Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup

yang sangat kecil. Sterilisasi merupakan cara yang dilakukan untuk membebaskan

alat dan bahan dari segala macam kehidupan termasuk mikroba. Sterilisasi dibagi

menjadi dua, yaitu sterilisasi kering dan sterilisasi basah. Sterilisasi kering

menggunakan oven sedangkan sterilisasi basah menggunakan autoklaf. Mikroba

dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik dimana saja dengan medium yang

sesuai. Medium yang digunakan antara lain medium cair, medium padat, serta

medium setengah padat. Medium cair digunakan untuk menumbuhkan dan

membiakkan mikroba, fermentasi serta uji lainnya. Medium padat digunakan

untuk membiakkan mikroba di permukaan dengan membentuk koloni yang dapat

dilihat dan dihitung. Medium setengah padat merupakan medium dengan

konsistensi diantara medium cair dan medium padat. Mikroba yang berkembang

dalam medium dapat dihitung dengan metode perhitungan cawan. Pada dasarnya

mikroba dikelompokkan menjadi gram positif dan gram negatif. Cara

identifikasinya dengan cara melakukan uji pewarnaan gram.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan

medium dan larutan pengencer, cara sterilisasi, menghitung koloni dengan metode

hitungan cawan, serta cara pewarnaan gram positif dan negatif. Manfaat dari

praktikum ini adalah mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer,

1
cara sterilisasi, menghitung jumlah koloni dengan metode hitungan cawan serta

mengetahui cara pewarnaan gram positif dan negatif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi

Sterilisasi adalah usaha untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan,

termasuk mikroorganisme hidup (Adji, 2007). Alat dan bahan yang digunakan

dalam bidang mikrobiologi harus steril atau bebas dari mikroorganisme, agar tidak

mengganggu proses praktikum yang sedang berlangsung. Sterilisasi digunakan

untuk membunuh semua bentuk mikroorganisme hidup termasuk sporanya pada

alat dan bahan yang disterilkan (Meliawaty, 2012). Metode utama sterilisasi

adalah metode fisik yang meliputi sterilisasi menggunakan udara panas dengan

oven dan sterilisasi menggunakan uap panas bertekanan dengan autoklaf dan

metode kimia yang menggunakan senyawa-senyawa kimia seperti metil bromida,

formaldehida, dan larutan alkohol (Cahyani, 2009). Alat-alat disterilkan

menggunakan oven dengan suhu 170 0C selama 1 jam atau dengan metode

sterilisasi kering dan media disterilkan menggunakan autoklaf dengan suhu 121 0C

selama 15 menit atau dengan sterilisasi basah (Dwilestari, 2015).

2.1.1. Sterilisasi kering

Sterilisasi kering adalah sterilisasi dengan udara panas atau oven,

umumnya bersuhu 160 0C selama 2 jam atau 170 0C selama 1 jam (Kawengian,

2017). Mikroba pada umumnya akan mati pada suhu 100 0C, sehingga dengan

3
sterilisasi kering dapat membunuh mikroba. Sterilisasi ini untuk mensterilkan alat-

alat gelas seperti, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet, cawan petri, dan lain-lain

(Kartika, 2014).

2.1.2. Sterilisasi basah

Sterilisasi basah merupakan sterilisasi dengan uap air panas atau

menggunakan alat yang bernama autoklaf selama 15-30 menit dalam suhu 121 0C

dengan tekanan 2 atm (Komansilan, 2015). Sterilisasi ini digunakan untuk

membunuh bakteri yang terdapat di alat atau bahan yang mengandung cairan,

tidak tahan panas, dan tidak dapat disterilisasi dengan oven, contohnya media NA,

MEA, MHA, atau BHI (Santoso, 2015).

2.2. Pembuatan Medium

Medium yaitu suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi dan dipakai

untuk menumbuhkan mikroba. Ada tiga macam jenis medium, yaitu medium cair

(liquid, broth), medium setengah padat (semisolid), dan medium padat (solid).

Medium mengandung bahan-bahan seperti bahan dasar (air, agar, gelatin, dan

silica gel), nutrisi atau zat makanan, dan bahan yang sering digunakan dalam

membuat suatu medium. Nutrisi dalam medium yaitu nitrogen, karbon dan faktor

pertumbuhan. Komposisi nutrient yang lengkap dan tepat dapat menentukan

pertumbuhan mikroba (Chrismadha, 2007). Fungsi dari medium yaitu sebagai

isolasi, penguji sifat fisiologis, media menumbuhkan, media mengidentifikasi dan

4
media menghitung jumlah mikroba. Mikroba yang ditumbuhkan pada medium

padat akan menunjukkan ciri-ciri dari koloni yang khas sehingga dipakai untuk

mengidentifikasi mikroba yang tumbuh pada medium padat tersebut (Theresia,

2008).

