Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEFALOSPORIN

Disusun Oleh :

NURFARIDA A 131 093

VINI FITRIYAH A 141 038

RANTI RAHMAWATI A 141 026

RIAN MUHANI A 141 014

DASAR SINTESIS OBAT

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH

2017
SEFALOSPORIN

Antibiotik turunan sefalosporin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan


untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik ini mempunyai spektrum antibakteri yang luas
dan lebih resisten terhadap -laktamase daripada penisilin. Pasien yang alergi terhadap
penisilin biasanya tahan terhadap antibiotik ini.

Sefalosporin termasuk antibiotika beta laktam dengan struktur, khasiat, dan sifat yang
banyak mirip penisilin, tetapi dengan keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

spektrum antibakterinya lebih luas tetapi tidak mencakup enterokoki dan kuman-
kuman anaerob.
resisten terhadap penisilinase asal stafilokoki, tetapi tetap tidak efektif terhadap
stafilokoki yang resisten terhadap metisilin.

Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada


tahun 1948 oleh Brotzu. Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA:
7-aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin
betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penilisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase.
Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan
menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada berbagai pada posisi 7
cincin betalaktam dhubungkan dengan aktivitas antimikroba, sedangkan substitusi R 2 pada
posisi 3 cincin hidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Struktur
umum sefalosporin yaitu:
Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah
dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase
tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap
kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.

A. Aktivitas Antimikroba dan Penggolongan Sefalosporin

Mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding


sel mikroba dimana yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian
reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin terhadap kuman gram-positif maupun gram-
negatif, tetapi spektrum antimikroba masing-masing derivat bervariasi.

Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang


secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya.

1. Sefalosporin generasi pertama

Secara in vitro memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama efektif terhadap


kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar Staphylacoccus aureus dan
Streptococcus termasuk Str. pyrogenes, Str. viridans, dan Str. pneumonia. Bakteri gram positif
yang juga sensitif ialah Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes dan
Corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap
S. aureus. Mikroba yang resisten ialah strain S. aureus resisten metisilin, S. epidermidis dan
Str. Faecalis.

2. Sefalosporin generasi kedua

Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan generasi
pertama, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif. Misalnya: H. Influenzae, Pr. mirabilis, E.
coli dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap Ps. Aeruginosa dan enterokokus.
Untuk infeksi saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan
enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap kuman anaerob.
3. Sefalosporin generasi ketiga

Golongan ini umunya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap
kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain
penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif terhadap P. aeruginosa.

4. Sefalosporin generasi keempat

Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spektrum aktivitas


lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh beta laktamase.
Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap
generasi ketiga.

Ada juga pembagian sefalosporin menjadi 3 kelompok berdasarkan sifat


farmakokinetik dan farmakodinamik yaitu:

1. Sefalosporin untuk pemakaian parenteral yang stabilitasnya terhadap -laktamase tidak


dipertinggi

Senyawa dari kelompok pertama ini (identik dengan kelompok I) spektrum kerjanya
hampir sama dengan ampisilin akan tetapi senyawa inijuga masih efektif terhadap stafilokokus
yang membentuk penisilinase. Sebaliknya oleh mikroba gram negatif pembentuk -laktamase
akan diinaktivasi.

2. Sefalosporin untuk pemakaian parenteral yang stabilitasnya terhadap -laktamase


dipertinggi

Termasuk obat dari kelompok III-VII. Obat kelompok III terhadap E. coli, H.
Influenzae, Klebsiella, Neisseria dan Proteus mirabilis lebih berkhasiat daripada sefalosporin
kelompok Iakan tetapi sama seperti kelompok I senyawa ini juga diinaktivasi oleh beberapa -
laktamase. Obat kelompok IV hampir terhadap semua basil gram negatif lebih aktif daripada
sefalosporin kelompok I. Yang resisten adalah Ps. Aeruginosa dan banyak galur dari
Citrobacter, Enterobacter, Proteus vulgaris, dan Serratia. Obat kelompok V bila dibandingkan
dengan senyawa kelompok IV mempunyai spektrum lebih luas. Obat kelompok VI
mempunyai spektrum kerja yang sangat luas dan aktivitas antibakteri yang lebih kuat terhadap
mikroba gram negatif dibandingkan dengan sefalosporin lain.

3. Sefalosporin oral

Spektum kerjanya sangat mirip dengan sefalosporin kelompok I selain itu juga
menghambat H. influenzae. Walaupun demikian kerja antibakterinya lebih kecil daripada kerja
senyawa yang digunakan secara parenteral. Karena itu pada infeksi yang membahayakan jiwa
sefalosporin oral tidak digunakan.

