TINJAUAN PUSTAKA
b. Mineral
Susunan utama dari mineral adalah kalsium yang analog dengan kristal
kalsium Phospat dengan rumus kimia 3 Ca3 (PO)2 Ca (OH)2 yang dikenal
sebagai kristal kalsium hidroksiapatit. Kalsium hidroksiapatit berbentuk
piringan kristal tajam seperti jarum, berbeda di dalam dan diantara serat
kolagen dengan panjang 20-80 nm dan tebal 2-5 nm. Kristal ini tidak murni
tapi mengandung unsur lain yaitu senyawa karbonat, senyawa sitrat, dengan
unsur magnesium, natrium, dan fluorida yang dapat dijumpai pada sisi dari
kristal atau terserap ke dalam sampai kepermukaan kristal.
c. Matriks tulang
Matriks tulang adalah bentuk organis tulang. Sekitar 35% dari berat tulang
kering mengandung 98% kolagen dan sisanya 2% terdiri dari beberapa macam
3
4
protein non kolagen. Kolagen adalah protein dengan daya larut yang sangat
rendah, berbentuk tripel helik, terdiri dari 2 rantai a1(I) dan a2(II) berbentuk
silang ( cross linked ) dengan ikatan hidrogen antara hidroksi protein dan
residu lainnya. Setiap molekul berada dalam satu garis bersama dengan
lainnya dan membentuk serat kolagen. Golongan protein non kolagen yang
jumlahnya banyak adalah osteonektin dan osteokalsin ( bone-Glaprotein).
Osteokalsin adalah protein kecil yang jumlahnya 10-12% dari protein non
kolagen dan erat hubungannya dengan fase mineralisasi tulang. Osteonektin
adalah protein besar yang disekresi oleh osteoblas (OBL) yang berfungsi
mengikat kolagen dan hidroksiapatit.
Proses remodeling ini melalui 2 tahap yaitu oleh tahap bone formation atau
pembentukan tulang oleh osteoblas dan tahap bone resorption resorpsi atau
penyerapan tulang oleh osteoklas. Sebagai puncak pembentukan terjadi pada
wanita usia 30 tahun dan akan mengalami penurunan pada masa menopause
sampai usia lanjut.
3. Osterix (Osx)
Osterix merupakan protein yang diperlukan pada diferensiasi
osteoblas yang bekerja di bawah Cbfa1 (eksresi osterix memerlukan
Cbfa1 bukan sebaliknya). Osterix adalah zink yang mengandung
faktor transkripsi dan terdapat pada tulang yang sedang berkembang.
sehingga mencapai kadar asam sekitar. Mineral tulang kemudian menjadi larut
dan kolagen menjadi pecah.
Diferensiasi dan fungsi osteoklas terutama diatur dengan:
1. Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-CSF)
Macrophage Colony-Stimulating Faktor (M-CSF) diperlukan
untuk kelangsungan dan diferensiasi prekursor osteoklas. Zat ini
dibentuk oleh sel osteoklas. M-CSF membantu diferensiasi osteoklas
dengan cara berikatan pada reseptornya (c-Fms) pada awal prekursor
osteoklas. Ketiadaan 1v1-CSF akan menyebabkan terhentinya
diferensiasi pada tahap preosteoklas.
3. Osteoprotegerin (OPG)
Osteoprotegerin (OPG) dibentuk oleh osteoblas (seperti halnya
sejumlah jenis sel lainnya) dan menghalangi pembentukan osteoklas
dan resorpsi tulang. Zat ini juga berkaitan dengan RANKL (Receptor
for Activation of Nuclear Faktor Kappa 8 Ligand), Ketika OPG
berikatan dengan RANKL maka ini akan mencegah RANKL berikatan
dengan RANKL, sehingga menyebabkan hambatan terhadap
pembentukan osteoklas.
8
2.2. Definisi
Fraktur patologis adalah fraktur akibat lemahnya struktur tulang oleh proses
patologik, seperti neoplasia, osteomalasia, osteomielitis, dan penyakit lainnya.