2.2.1. Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berdasarkan susunan bahan yang

digunakan termasuk ke dalam medium organik semi alamiah karena terdiri dari

bahan alami yang ditambah dengan senyama kimia. Medium dibedakan menjadi

medium alamiah dan medium semi alamiah (Sayuti, 2008). Medium alamiah

adalah medium yang terdiri dari bahan alami sedangkan medium semi alamiah

adalah medium yang terdiri dari paduan antara bahan alami dan bahan kimia

contohnya Potato Dextrose Agar (PDA) dan Toge Ekstrak Agar (TEA). Bahan

penyusun Potato Dextrose Agar (PDA) yaitu kentang, dextrose, agar, asam tartarat

dan aquades. Nutrisi yang terkandung dalam medium Potato Dextrose Agar

(PDA) ini adalah karbohidrat (20%) dan glukosa (2%). Alasan digunakannya

medium Potato Dextrose Agar (PDA) ini adalah karena nutrisi pada medium

Potato Dextrose Agar (PDA) ini baik untuk pertumbuhan mikroba jenis khamir

atau kapang dan karena tekstur medium Potato Dextrose Agar (PDA) itu berupa

padatan maka cocok untuk dijadikan media pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan

mikroba dapat dilakukan dalam medium yang padat karena di dalam medium

padat sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang akan tetap pada

tempatnya (Wati, 2011).

5
2.3. Metode Hitungan Cawan

Metode yang sering digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme

adalah metode hitungan cawan karena yang dihitung dalam metode hitungan

cawan ini hanya bakteri yang hidup. Prinsip penghitungan koloni adalah dengan

menghitung koloni di dalam cawan yang mengandung antara 30-300 koloni.

Koloni yang bergabung menjai satu yang jumlah koloninya diragukan dapat

dihitung sebagai satu koloni dan satu deret rantai koloni yang terlihat sebagai

suatu garis dihitung sebagai satu koloni (Waluyo, 2007). Jumlah koloni dalam

cawan petri dapat dihitung menggunakan cara SPC yaitu dengan mengalikan

jumlah koloni dengan faktor pengenceran (Komarawidjaja, 2007).

2.3.1. Pengenceran dan Metode Tuang (Pour Plate)

Pengenceran merupakan proses untuk menurunkan atau memperkecil

konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan yang bertujuan

agar bakteri di dalamnya dapat dihitung dan diamati (Nurohaianah et al., 2007).

Prinsip dari pengenceran dan metode tuang adalah ketika sel mikroba yang masih

hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak

dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dapat dihitung

tanpa menggunakan mikroskop (Jimmo, 2013). Fungsi dari pengenceran dan

6
metode tuang adalah untuk mengurangi konsentrasi larutan sehingga bakteri di

dalam media dapat dilihat (Barazandeh, 2008).

2.3.2. Perhitungan mikroba berdasarkan Standard Plate Count (SPC)

Perhitungan mikroba menggunakan suatu standar yang disebut Standard

Plate Count yang menjelaskan cara menghitung koloni pada cawan serta cara

memilih data untuk menghitung jumlah koloni dalam sampel yaitu dengan

menghitung jumlah koloni antara 30-300 koloni (Prescott et al., 2008). Organisme

dalam sampel dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang terbentuk

dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Tryana, 2008). Tujuan

penghitungan mikroba berdasarkan SPC adalah untuk menghitung jumlah

populasi koloni dalam cawan petri (Nurliana et al., 2015). Ketentuan pengenceran

dari perhitungan yang diambil yaitu tiga sampel pengenceran terakhir sesuai

dengan kebutuhan (Rivai et al., 2013).

2.4. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram adalah teknik pewarnaan secara diferensial yang

digunakan untuk mengidentifikasi bakteri (Fitrah et al., 2013). Teknik pewarnaan

Gram dengan menggunakan empat larutan yaitu larutan kristal violet (gram A),

larutan lugol (gram B), alkohol (gram C), dan larutan safranin (gram D). Fungsi

pewarnaan gram bertujuan untuk membedakan dan mengetahui bakteri gram

positif dan bakteri gram negatif serta mengetahui morfologi keduanya (Fitri dan

7
Yasmin, 2011). Manfaat pewarnaan gram ialah dapat mengetahui mana yang

termasuk bakteri gram positif atau negatif dan mengetahui mana bakteri yang

bersifat patogen dan non patogen.

