Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair dan padat baik
proses di atmosfer, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi (Achmad, 2011). Hasil dari
proses siklus hidrologi adalah hujan.

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi


Sumber : Viessman et. al., 1989

Sebagian air hujan yang mengalir di atas permukaan bumi akan menuju ke
tempat tempat yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi, seperti sungai yang
terbentuk secara alamiah yang berfungsi sebagai saluran pembuangan yang
menampung volume air yang akan dialirkan ke danau atau laut. Sungai yang
bermuara di danau atau pantai laut terdiri dari beberapa cabang sungai. Jika
memiliki cabang lebih dari dua, maka sungai yang dikatakan sungai utama adalah
panjang dan volume airnya lebih besar.
Salah satu faktor yang mengakibatkan luapan adalah air hujan yang turun
di atas permukaan tanah akan mengalir kembali ke laut melalui berbagai macam
cara.

4
Secara kasar cara-cara tersebut dapat dibagi sebagai berikut :
- Disaat hujan turun, air hujan mengalir sepanjang permukaan tanah dan
masuk ke sungai. Apabila hujannya deras, maka air yang masuk ke sungai
berlebihan dan terjadilah banjir.
- Sebagian air hujan meresap ke dalam tanah menjadi air tanah atau air pori
tanah dan secara lambat mengalir kembali ke sungai pada waktu debit
sungai mengecil, sehingga menambah debit sungai atau mengalir dalam
bentuk air tanah langsung ke laut (limpasan dan aliran air tanah).
- Air kembali ke atmosfir dalam bentuk evaporasi atau transpirasi melalui
tanaman (evaporasi dan transpirasi).
Proporsi jumlah air yang mengalir dari masing-masing cara sangat berlainan
tergantung dari karakteristik hujannya atau sifat-sifat daerah pengaliran. Kegiatan
analisa yang menangani perilaku gerakan air baik melalui sungai maupun daerah
pengaliran disebut analisa sirkulasi air daerah pengaliran.
Sungai adalah jalur aliran air di atas permukaan bumi yang di samping
mengalirkan air juga mengangkut sedimen terkandung dalam air sungai tersebut.
Sebuah sungai dari hulu sampai ke muaranya secara umum dapat dibagi menjadi
empat bagian yang masing-masing memiliki sifat yang berbeda antara satu bagian
dengan yang lainnya (Mulyanto, 2010) yaitu bagian hulu, bagian alluvial, bagian
yang terpengaruh oleh pasang surut/tidal reach, dan muara sungai/kuala/sungapan
atau estuary.
a.) Sungai Bagian Hulu
- Sungai jeram/torrential river
Pada bagian hulu sungai, tanah dasarnya secara terus-menerus
mengalami degradasi (penggerusan) sepanjang masa eksistensinya dan
terbentuklah lembah-lembah sungai. Volume sedimen yang sangat
besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing-tebing sungai di daerah
pegunungan dan tertimbun di dasar sungai tersebut, terangkut ke hilir
oleh aliran sungai. Karena di daerah pegunungan kemiringan
sungainya curam, gaya tarik aliran airnya cukup besar. Setelah aliran
sungai mencapai dataran yaitu pada bagian hilir sungai, maka gaya
tariknya sangat menurun. Karena itu ukuran butiran sedimen yang

