TINJAUAN PUSTAKA
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair dan padat baik
proses di atmosfer, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi (Achmad, 2011). Hasil dari
proses siklus hidrologi adalah hujan.
Sebagian air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi akan menuju ke
tempat tempat yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi, seperti sungai yang
terbentuk secara alamiah yang berfungsi sebagai saluran pembuangan yang
menampung volume air yang akan dialirkan ke danau atau laut. Sungai yang
bermuara di danau atau pantai laut terdiri dari beberapa cabang sungai. Jika
memiliki cabang lebih dari dua, maka sungai yang dikatakan sungai utama adalah
panjang dan volume airnya lebih besar.
Salah satu faktor yang mengakibatkan luapan adalah air hujan yang turun
di atas permukaan tanah akan mengalir kembali ke laut melalui berbagai macam
cara.
4
Secara kasar cara-cara tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
- Disaat hujan turun, air hujan mengalir sepanjang permukaan tanah dan
masuk ke sungai. Apabila hujannya deras, maka air yang masuk ke sungai
berlebihan dan terjadilah banjir.
- Sebagian air hujan meresap ke dalam tanah menjadi air tanah atau air pori
tanah dan secara lambat mengalir kembali ke sungai pada waktu debit
sungai mengecil, sehingga menambah debit sungai atau mengalir dalam
bentuk air tanah langsung ke laut (limpasan dan aliran air tanah).
- Air kembali ke atmosfir dalam bentuk evaporasi atau transpirasi melalui
tanaman (evaporasi dan transpirasi).
Proporsi jumlah air yang mengalir dari masing-masing cara sangat berlainan
tergantung dari karakteristik hujannya atau sifat-sifat daerah pengaliran. Kegiatan
analisa yang menangani perilaku gerakan air baik melalui sungai maupun daerah
pengaliran disebut analisa sirkulasi air daerah pengaliran.
Sungai adalah jalur aliran air di atas permukaan bumi yang di samping
mengalirkan air juga mengangkut sedimen terkandung dalam air sungai tersebut.
Sebuah sungai dari hulu sampai ke muaranya secara umum dapat dibagi menjadi
empat bagian yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda antara satu bagian
dengan yang lainnya (Mulyanto, 2010) yaitu bagian hulu, bagian alluvial, bagian
yang terpengaruh oleh pasang surut/tidal reach, dan muara sungai/kuala/sungapan
atau estuary.
a.) Sungai Bagian Hulu
- Sungai jeram/torrential river
Pada bagian hulu sungai, tanah dasarnya secara terus-menerus
mengalami degradasi (penggerusan) sepanjang masa eksistensinya dan
terbentuklah lembah-lembah sungai. Volume sedimen yang sangat
besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing-tebing sungai di daerah
pegunungan dan tertimbun di dasar sungai tersebut, terangkut ke hilir
oleh aliran sungai. Karena di daerah pegunungan kemiringan
sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Setelah aliran
sungai mencapai dataran yaitu pada bagian hilir sungai, maka gaya
tariknya sangat menurun. Karena itu ukuran butiran sedimen yang
5
mengendap di hulu sungai lebih besar dari pada di hilir sungai. Hal ini
berpengaruh pada morfologi sungai yang terdiri dari luas dan bentuk
daerah pengaliran serta kemiringannya yang sangat landai hampir
mendekati 0.
- Sungai Jalin/braided river
Pada saat terjadi aliran yang besar akan menimbulkan kapasitas
transpor sedimen yang bear. Karena dasar aliran masih cukup keras,
dan kecepatan aliran sudah menurun, penggerusan akan terjadi ke arah
horizontal pada lapisan permukaan lahan yang sudah mulai melapuk.
Alur sungai menjadi sangat lebar dengan kedalaman aliran yang relatif
dangkal.
b.) Bagian sungai Alluvial
Bagian ini akan terjadi perubahan kemiringan dasar sungai/bed slope dari
curam menjadi lebih landai. Kecepatan aliran akan menjadi lebih kecil
akibat :
- Pada saat terjadi aliran dengan debit besar
Sedimen dengan besar butiran yang cukup kasar akan mengendap dan
menaikkan elevasi dasar sungai, sedangkan material yang lebih lembut
yang masih dapat terangkut akan diteruskan ke hilir. Dasar sungai
lama-kelamaan akan meninggi oleh proses pengndapan ini, sehingga
akan sering terjadi peluapan air ke atas bantaran, dengan membawa
sedimen. Pada saat air surut kembali kedalam alur, sebagian sedimen
akan ditinggalkan di atas bantaran, membuatnya bertambah tinggi dan
luas, membentuk dataran alluvial. Lama-kelamaan alur sungai pada
bagian ini akan mengalir di atas dataran alluvial yang makin luas, yang
dibentuk sendiri oleh sungai, sehingga bagian sungai ini disebut bagian
sungai alluvial.