2.4.1. Bakteri Gram Positif

Pewarnaan gram positif adalah metode mengamati bakteri yang memiliki

kemampuan untuk mempertahankan warna larutan kristal violet meskipun

diberikan larutan pemucat (Hidayat dan Alhadi, 2012). Teknik yang dilakukan

adalah dengan menambahkan keempat larutan gram pada bakteri yang akan diuji.

Ciri bakteri gram positif dalam uji pewarnaan gram adalah berwarna biru atau

ungu saat diamati dibawah mikroskop (Febbiyanti, 2012). Tujuan pewarnaan

gram positif adalah untuk mengidentifikasi adanya bakteri gram positif dalam

suatu objek.

2.4.2. Bakteri Gram Negatif

Pewarnaan gram negatif adalah metode mengamati bakteri yang tidak

bisa mempertahankan larutan primer (kristal violet) karena sel selnya

mengalami kehilangan warna saat diberi alkohol dan menyerap warna tandingan

(Bambang et al., 2014). Teknik yang dilakukan adalah menambahkan keempat

larutan gram pada bakteri yang akan diuji. Ciri bakteri gram negatif dalam uji

pewarnaan gram adalah berwarna merah muda atau merah saat diamati dibawah

8
mikroskop (Ainiyah dan Shovitri, 2014). Tujuan pewarnaan gram negatif adalah

mengidentifikasi adanya bakteri gram negatif dalam suatu objek.

9
BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Mikrobiologi dengan Materi Sterilisasi dan Pembuatan Medium

dilaksanakan pada tanggal 17 April 2017 pukul 10.00 - 13.00 WIB dan Materi

Penghitungan Jumlah Mikroba, dan Pewarnaan Gram dilaksanakan pada tanggal

18 April 2017 pukul 07.00 09.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia

Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi yaitu alat dan

bahan. Alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi antara lain timbangan,

erlenmeyer, waterbath, beker glass, gelas ukur, pisau, kain saring, pH meter, oven,

autoklaf, cawan petri, pipet hisap, tabung reaksi, pipet, penghisap, Bunsen, kaca

objek, loop, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum

mikrobiologi antara lain kentang, dextrose, agar, aquades, asam tartarat, kertas

pembungkus, kapas, alkohol, alumunium foil, sampel yang akan dihitung

(bakteri/jamur/mikroba), medium, larutan gram (A,B,C dan D), biakan bakteri.

3.2. Metode

3.2.1. Sterilisasi

10
Metode yang digunakan pada sterilisasi kering yaitu pipet hisap, cawan

petri, dan erlenmeyer.disiapkan. Cawan petri dibersihkan dengan alkohol,

kemudian dikeringakan dengan kapas dan dibungkus dengan kertas pembungkus.

Pipet hisap dibersikan dan disumbat bagian pangkal pipet dengan kapas. Pipet

tersebut dibungkus dengan kertas pembungkus dan pada bagian pangkal dan

ujung diberi tanda. Mulut erlenmeyer ditutup dengan menggunakan alumunium

foil. Cawan petri, pipet hisap, dan erlenmeyer dimasukkan ke dalam oven selama

2 jam 160 0C atau 170 0C selama 1 jam. Cawan petri, pipet hisap, dan erlenmeyer

dikeluarkan dari oven dan didinginkan dengan suhu ruang.

Metode yang digunakan pada sterilisasi basah yaitu medium dimasukkan

ke dalam erlenmeyer serta larutan pengencer dimasukkan ke dalam tabung reaksi

dan ditutup dengan kapas serta alumunium foil. Erlenmeyer dan tabung reaksi

tersebut dimasukkan ke dalam autoklaf, kemudian autoklaf ditutup dengan rapat.

Autoklaf dinyalakan hingga manometer dan termometer menunjukkan suhu 121


0
C dengan tekanan 2 atm selama 15 menit. Setelah 15 menit, katup pengaman

dibuka agar uap keluar. Penutup autoklaf dibuka, kemudian medium dan alat yang

disterilisasi dikeluarkan dari autoklaf.

