PENDAHULUAN
bahan alami tanpa bahan kimia sintetis, sehingga diharapkan mampu menjaga
mengakibatkan tanah menjadi tidak subur. Selain itu, produk pertanian yang
dihasilkan juga akan terkontaminasi oleh bahan kimia yang digunakan sehingga
Kompos merupakan sisa bahan organik yang dapat berasal dari tanaman,
hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi dengan
antaranya jerami, sekam padi, gulma, kotoran ternak, daun kering, sebuk kayu,
dan sebagainya. Komposisi pada kompos bergantung pada bahan utama yang
yang digunakan dalam pembuatan kompos meliputi 5kg daun kering non legume,
1kg jerami kering, 3kg pukan kering matang, dan 1kg kapur. Jenis mikroba yang
organik guna melestarikan alam. Manfaat yang didapat pada praktikum ini ialah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kompos
Jerami, sekam padi, pelepah pisang, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman
jagung dan sabut kelapa merupakan limbah pertanian yang dapat digunakan untuk
membuat kompos, sedangkan limbah ternak yang sering digunakan untuk kompos
diantaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang dan cairan biogas
kimia hanya menyediakan nutrisi dalam jumlah yang sangat tinggi bagi tanaman
(Dahlianah, 2015).
warna coklat kehitaman dan hasil analisis sifat kimianya yang menunjukkan aman
bagi tanaman dengan perbandingan kadar karbon dan nitrogen (C/N) dibawah
30% (Sofiyan, 2007). Kompos yang baik juga tidak akan larut dalam air meskipun
sebagian kompos dapat membentuk suspensi, suhunya kurang lebih sama dengan
suhu lingkungan dan bersifat netral jika diaplikasikan pada tanah (Herliana dan
Supriati, 2010).
berpengaruh pada kualitas kompos yang dihasilkan, karena pada saat proses
(Setiawan, et.al 2007). Penambahan EM4 dalam proses pembuatan kompos ialah
EM4 terkandung banyak jenis mikroba yang dapat bekerja efektif dalam
ukuran bahan kompos, suhu optimum berkisar 30-40oC, pH normal 5-8, kadar air
50-70% yang berfungsi agar bahan kompos tidak berjamur, dan adanya senyawa
di dalam bahan kompos. Nutrisi utama atau makro nutrien yang diperlukan oleh
mikroorganisme meliputi karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K),
magnesium (Mg), dan kalsium (Ca), sedangkan mikro nutrien yang dibutuhkan
meliputi kobal (Co), mangan (Mn), dan tembaga (Cu) (Wahyono, et.al, 2011).
BAB III
dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Maret 2017, pukul 16.00 WIB di Lapangan
kadar air, pH dan bahan organik dilaksakan pada 9-10 April 2017, pukul 11.00
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah ember untuk tempat
melarutkan EM4, gunting untuk memotong bahan yang berasal dari limbah
tanaman, trash bag untuk tempat pengomposan pupuk, tali untuk mengikat mulut
trash bag agar tertutup, timbangan untuk menimbang berat bahan kompos dan
sampel kompos, amplop kertas untuk pengujian kadar air, cawan besar untuk
tempat sampel dalam pengujian bahan kering, cawan kecil untuk tempat sampel
dalam pengujian bahan organik, erlenmayer untuk tempat sampel analisah kadar
sampel, tanur pemanasan uji kadar abu, oven untuk memanaskan sampel dalam
pengujian kadar air, gelas baker untuk tepat sampel yang akan di titrasi, alat
destilasi untuk mendestilasi sampel, dan alat tulis untuk mencatat hasil praktikum.
Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi 5 kg daun kering non legum,
1 kg jerami, 3 kg pupuk kandang kering matang, 1kg kapur, EM4, air secukupnya
selenium, aquades, asam borat, biuret, selenium, H2SO4, NaOH, dan indikator
3.2. Metode
dengan cara menyiapkan seluruh alat dan bahan yang dibutuhkan. Jerami
Hal ini dilakukan agar dekomposisi pada pengomposan terjadi lebih cepat dan
proses aerasi terjadi dengan lancar. Bahan utama pengomposan berupa daun
sebanyak 3 kg dan kapur sebanyak 1 kg. Semua bahan dicampur dan diaduk
hingga tercampur merata. Larutan EM4 dilarutkan dalam air dengan perbandingan
EM4 dan air sebesar 1:10. Larutan tersebut disiramkan pada campuran bahan-
bahan yang telah dibuat sebelumnya hingga campuran menjadi lembab. Campuran
kompos dimasukkan ke dalam trash bag, kemudian mulut trash bag diikat agar
tertutup, dan bagian luar trash bag diberi lubang kecil-kecil. Pembuatan kompos
ini dilakukan dengan teknik aerobik, sehingga diperlukan sirkulasi udara yang
baik dalam prosesnya. Lubang pada bagian luar trash bag memungkinkan udara
dapat keluar dan masuk sehingga dapat melancarkan sirkulasi udara. Campuran
kompos dalam trash bag disimpan selama 2 minggu, diaduk setiap tiga hari
selama beberapa menit. Beberapa menit kemudian kertas lakmus diambil dan di
dengan cara menyiapkan alat dan bahan berupa amplop dan sampel berupa
pada suhu 105C selama 12 jam. Setelah dikeringkan, sampel ditimbang kembali
sehingga didapatkan hasil berat kompos setelah dikeringkan. Kadar air didapatkan
Keterangan:
A : Berat sampel sebelum dioven
B : Berat setelah dioven
C : Berat amplop
3.3.4. Penghitungan Bahan Kering
dengan cara menyiapkan alat dan bahan berupa cawan besar dan sampel berupa
kompos yang telah dikering anginkan. Cawan besar ditimbang dan dicatat hasil
Keterangan :
A : Berat sampel
B : Berat sampel setelah dioven
C : Berat cawan besar
pengukuran yang didapatkan. Sampel dimasukkan ke dalam cawan besar
kemudian ditimbang sehingga didapatkan berat total cawan besar dan sampel.
Sampel dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105C selama 12 jam. Kadar
dengan cara menyiapkan alat dan bahan berupa cawan kecil dan sampel berupa
kompos yang telah dikeringkan. Cawan kecil ditimbang dan dicatat hasil
ditimbang sehingga didapatkan berat total cawan kecil dan sampel, kemudian
diletakan pada tanur dan dikeringkan dengan suhu 600C selama 4 jam. Bahan
Keterangan :
A : berat sampel
B : berat sampel setelah tanur
C : berat cawan besar
3.3.6 Analisis N
tambahkan selenium 1 sendok teh serta asam sulfat 10 ml. Proses berikutnya ialah
destruksi yang bertujuan mengurai atau merombak senyawa yang ada pada pupuk,
sehingga senyawa tertentu dapat dianalisis. Sampel diambil sebanyak 10 ml dan
ditambahkan akuades 90 ml, NaOH 40 ml. Asam borat dicampur dengan indikator
metil red metil blue dalam erlenmeyer sebagai larutan penangkap N pada alat
warna menjadi hijau toska. Hasil destilasi diukur sebanyak 2 ml untuk dititrasi
menggunakan biuret. Apabila sampel telah berubah warna menjadi ungu, maka
proses titrasi dihentikan dan biuret yang ditambahkan pada sampel di catat
Pengamatan Ke-
Evaluasi
1 2 3 4 5 6
Manis Manis
khas khas Khas
Bau Tanah Tanah Tanah
fermentasi fermentasi daun
daun daun
Coklat Coklat Coklat
Warna Coklat Coklat Coklat
tua tua kehitaman
Suhu 40oC 33oC 35oC 31oC 29oC 28oC
pertama dan kedua diketahui bahwa kompos memiliki aroma khas fermentasi atau
seperti bau tape, dan pengecekan keempat hingga keenam berbau seperti tanah.