Disebut juga secondary fracture dan spontaneous fracture.4,5
2.3. Etiologi
Fraktur patologis adalah suatu fraktur yang terjadi pada tulang yang abnormal. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor kongenital, misal osteogenesis
imperfekta dan displasia fibrosa. Faktor infeksi seperti osteomielitis. Faktor neoplastik
benigna, yaitu enkhondroma dan maligna, osteosarcoma dan myeloma. Faktor sekunder,
dari paru-paru, payudara, tiroid, ginjal, prostat. Faktor metabolik seperti osteomalasia,
osteoporosis, panyakit Paget.5,11,15
2.4. Diagnosis
Kongenital
A. Osteogenesis Imperfekta (Brittle Bones)5,6,7
Osteogenesis Imperfekta (OI) adalah salah satu kelaninan genetik
pada tulang yang paling sering ditemukan. Sintesis yang abnormal dan
kerusakan stuktur kolagen tipe I menyebabkan kelainan pada gigi,
9
Pada bebrapa kasus yang lebih ringan, fraktur terjadi pada satu atau
dua tahun setelah kelahiran, saat anak mulai berjalan. Sedangkan pada
kasus OI yang paling parah, fraktur terjadi sebelum kelahiran dan bayi
tetap lahir hidup. Namun hanya dapat bertahan beberapa minggu
disebebkan karena kegagalan nafas, identasi basilar ataupun perdarahan
intrakranial karena cedera.
( ( (
(d) (e
)
1. OI type I (MILD)
Variasi paling umum, lebih dari 50% dari semua kasus.
Fraktur biasanya muncul pada usia 1-2 tahun.
Penyembuhan cukup baik dan tidak terlihat kelainan
bentuk.
Sklera berwarna biru tua
Gigi tidak normal
Pendengaran berkurang pada dewasa
Kualitas hidup baik, harapan hidup normal.
Autosomal dominant inheritance.
2. OI type II (LETHAL)
5-10% per kasus
Fraktur intra-uterin dan fraktur neonatal
Tengkorak membesar dan ditemukan wormian bones
Sklera berwarna abu-abu
Fraktur costae dan kesulitan bernafas
Lahir hidup, hanya bertahan beberapa minggu
Paling sering karena mutasi dominan, beberapa
autosomal resesif.
3. OI type III (SEVERE DEFORMING)
Tipe klasik namun bukan tipe tersering
Fraktur muncul saat lahir
Tengkorak membesar dan gambaran wormian bones,
wajah pinched-looking
Terlihat deformitas dan kyphoscoliosis pada usia 6
tahun
Sklera berwarna abu-abu, kemudian putih
Dentinogenesis imperfecta.
Kelemahan sendi
Masalah dalam pernafasan
Kualitas hidup buruk, sedikit yang bertahan hingga
dewasa
Sporadik, atau autosomal recessive inheritance.
4. OI type IV (MODERATELY SEVERE)
Jarang terjadi, > 5% dari kasus
12
Sebagian besar masalah ortopedi jangka panjang terjadi pada tipe III
dan tipe IV. Fraktur yang terjadi dapat ditangani dengan terapi
konservatif, namun imobilisasi harus seminimal mungkin. Deformitas
pada tulang panjang sering ditemukan yang disebabkan karena malunion
pada fraktur komplit atau patahnya tulang pada fraktur inkomplit
berulang. Hal ini membutuhkan prosedur operatif, biasanya dilakukan
pada usia 4 hingga 5 tahun.
B. Displasia Fibrosa5
Displasia fibrosa adalah gangguan perkembangan dimana daerah
trabecular pada tulang digantikan dengan sel-sel jaringan fibrosa yang
terdiri dari osteoid dan anyaman tulang. Hal ini dapat mempengaruhi satu
tulang (monostotik), satu anggota badan (monomelik) atau banyak tulang
(poliostotik). Jika lesi yang terbentuk besar, tulang akan semakin
melemah dan akan menimbulkan fraktur hingga deformitas.
13
2.4.2 Infeksi
A. Osteomielitis8
Osteomielitis (osteo-berasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti tulang,
myelo artinya sumsum, dan-itis berarti peradangan) secara sederhana berarti
infeksi tulang atau sumsum tulang. Infeksi pada tulang dapat terjadi melalui aliran
darah, trauma dan fiksasi interna (implant). Organisme yang paling umum
menyebabkan terjadinya infeksi yaitu staphylococcus aureus. Adanya proses
infeksi maka tubuh akan memberikan respon perlawanan dengan mengisolasi dan
menghancurkannya. Tanda-tanda osteomielitis yaitu berupa, nyeri, kemerahan dan
bengkak sekitar tulang yang terinfeksi serta berkurangnya fungsi.
