Anda di halaman 1dari 20

Rheumatik

Sudah sejak 7 hari hari yang lalu, Rhema gadis cantik umur 17 tahun terbaring sakit di
Rumah Sakit Pendidikan Unila. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosa
Rhema mengalami penyakit jantung rheumatik yang merupakan suatu penyakit
autoimun. Sebelumnya Rhema mengalami panas seluruh badannya dan tanda
peradangan lain pada sendi-sendinya. Selain itu juga Rhema sering mengeluh sesak
nafas yang sering hilang timbul. Sejak kecil Rhema memang sering menderita batuk
pilek dan miliki riwayat alergi terhadap obat.

Unfamiliar terms :
Rheumatik : semua jenis kelainan yang ditandai oleh peradangan, degenerasi,
kekacauan metabolik struktur jaringan ikat, terutama sendi dan struktur yang
terkait, dan ditandai oleh rasa nyeri, kekakuan, pembatasan gerak
Autoimun : keadaan yang ditandai respons imun humoral atau berperantara sel
spesifik yang ditujukan kepada konstituen jaringan tubuh sendiri (autoantigen)
Radang (inflamasi) : respons jaringan yang bersifat protektif terhadap cedera
jaringan dengan menghancurkan, mengencerkan, mengurung agen yang
menyebabkan cedera, atau jaringan cedera itu sendiri
Tanda inflamasi : nyeri (dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor),
bengkak (tumor), hilangnya fungsi (functio laesa)
Alergi : keadaan hipersensitif karena pajanan terhadap alergen tertentu, pajanan
berulang menimbulkan manifestasi akibat kemampuan bereaksi yang berlebihan

1. Dasar-dasar imunologi

Imunitas : daya faal suatu organisme mengenali sesuatu yang berasal dari dirinya
(self) dan membedakannya dari selainnya yang asing (nonself)

Sistem imun terdiri atas organ limfatik primer (sumsum tulang merah, timus) dan
organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil)

Sel sistem imun tersebar di :

Seluruh tubuh dalam darah, limfe, jaringan epitel dan ikat

Nodul limfoid dalam jaringan ikat dan sejumlah organ. Ditemukan pada mukosa
sistem pencernaan (tonsil, plak peyer, apendiks), sistem pernapasan, sistem
reproduksi, sistem perkemihan. Bersama-sama disebut MALT (mucosa-
associated lymphoid tissue)

Organ limfoid besar (timus, sumsum tulang, limpa)

2 mekanisme pertahanan tubuh

Respons nonspesifik
Pertahanan fisik dan kimia terhadap antigen
Tidak dipengaruhi infeksi sebelumnya, tidak memiliki memori terhadap infeksi
sebelumnya
Tingkat reaksi sama, terhadap jenis apapun antigen

Pertahanan lapis pertama


Kulit
Kelenjar sebasea dan sudorifera aktif mensekresikan asam lemak
dan asam laktat yang menurunkan pH sehingga bersifat bakterisida
Membran mukosa
Saluran pernapasan, pencernaan, mensekresikan mukus yang
mampu menangkap bakteri
Sekresi alami
Sekresi alami seperti liur dan air mata mengandung lisozim yang
melisiskan bakteri
ASI mengandung laktoperoksidae dan cairan sperma mengandung
spermin
Bakteri alami
Terdapat bakteri nonpatogen dalam tubuh yang melawan infeksi
terhadap bakteri patogen
Penggunaan antibiotik dapat menghambat bakteri nonpatogen
tubuh dan menyebabkan infeksi bakteri luar tubuh (infeksi
oportunis)
Pertahanan lapis kedua
Fagositosis
Fagosit berupa neutrofil dan monosit menelan dan
menghancurkan mikrob dan material asing dengan enzim lisozim
(granulosit)
Protein komplemen
Protein darah yang berfungsi mengenali suatu bahan sebagai
antigen (nonself)
Dibentuk di hati
Bersirkulasi inaktif dalam darah
Antibodi yang aktif karena adanya antigen, memicu aktifnya
protein komplemen secara berantai
Fungsi : menempel pada mikrob (pengenal antigen), merangsang
fagosit aktif, memicu fagosit bergerak ke arah mikrob, berperan
dalam acquired immunity
Interferon
Diaktifkan ketika terjadi infeksi oleh virus
Interferon sebagai protektor sel-sel yang belum terinfeksi dari
virus (menghadang masuknya virus)
Sitokin
Dihasilkan sel limfosit T
Pembawa pesan antarsel yang memperkuat sistem imunitas
Inflamasi
Mikrob yang memasuki luka pada permukaan sel akibat infeksi
Komponen yang berperan :
Serotinin : meningkatkan vasodiltasi arteriol, permeabelitas,
melepaskan lebih banyak histamin yang memicu fagosit keluar dari
pembuluh darah

Respons spesifik
Reaksi antibodi terhadap antigen
Memiliki memori terhadap infeksi sebelumnya
Melibatkan respons spesifik sistem imun
Tingkat reaksi antibodi akan lebih besar terhadap antigen yang sebelumnya
menyerang

Melibatkan leukosit limfosit (berpotensi menyerang antigen khusus dan


memiliki memori terhadapnya). Jika suatu saat antigen yang sama menyerang
kembali, limfosit dapat memberikan perlawanan dengan tingkat yang lebih tinggi
lagi