5
mengendap di hulu sungai lebih besar dari pada di hilir sungai. Hal ini
berpengaruh pada morfologi sungai yang terdiri dari luas dan bentuk
daerah pengaliran serta kemiringannya yang sangat landai hampir
mendekati 0.
- Sungai Jalin/braided river
Pada saat terjadi aliran yang besar akan menimbulkan kapasitas
transpor sedimen yang bear. Karena dasar aliran masih cukup keras,
dan kecepatan aliran sudah menurun, penggerusan akan terjadi ke arah
horizontal pada lapisan permukaan lahan yang sudah mulai melapuk.
Alur sungai menjadi sangat lebar dengan kedalaman aliran yang relatif
dangkal.
b.) Bagian sungai Alluvial
Bagian ini akan terjadi perubahan kemiringan dasar sungai/bed slope dari
curam menjadi lebih landai. Kecepatan aliran akan menjadi lebih kecil
akibat :
- Pada saat terjadi aliran dengan debit besar
Sedimen dengan besar butiran yang cukup kasar akan mengendap dan
menaikkan elevasi dasar sungai, sedangkan material yang lebih lembut
yang masih dapat terangkut akan diteruskan ke hilir. Dasar sungai
lama-kelamaan akan meninggi oleh proses pengndapan ini, sehingga
akan sering terjadi peluapan air ke atas bantaran, dengan membawa
sedimen. Pada saat air surut kembali kedalam alur, sebagian sedimen
akan ditinggalkan di atas bantaran, membuatnya bertambah tinggi dan
luas, membentuk dataran alluvial. Lama-kelamaan alur sungai pada
bagian ini akan mengalir di atas dataran alluvial yang makin luas, yang
dibentuk sendiri oleh sungai, sehingga bagian sungai ini disebut bagian
sungai alluvial.
- Pada saat terjadi debit aliran kecil
Fluktuasi debit pada bagian sungai alluvial tidak berlangsung cepat.
Hidrograf aliran di sini akan berbentuk lebih landai. Berkurangnya
debit, akan terjadi pengendapan dari sebagian angkutan sedimen.

6
Pengendapan ini akan memperdangkal dan memperkecil penampang
aliran sungai
c.) Bagian sungai pasang
Bagian sungai pasang surut ini terbagi menjadi dua ruas:
- Ruas bagian hulu yang langsung berbatasan dengan bagian sungai
alluvial. Pengaruh pasang surut di sini berupa pengembangan terhadap
debit dari hulu, pada saat terjadi air pasang di hilir, sehingga terjadi
kenaikan tinggi muka air, yang kemudian akan menyurut kembali pada
saat air pasang telah surut, dengan demikian terjadi fluktuasi elevasi
permukaan air oleh pengaruh pasang surut, tetapi air asin tidak
menyusup sampai memasuki ruas ini.
- Ruas bagian hilir yang langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Air asin akan menyusup naik memasuki ruas ini pada saat terjadi air
pasang.
d.) Muara/kuala sungai/sungapan (Jawa) atau Estuary
Muara sungai adalah pertemuan antara laut dan sungai dan menjadi batas
lingkungan/environment air asin dan air tawar. Dalam muara sering akan
terjadi perubahan kecepatan aliran air. Pada saat aliran air memasuki
muara akan terjadi perubahan/transisi kecepatan aliran yang artinya dari
kecepatan aliran tertentu dari hulu ke kecepatan yang mendekati nol dalam
laut, sehingga terjadi peredaman energi di dalamnya. Terjadilah
pengendapan yang sangat besar dalam muara sehingga alur menjadi sangat
dangkal. Untuk mampu melewatkan debit besar yang datang dari hulu,
alur dangkal ini akan menjadi sangat melebar.
Beberapa fungsi sungai antara lain (Maryono, 2008) :
- Fungsi sungai sebagai saluran Eko-Drainase (Drainase Ramah
Lingkungan)
Konsep alamiah eko-drainase adalah bagaimana membuang air kelebihan
selambat-lambatnya ke sungai. Sehingga sungai-sungai alamiah
mempunyai bentuk yang tidak teratur, bermeander dengan berbagai
terjunan alamiah, belokan, dan lain-lain. Bentuk-bentuk ini pada
hakekatnya berfungsi untuk menahan air supaya tidak dengan cepat

7
mengalir ke hilir serta menahan sedimen. Di samping itu juga dalam
rangka memecah/menurunkan energi air tersebut. Maryono (2001)
mengusulkan konsep Eko-Drainase adalah suatu usaha
membuang/mengalirkan air kelebihan ke sungai dengan waktu seoptimal
mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan
banjir di sungai yang terkait (akibat kenaikan debit puncak dan
pemendekan waktu mencapai debit puncak).
- Fungsi sebagai saluran irigasi
Dalam perencanaan bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat
dipakai sebagai saluran irigasi teknis, jika dari segi teknis
memungkinkan.
- Fungsi ekologi
Sungai dan bantarannya biasanya merupakan habitat yang kaya akan
flora dan fauna sekaligus sebgai barometer kondisi ekologi daerah
tersebut.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut dan akan dilalirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama (Asdak, 1995). Pengelolaan sumber daya air DAS dan perencanaan
tata guna lahan secara teknis (rekayasa) membutuhkan banyak hal yang sangat
kompleks. Proses-proses fisik yang menentukan respon DAS meliputi (Kinori dan
Mevorach, 1984) :
- Bentuk geometrik DAS : bentuk, lokasi, panjang sungai, kemiringan dasar,
kerapatan sistem drainase.
- Karakteristik tanah : jenis tanah, ukuran butiran, tekstur, erosivitas tanah.
- Vegetasi : bentuk penutupan lahan, jenis vegetasi, distribusi vegetasi,
intersepsi, transpiration.
- Hidrologi dan Klimatologi : temperatur, curah hujan (tipe, durasi, waktu,
frekuensi, distribusi), laju inflitrasi, perkolasi, kejadian musiman.
- Hidrolika dan sedimentasi : debit puncak sungai, jenis aliran, kondisi tanah
dasar dan tebing, ukuran butiran sedimen, aliran dasar, aliran permukaan,