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan kronik. Fase
akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari. Pada fase ini anak
tampak sangat sakit, panas tinggi, pembengkakan dan gangguan fungsi anggota
gerak yang terkena. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap darah
16
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang
terkena merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik
ditemukan suatu involukrum dan sequesterasi.
Jika antibiotik diberikan lebih cepat (48 setelah onset dari gejala) drainase
mungkin tidak diperlukan. Akan tetapi, jika gambaran klinis tidak meningkat
dalam 36 sejak pengobatan dimulai, atau bahkan lebih awal jika ada tanda-
tanda pus yang dalam (pembengkakan, edema, fluktuasi), maka harus
dilakukan aspirasi pus, dan dilakukan drainase abses dengan operasi terbuka
di bawah general anestesi
17
c. Adanya sequesterasi
2.4.3 Neoplasma
A. Enkhondroma9
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari dalam rongga sumsum tulang
yang terdiri dari kartilago hialain matur. Tumor ini berkembang dari pulai-pulau
kartilago yang terkadang menetap pada metafisis pada proses pembentukan
tulang oleh osifikasi endokondral. Tumor jinak ini didapat pada dewasa muda
dan tidak mengakibatkan keluhan sakit. Karena itu, seringkali khondroma
ditemukan pada pemeriksaan radiologi berkala atau setelah terjadi fraktur
patologis. Khondroma ditemukan pada setiap tulang dengan kartilago (tulang
tubular pada tangan dan kaki).
Pada pemeriksaan radiologi akan terlihat area radiolusen yang sangat jelas
pada perbatasan antara metafisis dan diafisis. Terkadang tulang agak sedikit
18
Tumor ini paling sering mengenai tulang-tulang tubuler kecil (acral skeleton)
pada tangan dan kaki, kadang-kadang juga pada tulang yang lebih besar, seperti
femur, hemerus, tibia, fibula, radius dan ulna. Pada tulang panjang ditemukan
pada metafisis dan distal atau proksimal dari diafisis.
Komplikasi pada penyakit ini adalah adanya perubahan malignasi, namun hal
ini jarang terjadi. Kurang dari 2% pada pasien dengan lesi yang kecil akan
mengalami malignansi. Namun pada kasus dengan multiple lesi (Olliers
disease) persentase meningkat menjadi 30% dan 100% pada pasien dengan
19
Maffuccis syndrome. Tanda-tanda malignansi pada pasien dengan usia lebih dari
30 tahun adalah: (1) onset nyeri, (2) lesi membesar dan (3) erosi kortikal.
B. Osteosarkoma9
Merupakan neoplasma tulang ganas primer yang paling sering didapat. Terjadi
pada dekade ke 2 dari kehidupan dimana masa tersebut merupakan masa aktif
pertumbuhan tulang, hanya kurang dari 5% terjadi pada anak-anak usia kurang
dari 10 tahun. Bersifat sangat ganas, cepat bermetastase ke paru-paru dengan
melalui aliran darah. Lokasi dapat terjadi pada metafisis tulang-tulang panjang
terutama pada bagian distal femur, proksimal tibia dan proksimal humerus.
Keluhan utama pasien ialah nyeri menetap, lebih parah saat malam hari dan
perlahan-lahan meningkat, terkadang pasien datang dengan benjolan. Jarang
sekali didapatkan fraktur patologis.
Pada pemeriksaan hanya didapatkan nyeri lokal. Pada kasus yang lebih lanjut
teraba massa pada jaringan dan inflamasi. Didapatkan juga peningkatan pada
pemeriksaan ESR dan serum alkalin fosfatase.
bedah, Survival Rate menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi
adjuvan juga terapi amputasi belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada
pusat-pusat pengobatan kanker yang lengkap, terapi non amputasi atau Limb
Salvage lebih sering dilakukan.
C. Multiple Mieloma9,11
Neoplasma tulang ganas dari proliferasi sel limfosit B pada bone marrow
dengan sel plasma yang mendominasi. Hal ini menyebabkan peningkatan
aktivitas osteoclast yang akan menyebabkan osteoporosis dan munculnya lesi
litik pada tulang. Kumpulan dari sel plasma akan membentuk tumor-tumor kecil
(plasmasitoma) pada satu tulang. Kemudian tumor-tumor ini dapat menyebar.