3.2.2. Pembuatan medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah kentang dikupas dengan

pisau tajam hingga bersih, kemudian dibilas dengan air hingga bersih. Kentang

11
diiris dengan ukuran 1x1x1 cm. Kentang ditimbang dengan tepat sebanyak 500g.

Kentang dimasukkan ke dalam bekker glass, kemudian ditambahkan 1000 ml

aquades, beker glass ditutup dengan alumunium foil serapat mungkin. Dipanaskan

dalam waterbath hingga mendidih selama 30 menit. Setelah itu di dinginkan,

kemudian kentang dilumatkan hingga hancur. Filtrat kentang diambil dengan cara

disaring menggunakan kain saring/kapas yang bersih. Setelah filtrat disaring

volumenya diukur untuk membuat medium Potato Dextrose Agar (PDA), dengan

komposisi 200 ml filtrat kentang, 4 g dextrose, dan 4 g agar.

3.2.3. Penghitungan jumlah mikroba

Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah cawan petri dan larutan

pengencer diberi label sesuai dengan urutan pengenceran. Pengenceran dilakukan

hingga tingkat pengenceran yang ditentukan yaitu tingkat 10-6. Pada tiga tingkat

pengenceran terakhir, sampel 1 ml diambil dari tabung kemudian ditetesi ke

dalam cawan 1 tetes. Medium agar dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak

10 ml kemudian digoyangkan membentuk angka delapan hingga sampel merata.

Setelah medium membeku, inkubasi dilakukan dengan posisi cawan petri terbalik

pada suhu ruangan selama 24 jam. Jumlah koloni yang terbentuk kemudian

dihitung dan dianalisa menggunakan analisa mikrobiologi yaitu Standard Plate

Count (SPC).

3.2.4. Pewarnaan Gram

12
Metode yang digunakan untuk pewarnaan gram ialah mikroba diambil dan

diletakkan pada kaca objek, dipanaskan diatas api bunsen supaya objek menjadi

kering, larutan kristal violet diteteskan pada kaca objek kemudian didiamkan 1

menit dan dibilas dengan aquades, larutan lugol diteteskan pada kaca objek

kemudian didiamkan 2 menit dan dibilas dengan aquades, larutan Gram C

diteteskan sampai warna biru tidak luntur kemudian dibilas dengan aquades,

larutan safranin diteteskan kemudian didiamkan 30 detik dan dibilas dengan

aquades, dikeringkan menggunakan tisu dan diamati dibawah mikroskop

perbesaran 100X.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sterilisasi

4.1.1. Sterilisasi kering

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada alat laboratorium yang

berupa cawan petri dan pipet hisap yang disterilkan menggunakan metode

sterilisasi kering dengan oven bertujuan untuk membunuh bakteri. Bakteri pada

umumnya mati pada suhu 100C sehingga alat menjadi steril. Hal ini sesuai

dengan pendapat Meliawaty (2012) yang menyatakan bahwa tujuan dari sterilisasi

yaitu mematikan segala bentuk mikroorganisme termasuk spora pada alat yang

disterilkan. Sterilisasi menggunakan oven termasuk jenis metode sterilisasi kering

dengan udara panas. Sterilisasi kering digunakan untuk alat yang tahan terhadap

panas. Pada umumnya dilakukan dengan suhu 160C selama 2 jam atau dengan

suhu 170C selama 1 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Fahruddin et al. (2016)

yang menyatakan bahwa alat gelas disterilisasikan menggunakan oven selama 1

jam dengan suhu 170C merupakan metode dari sterilisasi panas kering.

4.1.2. Sterilisasi basah

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan alat dan bahan yang

mengandung cairan dan tidak tahan panas bisa disterilkan dengan menggunakan

metode sterilisasi basah. Sterilisasi basah merupakan proses sterilisasi yang

14
menggunakan uap air panas atau dengan uap panas bertekanan. Alat yang

digunakan untuk mensterilkan pada metode ini disebut autoklaf, yang dilengkapi

dengan manometer, termometer, dan katup pengaman. Pada umumnya dilakukan

dengan suhu 121 0C, tekanan 2 atm selama 15 menit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Adji et al. (2007) yang menyatakan bahwa autoklaf merupakan suatu

bejana tertutup dengan tekanan tinggi, suhu di dalamnya mencapai 115-125 0C

dengan tekanan mencapai 2-4 atm, namun kondisi terbaik untuk sterilisasi adalah

dengan suhu 121 0C, tekanan 2 atm selama 15 menit. Sterilisasi basah digunakan

untuk membunuh dan menghancurkan segala bentuk kehidupan, termasuk

mikroorganisme yang terdapat pada alat atau bahan yang digunakan untuk

praktikum. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurrobifahmi et al. (2017) yang

menyatakan bahwa sterilisasi digunakan untuk mengurangi mikroba yang tidak

diinginkan dari suatu bahan.

