa ijin
meluapnva pengangguran dan beban ekonorni yang pemerintah".
sulit sepe(i saat ini maka sektor informal lebih Pendapat Poenvadarminto (1995), menyatakan
banyak menjadi pilihan dari pencari kerja, karena bahwa pedagang kaki lima adalah "orang yang
sektor informal lebih banyak menyediakan alternatif berdagang (dagangan yang dijual tidak banyak)".
berbagai jenis pekerjaan. Bidang usahanya pada Jadi menurut pendapat di atas dapat disimpulkan
umumnya disemua bidang seperti transportasi, bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang
pertanian, konstruksi bangunan, perindustrian dan kecil-kecilan yang berdagang di tempat umum
sebagainya. seperti di badan-badan jalan, trotoar dan di
Beragamnya sektor informal dan variasi yang taman{aman serta berdagang dengan modal kecil
bermacam-macam, dalam penyediaan jenis dan ala kadamya. Sebagai bagian dari sektor
pekerjaan, para ahli belum dapat memecahkan informal, pedagang kaki lima mempunyai ciri dan
masalah definisi, namun hanya sebatas karakteristik sendiri. Soeratno mengutip pendapat
merumuskan ciri-cirr sektor informal. Menurut Kartini (2000) mengungkapkan; (1) sesuai dengan
Breman dikutip oleh Manning dan Effendi (1996) istilah pedagang kaki lrma, kelompok ini merupakan
sektor informal memiliki ciri-ciri; padat karya, tingkat pedagang, kadang-kadang mereka juga
produkdidikan rendah, pelanggan yang sedikit dan memproduksi barang atau menyelenggarakan
brasanya miskin, tingkat pendidikan formal rendah, jasa-jasa yang sekaligus dijual kepada konsumen,
penggunaan teknologi menengah, sebagian besar (2)perkataan "kaki lima" mempunyai konotasi
pekerja keluarga dan merupakan usaha keluarga, bahwa mereka umumnya menjajakan barang
kurangnya dukungan dan pengakuan dari dagangan dengan gelaran tikar di pinggir jalan atau
pemerintah. Secara lebih operasional, Soewarno, di muka toko{oko yang dianggap strategis,
(1991) membagi sektor informal kelapangan mempergunakan meja atau kereta dorong maupun
pekerjaan yang lebih rinci yaitu (1) anEkutan; kios-kios kecil, (3) umumnya menlajakan
mrsalnya penarik becak delman dan gerobak (2) bahan-bahan makanan, minuman dan barang
perdagangan misalnya pedagang kaki lima. konsumsi Iainnya (4) umumnya bermodal kecil
makanan. dan barang bekas. (3) industri bahkan tidak jarang mereka hanya merupakan alat
pengolahan: misalnya pembuat makanan dan bagi pemilik modal. dengan mendapatkan sekedar
minuman industri kayu dan bahan bangunan. (4) komisi sebagai imbalan dari lerih payahnya. (5)
jasa misalnya tukang lahil reparasi arloli radio dan merupakan kelompok marjinai, bahkan ada yang
motor (5) bangunan, misalnya tukang teraso, iermasuk keiompok sub marginai (6) umumnya
tukang besi. tukang kayu dan lain-lain. kualitas barang yang diperdagangkan relatif rendah
Pedagang kaki Iinra merupakan salah satu atau tidak ada standar barang yang
pekerja sektor informal dalam bidang perdagangan diperdagangkan (7) volume atau omzet penjualan
Seperli sektor informal lain, pedagang kaki lima para pedagang kaki lima relatif kecil. (B) pembeii
mempunyai berbagai keterbatasan, diantaranya urnumnya berdaya beli rendah, (9) kasus dimana
keterbatasan modal, dan lokasi yang permanen pedagang kaki lima naik status mejadi peCaEang
(rawan gusuran) Diungkapkan juga oleh Mc.Gee besar relatif langka, (10) pada umumnya merupakan
dan Y M Young yang dikutuip oleh Affandi (1989), usaha keluarga dirnana seluruh anggota keluarga
pedagang kaki lima adalah "Ihe people who offers membantu usaha tersebut, (11) ada kecenciei"ungan
goods, or service for sale fi-oin public place, usaha tersebut bersifat "one inan enlerprise", (12)
primarilly slreels and pavenient ", yang artinya tawar menawar antara penjual dan pembeli
antata lain "orang yang menawarkan barang-barang merupakan cirikhas usaha pedagang kaki lima, (13)
#il:lI r,,:l;.:ijl*:':irr': i'lt l\.i.i