B. Mekanisme sefalosforin

C.Farmakokinetik
Dari sifat farmakokinetiknya, sefalosporin dibedakan dalam dua golongan. Sefaleksin,
sefradin, sefaklor dan sefadroksil yang dapat diberikan per oral karena diabsorpsi melalui
saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan secara parenteral. Sefalotin dan sefa
pirin umumnya diberikan secara i.v karena menyebabkan iritasi lokal dan nyeri pada
pemberian i.m.

Beberapa sefalosporin generasi ketiga misalnya sefuroksim, moksalaktam, sefotaksim


dan seftizoksim mencapai kadar yang tinggi di cairan serebrospinal (CSS) sehingga dapat
bermanfaat untuk pengobatan meningitis purulenta. Selain itu, sefalosporinjuga melewati
sawar darah uri, mencapai kadar tinggi di cairan sinovial dan cairan perikardium. Pada
pemberian sistemik, kadar sefalosporin generasi ketiga di cairan mata relatif tinggi tetapi tidak
mencapai vitreus. Kadar sefalosporin dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon.

Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal, dengan proses
sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Karena itu
dosisnya harus dikurangi pada penderita insufisiensi ginjal. Probenesid mengurangi ekskresi
sefalosporin, kecuali moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin, sefapirin dan sefotaksim
mengalami deasetilasi; metabolit yang aktivitas antimikrobanya lebih rendah juga diekskresi
melalui ginjal.

Suatu langkah metabolisme yang penting adalah deasetilasi. Turunan deasetilnya


mempunyai aktivitas setengah sampai sepersepuluh aktivitas senyawa asalnya. Sefalosporin
yang tidak mempunyai gugus asetil, sebagian besar akan diekskresi dalam bentuk tidak
berubah. Ekskresi terjadi melalui ginjal dan sebagian melalui empedu. Pada insufisiensi ginjal
ekskresi sefalosporin umumnya diperlambat, karena itu pengaturan dosis harus disesuaikan
dengan tingkat insufisiensi ginjalnya.

Tabel 1. Data Farmakokinetik Penisilin dan Sefalosporin


C. Indikasi Klinik

Sefadezon dan sefazolin digunakan pada pneumonia (primer) dan infeksi luka yang
didapat di luar rumah sakit, pada infeksi yang disbabkan oleh mikroba yang peka terhadap
penisilin G tetapi pasien alergi terhadap penisilin. Sefalosporin kelompok III-V dapat
digunakan pada infeksi bakteri yang parah yang disebabkan oleh stafilokokus atau basil gram
negatif yang resisten (misalnya pada septikopiemia, pada pneumonia sekunder, infeksi luka
dan jaringan yang parah). Sefoksitin juga digunakan untuk terapi infeksi campuran dengan
kuman anaerob (misalnya pada gangren).

Sefalosporin kelompok VI digunakan pada infeksi parah yang membahayakan jiwa


terutama jika diduga disebabkan oleh kuman yang multiresisten dan daya tahan tubuh sudah
melemah. Sefalosporin oral dipakai pada infeksi saluran nafas, saluran urine, dan infeksi kulit
yang disebabkan oleh kuman yang peka (misalnya stafilokokus, E. coli, Klebsiella).

Sediaan sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri


berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum
antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya
tinggi.

Tabel 2. Contoh Obat Golongan Sefalosporin

Golongan Sefalosporin

Nama Parameter
Sifat Farmakokinetik Implementasi Klinik
Antibiotika Farmakokinetik

1. Tidak diabsorbsi bila


diberikan secara oral
(3,4)

2. Dose dependent non


linier (3) Penggunaan secara IM
Ceftriaxone Absorbsi lebih efektif dari IV
3. Post antibiotic Effect (5)
(2)

Untuk bakteri gram positif = 2


jam.
Untuk bakteri gram negative dan
P. aeruginosa = 0 (5)
Bioavailabilitas 100% (iv)

Hati-hati
pada wanita
menyusui (4)
ASI, dengan konsentrasi
rendah (3-4%) pada dosis Dapat
tunggal 1g IM atau IV setelah 4- digunakan untuk
6 jam (3) pengobatan
meningitis,
Distribusi CSF ( inflamasi dan tidak).
subdural
Kadar lebih besar pada saat
empyema, dan
inflamasi (3)
intracranial
Dapat menembus plasenta epidural
melalui cairan amnion (3) abscesses (4)

Pregnancy
risk factor: B (2)

Metabolisme Enterohepatik (3)

Renal dan non renal (3)


Penyesuaian dosis
33-67% berada di urin dalam dilakukan bila terjadi
Ekskresi bentuk utuh. Sisanya kerusakan fungsi
membentuk metabolit inaktif ginjal dan hepar (4)
dan tetap utuh dalam feses.(3)

Protein Binding Consentration dependent non


linier :

Konsentrasi < 70g/ml terikat


protein 93-96% (high)

Konsentrasi 300g/ml terikat


protein 84- 87%
Konsentrasi 600g/ml terikat
protein 58%(3)

Tidak diabsorbsi bila


diberikan melalui oral(6)

Post antibiotic Effect

Cefotaxime Absorbsi Untuk bakteri gram positif = 2


jam.