4.2. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)

Berdasarkan hasil peraktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

medium yang digunakan yaitu medium Potato Dextrose Agar (PDA). Bahan-

bahan yang digunakan untuk membuat medium Potato Dextrose Agar (PDA) ini

adalah kentang, dextrose, agar, aquadest dan asam tartarat. Kentang berfungsi

sebagai sumber makanan bagi mikroba. Medium tersebut digunakan karena

mempunyai nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba. Hal ini sesuai dengan pendapat

Saparinto (2014) yang menyatakan bahwa medium Potato Dextrose Agar (PDA)

digunakan karena mempunyai nutrisi yang diperlukan oleh mikroba untuk

15
melakukan pertumbuhan. Fungsi dari medium Potato Dextrose Agar (PDA)

adalah sebagai tempat menumbuhkan atau mengidentifikasi mikroba. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Gandjar (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhan

mikroba harus dilakukan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA) supaya

pertumbuhan mikroba tersebut menjadi lebih optimal. Nutrisi pada medium

Potato Dextrose Agar (PDA) yaitu karbohidrat (20%), dan glukosa (2%) sehingga

medium Potato Dextrose Agar (PDA) bagus untuk media pertumbuhan mikroba

fungi namun kurang baik untuk media pertumbuhan bakteri.

4.3. Penghitungan Jumlah Mikroba

Berdasarkan hasil praktikum perhtiungan jumlah mikroba diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri

Pengenceran SPC
Sampel Medium Metode
10-4 10-5 10-6 (cfu/ml)
Nugget PDA Pour Plate 50 32 47 5105
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2016.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada

tabung 10-4 diperoleh koloni sebanyak 50 koloni, pada tabung 10 -5 diperoleh

koloni sebanyak 47 koloni dan pada tabung 10-6 diperoleh koloni sebanyak 47

koloni. Pada pengenceran 10-4 lebih banyak koloni dibandingkan dengan sampel

lainnya karena semakin tinggi pengenceran maka semakin sedikit koloni yang

dapat dilihat. Hal ini sesuai dengan pendapat Prihantini et al. (2007) yang

16
menyatakan bahwa konsentrasi dalam cairan akan semakin berkurang akibat

pengenceran. Hasil dari pengenceran dengan metode SPC dikelompokkan dalam

perhitungan 30-300 koloni yang diperoleh dari pembagian pengenceran tertinggi

dengan pengenceran terendah yang hasilnya lebih dari dua sehingga diambil

pengenceran terendah dengan hasil perhitungannya 510-5. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Jaelani et al. (2016) yang menyatakan bahwa apabila setiap sampel

memiliki jumlah koloni 30-300 maka dihitung pembagian pengenceran tertinggi

dengan terendahnya dan apabila hasilnya lebih dari dua diambil sampel

pengenceran terendah dan jika hasilnya kurang dari dua diambil sampel

pengenceran tertinggi. Pertumbuhan bakteri didalam cawan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti suhu, nutrisi, pH, dan ketersediaan oksigen. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Pelczar (2008) yang menyatakan bahwa suhu, gas, dan pH

merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan kondisi

optimum bagi pertumbuhan bakteri.

4.4. Pewarnaan Gram

4.4.1. Lactobacillus sp.

Berdasarkan praktikum pewarnaan bakteri diperoleh hasil sebagai


berikut:

17
Lactobacillus sp. Lactobacillus sp.

Bentuk : basil/batang Bentuk : batang


Koloni : kecil Koloni : kecil
Warna : putih kebiruan Warna : ungu
Gram : positif Gram : positif
Sumber : Data Primer Praktikum
Sumber : Wirama et al. (2015)
Mikrobiologi 2017.
Ilustrasi 1. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Positif Perbesaran 100X.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil bahwa

Lactobacillus sp. merupakan bakteri gram positif karena menunjukkan warna

putih kebiruan pada mikroskop. Hal ini sesuai dengan pendapat Utama et al.