- Pada saat terjadi debit aliran kecil
Fluktuasi debit pada bagian sungai alluvial tidak berlangsung cepat.
Hidrograf aliran di sini akan berbentuk lebih landai. Berkurangnya
debit, akan terjadi pengendapan dari sebagian angkutan sedimen.
6
Pengendapan ini akan memperdangkal dan memperkecil penampang
aliran sungai
c.) Bagian sungai pasang
Bagian sungai pasang surut ini terbagi menjadi dua ruas:
- Ruas bagian hulu yang langsung berbatasan dengan bagian sungai
alluvial. Pengaruh pasang surut di sini berupa pengembangan terhadap
debit dari hulu, pada saat terjadi air pasang di hilir, sehingga terjadi
kenaikan tinggi muka air, yang kemudian akan menyurut kembali pada
saat air pasang telah surut, dengan demikian terjadi fluktuasi elevasi
permukaan air oleh pengaruh pasang surut, tetapi air asin tidak
menyusup sampai memasuki ruas ini.
- Ruas bagian hilir yang langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Air asin akan menyusup naik memasuki ruas ini pada saat terjadi air
pasang.
d.) Muara/kuala sungai/sungapan (Jawa) atau Estuary
Muara sungai adalah pertemuan antara laut dan sungai dan menjadi batas
lingkungan/environment air asin dan air tawar. Dalam muara sering akan
terjadi perubahan kecepatan aliran air. Pada saat aliran air memasuki
muara akan terjadi perubahan/transisi kecepatan aliran yang artinya dari
kecepatan aliran tertentu dari hulu ke kecepatan yang mendekati nol dalam
laut, sehingga terjadi peredaman energi di dalamnya. Terjadilah
pengendapan yang sangat besar dalam muara sehingga alur menjadi sangat
dangkal. Untuk mampu melewatkan debit besar yang datang dari hulu,
alur dangkal ini akan menjadi sangat melebar.
Beberapa fungsi sungai antara lain (Maryono, 2008) :
- Fungsi sungai sebagai saluran Eko-Drainase (Drainase Ramah
Lingkungan)
Konsep alamiah eko-drainase adalah bagaimana membuang air kelebihan
selambat-lambatnya ke sungai. Sehingga sungai-sungai alamiah
mempunyai bentuk yang tidak teratur, bermeander dengan berbagai
terjunan alamiah, belokan, dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini pada
hakekatnya berfungsi untuk menahan air supaya tidak dengan cepat
7
mengalir ke hilir serta menahan sedimen. Di samping itu juga dalam
rangka memecah/menurunkan energi air tersebut. Maryono (2001)
mengusulkan konsep Eko-Drainase adalah suatu usaha
membuang/mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan waktu seoptimal
mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan
banjir di sungai yang terkait (akibat kenaikan debit puncak dan
pemendekan waktu mencapai debit puncak).
- Fungsi sebagai saluran irigasi
Dalam perencanaan bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat
dipakai sebagai saluran irigasi teknis, jika dari segi teknis
memungkinkan.
- Fungsi ekologi
Sungai dan bantarannya biasanya merupakan habitat yang kaya akan
flora dan fauna sekaligus sebgai barometer kondisi ekologi daerah
tersebut.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut dan akan dilalirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama (Asdak, 1995). Pengelolaan sumber daya air DAS dan perencanaan
tata guna lahan secara teknis (rekayasa) membutuhkan banyak hal yang sangat
kompleks. Proses-proses fisik yang menentukan respon DAS meliputi (Kinori dan
Mevorach, 1984) :
- Bentuk geometrik DAS : bentuk, lokasi, panjang sungai, kemiringan dasar,
kerapatan sistem drainase.
- Karakteristik tanah : jenis tanah, ukuran butiran, tekstur, erosivitas tanah.