Warna yang dihasilkan pada pengecekan petama hingga ketiga ialah coklat,
keempat dan kelima berwarna coklat tua dan untuk pengecekan terakhir didapat
kompos berwarna coklat kehitaman. Suhu dari tiap pengecekan tidak stabil,
kelima mengalami penurunnan dari 31o C hingga 29o C. Aroma fermentasi atau
bahwa kompos sudah matang, hal ini dikarenakan adanya proses dekomposisi
dalam mengkomposisi bahan organik yang tidak konstan. Suhu rata-rata selama
tiga kali pengecekan adalah 36o C, suhu ini sangat cocok untuk pertumbuhan
mikroba pengurai sehinga mampu terjadi dekomposisi yang optimal. Hal ini
akan optimal mendekomposisi bahan organik jika berada pada temperatur 36o C.
yang menandakan bahwa pupuk kompos sudah mulai matang. Hal ini sesuai
dengan pendapat dengan Nyoman dan Dewa (2008) yang menyatakan bahwa
bahwa dihasilkan pH sebesar 7, kadar abu (KA) sebesar 30%, kadar air pada
rasio C/N sebesar 87,3 %. pH mendekati netral pada pupuk kompos disebabkan
perubahan pH kompos, dari pH asam menjadi lebih netral. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nyoman dan Dewa (2008) yang menyatakan bahwa pH pada kompos
naik disebabkan adanya penguraian protein menjadi amonia. Daun kering non
kadar N yang rendah, hasil analisis menunjukkan kadar N dalam kompos sebesar
0,46%. Kualitas kompos pada dasarnya di tentukan oleh bahan atau komponen
yang digunakan. Hal ini sependapat dengan Senesi (1993) yang menyatakan
bahwa kompos yang berkualitas baik diperoleh dari bahan-bahan dasar yang
bermutu baik pula. Rasio C/N yang dihasilkan tinggi yaitu 87,3% , hal tersebut
dikarenakan tingginya kandungan selulose dan lignin pada daun sehingga semakin
besar nilai C/N rasionya. Hal ini sesuai pendapat dengan Jutono (1993) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi kandungan selulose dan lignin bahan dasar
kompos, maka semakin besar pula nilai C/N rasionya. Proses pengomposan
bertujuan untuk menurunkan nilai C/N rasio dalam kompos agar nilai C/N rasio
kompos mendekati atau sama dengan C/N rasio pada tanah. Menurut
Indriyani (2011) semakin tinggi C/N rasio bahan kompos, maka proses
pengomposannya juga semakin lama, penurunan C/N rasio ini bertujuan agar
5.1. Simpulan
kompos menggunakan bahan kering non legume sebagai bahan utama merupakan
kompos yang memiliki nilai C/N rasio yang tinggi dikarenakan waktu
5.2. Saran
Saran dalam praktikum ini ialah potongan daun kering non legume yang
pengomposan juga diperlukan agar C/N rasio dalam kompos mendekati atau
setara dengan C/N rasio pada tanah sehingga unsure N dapat diserap dengan baik
oleh tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlianah, I.2015. Pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku pupuk
kompos dan pengaruhnya terhadap tanaman dan tanah. J. Agronomi.
1(10):10-13.
Djaja, W.2008. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak dan Sampah.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Djuarnani, N., Kristian, B dan Susilowati .2007. Cara Cepat Membuat Kompos.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wahyono, S., F. Sahwan dan F. Suryanto. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul
dari Aneka Limbah. Agromedia Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Pengamatan
Keterangan :
KA (%) : Persentase kadar abu
BO (%) : Presentase bahan organik
Kadar N (%) : Persentase kadar N
C/N Rasio :
KA = A (B C) x 100% Keterangan :
A KA : Kadar abu
A : Berat sampel sebelum ditanur
B : Berat sampel setelah ditanur
C : Berat cawan
KA = 5 (16,538 15) x 100%
5
= 5 1,53 x 100%
5
= 3,47 x 100%
5
= 0, 699 x 100%
= 69,9 %
BO = B C x 100%
A Keterangan :
BO : Bahan Organik
BO = 16,53 15 X 100%
5 A : Berat sampel sebelum di oven
B : Berat sampel setelah di oven
= 1,53 X 100%
C : Berat amplop
5
= 0,306 X 100%
= 30,6 %
= 93696,7104
2500
= 37,47 %