sebaglan pedagang kaki lima menjalankan usaha dan sekitarnya. Terutama di wilayah kota, selain
secara penuh atau jam dan waktu kerja pedagang menjadi pusat pendidikan, banyak sentra-sentra
kaki lima tidak menunjukkan pola yang tetap, dan perdagangan bermunculan. Pada tahun 2000,
(14) pada pedagang kaki Iima mempunyai liwa kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB
"enterpreneurship" yang kuat, walaupun faktor saling sebesar 16,40 persen. Satu tahun kemudian (tahun
meniru usaha pedagang lain yang berhasil, 2001) meningkat menjadi 16,50 persen.
dilakukan secara lntensif Berkembangnya sektor perdagangan didukung
Syaharudin (1988) mengatakan keberhasilan oleh jumlah penduduk yang relatif besar
seorang pedagang dipengaruhi oleh beberapa dibandingkan daerah lain di lndonesia. Pada tahun
faktor, yaltu lokasi penjualan, jenis dan kualitas 2000, penduduk Kabupaten Jember sebesar
barang, cara menjual dan ramai tidaknya 2.187 .657 jiwa. Dibandingkan 10 tahun sebelumnya,
konsumen", Selain itu Kotler dan Amstrong (1997) dalam rentang tahun '1990-2000 rata-rata
mengatakan, keputusan pemasaran amat di pertumbuhan penduduk Kabupaten Jember per
pengaruhi oleh perkembangan dalam lingkungan tahun sebesar 0,61 persen. Pertumbuhan penduduk
politik. Lingkungan politrk terdiri dan undang-undang, tersebut selain disebabkan karena faktor alamiah
kantor pernerintah, tekanan kelompok yang seperti kelahiran dan kematian, tetapi juga karena
mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi migrasi masuk yang lebih besar dibanding migrasi
dan individual dalam suatu masyarakat. keluar. Besarnya migrasi masuk selain karena
Tempat atau lokasi berdagang sangat Kabupaten Jember mempunyai peran sebagai pusat
menentukan dalam perdagangan disamping hal-hal periumbuhan ekonomi bagian Timur Propinsi Jawa
yang lain, karena ini akan menyangkut kemudahan Timur, juga karena keberadaan beberapa perguruan
pembeli dalam mencarr barang yang diinginkannya tinggi yang menarik penduduk daerah sekitarnya
Menurut Mc.Gee dan Yeung dalam Ahmad (1998) untuk mengikuti pendididikan di Jember. Hal ini
mengatakan lokasi adalah tempat yang memiliki nilai dapat dilihat dari besarnya tingkat pertumbuhan
tedentu (ekonomis) bagi pedagang terhadap penduduk di Kecamatan Sumbersari dibanding
lalu-lalang orang-orang yang melintasi. Pedagang tingkat pertumbuhan penduduk di kecamatan latn.
kaki lima akan selalu mencari atau menempati lokasi Pada tahun 1980-'1990, pertumbuhan penduduk
yang dianggap menguntungkan, strategisi dekat Kecamatan Sumbersari sebesar 3,65 persen per
dengan pusat perbelanjaan dan pusat keranraian, tahun, dan turun menjadi 1 27 persen pada rentang
yaitu lalu lintas pejalan kaki. Tuluannya untuk tahun 1990-2000 Sementara pertumbuhan
menarrk minat pembeli serla rnerath keuntungan, penduduk di Kecamatan lain di bawah 1,0 persen Di
Kebanyakan pedagang kakl iima cenderung mernllih sisi lain sebagai bagian dari wilayah perkotaan,
tempat yang dilalui orang seperti trotoar jalan untuk Kecamatan Sumbersari mempunyai tingkat
memLidahkan orang melihat barang yang kepadatan tinggi Pada tabel 1 terlihal bahwa tingkat
drperdagangkannya Berjiralan di trotoar tidak kepadatan penduduk di wilayah kecamaian
dikenakan palak hanya dipLrngutsediktt uang untuk pen<ctaan jauh lebih besar dibandingkan dengan
kebersihan dan pemeliharaan tempat umum wriayah kecamatan di perdesaan, Faktor
Tempat yang slrategis seperli ini akan memudahkan penyebabnya selain wilayah kecamatan perkotaan
bagi pembeli Pembeli tidak harus mengeluarkan penduduknya lebih besar jumlahnya luga karena
uang lagi untuk mendapatkan barang yang luas wilayah perkotaan jauh lebih sempit bila
diinginkannya dibandingkan luas wilayah kecamatan perdesaan.
4. Deskripsi Kabupaten jember Kecamatan Kaliwates dengan luas wilayah 24,94
Kabupaten Jember secara admtnistratif km', jumlah penduduk 95.177 yiwa, maka tingkat
merupakan bagian dari Propinsi Jawa Timur, kepadatan penduduk mencapai 3.816,24 jiwa per
tepatnya terletak di Jawa Timur bagian Timur. km'. Sementara di Kecamatan Sumbersari dengan
Sebagai pusat pembangunan bagian Timur Jawa wilayah lebih luas (37,05 km'), meskipun
Timur, Kabupaten Jember menjadi pusat penduduknya lebih banyak (110.785 jiwa), tingkat
pertumbuhan ekonomi wiiayah Karisidenan Besuki kepadatan penduduknya lebih rendah