Cara sel B dan sel T mengenali materi asing

MHC (major histocompatibility complex) sebagai kompleks lokus


kromosom pengkode protein marka (penanda) sebagai protein integral di
permukaan sel
Disintesis oleh RE kasar sel
MHC selalu berpasangan dengan peptida kecil terdiri atas 10-30 asam
amino tergantung antigen bekerja pada kelas I atau kelas II

MHC kelas I
Ditemukan di seluruh sel berinti, kecuali sel darah merah
Berikatan dengan peptida yang berasal dari protein sitosol yang
disintesis dalam sel terinfeksi (virus)
Jalannya :
Protein dicerna oleh proteasom dan ditransfer ke RE kasar sebagai
antigen
Terbentuk kompleks antigen-MHC I dan dibawa ke badan golgi
Vesikel golgi membawa kompleks berisi antigen ke luar
permukaan sel
MHC kelas 2
Ditemukan pada sel dendritik, sel B dan makrofag (APC : antigen
presenting cells : sel penyaji antigen)
Berikatan dengan peptida yang berasal dari endositosis
mikroorganisme (mikrob, parasit) dan pencernaan lisosom
Jalannya :
Sintesis molekul MHC II di RE kasar
MHC II dibawa oleh vesikel golgi ketika berada di regio badan golgi
Dari luar sel, antigen masuk secara endositosis kemudian dicerna
oleh lisozim lisosom
Hasil pencernaan lisosom bergabung dengan vesikel golgi berisi
MHC II
Terbentuk kompleks MHC II - antigen yang terpapar keluar lewat
vesikel golgi

Sel penyaji antigen (APC)


Populasi sel heterogen meliputi sel dendritik, makrofag, dan limfosit B
Sel T CD4+ (helper) berinteraksi dengan kompleks peptida (antigen) yang
diinfeksi mikroorganisme (mikrob) dan MHC II pada permukaan APC
Sel T CD8+ (sitotoksik) berinteraksi dengan kompleks peptida (antigen)
yang diinfeksi virus dan MHC I pada permukaan tipe sel berinti
APC penting untuk memicu respons imun kompleks

Tipe reaksi imun


Respons bawaan (innate)
Kerja sistem komplemen, neutrofil, makrofag, sel mast, natural
killer cells
Bersifat cepat, nonspesifik, tidak menghasilkan memori
Respons adaptif
Pengenalan awal antigen (bermemori)
Kompleks, spesifik, lambat
Mengeliminasi antigen
Respons humoral
Diperantarai oleh produksi antibodi sel plasma B dari klon
limfosit B aktif
Limfosit B mengenali antigen yang lewat pengaktifan sel T
Mencakup proses klon (membentuk sel B plasma yang
mensekresikan antibodi) hingga ke aktivasi komplemen dan
lisis sel
Respons selular
Membantu penyajian antigen ke permukaan sel (terkait
kerja MHC I dan MHC II)
Menghasilkan limfosit T helper memori dan fungsinya
memberi aktivasi kerja pada limfosit B membentuk klon
Menterminasi langsung antigen yang disajikan APC dan sel
berinti lain, lewat fagositosis (MHC II) dan atau induksi
apoptosis (MHC I)
Diperantarai oleh limfosit T helper :
Mensekresi sitokin yang bekerja pada limfosit sel B, sel T
lain, makrofag, neutrofil
Menyerang sel asing (memperlihatkan epitop asing)
seperti sel infeksi virus, parasit, tumor

Limfoblas berdeferensiasi menjadi


Limfosit B : limfosit B plasma dan memori
Prekursor limfosit T CD4+ (helper) dan T CD8+ (sitotoksik), pematangan di timus
Limfosit natural killer (NK)

Limfosit B (sel B)
Diproduksi dan mengalami pematangan di sumsum tulang kemudian
memasuki sirkulasi limfe
Di permukaan membran sel B plasma mengandung imunoglobulin
(antibodi) yang aktif ketika terjadi ekspansi klon
Ig bersifat spesifik terhadap jenis antigen yang menyerang
Ikatan limfosit B (Ig) dengan epitop dari antigen yang sesuai
menimbulkan siklus proliferasi sel
Mengenali epitop dari permukaan sel
Aktivasi sel B memerlukan bantuan T helper cells
Terlibat dalam imunitas tingkat humoral

Saat terjadi pajanan antigen, berdeferensiasi menjadi :


Sel memori B
Hidup lebih lama, menentukan imunitas yang akan datang
Sel plasma
Menyekresikan antibodi ke dalam darah yang lebih banyak

Teori seleksi klon dalam produksi antibodi


Antigen yang masuk ke dalam tubuh melewati banyak sel B,
mencari sel B yang spesifik
Sel B hanya mengikat satu jenis antigen yang sesuai
Sel B memiliki 4 antibodi pada permukaannya dan 8 sisi pengait
antigen yang sesuai
Sel B yang terpilih oleh antigen bereplikasi cepat menghasilkan
klon sel B (ekspansi klon)
Sel klon akan berdeferensiasi menjadi sel plasma yang
menghasilkan antibodi (imunoglobulin)
Sel klon juga berferensiasi menjadi sel B memori yang hidup lebih
lama dan memberikan efek imunitas yang lebih kuat (terjadi
kekebalan)