(2013) bahwa Lactobacillus sp. ialah bakteri asam laktat yang tergolong dalam

bakteri gram positif dan tidak membentuk spora. Ciri ciri bakteri gram positif

adalah berwarna biru saat diuji dengan metode pewarnaan Gram, berdinding sel

tebal, dan nutrisi yang dimiliki komposisinya rumit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yulvizar (2013) bahwa bakteri gram positif menyerap warna dari larutan

kristal violet sehingga menghasilkan warna biru atau ungu.

4.4.2. Escherichia coli

Berdasarkan praktikum pewarnaan gram diperoleh hasil sebagai berikut :

18
Escherichia coli Escherichia coli

Bentuk : monobasil/batang berflagel Bentuk : basil


Koloni : sangat kecil Koloni : kecil
Warna : coklat Warna : merah
Gram : negatif Gram : negatif
Sumber : Data Primer Praktikum
Sumber : Besung, 2010.
Mikrobiologi 2017.

Ilustrasi 2. Gambar Pengamatan Bakteri Gram Negatif Perbesaran 100X.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa bakteri

E. coli merupakan bakteri gram negatif karena menunjukkan warna coklat dan

terdapat cahaya pada mikroskop. Hal ini sesuai dengan pendapat Kumala dan

Indriani (2008) bahwa E. coli termasuk pada bakter gram negatif. Ciri ciri

bakteri gram negatif adalah berwarna merah saat diuji dengan metode pewarnaan

gram, berdinding sel tipis, dan komposisi nutrisinya sederhana. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lutviandhitarani et al. (2015) bahwa bakteri gram negatif tidak

memiliki kemampuan untuk mempertahankan warna dari larutan kristal violet

sehingga akan menghasilkan warna merah pada mikroskop.

19
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu sterilisasi kering dan sterilisasi basah.

Sterilisasi kering menggunakan oven sedangkan sterilisasi basah menggunakan

autoklaf. Cawan petri dan pipet tetes menggunakan sterilisasi kering. Tabung

reaksi, aquades, dan medium menggunakan sterilisasi basah. Mikroba dapat

ditumbuhkan atau dikembangbiakkan melalui medium padat dengan

menggunakan Potato Dextrose Agar (PDA) sehingga membentuk koloni yang

dapat dihitung. Perhitungan koloni dapat dihitung dengan metode perhitungan

cawan. Koloni per ml dapat dihitung dengan rumus jumlah koloni dikalikan satu

per faktor pengenceran. Dalam identifikasi pewarnaan gram, Lactobacillus

acidophilus menunjukkan warna putih kebiruan yang merupakan bakteri gram

positif sedangkan Escherichia coli menunjukkan warna coklat yang merupakan

bakteri gram negatif.

5.2. Saran

Saran yang dapat ditarik dari praktikum yang telah dilakukan adalah

praktikan wajib menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan sarung

tangan untuk menghindari kontaminasi bakteri. Pelaksanaan praktikum dilakukan

20
secara teliti dan lebih berhati-hati dalam menggunakan alat laboratorium.

Penggunaan label pada alat praktikum disarankan untuk menghindari resiko

tertukar dengan alat lain.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adji, D., Zuliyanti, dan H. Larashanty. 2007. Perbandingan efektivitas sterilisasi


alkohol 70%, inframerah, otoklaf, dan ozon terhadap pertumbuhan bakteri
bacillus subtilis. Jurnal Sains Veteriner. 1 (25): 17-24.
Ainiyah, D. N dan M. Shovitri. 2014. Bakteri tanah sampah pendegradasi plastik
dalam kolom winogradsky. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3 (2): 63 66.
Bambang, A. G., Fatimawali dan N. S. Kojong. 2014. Analisis cemaran bakteri
coliform dan identifikasi escherichia coli pada air isi ulang dari depot di
kota manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 3 (3): 325-334.

Besung, I. N. K. 2010. Kejadian kolibasilosis pada anak babi. Majalah Ilmiah


Peternakan. 13 (1): 1 12

Chrismadha, T. 2007. Pengaruh konsentrasi nutrient terhadap pertumbuhan dan


produktivitas chlorella sp. pada kultur semikontinyu. Jurnal Limnotek. 2
(1): 33-43.

Cahyani, V.R. 2009. Pengaruh beberapa metode sterilisasi tanah terhadap status
hara, populasi mikrobiota, potensi infeksi mikorisa, dan pertumbuhan
tanaman. Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 6 (1): 43-52.

Dwilestari, H. Awaloei, J. Posangi, dan R. Bara. Uji efek antibakteri jamur endefit
pada daun mangrove sonneratia alba terhadap bakteri uji staphylococcus
aureus dan escherichia coli. Jurnal Biomedik. 1 (3): 394-398.

