Disusun Oleh :
YAYASAN HAZANAH
2017
SEFALOSPORIN
Sefalosporin termasuk antibiotika beta laktam dengan struktur, khasiat, dan sifat yang
banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
spektrum antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup enterokoki dan kuman-
kuman anaerob.
resisten terhadap penisilinase asal stafilokoki, tetapi tetap tidak efektif terhadap
stafilokoki yang resisten terhadap metisilin.
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan generasi
pertama, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif. Misalnya: H. Influenzae, Pr. mirabilis, E.
coli dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap Ps. Aeruginosa dan enterokokus.
Untuk infeksi saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan
enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob.
3. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umunya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap
kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain
penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif terhadap P. aeruginosa.
Senyawa dari kelompok pertama ini (identik dengan kelompok I) spektrum kerjanya
hampir sama dengan ampisilin akan tetapi senyawa inijuga masih efektif terhadap stafilokokus
yang membentuk penisilinase. Sebaliknya oleh mikroba gram negatif pembentuk -laktamase
akan diinaktivasi.
Termasuk obat dari kelompok III-VII. Obat kelompok III terhadap E. coli, H.
Influenzae, Klebsiella, Neisseria dan Proteus mirabilis lebih berkhasiat daripada sefalosporin
kelompok Iakan tetapi sama seperti kelompok I senyawa ini juga diinaktivasi oleh beberapa -
laktamase. Obat kelompok IV hampir terhadap semua basil gram negatif lebih aktif daripada
sefalosporin kelompok I. Yang resisten adalah Ps. Aeruginosa dan banyak galur dari
Citrobacter, Enterobacter, Proteus vulgaris, dan Serratia. Obat kelompok V bila dibandingkan
dengan senyawa kelompok IV mempunyai spektrum lebih luas. Obat kelompok VI
mempunyai spektrum kerja yang sangat luas dan aktivitas antibakteri yang lebih kuat terhadap
mikroba gram negatif dibandingkan dengan sefalosporin lain.
3. Sefalosporin oral
Spektum kerjanya sangat mirip dengan sefalosporin kelompok I selain itu juga
menghambat H. influenzae. Walaupun demikian kerja antibakterinya lebih kecil daripada kerja
senyawa yang digunakan secara parenteral. Karena itu pada infeksi yang membahayakan jiwa
sefalosporin oral tidak digunakan.
B. Mekanisme sefalosforin
C.Farmakokinetik
Dari sifat farmakokinetiknya, sefalosporin dibedakan dalam dua golongan. Sefaleksin,
sefradin, sefaklor dan sefadroksil yang dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui
saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan secara parenteral. Sefalotin dan sefa
pirin umumnya diberikan secara i.v karena menyebabkan iritasi lokal dan nyeri pada
pemberian i.m.
Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses
sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Karena itu
dosisnya harus dikurangi pada penderita insufisiensi ginjal. Probenesid mengurangi ekskresi
sefalosporin, kecuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin, sefapirin dan sefotaksim
mengalami deasetilasi; metabolit yang aktivitas antimikrobanya lebih rendah juga diekskresi
melalui ginjal.
Sefadezon dan sefazolin digunakan pada pneumonia (primer) dan infeksi luka yang
didapat di luar rumah sakit, pada infeksi yang disbabkan oleh mikroba yang peka terhadap
penisilin G tetapi pasien alergi terhadap penisilin. Sefalosporin kelompok III-V dapat
digunakan pada infeksi bakteri yang parah yang disebabkan oleh stafilokokus atau basil gram
negatif yang resisten (misalnya pada septikopiemia, pada pneumonia sekunder, infeksi luka
dan jaringan yang parah). Sefoksitin juga digunakan untuk terapi infeksi campuran dengan
kuman anaerob (misalnya pada gangren).
Golongan Sefalosporin
Nama Parameter
Sifat Farmakokinetik Implementasi Klinik
Antibiotika Farmakokinetik
Hati-hati
pada wanita
menyusui (4)
ASI, dengan konsentrasi
rendah (3-4%) pada dosis Dapat
tunggal 1g IM atau IV setelah 4- digunakan untuk
6 jam (3) pengobatan
meningitis,
Distribusi CSF ( inflamasi dan tidak).
subdural
Kadar lebih besar pada saat
empyema, dan
inflamasi (3)
intracranial
Dapat menembus plasenta epidural
melalui cairan amnion (3) abscesses (4)
Pregnancy
risk factor: B (2)
Pregnancy risk
factor: B (7)
Hati-hati pada
wanita menyusui (7)
jam.
Untuk bakteri gram negative dan
P. aeruginosa = 0 (5)
Pengaturan dosis disesuaikan dengan parah ringannya penyakit, pada sefalosporin oral
berkisar rata-rata 1-4 g per hari, sedangkan pada sefalosporin yang digunakan secara
parenteral 2-6 atau hingga 12 g per hari.
E. Efek Samping
Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi sekitar 1-4% tetapi
syok anafilaktik jarang terjadi. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan
urtikaria dapat terjadi. Reaksi Coombs sering timbul pada penggunaan sefalosporin dosis
tinggi. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang.
Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, meskipun jauh kurang toksik dibandingkan
dengan aminoglikosida dan polimiksin. Nekrosis ginjal dapat terjadi pada pemberian
sefaloridin 4 g/hari. Sefalosporin lain pada dosis terapi jauh kurang toksik dibandingkan
dengan sefaloridin.
Kerusakan ginjal yang terlihat pada pemakaian sefaloridin, tidak banyak terjadi pada
preparat yang lebih baru. Walaupun pun demikian pada pasien dengan insufisiensi ginjal dan
pada yang membutuhkan dosis tinggi, fungsi ginjal harus selalu dikontrol. Kombinasi dengan
gentamisin atau tobramisin mempermudah terjadinya nefrotoksisitas.
Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena ekskresinya
terutama melalui empedu, sehingga mengganggu flora normal usus. Pemberian sefamandol,
moksalaktam dan sefoperazon bersama dengan minuman beralkohol dapat menimbulkan
reaksi seperti yang ditimbulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi pendarahan hebat
karena hipoprotrombinemia, dan/ atau disfungsi trombosit, khususnya pada pemberian
moksalaktam.
F. Resistensi
Resistensi dapat timbul dengan cepat, maka antibiotika ini sebaiknya jangan digunakan
sembarangan dan dicadangkan untuk infeksi berat. Resistensi silang dengan penisilin pun
dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
Gaya Baru.
Indonesian Pharmacist, 2009. Antibiotika Golongan Sefalosporin, Fluoroquinolon, dan
Aminoglikosida. Available at: http://farmasiindonesia.com/antibiotika-golongan-
sefalosporin-fluoroquinolon-dan-aminoglikosida.html
Medicastore. 2006. Sefalosporin. Available at: http://www.medicastore.com/ apotik_
online/antibiotika/sefalosporin.html
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung : penerbit ITB
Tjay & Kirana. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
www.scribd.com/doc/59931662/cefalosporin