Produksi antibodi
Respons antibodi primer
Peningkatan produksi Ig sel B ketika pemberian antigen
pertama
Respons antibodi sekunder
Peningkatan yang lebih kuat produksi Ig sel B ketika
pemberian antigen kedua
Apoptosis
Antibodi menurun, sel B tidak dibutuhkan lagi dan mati

Limfosit T (sel T)
Diproduksi di sumsum tulang, berdeferensiasi menuju dewasa di timus
Mengenali epitop dari TCR (T cells receptor)
Tidak membentuk antibodi
Terlibat dalam imunitas tingkat sel

Deferensiasi menghasilkan 3 jenis sel

Sel T sitotoksik (cytotoxic T cells)


Berkerja langsung pada sel asing yang terinfeksi virus :
Terikat pada sel infeksius dari virus, melepaskan perforin yang
membentuk lubang di sel dan lisis
Menginduksi kematian sel apoptosis
Penanda T CD8+
Sel T penolong (helper T cells)
Menghasilkan sitokin yang meningkatkan deferensiasi sel B
menjadi sel plasma
Mengaktifkan makrofag
Mengaktifkan limfosit T sitotoksik
Menginduksi reaksi peradangan
Penanda T CD4+
Sel T regulatorik
Menekan respons imun berlebih
Menghasilkan toleransi perifer dalam reaksi hipersensitif
Memelihara auto-antigen dari penyerangan antibodi
Penanda T CD25+

Natural Killer Cells


Tidak mempunyai molekul penanda seperti sel B atau sel T
Menyerang sel yang sudah terinfeksi virus, sel transplantasi, dan sel
kanker tanpa perangsangan awal
Berperan dalam respons imun bawaan (innate immune respons)

Sebaran sel B dan sel T dalam tubuh


Diproduksi oleh organ limfatik primer yakni sumsum tulang dan timus
Dialirkan melalui pembuluh limfe menuju organ limfatik sekunder yakni nodus
limfa, limpa (dekat hati) dan tonsil
Organ limfatik sekunder menterminasi antigen yang masuk karena mengandung
banyak leukosit (sel T dan sel B)

Memperoleh imunitas spesifik

Imunitas spesifik : antibodi spesifik dalam tubuh melawan antigen spesifik dan
karenanya menjadi kebal

Imunitas yang diperoleh (acquired immunity) : antibodi diperoleh setelah mengalami


kontak dengan antigen
Imunitas aktif
Antibodi diproduksi langsung di dalam tubuh
Menimbulkan memori
Sel B dan sel T bekerja lebih aktif terhadap antigen yang datang untuk
kedua kalinya
Diperoleh melalui 2 cara :
Imunitas aktif alami
Organisme mengalami kontak pertama kali dengan antigen
Tubuh membutuhkan waktu memproduksi antibodi dalam
jumlah cukup untuk melawannya
Selama masa pembentukan, timbul gejala sakit terlebih
dahulu
Antibodi dalam jumlah cukup akan memulihkan keadaan
sakit
Infeksi subklinik : infeksi yang tidak tampak, tetapi
menyebabkan produksi antibodi yang tinggi
Imunitas aktif diinduksi
Penggunaan vaksin (bakteri dengan pengangkatan kapsul
yang menyebabkan penyakit) untuk memunculkan respons
antibodi primer (pemberian1) dan respons sekunder
(pemberian2)
Ketika antigen sewaktu-waktu menyerang, antibodi sudah
diproduksi dalam jumlah yang cukup akibat induksi dari
vaksin
Imunitas pasif
Memasukan antibodi tertentu ke dalam tubuh
Antibodi tidak diproduksi sendiri dalam tubuh
Dapat memberikan perlindungan segera
Antibodi yang diperoleh tidak bertahan lama dan menurun cepat
Tidak menimbulkan memori
Diperoleh melalui 2 cara :
Imunitas pasif alami
Antibodi diperoleh oleh bayi melalui plasenta dan ASI
(kolostrum)
Imunitas pasif diinduksi
Antibodi diperoleh dari injeksi imunoglobulin

Kelainan pada sistem imun

Alergi (hipersensitivitas)
Sel mast (mastosit) yang mengandung histamin bereaksi terhadap alergen
Sel mast memiliki sisi ikatan dengan IgE (antibodi alergi)
IgE diproduksi ketika terdapat pajanan alergen spesifik seperti mikrob dengan
jenis tertentu
IgE yang berikatan dengan alergen membentuk kompleks dengan sel mast, sel
mast melepaskan histamin (penyebab bronkokonstriksi, inflamasi)
Ketidakcocokan rhesus (Rh)
Kehamilan pertama, janin dengan Rh+ sementara ibu dengan Rh- (hanya kasus
ini)
Rh+ sel darah merah janin pindah ke ibu masuk ke sirkulasi
Tubuh dari ibu memproduksi antibodi Rh+
Pada kehamilan berikutnya antibodi Rh+ dapat berpengaruh fatal pada janin
(eritrosit dihancurkan dan janin kekuningan)
Pengobatan : dengan injeksi antibodi Rh+ kepada ibu setiap kehamilan
berikutnya
Autoimun
Penyakit yang disebabkan oleh kekeliruan sistem imun tubuh yang menyerang
sel jaringan sendiri karena dianggap sebagai antigen asing. Contoh (beserta
sel yang diserang sistem imun) :
Sklerosis berganda (multiple sklerosis) : SSP
Selubung mielin rusak diserang sistem imun atau karena virus
Bisa disebabkan terutama oleh molecular mimicry (protein mielin yang
diekspresikan memiliki kesamaan dengan antigen tertentu)
Pengobatan : mengubah respons imun (pemberian B-interferon melawan
infeksi virus)
Graves : tiroid : peningkatan prod.hormon tiroid
Anemia pernikus : lambung : defisiensi B12, eritrosit abnormal
Diabetes melitus : pankreas : responsif pengobatan insulin
Artritis rematoid : sendi : kartilago hancur
Systemic lupus erythematosus (lupus) : ginjal : flu, radang sendi, SSP rusak,
jantung
Penolakan organ transplan
Organ donor memperoleh kecocokan sempurna pada individu resipien sebagai
saudara kembar
Untuk menyempurnakan donor organ, dilakukan screening MHC antara donor-
resipien, semakin banyak kecocokan MHC, semakin besar keberhasilan
transplantasi
Sel T mengidentifikasi ketidakcocokan organ donor-resipien. Siklosporin
diberikan kepada resipen sepanjang hidupnya untuk menekan aktivitas sel T
Defisiensi sistem imun
Kegagalan salah satu atau beberapa bagian sistem imun
Dapat disebabkan oleh virus : misal HIV
HIV menyerang sel T penolong (helper T cells), mengalami penurunan sistem
imun menghadapi antigen (menyebabkan AIDS)