- Vegetasi : bentuk penutupan lahan, jenis vegetasi, distribusi vegetasi,
intersepsi, transpiration.
- Hidrologi dan Klimatologi : temperatur, curah hujan (tipe, durasi, waktu,
frekuensi, distribusi), laju inflitrasi, perkolasi, kejadian musiman.
- Hidrolika dan sedimentasi : debit puncak sungai, jenis aliran, kondisi tanah
dasar dan tebing, ukuran butiran sedimen, aliran dasar, aliran permukaan,
8
aliran air tanah, kondisi tanah permukaan, sedimentasi lahan dari hasil
erosi DAS, transpor sedimen, pengaruh pasang laut.
- Geologi : struktur, fraktur, batuan dasar, jenis material tanah atau lapukan
batuan.
- Tata guna lahan: pengembangan, aktifitas, penggundulan hutan, perubahan
tata guna lahan.
9
menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal. Rumus
yang digunakan adalah :
R = 1/n (R1 + R2 + ... + Rn ) (2.1)
Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata daerah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamat
R1, R2, ..., Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan
10
3.) Cara Isohyet
Cara ini, digambar dulu kontur tinggi hujan yang sama (isohyet). Cara ini
juga memerlukan jaringan pos penakar yang relatif padat yang
memumngkinkan untuk membuat isohyet.
1 +2 + +
1 2 3 2 ++ 1
= 2 2 2
(2.3)
1 +2 ++
Keterangan :
= Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
A1, A2, ..., Rn = Luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-isohyet (km2)
Cara memilih metode pendekatan Hujan Rata-rata Daerah adalah sebagai berikut
(Anonim, 2012):
Berdasarkan jaring-jaring pos hujan
- Jumlah pos hujan cukup : Metode isohyet, Thiessen, Rata-rata Aritmatik.
- Jumlah pos hujan terbatas : Metode Thiessen, Rata-rata Aritmatik.
- Pos hujan tunggal : Metode hujan titik.
Berdasarkan luas DPS
- DPS besar (> 5000 km2) : Metode Isohyet
- DPS sedang (500 5000 km2) : Metode Thiessen
- DPS kecil (<5000 km2) : Metode rata-rata Aritmatik
Berdasarkan Topografi DPS
- Berbukit dan tidak beraturan : Metode Isohyet
- Dataran : Metode Thiessen, rata-rata Aritmatik
Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi pada
suatu daerah tertentu pada periode ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar
11
perhitungan dalam perencanaan suatu dimensi bangunan air. Dalam menganalisa
curah hujan rencana, ada beberapa teori yang digunakan antara lain :
Keterangan :
Xt = Curah hujan dengan periode ulang tahun
Log x = Rata-rata log curah hujan harian maksimum
G = Faktor penyimpangan
Cs = Koefisien penyimpangan
S = Simpangan baku
12
Tabel 2.1 Harga K untuk Distribusi Log Pearson III
13
( )2
S= (2.9)
1
Keterangan :
XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun (mm)
= Nilai rata-rata hujan (mm)
S = Deviasi standar (simpangan baku)
YT =Niali reduksi variat (reduced variate) dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang T tahun
Yn = Niali rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung
dari jumalah data (n)
Sn = Deviasi standar dari reduksi variant (reduced standart deviation)
nilainya tergantung dari jumlah data (n)
14
Tabel 2.3 Reduced Standard Deviation Sn
Keterangan :
P(X) = Peluang Log Normal
X = nilai variabel pengamatan
15
y = deviasi standard nilai variabel y
y = nilai rata-ratapopulasi y
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang
logaritnik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat
dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan :
YT = + KT (2.10)
Yang dapat didekati dengan
YT = Y + KT S (2.11)
YT Y
KT = (2.12)
Keterangan :
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
Y = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standard nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe modal matematik distribusi peluang yang
digunakan untuk analisis peluang.
Setelah pemilihan jenis distribusi dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu
mencari debit banjir rencana.
16
12 1,43 75 3,60 200 4,14
Keterangan :
X2 = Harga chi square terhitung
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i
17
N = Jumlah data
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil
pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan chi square kritis paling
kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Soewarno,1995) :
Dk = K (P + 1) (2.14)
Keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
P = Nilai untuk distribusi Metode Gumbel, P = 1
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan dirtibusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1% maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1%-5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, perlu penambahan data.