Multiple myeloma sering terjadi pada pasien dengan usia 45-65 tahun,
dengan keluhan lemah, nyeri pada punggung, sakit pada tulang, atau fraktur
patologis. Hiperkalsemia juga dapat menimbulkan keluhan haus, poliuri dan
abdominal pain. Plasmasitoma pada proximal femur menyebabkan nyeri lokal
dan pergerakan pinggul yang terbatas.
Pada orang tua sumsum tulang masih masih didapat tulang vertebra, pelvis
dan tengkorak, dan thoraks maka neoplasma ini paling sering ditemukan pada
tulang-tulang tersebut.
Merupakan jenis tumor tulang ganas yang sering didapat. Kemungkinan tumor
tulang merupakan tumor metastatik harus selalu difikirkan, pada penderita yang
berusia lanjut. Pada usia dewasa/lanjut jenis keganasan yang sering bermetastase
ke tulang ialah karsinoma payudara, paru-paru, lambung, ginjal, usus, prostat dan
tiroid. Sedang pada anak-anak ialah neuroblastoma.
ditandai oleh kadar fosfatase alkali yang meningkat. Pada metastase Ca prostat,
kadar fosfatase asam meninggi.
Terapi bersifat paliatif, karena penderita sudah berada dalam stadium lanjut.
Terapi ditujukan pada jenis karsinoma primernya yang dapat berupa radioterapi,
immoterapi ataupun hormon terapi. Terapi dari segi bedah adalah terhadap
fraktur patologis yang mungkin memerlukan fiksasi secara eksternal atau
internal, agar supaya penderita dapat diimmobilisasi tanpa merasa kesakitan. Bila
perlu dapat dilakukan fiksasi internal terhadap tulang-tulang ekstremitas sebelum
tulang tersebut mengalami fraktur, jadi. baru diperkirakan akan fraktur bila
proses, pada tulang dibiarkan berjalan terus (impending fracture).
2.4.4 Metabolik
A. Riketsia dan Osteomalasia11,12
Riketsia dan osteomalasia adalah dua penyakit yang disebabkan oleh hal yang
sama, yaitu mineralisasi tulang yang tidak adekuat. Osteomalasia dalah keadaan
lunaknya tulang karena kalsifikasi osteoid yang tidak sempurna. Pada anak-anak,
kondisi tersebut juga mempengaruhi pertumbuhan lempeng fisis dan osifikasi
sehingga menyebabkan deformitas pada tulang endokhondral (Riketsia).
Mineralisasi tulang yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh berbagai jalur
metabolik dari vitamin D. Diantaranya kurangnya asupan nutrisi, jarang terpapar
sinar matahari, malabsorbsi intestinal, penurunan kadar 25-hydroxylation
(penyakit hepar, antikonvulsan), penurunan kadar 1-hydroxylation (penyakit
ginjal, nefrotomi). Perubahan patologis pada penyakit ini juga dapat disebabkan
oleh defisiensi kalsium dan hipofosfatemia.
daerah yang tidak terklasifikasi menajadi lunak, dan terjadi deformitas substansi
tulang dan lempeng epifisis yang progresif.
Osteomalasia pada dewasa adalah kondisi yang lebih parah. Pada beberapa
tahun sebelum terdiagnosis, pasien mengeluhkan nyeri pada tulang, nyeri
26
Perubahan patologik yang terjadi pada osteomalasia sama seperti pada rakitis.
Kelainan tulang dapat sedemikian hebantnya sehingga tulang menjadi lemah,
lunak, dan akhirnya bengkok dan menyebabkan deformitas hebat. Secara
mikroskopik tamapk ostedoid dekat daerah tulang terklasifikasi yang jumlahnya
relatif sedikit. Dapat pula terbentuk pseudofraktur, yang dikenal debagai zona
Looser, pada bentuk osteomalasia berat yang disebut sindrom Milkman.
27
Pertolongan yang harus diberikan pada penyakit ini terdiri dari 3 segi:
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis ini dibagi dalam 2 tipe
Tipe 1: timbul pada wanita pasca monopause
Tipe 2: terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria
maupun wanita.
2. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-
penyakit tulang erosif (misalnya mieloma multipel,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan
yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid).
3. Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis tipe ini adalah osteoporosis yang tidak diketahui
penyebabnya dan ditemukan pada: usia anak-anak, usia remaja,
wanita premenopause, pria usia pertengahan. Osteoporosis ini
jauh lebih jarang terjadi dari jenis lainnya.
28
Gambaran klinis dari osteoporosis yang dapat ditemukan adalah adanya nyeri
tulang terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada
malam hari. Dan terdapat deformitas pada tulang, dapat terjadi fraktur traumatik
pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebakan medula
spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
Diet
o Pemberian kalsium dosis tinggi (500-1000 mg/hari)
o Pemberian vitamin D dosis tinggi (400-500 IU/ hari)
o Pemasangan penyanggah tulang belakang (spinal brace)
untuk mengurangi nyeri punggung
Pencegahan
o Menghindari faktor-faktor resiko osteoporosis misalnya
rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati
dalam aktivitas fisik
o Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang
terjadi.
Semakin tinggi derajat dennsitas mineral tulang maka prognosis semakin baik
karena semakin rendah juga resiko menderita fraktur.
C. Pagets Disease11
29
Osteitis deformans atau penyakit paget ditandai oleh penebalan dan perubahan
bentuk banyak tulang yang terjadi secara progresif lambat akibat proses reasorbsi
tulang yang lebih cepat. Kelainan ini terjadi pada usia diatas 40 tahun. Pada
osteitis deformans terjadi peningkatan kegiatan osteoklas serta vaskularisasi pada
tulang yang terkena. Proses ini diawali dengan fase osteolisis. Pada fase ini,
walupun juga terjadi pembentukan tulang baru, kekuatamya lebih rendah dari
pada tulang normal. Akibatnya , terjadi pembesaran tulang yang rapuh sehingga
mudah bengkok, atau patah. Fase berikutnya fase osteosklerosis, yaitu
pembentukan tulang seimbang dengan penyerapannya sehingga tulang menajdi
lebih lebar dan padat.
Seringkali penyakit ini berlangsung tanpa keluhan atau tanda sehingga secra
kebetulan. Bentuk yang lebih berat mengakibatkan nyeri tulang. Tulang yang
sering terserang adalah tungkai bawah, paha, pinggul, tulang belakang, dan
tengkorak. Penderita akhirnya meyadari bahwanya makin lana makin
membengkok, kepala dirasakan semakin membesar, dan tinggi badan makin
berkurang.
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat bisa membantu mengurangi nyeri
akibat penyakit paget dan mengontrol perkembangan penyakitnya. Perubahan
keganasan terjadi pada kurang dari 1% kasus. Secara umum prognosisnya baik,
tetapi perubahan keganasan dapat menyebabkan prognosis menjadi jelek.
2.5 Penatalaksanaan15
Pertolongan pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah
membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan
imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita
merasa nyaman dan mengurangi nyeri.
Penilaian klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri. Perlu dilakukan penilaian klinis,
apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf
ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.
Resusuitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit
dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi
pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan cairan
lainnya serta obat-obat anti nyeri.
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Fraktur seperti fraktur clavicula, iga dan fraktur inpaksi dari humerus
tidak memerlukan reduksi. Angulasi > 5 pada tulang panjang anggota gerak
bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10 pada humerus dapat diterima.
Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%, dan over-riding tidak melebihi 0,5
inci pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun
lokalisasi fraktur.
Prinsip pengobatan sama dengan fraktur pada umumnya yaitu terdiri dari
reduksi, pertahankan reduksi dan fisioterapi, pemilihan metode pengobatan
disesuaikan dengan kondisi tulang serta kelainan patologis yang ditemukan.
32
Kelainan jinak tulang yang bersifat local misalnya kista soliter dapat
sembuh spontan, sehingga tidak diperlukan pengobatan khusus. Kuretase
diperlukan dikemudian hari setelah fraktur sembuh.
Tumor-tumor metastasis
Tumor metastase dengan fraktur, penyembuhan sangat jelek serta
penderita biasanya mengeluh nyeri. Perlu dipertimbangkan fiksasi interna
sebagai pilihan untuk stabilisasi fraktur