2 golongan besar kekebalan

Kekebalan alam (natural immunity)


Kekebalan ras (racial immunity)
Contoh : TBC (lebih peka pada ras kulit berwarna)
Kekebalan spesies (species immunity)
Contoh : lepra dan gonore (ditemukan pada manusia tidak pada hewan)
Kekebalan perorangan (personal immunity)
Perbedaan personal dalam satu spesies dan satu ras dalam melawan
agen penyakit

Faktor-faktor antimikroba membantu kekebalan alam :


Kulit
Stratum korneum yang tebal menghambat bakteri masuk
Glandula sebacea dan sudorifera mensekresikan sekret yang
mangandung asam laktat dan asam lemak (menurunkan pH), kulit
bersifat bakteriostatik
Selaput lendir
Selaput lendir terdapat pada saluran pencernaan dan pernapasan
sebagai lalu lintas zat yang masuk ke tubuh
Mengandung mukus penghasil lendir yang dapat melisis kuman
penyakit
Fagositosis
Kuman termakan oleh fagosit (leukosit dan makrofag) membentuk
fagosom
Fagosom bergabung dengan granul lisosom membentuk
fagolisosom menghancurkan bakteri
Reaksi radang
Dilatasi dan peningkatan permeabelitas aliran darah ketika terjadi
kerusakan jaringan dan kuman
Sel polimorf dan makrofag disekresikan di jaringan mengandung
faktor bakterisid :
Protein C-reaktif (mengendapkan C karbohidrat pneumokokus
bakteri, dengan ion Ca2+)
Properdin (bekerja sama dengan sistem komplemen dan ion Mg2+
menghancurkan kuman lewat reaksi komplemen)
Interferon
Zat antivirus tidak khas menghambat replikasi virus dalam sel

Kekebalan didapat (acquired immunity)


Adanya suatu bahan asing (antigen)
Terhadap antigen tubuh membentuk antibodi sebagai bentuk kekebalan
Antibodi berupa imunoglobulin dapat disuntikan kepada individu untuk
memberikan efek antibodi buatan

Antigen

Bahan asing untuk tubuh


Menimbulkan pembentukan antibodi yang bereaksi secara khas terhadap
antigen
Bersifat antigenik jika memiliki berat molekul 5000, kurang dari itu non-antigenik

Determinan antigen (epitop) : tempat di permukaan antigen yang bereaksi khas


terhadap antibodi
Hapten : bahan yang memiliki BM kurang dari 5000, ketika berikatan dengan
protein lain, dapat menimbulkan produksi antibodi dan bereaksi khas
Carrier : protein yang membantu hapten untuk bersifat antigenik

Pembagian antigen
Menurut sifat kimiawi :
Protein, antigen polipeptida sintetik, karbohidrat
Menurut hub.genetik dari asal antigen dan penerima antigen :
Antigen histokompatibilitas
Menimbulkan reaksi pada transplantasi organ
Auto-antigen
Antigen didalam tubuh, namun menimbulkan pembentukan antibodi
juga
Iso-antigen
Antigen yang terdapat pada setiap individu dalam satu spesies,
secara genetik dapat dikenali. Contoh : antigen golongan darah
Allo-antigen
Antigen yang terdapat pada suatu individu, menimbulkan reaksi
antibodi pada individu lain dalam satu spesies karena antigen tidak
dikenali oleh penerima

Antibodi (imunoglobulin)

Disebut juga imunoglobulin tanpa menyebut fraksinya


Terdapat pada permukaan sel B dan aktif diproduksi ketika terdapat pajanan
antigen (lewat ekspansi klon)
Berfungsi sebagai agen yang melawan antigen dan bertindak sebagai reseptor
antigen tersebut

Imunoglobulin terdiri atas 4 rantai polipeptida : 2 rantai berat (heavy chain : H)


dan 2 rantai ringan (light chain : L) tersusun sistematis dan dihubungkan oleh
ikatan disulfida (interchain disulfide bonds)