B. Uji Smirnov-Kolmogorof
18
Tabel 2.8 Nilai Delta Kritis untuk Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorof
(lanjutan)
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
n 50 1,07/n 1,22/n 1,36/n 1,63/n
Sumber : Soewarno, 1995
Debit banjir rencana adalah debit maksimum yang mungkin terjadi pada
suatu daerah dengan peluang kejadian tertentu. Dari hasil perhitungan curah hujan
rata-rata maksimum perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan
harian maksimum guna menentukan debit banjir rencana. Besarnya debit yang
direncanakan akan mengalir pada suatu penampang sungai berkaitan dengan
kebutuhan bangunan sungai. Salah satu persamaan dasar analisis debit banjir
rencana adalah Persamaan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
. .
Qp = (2.13)
3,6 .(0,3+0,3)
Keterangan :
c = Koefisien pengaliran
A = Luas daerah pengaliran (km2)
Ro = Curah hujan satuan
Qp = Debit banjir rencana
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam).
T0,3 = Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.
Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran sungai tidak tertampung
oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang
semestinya kering (Aryadi, 2011). Penyebab serta prioritasnya banjir dan
genangan yang terjadi di suatu lokasi antara lain (Kodoatie dan Roestam, 2005) :
19
Tabel 2.9 Penyebab Banjir dan Prioritasnya
Penyebab oleh
Penyebab
No. Alasan Mengapa Prioritas alam atau
Banjir
aktifitas manusia
Debit Puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena air yang
Perubahan tata meresap ke dalam tanah sedikit mengakibatkan aliran air
1. Manusia
guna lahan permukaan (run off) menjadi besar dan terjadi erosi yang
berakibat sedimentasi.
Sungai atau drainase tersumbat dan jika air melimpah
2. Sampah Manusia
keluar karena daya tampung saluran berkurang .
20
Tabel 2.10 Penyebab Banjir dan Prioritasnya (lanjutan)
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,
fungsi dan kemiringan DAS, kemiringan sungai,
Pengaruh
7. geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, Alam dan manusia
fisiografi
kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai, dll.
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS
8. Kapasitas sungai dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan Manusia dan alam
sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.
Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya
Kapasitas
tanaman/vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan
9. drainase yang Manusia
pengurangan kapasitas saluran/sungai sesuai
tidak memadai
perencanaan yang dibuat
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada
10. Drainase Lahan daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan Manusia
bantaran dalam menampung debit air yang tinggi
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat
Bendung dan
11. meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran Manusia
bangunan air
balik (backwater)
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan
Kerusakan
pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan
12. bangunan Manusia dan Alam
akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitias
pengendali banjir
banjir
Air Pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu
banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi
Pengaruh air
13. genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran Alam
pasang
balik (backwater). Hanya pada daerah pantai seperti
Pantura, Jakarta dan Semarang
Sumber : Kodoatie dan Roestam
Peranan sungai akan lebih baik bila diikuti dengan perbaikan dan
pengembangan sungai. Setiap sungai memiliki sifat khusus setempat, oleh karena
itu petode pelaksanaan cenderung berbeda. Metode yang diterapkan di hulu
21
sungai tidak akan sama dengan metode yang diterapkan di bagian hilirnya.
Perencanaan persungaian dapat dibedakan dalam beberapa jenis antara lain
(Sosrodarsono, 1985):
a. Perencanaan perbaikan
b. Perencanaan pemanfaatan air sungai
c. Perencanaan pengembangan ilayah sungai
d. Perencanaan perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai
e. Perencanaan lalu lintas sungai
Untuk perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai, ada beberapa hal yang
perlu diketahui antara lain :
- Debit banjir rencana
Debit banjir rencana pada setiap profil sungai ditetapkan setelah diadakan
perhitungan statistik dari data yang tercatat disesuaikan dengan tingkat
pengamanan banjir yang diinginkan.
- Pemilihan beberapa alternatif
Apabila peta alokasi debit banjir rencana sudah diperoleh, maka setiap
ruas sungai ditentukan tinggi muka air, bentuk potongan memanjang dan
melintang serta tinggi tanggulnya dengan memperlihatkan sungai dalam
keadaan semula.
- Bentuk Profil sungai
Agar dapat diperoleh alur yang stabil, maka dalam rangka perbaikan dan
pengaturan sungai supaya diusahakan pembentukan profil ganda. Kedua
sisi sungai diberi bantaran agar bagian yang dilalui air hanya pada saat
banjir.