8
aliran air tanah, kondisi tanah permukaan, sedimentasi lahan dari hasil
erosi DAS, transpor sedimen, pengaruh pasang laut.
- Geologi : struktur, fraktur, batuan dasar, jenis material tanah atau lapukan
batuan.
- Tata guna lahan: pengembangan, aktifitas, penggundulan hutan, perubahan
tata guna lahan.

2.2 Hidrologi DAS


Tujuan dilakukannya analisis hidrologi adalah untuk mengenali
karakteristik hidrologi di DAS dan menganalisis perubahan parameter biofisik
DAS terhadap aliran permukaan. Perhitungan analisis hidrologi akan
menghasilkan curah hujan dan debit banjir rencana periode ulang tertentu yang
berpengaruh besar terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan
konstruksi yang akan dibangun. Langkah-langkah dalam analisis hidrologi antara
lain :
a. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya.
b. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun penakar hujan sungai.
c. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan
yang ada.
d. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.
e. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan
rencana di atas pada periode ulang T tahun.
Dibutuhkan beberapa data hidrologi untuk mendukung analisis hidrologi, antara
lain :
2.2.1 Analisis Curah Hujan
Menganalisa kondisi hidrologi sungai dibutuhkan data curah hujan dari
stasiun pengamatan terdekat di sekitarnya. Perhitungan curah hujan ada tiga cara,
atara lain :
1.) Cara rata-rata aljabar
Cara ini dilakukan dengan pos-pos penakarnya ditempatkan secara merata di
areal tersebut, dan hasil penakaran masing-masing pos penakar tidak

9
menyimpang jauh dari nilai rata-rata seluruh pos di seluruh areal. Rumus
yang digunakan adalah :
R = 1/n (R1 + R2 + ... + Rn ) (2.1)
Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata daerah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos-pos) pengamat
R1, R2, ..., Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan

Gambar 2.2 Perhitungan dengan cara aljabar

2.) Cara poligon Thiessen


Cara ini berdasarkan rata-rata timbang. Masing-masing penakar mempunyai
daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu
tegak lurus terhadap garis penghubung di antara dua buah pos penakar.
Stasiun pengamatan minimal tiga stasiun dan penambahan stasiun akan
merubah seluruh jaringan.
+ 2 ++
= 1 1 + 2 ++ (2.2)
1 2

= Curah hujan maksimum rata-rata (mm)


R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
A1, A2, ..., Rn = Luas daerah pada poligon 1, 2, ..., n (km2)

Gambar 2.3 Perhitungan dengan cara thiessen

10
3.) Cara Isohyet
Cara ini, digambar dulu kontur tinggi hujan yang sama (isohyet). Cara ini
juga memerlukan jaringan pos penakar yang relatif padat yang
memumngkinkan untuk membuat isohyet.
1 +2 + +
1 2 3 2 ++ 1
= 2 2 2
(2.3)
1 +2 ++

Keterangan :
= Curah hujan maksimum rata-rata (mm)
R1, R2, ..., Rn = curah hujan pada stasiun 1, 2, ..., n (mm)
A1, A2, ..., Rn = Luas bagian yang dibatasi oleh isohyet-isohyet (km2)