Regio pengikat antigen : tempat berikatannya antigen pada antibodi, terdiri atas
2 ujung rantai berat dan 2 ujung rantai ringan
Regio Fc : tempat berikatannya antibodi dengan sejumlah tipe sel (biasanya
limfosit B)

5 kelas utama imunoglobulin manusia

Imunoglobulin G (IgG)
Ig terbanyak dalam tubuh
Monomer
Sirkulasi janin wanita hamil, melindungi fetus
Mengaktifkan fagositosis, menetralkan antigen
Imunoglobulin A (IgA)
Dimer atau trimer (2 atau 3 ikat)
Sekresi (saliva, air susu, air mata)
Melindungi mukosa
Imunoglobulin M (IgM)
Pentamer
Permukaan limfosit B (sebagai monomer)
Antibodi utama respons imun awal, mengaktifkan komplemen
Imunoglobulin D (IgD)
Monomer
Permukaan limfosit B
Reseptor antigen yang memicu aktivasi awal sel B
Imunoglobulin E (IgE)
Monomer
Berikatan pada permukaan sel mast dan basofil
Menghancurkan cacing parasit dan berperan pada alergi

Mekanisme kerja antibodi

Mengendapkan antigen terlarut dan menetralkan efeknya


Opsoniasi : antigen (materi asing) yang diselubungi oleh sistem komplemen dan
atau antibodi
Sistem komplemen : kelompok 20 protein plasma yang diproduksi di hati dan
aktif karena kaskade (rentetan) reaksi

Proses kerja :
Antigen (materi asing) masuk
Aglutinasi, pengikatan antibodi pada antigen (mengurangi jumlah antigen
bebas)
Opsonisasi, antigen diselubungi oleh sistem komplemen dan antibodi
merangsang fagositosis
Netralisasi, antibodi berikatan dengan sel tubuh dan menginaktifkan toksin
Sitotoksisitas, reseptor Fc IgG (antibodi) berikatan dengan sel imun lain
(makrofag, neutrofil dan eosinofil) memicu fagositosis
Aktivasi komplemen, pengikatan antibodi dengan komplemen menimbulkan
lisis sel (pembuangan sisa fagositosis)

2. Respon imun seluler

Membantu penyajian antigen ke permukaan sel (terkait kerja MHC I dan MHC
II)
Menghasilkan limfosit T helper memori dan fungsinya memberi aktivasi kerja
pada limfosit B membentuk klon
Menterminasi langsung antigen yang disajikan APC dan sel berinti lain, lewat
fagositosis (MHC II) dan atau induksi apoptosis (MHC I)
Diperantarai oleh limfosit T helper :
Mensekresi sitokin yang bekerja pada limfosit sel B, sel T lain, makrofag,
neutrofil
Menyerang sel asing (memperlihatkan epitop asing) seperti sel infeksi virus,
parasit, tumor

3. Respon imun humoral

Diperantarai oleh produksi antibodi sel plasma B dari klon limfosit B aktif
Limfosit B mengenali antigen yang lewat pengaktifan sel T
Mencakup proses klon (membentuk sel B plasma yang mensekresikan antibodi)
hingga ke aktivasi komplemen dan lisis sel

4. Respon imun terhadap neoplasma

5. Hipersensitivitas, imunodefisiensi, dan autoimun

Alergi : reaksi berlainan


Kekebalan (imunitas) : penambahan daya tahan tubuh
Hipersensitivitas : penambahan kepekaan tubuh
Alergi : hipersensitivitas : kondisi badan yang berubah dan menimbulkan reaksi
patologis setelah berkontak dengan antigen

2 golongan reaksi alergi menurut kec.timbulnya reaksi


Tipe cepat (immediate type, antibody-mediated)
Tipe lambat (delayed type, cell-mediated)

5 tipe reaksi alergi menurut jenis reaksi antara antigen dan antibodi humoral

Tipe I : reaksi cepat atau anafilaksis

Komponen : fagosit, sel T helper, sitokin, sel B, IgE, reseptor Fce sel mast,
basofil, eosinofil

Proses :
Antigen yang masuk ke dalam vaskular kemudian ditangkap oleh fagosit
Fagosit memproses dan mengolahnya, kemudian dipresentasikan oleh sel T
helper di permukaannya
Sel T helper yang mengandung antigen ini akan merangsang sel B aktif
mensekretkan IgE lewat induksi sitokin
IgE akan menempel pada sel mast, basofil dan eosinofil yang mempunyai
reseptor Fce
Ketika terdapat antigen yang sama terpajan, maka antigen tersebut akan
ditangkap oleh IgE sehingga terbentuk kompleks IgE-antigen dalam permukaan
sel mast, basofil dan eosinofil
Terjadi degranulasi sel mast, basofil dan eosinofil, granul mengeluarkan
mediator kimiawi (misal : histamin, serotinin, prostaglandin) sebagai gejala
Contoh : asma bronkial, rinitis, dermatitits atopik

Tipe II : reaksi sitotoksik

Komponen : IgM atau IgG, sel penjamu, sistem komplemen, makrofag, sel T
sitotoksik CD8+

Proses :
Antigen ditangkap dan akan dipresentasikan oleh permukaan sel penjamu
Sel T helper akan mengenali antigen tersebut
Sel T helper merangsang sel B mensekretkan IgM atau IgG dengan induksi
sitokin
IgM atau IgG akan disekretkan oleh sel B dan menempel pada antigen yang
dipresentasikan
Memicu fagositosis sel penjamu oleh makrofag lewat induksi interferon-y oleh sel
B, lisis oleh sistem komplemen, atau sitotoksisitas CD8+