- Muara Sungai
Muara sungai adalah ruas terakhir dari sebah sungai yang paling banyak
masalahnya, antara lain perubahan muka air yang intensif oleh pengaruh
pasang-surut muka air laut, terbentuknya gosong-gosong pasir yang dapat
merintangi kelancaran arus sungai, adanya pengaruh air dan terjadinya
gelombang yang besar oleh tiupan angin laut. Penetapan elevasi muka air
rencana di muara sungai haruslah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
22
Suatu elevasi muka air di muara yang disesuaikan dengan debit banjir
rencana dan elevasi muka air rencana pada ruas sungai sebelah
hulunya.
Elevasi muka air rencana di muara sungai haruslah dengan
memperhitungkan adanya gelombang pasang, akibat gempa bumi
(tsunami) dan ombak laut.
Upaya pengendalian dan perlindungan sungai sudah dimulai cukup lama
dilakukan, namun belum seimbang dengan kebutuhannya. Pengendalian banjir
dapat dilakukan dalam berbagai cara dengan mempertimbangkan secara
keseluruhan dan mencari sistem yang optimal. Berdasarkan prinsip pemeliharaan
sungai yang memerlukan pemeliharaan adalah :
Sungai yang sudah berfungsi sebagai sumber daya air yang berfungsi
sosial, ekonomi dan lingkungan.
Sungai yang telah menimbulkan masalah banjir, perlu upaya dan usaha
pengamatan.
Beberapa cara penanganan banjir akan diuraikan sebagai berikut :
23
Sulit tidaknya pembebasan tanah apabila dilakukan normalisasi atau
flood way.
Kondisi alur lama yang berbelok-belok terlalu jauh untuk menuju ke
laut sangat tidak menguntungkan dari segi hidrologis.
Terdapatnya jalur untuk alur baru yang lebih pendek menuju ke laut
dengan menggunakan sungai kecil yang ada.
Tidak terganggunya pemanfaatan sumber daya air yang ada.
Besar kecilnya dampak negatif (sosial-ekonomi).
24
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan waduk
antara lain :
Fungsi waduk untuk pengendali banjir agar mendapatkan manfaat
yang lebih besar harus didesain atau dilengkapi dengan pintu
pengendali banjir, sehingga penurunan debit banjir di hilir waduk akan
lebih besar atau perubahan antara inflow dan outflow hidrograf yang
besar.
Alokasi volume waduk untuk pengendali banjir berbanding lurus
dengan penurunan outflow hidrograf banjir di hilir waduk atau dengan
kata lain semakin besar volume waduk maka semakin besar pula
penurunan outflow hidrograf banjir di hilir waduk.
Operasional dan pemeliharaan dari waduk yang mempunyai pintu
pengendali banjir memerlukan biaya yang besar tetap akan
menurunkan atau memperkecil biaya normalisasi dan pemeliharaan
dari sungai di bagian hilir waduk.
Untuk menjaga keandalan pintu pen gendali banjir sebaiknya
pengoperasian dari pintu pengendali banjir dilakukan secara otomatis
dan dilengkapi dengan operasi secara manual (untuk keadaan darurat).
Pada waktu multi purpose perlu adanya analisa inflow-outflow
hidrograf untuk mengetahui seberapa besar pengaruh waduk terhadap
debit banjir di hilir waduk.
Diperlukan penelusuran banjir atau flood routing yang dimaksudkan
untuk mengetahui karakteristik hidrograf outflow atau keluaran uang
sangat diperlukan dalam pengendalian banjir.
Namun, ada solusi yang juga perlu diperhatikan dengan menggunakan konsep
pembangunan sungai ramah lingkungan. Konsep tersebut berbeda dengan konsep
konvensional penanganan masalah sungai yang selama ini banyak dianut seperti
pembuatan talud, dinding parapet, pembangunan tanggul, pelurusan, sudetan,
relokasi sungai, pembangunan bendung tanpa fishway, dll. Konsep kesimbangan
adalah upaya yang perlu dilakukan dalam penanganan sungai sehingga tidak
mengganggu keseimbangan yang sudah ada. Justru keseimbangan tersebut perlu
25
dimanfaatkan dalam rangka pengembangan sekaligus konservasi (Maryono,
2003).