Gambar 2.4 Perhitungan dengan cara isohyet

Cara memilih metode pendekatan Hujan Rata-rata Daerah adalah sebagai berikut
(Anonim, 2012):
Berdasarkan jaring-jaring pos hujan
- Jumlah pos hujan cukup : Metode isohyet, Thiessen, Rata-rata Aritmatik.
- Jumlah pos hujan terbatas : Metode Thiessen, Rata-rata Aritmatik.
- Pos hujan tunggal : Metode hujan titik.
Berdasarkan luas DPS
- DPS besar (> 5000 km2) : Metode Isohyet
- DPS sedang (500 5000 km2) : Metode Thiessen
- DPS kecil (<5000 km2) : Metode rata-rata Aritmatik
Berdasarkan Topografi DPS
- Berbukit dan tidak beraturan : Metode Isohyet
- Dataran : Metode Thiessen, rata-rata Aritmatik
Curah hujan rencana adalah curah hujan terbesar yang mungkin terjadi pada
suatu daerah tertentu pada periode ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar

11
perhitungan dalam perencanaan suatu dimensi bangunan air. Dalam menganalisa
curah hujan rencana, ada beberapa teori yang digunakan antara lain :

1.) Distribusi Log-Person Tipe III


Parameter statistik yang digunakan pada distribusi ini adalah harga rata-
rata, standard deviasi, dan koefisien kepencengan. Untuk menghitung
banjir rencana dalam praktek, The Hydrology Comitte of the Water
Resources Council, USA, menganjurkan pertama kali mentransformasi
data ke nilai-nilai logaritmanya, kemudian menghitung parameter-
parameter statistiknya.
Secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
(Soemarto, 1995) :
a. Ubahlah data banjir tahunan sebanyak n buah tersebut ke dalam
harga logaritmanya (X1, X2,...Xn menjadi log X1, log X2,...log Xn)
b. Hitung harga rata-ratanya dengan rumus :

=1
Log X = (2.4)

c. Hitung harga simpangan baku dengan rumus :


2
=1(log log ) 1/2
S=( ) (2.5)
1

d. Hitung koefisien kepencengan dengan rumus :


3
=1(log log ) 1/2
G=( (1)(2)3
) (2.6)

e. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T


menggunakan rumus :
Log Xt = log X + K . s (2.7)

Keterangan :
Xt = Curah hujan dengan periode ulang tahun
Log x = Rata-rata log curah hujan harian maksimum
G = Faktor penyimpangan
Cs = Koefisien penyimpangan
S = Simpangan baku

12
Tabel 2.1 Harga K untuk Distribusi Log Pearson III

Sumber : Soemarto, 1987

2.) Distribusi Gumbel


Untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode distibusi
Gumbel digunakan persamaan distribusi frekuensi empiris sebagai
berikut (Soemarto, 1999) :

XT = + (YT Yn) (2.8)

13
( )2
S= (2.9)
1

Hubungan antara periode ulang T dengan YT dapat dihitung dengan


rumus :
Untuk T 20, maka Y = ln T
1
YT = -ln (-ln ) (2.10)

Keterangan :
XT = Nilai hujan rencana dengan data ukur T tahun (mm)
= Nilai rata-rata hujan (mm)
S = Deviasi standar (simpangan baku)
YT =Niali reduksi variat (reduced variate) dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang T tahun
Yn = Niali rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung
dari jumalah data (n)
Sn = Deviasi standar dari reduksi variant (reduced standart deviation)
nilainya tergantung dari jumlah data (n)

Tabel 2.2 Reduced Mean Yn

Sumber : Soemarto, 1987

14
Tabel 2.3 Reduced Standard Deviation Sn

Sumber : Soemarto, 1987)

Tabel 2.4 Reduced Variate YT


Periode Reduced
Ulang (Tahun) Variate
2 0,3665
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9606
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
200 5.2960
500 6.2140
1000 6.9190
5000 8.5390
10000 9.9210
Sumber : Soemarto, 1987

3.) Distribusi Log Normal


Jika variabel Y = log X terdistribusi secara normal, maka X
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. PDF untuk distribusi Log
Normal dapat dituliskan dalam bentuk rata-rata dan simpangan
bakunya, sebagai berikut :
1 ()2
P(X) = 2 exp( ) X>0 (2.9)
2 2

Keterangan :
P(X) = Peluang Log Normal
X = nilai variabel pengamatan

15
y = deviasi standard nilai variabel y
y = nilai rata-ratapopulasi y
Apabila nilai P(X) digambarkan pada kertas, maka peluang
logaritnik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat
dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan :
YT = + KT (2.10)
Yang dapat didekati dengan
YT = Y + KT S (2.11)
YT Y
KT = (2.12)

Keterangan :
YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
Y = nilai rata-rata hitung variat
S = deviasi standard nilai variat
KT = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode
ulang dan tipe modal matematik distribusi peluang yang
digunakan untuk analisis peluang.
Setelah pemilihan jenis distribusi dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu
mencari debit banjir rencana.