Contoh :
Reaksi transfusi
Sel darah merah donor diikat dan dirusak oleh antibodi resepien
yang diarahkan untuk melawan antigen gol.darah donor
Eritroblastosis fetalis
Rh- ibu dan Rh+ janin menyebabkan aliran darah berpindah dari
janin ke ibu dimana ibu akan mengeluarkan antibodi Rh+
Anemia hemolitik autoimun
Penghasilan antibodi terhadap sel darah merahnya sendiri
Reaksi obat
Antibodi melawan obat tertentu yang diabsorbsi di permukaan sel
Pemfigus vulgaris
Antibodi menyerang protein desmosom sehingga taut celah
terpisah

Tipe III : reaksi kompleks imun


Diperantarai oleh kompleks antibodi-antigen (imun), aktivasi komplemen dan
akumulasi leukosit
Kompleks antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen dan penggumpalan
trombosit
Reaksi kompleks ini dipengaruhi oleh fraksi bahan antara antigen dan antibodi :
Antibodi berlebihan (reaksi arthus)
Area nekrosis jaringan yang disebabkan oleh vaskulitis kompleks imun
akut
Injeksi antigen sebagai vaksin yang sebelumnya telah diberikan,
menyebabkan akumulasi antibodi berlebih (preformed)
Menyebabkan edema dan perdarahan berat di area nekrosis
Antigen berlebihan (serum sickness)
Penyakit kompleks imun spesifik (imunisasi pasif dalam jumlah besar)
Pertama, injeksi serum asing merangsang tubuh membentuk antibodi,
terbentuk kompleks imun
Kedua, kompleks imun mengendap di berbagai jaringan
Ketiga, reaksi radang

Tipe IV : cell-mediated
Mekanisme utama respons terhadap berbagai macam mikrob, virus, parasit
lain
Dapat pula menyebabkan jejas sel karena proses pembersihan atau respon
terhadap antigen sendiri
Diperantarai oleh sel T tersentisasi secara khusus, dibagi menjadi
Tipe lambat (inisiasi sel T CD4+)
Contoh : reaksi tuberkulin
12 jam setelah injeksi tuberkulin, muncul area eritema
24-72 jam mencapai puncaknya (berdiameter 1-2 cm)
Ditandai penumpukan sel T helper CD4+ perivaskular (di tepi pembuluh)
dan makrofag dengan jumlah sedikit
Setelah terpajan tuberkel, sel T CD4+ mengenali antigen dari basil
tuberkel dan sel dendrit (pemproses mikrob tersebut)
Pengenalan ini menginduksi sel CD4+ tipe TH1 tersensitisasi (berada
dalam sirkulasi menahun) dan mengendalikan perkembangan DTH
(delayed type hypersensitivity)
Sitotoksisitas (inisiasi sel T CD8+)
Melibatkan sel efektor CD8+ yaitu limfosit T sitotoksik (CTL, cytotoxic T-
lymphocytes)

Imunodefisiensi
Sistem imun gagal berespons secara adekuat (kualitas dan kuantitas kurang)
terhadap invasi asing (antigen)

Dapat bersifat :
Kongenital (terdapat sejak lahir)
SCIDS (severe combined immune deficiency syndrome) : pasien sejak
lahir tidak memiliki baik sel B ataupun sel T
Pertahanan tubuh sangat terbatas, penderita harus ditempatkan dalam
lingkungan super terisolasi (bubble contohnya)
Didapat (nonherediter)
Pemberian obat anti-inflamasi atau terapi kanker (untuk membunuh sel
yang cepat membelah) menyebabkan kerusakan jaringan limfoid tak
disengaja (ikut terbunuh)
AIDS yang disebabkan oleh HIV yang melumpuhkan sel T helper

Penyakit autoimun
Penyakit yang disebabkan oleh reaksi imun terhadap antigennya sendiri
Hilangnya toleransi sendiri terhadap autoantigen yang diserang oleh autoantibodi
Tubuh mengenal sel tubuh sebagai antigen yang harus diserang oleh antibodi
Toleransi imunologi
Suatu keadaan dimana responsivitas imun terhadap antigen jaringan sendiri
berkurang, sehingga mudah diserang oleh antibodi tubuh

2 kelompok besar toleransi imunologi :


Toleransi sentral
Pemusnahan sel T dan sel B yang self-reactive selama proses
pematangannya dalam organ limfatik primer (timus untuk sel T dan
sumsum tulang untuk sel B)
Proses pemusnahan diseleksi secara negatif (melalui pemusnahan
apoptosis) ketika infeksi auto-antigen terjadi
Toleransi perifer
Ketika toleransi sentral (pemusnahan sentral) tidak berhasil mengurangi
self-reactive sel T dan B maka terjadi :
Anergi
Inaktivasi memanjang (ireversible) sel B dan atau sel T, lebih
rendah satu tingkat di bawah apoptosis dalam keadaan tertentu
Anergi sel T : diperlukan 2 sinyal aktivasi sel T yakni molekul
MHC-sendiri pada APC (antigen presenting cells) dan sinyal
kostimulator (sitokin) kedua yang dihasilkan APC. Sinyal
kostimulator kedua tidak dikirimkan, sel T anergik
Anergi sel B : bertemu dengan antigen tanpa adanya helper T
cells spesifik (tidak aktif)
Kematian sel yang diinduksi oleh aktivasi
Ligas fas menekan respons imun dengan menginduksi apoptosis
sel T
Penekanan perifer oleh sel T
Mekanisme fail-safe tambahan
Sel T regulator sebagai pengatur fungsi sel T lain dengan
penghasilan sitokin yang melemahkan respons sel T