Fahruddin, A. M., F. Tatengkeng, R. Thamrin, dan I.E. Riewpassa. 2016.


Efektivitas antibakteri ekstrak buah patikala (etlingeraelatior (jack) r.m.
s.m) terhadap bakteri enterococcus faecalis. Journal of Makassar Dent. 5
(3): 69-75.
Febbiyanti, T. R. 2012. Penapisan jamur dan bakteri antagonis terhadap jamus
akar putih (rigidoporus microporus) dari rizosfer tanaman lidah mertua
(sansecieria trifasciata prain). Jurnal Penelitian Karet. 30 (1): 1 11.
Fitrah, I. D., Darmawi, dan Rasmaidar. 2013. Isolasi pasteurella multocida pada
kuda dan sensitivitasnya terhadap antibiotik. Jurnal Medika Veterinaria. 7
(2): 121-125.
Fitri, L dan Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan pengamatan morfologi koloni bakteri
kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 3 (2): 20-25.

Gandjar. 2008. Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

22
Hidayat, R dan F. Alhadi. 2012. Identifikasi streptococcus equi dari kuda yang
diduga menderita strangles. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 17 (3): 199-
203.

Jimmo. 2013. Perhitungan Pertumbuhan Mikroba. Universitas Brawijaya, Malang.


Kartika, R., W. Bodhi, B. Kepell, dan R. Bara. 2014. Uji daya hambat jamur
endofit akar bakau rhizopora apiculata terhadap bakteri staphylococcus
dan escherichiae coli. Jurnal Biomedik. 1 (2): 1-6.

Kawengian, S. A., J. Wuisan, dan M. A. Leman. 2017. Uji daya hambat ekstrak
daun serai (cymbopogon citratus l.) terhadap pertumbuhan streptococcus
mutans. Jurnal GiGi. 1 (5): 1-5.

Komansilan, J.G., C. N. Mintjelungan, dan O. Waworuntu. 2015. Daya hambat


ekstrak kulit manggis (garcinia mangostnana l.) terhadap streptococcus
mutans. Jurnal GiGi. 2 (3): 309-3016.

Komarawidjaja, W. 2007. Karakteristik dan keragaman mikroba unit pengolah


limbah cair tekstil. Jurnal Teknik Lingkungan. 8 (2): 150-155.
Kumala, S dan D. Indriani. 2008. Efek antibakteri ekstrak etanol daun cengkeh
(eugenia aromatic l.). Jurnal Farmasi Indonesia. 4 (2): 82-87.
Lutviandhitarani, G., D. W. Harjanti dan F. Wahyono. 2015. Green antibiotic daun
sirih (piper betle l.) sebagai pengganti antibiotik komersial untuk
penanganan mastitis. Jurnal Agripet. 15 (1): 28-32.
Meliawaty, F. 2012. Efisiensi sterilisasi alat bedah mulut melalui inovasi oven
dengan ozon dan infrared. Jurnal Kedokteran Maranatha. 2 (11): 147-167.
Nurliana, S.C. Yuda, F. Jamin, T.R. Ferasyi, M. Isa, dan Darmawi. 2015. Pengaruh
pencelupan karkas ayam pedaging dalam larutan asam sitrat dan asam
asetat terhadap angka lempeng total escherichia coli. Jurnal Medika
Veterinaria. 9 (2): 124-127.
Nurrobifahmi, I. Anas, Y. Setiadi, dan Ishak. 2017. Pengaruh metode sterilisasi
radiasi sinar gamma co-60 dan autoklaf terhadap bahan pembawa,
viabilitas spora gigaspora margarita dan ketersediaan fe, mn, dan zn.
Jurnal Tanah dan Iklim. 1 (41): 1-8.
Pelczar, M.J. dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar Dasar Mikrobiologi. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Prihantini, N.B., D. Damayanti, dan R. Yuniati. 2007. Pengaruh konsentrasi
medium ekstrak tauge (met) terhadap pertumbuhan scenedesmus isolat
subang. Jurnal Sains. 11 (1): 1-9.

23
Rivai, H., V.P. Lase, dan R. Wahyuni. 2013. Penentuan cemaran mikroba pada
jamu pelangsing yang beredar di pasar tarandam padang. Jurnal Farmasi
Higea. 5 (2): 28-30.