Tabel 2.5 Standard Variabel Kt


T (tahun) Kt T (tahun) Kt T (tahun) Kt
1 -1,86 20 1,89 90 3,34

2 -0,22 25 2,10 100 3,45

3 0,17 30 2,27 110 3,53

4 0,44 35 2,41 120 3,62

5 0,64 40 2,54 130 3,70

6 0,81 45 2,65 140 3,77

7 0,95 50 2,75 150 3,84

8 1,06 55 2,86 160 3,91

9 1,17 60 2,93 170 3,97

10 1,26 65 3,02 180 4,03

11 1,35 70 3,08 190 4,09

16
12 1,43 75 3,60 200 4,14

13 1,50 80 3,21 221 4,24

14 1,57 85 3,28 240 4,33

15 1,63 90 3,33 260 4,42

Sumber : Soewarno, 1995

Tabel 2.6 Syarat pemilihan distribusi frekuensi.


Jenis Sebaran Kriteria
Log Normal Cs = 3 Cv + Cv3
Cv 0,06
Log Pearson Type III Cs 0
Cv 0,3
Gumbel Cs = 1,14
Ck = 5,4
Sumber : CD Soemarto, 1999

2.2.2 Uji Keselarasan Distribusi

Untuk menjamin bahwa pendekatan empiris benar-benar bisa diwakili oleh


kurva teoristis, perlu dilakukan uji kesesuaian distribusi, yang biasa dikenal
sebagai testing of goodness of fit. Ada dua jenis uji keselarasan yaitu uji
keselarasan chi square dan Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini biasanya yang
diamati adalah hasil perhitungan yang diharapkan.

A. Uji Keselarasan Chi Square


Prinsip pengujian dengan metode ini didasarkan pada jumlah pengamatan
yang diharapkan pada pembagian kelas, dan ditentukan terhadap jumlah data
pengamatan yang terbaca di dalam kelas tersebut, atau dengan membandingkan
nilai chi square (X2) dengan nilai chi square kritis (X2cr). Uji keselarasan chi
square menggunakan rumus (Soewarno,1995):
()2
X2 =
=1 (2.13)

Keterangan :
X2 = Harga chi square terhitung
Oi = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ei = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

17
N = Jumlah data
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < X2 kritis. Dari hasil
pengamatan yang didapat dicari penyimpangannya dengan chi square kritis paling
kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Soewarno,1995) :
Dk = K (P + 1) (2.14)
Keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
P = Nilai untuk distribusi Metode Gumbel, P = 1
Adapun kriteria penilaian hasilnya adalah sebagai berikut :
Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan dirtibusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1% maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima.
Apabila peluang lebih kecil dari 1%-5%, maka tidak mungkin mengambil
keputusan, perlu penambahan data.

B. Uji Smirnov-Kolmogorof

Uji keselarasan Smirnov-Kolmogorof, sering juga disebut uji keselarasan non


parametrik (non parametrik test), karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu. Prosedurnya adalah sebagai berikut ;
Rumus yang dipakai :
()
= - (2.15)
()

Tabel 2.7 Nilai Delta Kritis untuk Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorof


Jumlah data derajat kepercayaan
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
Sumber : Soewarno, 1995

18
Tabel 2.8 Nilai Delta Kritis untuk Uji Keselarasan Smirnov-Kolmogorof
(lanjutan)
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
n 50 1,07/n 1,22/n 1,36/n 1,63/n
Sumber : Soewarno, 1995

2.2.3 Analisis Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana adalah debit maksimum yang mungkin terjadi pada
suatu daerah dengan peluang kejadian tertentu. Dari hasil perhitungan curah hujan
rata-rata maksimum perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan
harian maksimum guna menentukan debit banjir rencana. Besarnya debit yang
direncanakan akan mengalir pada suatu penampang sungai berkaitan dengan
kebutuhan bangunan sungai. Salah satu persamaan dasar analisis debit banjir
rencana adalah Persamaan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
. .
Qp = (2.13)
3,6 .(0,3+0,3)
Keterangan :
c = Koefisien pengaliran
A = Luas daerah pengaliran (km2)
Ro = Curah hujan satuan
Qp = Debit banjir rencana
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam).
T0,3 = Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.