Mekanisme penyakit autoimun

Timbul sebagai akibat dari terganggunya sistem toleransi diri yang dapat
menghambat aktivitas sel imun yang self-reactive

Kegagalan toleransi

Kegagalan kematian sel yang diinduksi oleh aktivasi


Ligan fas tidak mampu lagi menginduksi kematian sel T self-reactive di
jaringan perifer
Gangguan pada anergi sel T
Sel normal yang diserang yang tidak mengeluarkan molekul kostimulator
dapat diinduksi untuk mengeluarkannya melalui nekrosis dan inflamasi
sel tersebut
Pemintasan kebutuhan sel B untuk bantuan sel T
Perubahan yang diinduksi oleh agen asing (obat) pada permukaan sel
sehingga disebut sebagai antigen yang dikenali sel T helper
Kegagalan supresi yang diperantarai
Berkurangnya fungsi sel T regulatoris (supressor), menekan proliferasi sel
T lain
Mimikri molekular
Agen infeksius yang menyerupakan sel normal sebagai antigen tubuh
Contoh : jantung rematik timbul dari infeksi streptokokus. Ikatan silang
antara protein M streptokokus, antibodi dan glikoprotein jantung
memberikan epitop (marking) pada auto-antigen ini
Aktivasi limfosit poliklonal
Agen infeksius dapat menyebabkan aktifnya poliklonal (antigen-
nonspesifik), superantigen sel T menyebabkan sel T autoreaktif dan
menyerang sel normal
Pelepasan antigen terasing
Autoantigen dalam masa perkembangannya diasingkan oleh tubuh dan
benar-benar menjadi asing bagi tubuh, dan ketika dilepaskan
menyebabkan autoimunitas. Contoh : antigen spermatozoa dan antigen
okular
Pajanan epitop-sendiri yang tersembunyi dan penyebaran epitop
Penyebaran epitop (determinan antigenik) pada sel normal yang awalnya
tidak dikenal menjadi dikenali sebagain agen asing oleh induksi sel T
autoreactive

Infeksi pada autoimunitas

Agen infeksius, seperti bakteri, virus dan lainnya menjadi pemicu autoimunitas

Virus dan mikroba lain


Reaksi silang mikrob terhadap sel normal menjadi auto-antigen
Beberapa merupakan sel B poliklonal nonspesifik yang menginduksi
pembentukan autoantibodi (menghentikan anergi sel T)
Antigen dan autoantigen mikrobia
Penggabungan ini membentuk satuan imunogenik dan menghambat
anergi sel T
Respons peradangan lokal
Penyajian antigen tersembunyi lewat penyebaran apitop lewat
peradangan lokal (memanfaatkan aliran darah)

6. Tumor immunity, penyakit sistem imun, dan pemulihan jaringan

Pemulihan jaringan

Melibatkan mekanisme umum : migrasi, proliferasi, diferensiasi, dan sintesis


ECM (extracelullar matrix)
Dapat dilakukan melalui dua mekanisme :
Regenerasi sel
Regenerasi jaringan yang mengalami jejas oleh sel parenkim dari jenis
sama
Proses :
Integrin (protein integral sebagai reseptor) mengikat ECM (matriks
ekstrasel) berinteraksi dengan sitoskeleton melalui kompleks adhesi
fokal
Inisiasi produksi second messenger intrasel atau secara langsung
mengirim sinyal tingkat nukleus
Sinyal diintegrasikan nukleus menghasilkan respons proliferasi,
diferensiasi, sintesis protein, perlekatan, migrasi dan perubahan bentuk
Penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis)
Menimbulkan suatu jaringan parut (beda dari tampak luar)
Jaringan parenkim rusak dan harus mengalami pergantian permanen
oleh jaringan ikat (fibrosis)
Proses :
Angiogenesis
Pembentukan pembuluh darah baru
Vaskulogenesis : pembentukan jaringan pembuluh darah primitif
dari angioblas (prekursor sel endotel) selama perkemb.embrionik
Neovaskularisasi (angiogenesis) : pengeluaran tunas kapiler
dari pemb.darah yang ada sebelumnya
Emigrasi dan proliferasi fibroblas ke dalam tempat jejas
Deposisi fibroblas pada ECM
Maturasi dan reorganisasi jaringan fibrosa (remodeling)

7. Respon imun terhadap infeksi bakteri, virus, jamur

Respon imun terhadap infeksi bakteri


Humoral : klon plasma sel B plasma dan sekresi antibodi hingga reaksi aktivasi
komplemen dan terjadi lisis sel
Selular : diinduksi oleh MHC II pada permukaan APC, mitosis sel T helper yang
memperantarai aktivasi sel B plasma dan pengaktifan makrofag oleh sitokin
yang menghancurkan mikroorganisme