.:

z,lti
Tabel 1.
Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Jember
menurut wilayah kecamatan.

Kepadatan
No Kecamatan Luas (km2) Penduduk (..../km2)
1 I(encong 10.11 64,126 922.42
2 Gumuk Mas 82.96 76,418 921.14
--) Puger 149.00 106,832 116.99
4 Wuluhan 131.19 110,656 806.59
5 Ambulu 104.56 101,272 968.55
6 Tempurejo 524.46 61,819 129.31

No
7 Silo
Kecamatan
,|ffi,
309.99
Penduduk
91,558
i::ffi'#
305.04
8 Mayang 63.19 44,182 692.62
9 Mumbulsari 95.1 3 \6 ;)'7 594.21
10 .Tenggawah 51 .02 16.923 1.501.10
11 Ajung 56.61 68,23 s i,205.35
12 RarnbipLrji 52.80 14,614 t,413.t4
13 Balung 11 .12 14,161 1,580.24
14 Umbulsali 10 52 68,340 969.09
15 Sernboro 40.95 .1 1.954 1,024.52
16 Jombang 50.05 Jg 765 994.31
\7 Sumberbaru 166.i7 96,440 519.61
18 Tanggul 204.48 19.4t3
19 Bangsalsali 175 2e 106.7i7 608.92
20 Panti 160.r 1 5-5"48q 345.27
21 Sukorambi 60.61 i4.954 576.51
l_ Al la\3 ,11.75 ,+0.132 917.30
:) t-]Kllstrt-l t9 tl jq.0l E I.1,11 05
2-1 T(eliset .5_l..+i) riE.l)l5 I .171 .71
l5 l.edokourlro l+6 el -i s.-i96 -199.1 _5

26 Sumbcrjarnbc lls l-5 {< f I I


i99.3 8

21 Sukor.vor-ro ++ (]+ 5 5.729 i.26-s.-t2


28 .le ibuk 65.06 29.663 455.93
29 I(aliwates 24.91 g5 177 3,8 16.2"1
30 Surnbersari 3 7.05 1 10.785 799015
31 Patran_s 37.01 85,08 3 7 7qR ql
Sttmber: tliolah clari .lenber dolon angka tahtnr 2002

Berciasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 laki-laki dan 1 .111 .7 41 penduduk perempuan.
junnlah penduduk Kabupaten Jember sebesar Sebagian besar (74,09%) dari jumlah penduduk
'1
2.187.657 jiwa. terbagi menJadi 075 916 penduduk tersebut adalah penduduk usia kerja atau penduduk
usia 15 tahun ke atas, yang terbagi meniadi Menurut status pekerjaan utamanya, penduduk
1.048.341 penduduk yang termasuk dalam angkatan Kabupaten Jember sebagian besar adalah bekerja
kerja dan 572.422 penduduk bukan angkatan kerja. di sektor informal termasuk pedagang kaki lima di
Penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri dari perkotaan. Secara rinci status pekerjaan penduduk
1.010.339 atau 96,37 persen bekerja, dan sisanya tersebut dapat dilihat ditabel 2.
sedang mencari pekerjaan atau menganggur.
Tabel 2.
Penduduk Kabupaten Jember berdasarkan status pekerjaan tahun 2002

Status Pekerjaan lJtama perkotaan perdesaan Dg5a *Kota


I . Berusaha serrdiri 63.454 1 40.1 59 203.6\3
2. Berusaha dng buruh tdk tetap 39.034 1.33.612 112.706

3. Berusaha dibantu burul.r tetap 20.462 15.9t3 66.315


4. B uluh.'kely31v311/pegarvai 68.9 i4 140.1 58 209.072
5. Pekerja bebrs di peltlnian s3.340 156.301 209.641
6. Pekerja bebas non-peltanian 28.378 91.016 119.394
7. Pekelja tidak dibayar' 213.582 101.219 980.801
Sunber: .lenber dalam cmgka 2002

Berdasarkan tabel 2, pekerja sektor informal di 10 Ahmad Yani 38


1 I Trunojol,o 50
Kabupaten Jember menduduki porsi paling besar, 12 Panglima Besar Suclirtnan JO
yaitu sebesar 78,68 persen. Dari proporsi pekerja 13 Lctnan Jcnclral Suprapto 57
sektor informal tersebut, 26,52 persen ada di l4 D1,ah l'italoka ,11

perkotaan. Umumnya mereka yang bekerla di pusat l5 Lrtn:rn JutlLlrlI Prn jrit.rrr 20

perkotaan bekerja di sektor perdagangan sekitar Total 634

daerah pust-pusat perbelanjaan sebagai pedagang


Srntber: Pol PP Kabtqtatett
.la nrber.l cntber tn h un 200 5
kaki lima. Menurut Kepala Seksi Penerangan dan
Pengembangan Pol PP Kabupaten Jember. pada
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
tahun 2005 jumlah pedagang kaki lima sebanyak
Pendapatan PKL Garmen
634 unit tersebar di 15 lokasi seperti terlihat di tabel
3,
Untuk mengetahui faktor-faktor yang

Tabel 3.
mempengaruhi pendapatan pedagang pedagang
Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Jember tahun lina galnen di KabLrpaten Jentirer digunakan
kal.li
200 5. anaiisis regresi berganda It/odel regresr yang Cr,lli
No Lokasi / Jalan Jumlah PKL adalanv = a* btXr+ bzXz+ b:Xl+ b+X,r+ blXl+ b.Xe
I i\lun-a1urt ferbina 75 + e, dengan variabel independen umur peoagang
2 Ca.1ah NIacla tl
kaki lima. Jenis kelamin, pendidikan pedagang kaki
Jompo sautpai clcngan Banh
3
l"iaga
.18
lima, status dalam keluarga jumlah anggota
4 J ar,',a 51.) keluarga, modal kerla yang digunakan, sumber
5 Kalimantan 28 modal. Berdasarkan hasil analisis dengan
6 Kartini 26
menggunakan SPSS diperoleh angka-angka regresi
1 Catot Subroto 26
8 Syamanhudi 98 sebagai berikut:
o Untung Suropati 28

ffi ti ;-,,'e"$? i"=:# #+n*ii :xx* +iui,s+# ;*'+=,


7

u/,f It ;51i*1(j"',i;;i. +r.