Santoso, V. P., J. Posangi, H. Awaloei, dan R. Bara. 2015. Uji efek antibakteri
daun mangrove rhizophora apiculata terhadap bakteri pseudomonas
aeruginosa dan staphylococcus aureus. Jurnal Biomedik. 1 (3): 399-405.

Saparinto, C dan D. Hesti S. 2014. Panduan Lengkap Gaharu. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Suharni, T.T. 2008. Mikrobiologi Umum. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Tamher, S. 2008. Mikrobiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Trans Info


Media, Jakarta.

Tryana, S.T. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Malang.

Utama, C. S., B. Sulistiyanto, dan B. E. Setiani. 2013. Profil mikrobiologis pollard


yang difermentasi dengan ekstrak limbah pasar sayur pada lama peram
yang berbeda. Jurnal Agripet. 13 (2): 26-30.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.

Wati, D.S. 2011. Pembuatan Biogas dari Limbah Cair Industri Bioetanol Melalui
Proses Anaerob (Fermentasi). Universitas Diponegoro, Semarang.
Wirama, I. G. A. G. B., Y. Ramona dan C. I. S. Arisanti. 2015. Ketahanan
Lactobacillus sp. isolat susu kuda sumbawa terhadap ph rendah dan asam
deoksikolat serta kemampuannya mentransformasi asam kolat menjadi
asam deoksikolat. Jurnal Biologi. 19 (1): 1 5.
Yulvizar, C. 2013. Isolasi dan identifikasi bakteri probiotik pada rastrelliger sp.
Jurnal Biospedes. 6 (2):1-7.

24
LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar dan Fungsi Alat


No. Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat
1. Autoklaf Untuk mensterilisasi alat
dan bahan yang akan
digunakan dengan metode
sterilisasi basah

2. Bunsen Spiritus Untuk memfiksasi


biakan bakteri saat
pewarnaan gram
Untuk mencegah
bertambahnya mikroba
dari udara, pada saat
pengenceran
3. Cawan petri Untuk disterilisasi
dengan metode
sterilisasi kering
Untuk meletakkan
sampel yang akan
dihitung
Untuk meletakkan
biakan bakteri
4. Erlenmeyer Untuk meletakkan medium
yang akan disteriliasi
dengan metode sterilisasi
basah

5. Gelas beker Untuk meletakkan kentang


pada saat pembuatan
medium potato dextrose
agar (PDA)

25
6. Gelas ukur Untuk mengukur bahan
yang berbentuk cair

7. Kaca objek Untuk meletakkan biakan


bakteri pada saat
pewarnaan gram

8. Kain saring Untuk menyaring filtrat


kentang

9. Loop Untuk mengambil biakan


bakteri

10. Mikroskop Untuk mengamati biakan


bakteri pada saat
pewarnaan gram

11. Oven Untuk mensterilisasi alat


dan bahan yang akan
digunakan dengan
menggunakan metode
sterilisasi kering

26
12. pH meter Untuk mengukur pH pada
saat pembuatan medium

13. Pipet Untuk mengambil


filtrat kentang
Untuk mengambil
larutan Violet Kristal,
lugol, alcohol,dan
safranin

14. Pipet hisap Untuk disterilisasi


dengan metode
sterilisasi kering
Untuk mengambil
larutan pada saat
pengenceran

15. Pisau Untuk mengupas kentang

16. Penghisap Alat bantu yang berfungsi


untuk menyedot larutan

17. Rak tabung reaksi Untuk meletakkan tabung


reaksi yang akan di
sterilisasi basah dan
pengenceran

27
18. Tabung reaksi Untuk disterilisasi
dengan metode
sterilisasi basah
Sebagai tempat untuk
melarutkan sampel dan
untuk pengenceran

19. Timbangan Untuk menimbang


kentang
Untuk menimbang
dextrose
Untuk menimbang agar
Untuk menimbang
sampel (nugget)
20. Waterbath Untuk memanaskan
kentang dalam pembuatan
medium

Lampiran 2. Perhitungan Standard Plate Count (SPC)

Pengenceran SPC
Sampel Medium Metode -4
10 10-5 10 -6
(cfu/ml)
Nugget PDA Pour Plate 50 32 47 5105
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi 2017.

47 106
PerhitunganSPC= =94
50 104

Karena 94 lebih dari 2, maka diambil jumlah koloni berdasarkan jumlah terendah

yaitu 5x105.

Lampiran 3. Fotokopi Hasil Praktikum

28

Anda mungkin juga menyukai