Respon imun terhadap virus


Humoral : klon plasma sel B plasma dan sekresi antibodi hingga reaksi aktivasi
komplemen dan terjadi lisis sel
Selular : diinduksi oleh MHC I pada permukaan sel infeksius berinti, mitosis sel T
sitotoksik menjadi sitotoksik efektor yang menghancurkan sel infeksius virus
dan menjadi sitotoksik memori yang berumur lama

8. Respon imun terhadap infeksi parasit


9. Hemopoiesis
Hemopoesis adalah proses pembentukan komponen darah berupa sel-sel
darah seperti eritrosit, leukosit dan trombosit

Sel punca dari sel-sel darah berasal dari HSC (hematopoetik stem cells) di
dalam sumsum tulang. HSC memiliki kemampuan pluripotent hematopoetik
stem cells (berferensiasi menjadi tipe sel darah yang berbeda)

HSC sebagai sel pluripotent berdeferensiasi, membelah menjadi 2 tipe sel tunas
yaitu :
Myeloid progenitor
Berkembang menjadi :
Eritrosit
Komponen terbanyak pembentuk darah, mengangkut oksigen ke
sel tubuh dan mengangkut CO2 ke paru-paru untuk dibuang
Leukosit
Granulosit (mengandung granul lisosom : enzim pencernaan
secara fagositosis)
Neutrofil : fungsi fagosit utama, leukosit terbanyak dalam
plasma, mencerna antigen
Eosinofil : melawan antigen berupa parasit dan penyebab
alergi
Basofil : mencegah pembekuan plasma darah
(mengandung heparin)
Agranulosit (tidak termasuk limfosit)
Monosit : leukosit terbesar dalam ukuran, fungsi fagosit,
selanjutnya berkembang menjadi makrofag
Megakariosit
Produksi platelet/trombosit
Berfungsi untuk faktor pembekuan darah (hemostasis)
Limfoid progenitor
Berkembang menjadi :
Limfosit T
Berdeferensiasi di timus
Berikatan dengan antigen limfosit T berkembang menjadi sel T
efektor
Limfosit B
Tetap berdeferensiasi di sumsum tulang yang berperan dalam
sistem imunitas adaptif
Berikatan dengan antigen limfosit B berkembang menjadi sel
plasma yang mensekresikan antibodi

10. Hemostasis dan fibrinolisis

Hemostasis (hemo: darah; stasis: berdiri) adalah penghentian perdarahan dari suatu
pembuluh darah yang rusak (hemoragia)
Kapiler kecil, arteriol, venula sering kali pecah akibat adanya trauma internal maupun
eksternal

3 langkah utama hemostasis


Trombosit berperan kunci dalam hemostasis
Spasme vaskular
Konstriksi pembuluh darah yang pecah
Memperlambat aliran darah, memperkecil kehilangan darah
Permukaan endotel tunica intima pembuluh darah semakin mendekat dan
saling menambal (bocornya) satu sama lain
Pembentukan sumbat trombosit
Permukaan tempat ditemukannya cedera (luka) terdapat kolagen yaitu
protein fibrosa tapat di bawah endotel
Kolagen ini mengaktifkan trombosit membentuk sumbat trombosit pada
permukaan tersebut
Trombosit akan terus menggumpal pada permukaan melalui mekanisme
umpan balik positif pelepasan ADP (adenosin difosfat) dari trombosit
Sementara permukaan endotel di sekitarnya yang tidak mengalami luka,
terus melepaskan prostasiklin dan nitrogen oksida untuk menghambat
agregasi trombosit
Koagulasi darah (pembentukan bekuan darah)
Protrombin, bentuk inaktif dari trombin berupa protein plasma darah
diaktifkan menjadi trombin oleh tromboplastin yang aktif ketika adanya
agregasi trombosit
Trombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin
Trombin juga mengaktifkan faktor yang mengaktifkan lebih banyak
protrombin menjadi trombin, menstabilkan jala fibrin, dan meningkatkan
agregasi trombosit

Fibrinolisis

Proses penghancuran bekuan darah oleh suatu enzim fibrinolitik (pengurai


fibrin) yang disebut plasmin ketika proses penyembuhan telah selesai dan
mencegah tersumbatnya aliran darah oleh bekuan

Proses :
Prekursor inaktif plasminogen diproduksi di hati, diaktifkan oleh faktor
hageman (faktor XII) membentuk plasmin aktif
Pengaktifan faktor hageman berjenjang secara cepat menimbulkan
terbentuknya bekuan darah sekaligus plasmin yang aktif di antara bekuan
darah
Secara perlahan, plasmin melarutkan bekuan darah ketika bekuan darah tidak
lagi diperlukan

Penyakit jantung rematik


Demam rematik : penyakit peradangan diperantarai secara imunologis oleh
hipersensitivitas infeksi steptokokus grup A setelah beberapa minggu

Demam rematik dalam fase akutnya (karditis reumatik akut), dapat


menyebabkan cacat katup kronis

Antibodi bereaksi silang dengan protein M streptokokus grup A dan juga protein
normal jantung

Ketika reaksi silang terjadi, antibodi yang disekresikan menjadi self-reactive


terhadap sel normal tubuh yang dianggapnya sebagai antigen (autoimun)

Sel yang dianggap antibodi ini sebagai antigen sendiri adalah sel penyusun
katup mitral jantung, akibatnya mengalami stenosis (penyempitan karena
pembengkakan katup dan bocor)

Anda mungkin juga menyukai