Tabel 4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan PKL

I(oe siett Stan44


No Y.=aliabel Febas t:,,.hitu4g
,,{!gresi.' error=
1 Jenis kelamin 141,284 60695,816 0,012
2 Umur 1119,622 2247,429 0,498
3 Pendidikan -1212,621 5023,566 -0,253
4 Status dalarn keluarga -29011,9 40369,811 -0,120
5 Jurnlah anggota keluarga 28654,531 1 5856,559 1,907
6 Besar modal yang dikelola 0,02226 0,003 6,958**
Constant 432886,2 1 36336,8 3,lJ 5***
Fr,i, )1 11)
- Lt)\ I L

xf :0,734
Sunber: cliolah dari tlata primer talrun 2005 dan clianalisi,s tlengon Prcgrcun Stutisticul Procluct uncl
Seyice Sctlutions (SPS,S) Versi - I
I

Keterangan bahwa 73,4 persen pendapatan pedagang kaki lima


.) :

signifikan pada tingkat keyakinan 90% (t - tabel diterangkan oleh variabel umur pedagang kaki lima,
= 1,282) jenis kelamin, pendidikan pedagang kaki lima, status
*) signifikan pada tingka{ keyakinan 95% (t - tabel dalam keluarga, jumlah anggota keluarga, dan
= 1,645)
***) signifikan pada tingkat keyakinan 99% (t - tabel besarnya modal kerja yang digunakan, sedangkan
sisanya 6,6 persen diterangkan oleh variabel lain.
= 2,326)
Kemudian standard error of estimate sebesar
107647 .937 yang jauh lebih kecil dari standard
Untuk menetapkan faktor-faktor yang
devtation (1196366,902) maka model regresi lebih
mempengaruhi besarnya pendapatan pedagang kaki
baik dalam berlrndak sebagai prediktor fakior-fakior
lima dilakukan uji statistik dengan dua prosedur
yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki
pengujian. Pertama uli ketepatan model regresi dan
kedua uji asumsi klasik dengan asumsi-asumsi Best
lima Hal ini didukung dengan tabel vanables
Entered/Removed yanq menunlukkan bahwa semua
Linier Unbtasecl Estimator (BLUE) sebagai berikut
variabel inceperden tayak ciimasukkan dalam nioiiei
a Uji ketepatan model
regresi. Tidak ada salu pun variabel indeperden
(1) uji F'
dikeluarkan darr model vang terlrhat pada kolom
Tabel ANOVA pada lampiran hasil analisrs
variables Removed.
regresi. nilai Fr,r adalah sebesar 21,172 dengan
tingkat signifikansi 0 000 (Sig = g.3tt,. Oleh karena
(3) uji'r'
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka
Selanjutnya berdasarkan tabel hasil regresi 4
veriabel independen yaitu jumlah anggota keluarga,
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi
dan modal kerja yang digunakan berpengaruh nyata
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
pedagang kaki lima. Atau dengan kata lain vanabel
terhadap variabel dependen pendapatan
pendapatan pedagang kaki lima pada tingkat
independen secara bersama-sama berpengaruh
kepercayaan 95 dan 99 persen. Artinya, faktor-faktor
terhadap pendapatan pedagang kaki lima
yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki
(2) Uli"P,,'
lima adalah banyaknya anggota keluarga yang
Nilai koefisien diterminasi (R1 pada model
menladi tanggungan dan besarnya modal usaha.
summary di lampiran sebesar 0,734 menjelaskan
;I:!'19t1

7r1:i
I

.:-'ii4)'l : 1*Li..:,{:-"{r"ll.-, .;+

Banyaknya anggota keluarga berpengaruh positif Analisis kesamaan varian variabel independen
terhadap pendapatan pedagang kaki lima' Semakin dilakukan dengan cara yang sama dengan uji

banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan linieritas, yaitu dengan melihat penyebaran nilai-nilai
pedagang kaki lima, semakin besar pendapatan' Hal residuat terhadap nilai-nilai prediksi. Berdasarkan
ini sangat dimungkinkan, karena semakin besar gambar di atas terlihat bahwa penyebaran nilai-nilai
tanggungan, akan semakin memotivasi pedagang iesidual terhadap harga-harga prediksi tidak
kaki lima untuk bekerja. Demikian halnya dengan membentuk pota tertentu (meningkat atau menurun),
besarnya modal usaha berpengaruh positif terhadap sehingga disimpulkan asumsi homoskedasitas
pendapatan pedagang kaki lima. Semakin besar terpenuhi.
modal usaha yang ditanamkan untuk kegiatan (3).
' ' Uji nonmultikorelasi.
berdagang, semakin besar pula pendapatan Korelasi antar variabel independen seperti
pedagang kaki lima. Hal ini juga dimungkan karena terlihat pada tabel Coefficient pada kolom VIF
semakin besar modal yang digunakan akan semakin (Variance lnflation Factor) menunjukkan besarnya
melipatkan keuntungan yang diperoleh' VIF kurang dari 5. Untuk variabel besarnya anggota
b. Ujiasumsi klasik. keluarga yang meniadi tanggungan pedagang kaki
Untuk mendapatkan model yang Best Linier lima dengan variabel independen lain dalam model
tlnbiased Estimator (BLUE), model regresi tersebut sebesar '1,710. Angka VIF tersebut menunjukkan
di atas diuii dengan beberapa prosedur pengujian, bahwa tidak terdapat multikorelasi, sehingga asumsi
yaitu uli
linieritas, uii
homoskedasitas, uii nonmultikorelasi terpenuhi. Demikian halnya dengan
nonmultikorelasi, dan uji normalitas. Oleh karena besarnya modal yang digunakan untuk usaha, VIF
data yang diuii adalah data cross section, maka uii sebesar 0,1706.
nonautokorelasi tidak dilakukan. (4). Ujinormalitas
(1) Ujilinieritas. Asumsi kenormalan dilakukan dengan

Uji kelinieran model yang terbentuk dilakukan menggunakan plot pada gambar 2 di bawah' Pada
melalui plot residual terhadap harga prediksi. Plot gambar tersebut terlihat bahwa titik-titik data
untuk masing-masing variabel independen seperti membentuk pola garis lurus, sehingga asumsi
terlihat pada plot gambar 1 di bawah; kenormalan terPenuhi.

Scatterplot
1.00
Dependent Variable: X1 3

-2

*-
ReE.ession Standatdized Predcted Value 0.00
0.00 1.00
Gambar 1. Uii linieritas

Observed Cum Prob


Pada gambar di atas, ierlihat harga-harga
Gambar 2. Uii normalitas
prediksi dengan harga-harga residual tidak
membentuk pola tertentu seperti parabolik, kubik,
Berdasarkan hasil uji model dan uji asumsi klasik
dan sejenisnya, maka asumsi linieritas untuk kedua
variabel independen terPenuhi. seperti telah dilakukan di atas, model regresi y = a
+ bsXs + boXo memenuhi Best Linier Unbiased
@ Uji homoskedasitas (kesamaan varian)

ii i.- i..,,:.:,,i : illi,:::i i:itl:;i,ir,:, -,i:,: ii,:.::l;iii: i..,iiari:l


::.=ijiit)i,,,,:...

,+: ',* -
M:'ri,
?w , .ij-.:
. ,..:', lI;(:,
:*,...1'1.
-F.
i.. ' '. :