Untuk bakteri gram negative dan


P. aeruginosa = 0 (5)

Bioavailabilitas 100 (IV)

Pregnancy risk
factor: B (7)

Dapat menembus plasenta (6) Dapat digunakan


untuk pengobatan
CSF ( inflamasi dan tidak).
meningitis, subdural
Distribusi Kadar lebih besar pada saat
empyema, dan
inflamasi (6,7)
intracranial epidural
ASI (6) abscesses (7)

Hati-hati pada
wanita menyusui (7)

Metabolisme Melalui liver (6)

Melalui renal yaitu 40-60%


Ekskresi dalam bentuk utuh dan 24%
dalam bentuk metabolit (6)

Protein Binding 13-38% terikat protein serum (6)

Cefepime Absorbsi Tidak diabsorbsi bila Penggunaan secara IM


diberikan secara oral (8)

Dose dependent linier (8)

Post antibiotic Effect lebih efektif dari IV

Untuk bakteri gram positif = 2 (8)

jam.
Untuk bakteri gram negative dan
P. aeruginosa = 0 (5)

Bioavailabilitas 82,3% (IM) (8)

ASI, yaitu pemberian dosis


tunggal 1 g IV selama lebih dari
Hati-hati pada wanita
1 jam, diperoleh rata-rata
menyusui (2)
konsentrasi puncak 1,2 mcg/mL.
Distribusi (8) Dapat digunakan
untuk pengobatan
CSF ( inflamasi dan tidak).
meningitis (8)
Kadar lebih besar pada saat
inflamasi (8)

Sebagian (in vivo) : N-


methylpyrrolidine (NMP) yang
Metabolisme
dengan cepat dirubah menjadi
NMP-N-oxide (8)

Melalui renal dalam bentuk utuh


Ekskresi (80-82%) sisanya dalam bentuk
metabolit (8)

20% terikat pada protein serum


Protein Binding
(8)
D. Pengaturan Dosis

Pengaturan dosis disesuaikan dengan parah ringannya penyakit, pada sefalosporin oral
berkisar rata-rata 1-4 g per hari, sedangkan pada sefalosporin yang digunakan secara
parenteral 2-6 atau hingga 12 g per hari.

E. Efek Samping

Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi sekitar 1-4% tetapi
syok anafilaktik jarang terjadi. Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan
urtikaria dapat terjadi. Reaksi Coombs sering timbul pada penggunaan sefalosporin dosis
tinggi. Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang.
Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, meskipun jauh kurang toksik dibandingkan
dengan aminoglikosida dan polimiksin. Nekrosis ginjal dapat terjadi pada pemberian
sefaloridin 4 g/hari. Sefalosporin lain pada dosis terapi jauh kurang toksik dibandingkan
dengan sefaloridin.

Kerusakan ginjal yang terlihat pada pemakaian sefaloridin, tidak banyak terjadi pada
preparat yang lebih baru. Walaupun pun demikian pada pasien dengan insufisiensi ginjal dan
pada yang membutuhkan dosis tinggi, fungsi ginjal harus selalu dikontrol. Kombinasi dengan
gentamisin atau tobramisin mempermudah terjadinya nefrotoksisitas.

Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena ekskresinya
terutama melalui empedu, sehingga mengganggu flora normal usus. Pemberian sefamandol,
moksalaktam dan sefoperazon bersama dengan minuman beralkohol dapat menimbulkan
reaksi seperti yang ditimbulkan oleh disulfiram. Selain itu dapat terjadi pendarahan hebat
karena hipoprotrombinemia, dan/ atau disfungsi trombosit, khususnya pada pemberian
moksalaktam.

F. Resistensi
Resistensi dapat timbul dengan cepat, maka antibiotika ini sebaiknya jangan digunakan
sembarangan dan dicadangkan untuk infeksi berat. Resistensi silang dengan penisilin pun
dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :
Gaya Baru.
Indonesian Pharmacist, 2009. Antibiotika Golongan Sefalosporin, Fluoroquinolon, dan
Aminoglikosida. Available at: http://farmasiindonesia.com/antibiotika-golongan-
sefalosporin-fluoroquinolon-dan-aminoglikosida.html
Medicastore. 2006. Sefalosporin. Available at: http://www.medicastore.com/ apotik_
online/antibiotika/sefalosporin.html
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung : penerbit ITB
Tjay & Kirana. 2007. Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
www.scribd.com/doc/59931662/cefalosporin

Anda mungkin juga menyukai