Konsep drainase konvesnsional (lama) menekankan pada upaya membuang
atau mengatuskan air kelebihan, dalam hal ini air hujan secepat-cepatnya ke
sungai. Konsep ini jika ditinjau lebih jauh akan menimbulkan dampak negatif
yang sangat besar. Dengan diatuskannya air kelebihan ke sungai kemudian ke laut
akan menyebabkan berbagai dampak negatif diantaranya (Maryono, 2003) :
f. Konservasi air di kawasan yang didrain rendah, dengan kata lain terjadi
penurunan resapan air permukaan ke dalam tanah.
g. Banjir di bagian hilir di musim hujan, karena akumulasi air drainase yang
dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Sedang pada musim kemarau terjadi
kekeringan, karena tidak ada supali air dari air tanah ke dan dari sungai.
h. Fluktuasi debit sungai dan termasuk air tanah yang terkait akan sangat
tinggi pada musim hujan dan kemarau. Hal ini dapat meningkatkan
kelongsoran tanah.
i. Fluktuasi alamiah debit dan muka air sungai berubah, sehingga dapat
mengganggu ekosistem atau ekologi sepanjang sungai.
j. Muka air tanah akan cenderung turun karena infiltrasi rendah. Penurunan
ini membawa akibat pada gangguan ekologi dan juga dimungkinkan
terjadi penurunan muka tanah (land subsidence). Pada musim penghujan
seluruh air permukaan didrain dan juga pada musim kemarau. Akibat
proses ini muka air tanah turun terbentuk ruang-ruang kosong dalam
struktur tanah. Ruang kosong dalam tanah ini memungkinkan terjadinya
penurunan tanah diatasnya.
26
dimensional flow model). Program ini memiliki empat komponen model satu
dimensi, antara lain :
Dimana :
Y1, Y2 = tinggi tekanan (m)
Z1, Z2 = tinggi tempat (m)
V12/2g , V22/2g = tinggi kecepatan (m)
1 , 2 = koefisien kecepatan
27
Gambar 2.6 Persamaan rumus energi
Sumber : Panduan HEC-RAS, 2010
Kehilangan tinggi energi terdiri dari 2 bagian yaitu nilai kritis dan
kehilangan kuat tekan. Berikut adalah persamaan rumus kehilangan tinggi energi :
2 2
he = L + C [ 2 2 1 1 ] (2.15)
2 2
Keterangan :
L = panjang reach
= kemiringan gesekan
C = koefisien kehilangan ekspansi atau kontraksi
Dimana :
Llob, Lch, Lrob = jarak cross section untuk overbank kiri, tengah dan kanan
Qlob, Qch, Qrob = debit rata-rata untuk overbank kiri, tengah dan kanan
28
Cara Pengerjaan HEC-RAS dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir
berikut.
Mulai
Pengukuran atau
hitungan kecepatan dan
kedalaman aliran
Presentasi dan
interpretasi hasil
hitungan
Penyiapan Tempat
Langkah awal dalam simulasi aliran adalah menyiapkan tempat yang akan
dipakai untuk membuat model. Pada model fisik, penyiapan tempat
mencakup utamanya pembersihan tempat, penyediaan material, penyiapan
peralatan sirkuit hidraulik, serta penyiapan alat ukur. Sedangkan pada model
matematik, penyiapan tempat mencakup penyediaan memori serta folder
tempat penyimpanan model, input, dan output.
Peniruan Geometri
Geometri sungai ditirukan dengan mempertahankan ukuran sesuai dengan
ukuran sungai sesungguhnya (skala 1 : 1). Data yang dibutuhkan untuk
menirukan geometri ini antara lain adalah peta situasi alur sungai, gambar
tampang melintang dan memanjang sungai, serta gambar-gambar bangunan
atau struktur hidraulik yang ada di sepanjang alur sungai.
29
Peniruan Aliran
Debit dialirkan sesuai dengan besaran sesungguhnya di prototipe (skala debit
adalah 1:1).
Pengukuran atau Hitungan Kecepatan dan Kedalaman Aliran
Kecepatan dan kedalaman aliran merupakan dua parameter yang ingin
diketahui dan dikaji.
Presentasi dan Interpretasi Hasil
Variabel aliran yang diukur atau dihitung ditampilkan dalam bentuk grafik
atau tabel.
30