:: r
:-1
# :::l
;::... H...' ,
Estimatar (BLUE). Affnya model tersebut dapat 7. Simpulan
dijadikqn untuk memprediksi faktor yang a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi besarnya pendapatan pedagang kaki pendapatan pedagang garmen pada
lima dengan komoditas garmen di Kabupaten pedagang kaki lima adalah banyaknya
Jember. anggota keluarga yang menjadi tanggungan
dan besarnya modal usaha. Besarnya
6. Kontribusi pendapatan pedagang kaki lima anggota keluarga yang menjadi tanggungan
terhadap kelangsungan hidup ekonomi memotivasi pedagang kaki lima untuk
rumah tangga. memperoleh pendapatan lebih banyak,
sehingga mempengaruhi pendapatan yang
Pendapatan bersih pengusaha pedagang kaki semakin besar. Demikian halnya dengan
lima, terutama pedagang garmen, setiap bulan rata- besarnya modal usaha juga mempengaruhi
rata sebesar Rp.840.000,00. Pendapatan rata-rata terhadap pendapatan pedagang kaki lima
tersebut jauh diatas kebutuhan hidup minimum yang semakin besar pula.
(KHM) di perkotaan Kabupaten Jember sebesar b. Pendapatan dari usaha berdagang kaki lima
Rp.508.999,45. Artinya, kontribusi -pekerjaan dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum
berdagang kaki lima memberikah kesejahteraan (KHM) rumah tangga. Sebagian besar (lebih
ekonomi bagi pedagang kaki lima. Pada tabel 4.5 dari 60%) harnpir dua kali lipat dari KHM
memberikan gambaran distribusi urutan besarnya
pendapatan pedagang kaki lima. Pendapatan Saran
terendah sebesar Rp.525.000,00 dan tertinggi a. Mengingat besarnya manfaat berdagang kaki
Rp.1.500.000,00. Sebagian besar (56,4%) lima, maka usaha tersebut perlu
pedagang kaki lima berpendapatan antara mendapatkan perhatian pemerintah tentang
Rp.750.000,00 hingga Rp.1.000.000,00, dan hanya keberlanjutannya, karena umumnya
1,8 persen yang berpendapatan di atas pedagang kaki lima seringkali melanggar
Rp.1 .250.000,00. peraturan daerah tentang penggunaan untuk
pejalan kaki sebagai tempat berdagang.
Tabel 5. Distribusi pendapatan Pedagang Kaki Artinya, pedagang kaki lima tidak perlu
lima di Kabupaten Jember tahun 2005. dilarang kegiatannya tetapi periu penataan,
Kelas sehingga tidak melanggar peraturan daerah,
tr'rekue Perse Komula
Perrdlptrtirn
(Rp) nsi n tif dan lebih baik dilihat dari segi estetika.
Besarnya pendapatan pedagang kaki lima
500.000 - i 30
30.9 relatif terhadap kebutuhan hidup minimum.
7_s0.000 l .9
perlu perbaikan manajemen usaha melalui
r,i 0.001 J 56
87.3 pelatihan bagi usana oedagang kaki lima
I 000 00() 1 .4
I 000.001 10 Pada dasarnya pedagang kaki ima
6 98,2 menginginkan kejelasan terhadap usahanya.
r 250.000 .9
1.250.001 - 1, 1 00, terutama menyangkut tempat usaha yang
1
1.500.000 8 0 seringkali men;acii persoalan dengan
i0 pemerintah daerah. Oleh karena itu
5
Jumlah 0. pemerintah daerah perlu mencarikan jalan
5
0 keluarnya
Suntltar: Llutu pritner 2005
7

i}{*h : $*5i#***n* ,&.#

DAFTAR PUSTAKA

Biro pusat Statistik, 1998.Inclikcttor IncJtLstri Besar clan Seclang l997,Jakata: BPS Indonesia'

Chotim, Ema Ermawati, 1998. Sangat I(ecil Usaha Kecil Memanfaatkan Kredit Formal, dalarn
Pikiron Rolq'ut,28 Desember 1998'

Mitra, 1996. Manajemen MinimaT, Majalah MitroNo' 6 Tahun II 1996'

Mubyado, 1995. Mereka Harus Dilepaskan dari Tekanan, Tekad Republika 20 Pebruari 1995

prasetiantono, Tony, 1999. dalarn Majalah Mcmctjernen Llsqhav,on Inclonesia No. 05/TH.XXVI[
Mei 1999.

Rachbini, Diidik J., 1999. Kendala Pendanaan Menghantui Sektor Usaha Kecil dalarn Mcialuh
llcLnajenten tJsahsyvan Indonesict No. 05/TH.XXVIII Mei 1999.

Sagir, Suharsono, 1995. Ticlak Mengapa Menurunkan Sedikit Perturnbuhan, Tekad-ReTrublika 6


Pebruari 1995.

;Hi' l,r:i:
.
i.:::aa.!,,^.;' 1 :

fumiYt
a#XE.
-.
, }k.:-r,:
?r::,
:::titi;i: 4::::!:ifr:;
' *a
,4':t*{ '4r,, l''
l' *-'' 't *'i' 'i'{

Anda mungkin juga menyukai