2.3 Banjir dan Pengendalian Banjir

Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran sungai tidak tertampung
oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang
semestinya kering (Aryadi, 2011). Penyebab serta prioritasnya banjir dan
genangan yang terjadi di suatu lokasi antara lain (Kodoatie dan Roestam, 2005) :

19
Tabel 2.9 Penyebab Banjir dan Prioritasnya
Penyebab oleh
Penyebab
No. Alasan Mengapa Prioritas alam atau
Banjir
aktifitas manusia
Debit Puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena air yang
Perubahan tata meresap ke dalam tanah sedikit mengakibatkan aliran air
1. Manusia
guna lahan permukaan (run off) menjadi besar dan terjadi erosi yang
berakibat sedimentasi.
Sungai atau drainase tersumbat dan jika air melimpah
2. Sampah Manusia
keluar karena daya tampung saluran berkurang .

Akibat perubahan tata guna lahan, terjadi erosi yang


Erosi dan
3. berakibat sedimentasi masuk ke sungai sehingga daya Manusia dan alam
Sedimentasi
tampung sungai berkurang.
Dapat merupakan penghambat aliran, maupun daya
Kawasan kumuh
tampung sungai. Masalah kawasan kumuh dikenal
4. di sepanjang Manusia
sebagai faktor penting terhadap masalah banjir di
sungai/drainase
perkotaan.
Sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi
kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tapi
Perencanaan mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang
sistem besar. Misal: bangunan tanggul sungai yang tinggi.
5. Manusia
pengendalian Limpasan pada tanggul waktu banjir melebihi banjir
banjir tidak tepat rencana menyebabkan keruntuhan tanggul, kecepatan air
sangat besar, yang melalui bobolnya tanggul sehingga
menimbulkan banjir yang besar.
Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan
mengakibatkan banjir di sungai dan bilamana melebihi
tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan
6. Curah hujan Alam
termasuk bobolnya tanggul. Data curah hujan
menunjukkan maksimum kenaikan debit puncak antara 2
sampai 3 kali.

20
Tabel 2.10 Penyebab Banjir dan Prioritasnya (lanjutan)
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk,
fungsi dan kemiringan DAS, kemiringan sungai,
Pengaruh
7. geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, Alam dan manusia
fisiografi
kedalaman, potongan memanjang, material dasar
sungai), lokasi sungai, dll.
Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat
disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DAS
8. Kapasitas sungai dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan Manusia dan alam
sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.
Karena perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya
Kapasitas
tanaman/vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan
9. drainase yang Manusia
pengurangan kapasitas saluran/sungai sesuai
tidak memadai
perencanaan yang dibuat
Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada
10. Drainase Lahan daerah bantuan banjir akan mengurangi kemampuan Manusia
bantaran dalam menampung debit air yang tinggi
Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat
Bendung dan
11. meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran Manusia
bangunan air
balik (backwater)
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan
Kerusakan
pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan
12. bangunan Manusia dan Alam
akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitias
pengendali banjir
banjir
Air Pasang memperlambat aliran sungai ke laut. Waktu
banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi
Pengaruh air
13. genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran Alam
pasang
balik (backwater). Hanya pada daerah pantai seperti
Pantura, Jakarta dan Semarang
Sumber : Kodoatie dan Roestam

Peranan sungai akan lebih baik bila diikuti dengan perbaikan dan
pengembangan sungai. Setiap sungai memiliki sifat khusus setempat, oleh karena
itu petode pelaksanaan cenderung berbeda. Metode yang diterapkan di hulu

21
sungai tidak akan sama dengan metode yang diterapkan di bagian hilirnya.
Perencanaan persungaian dapat dibedakan dalam beberapa jenis antara lain
(Sosrodarsono, 1985):
a. Perencanaan perbaikan
b. Perencanaan pemanfaatan air sungai
c. Perencanaan pengembangan ilayah sungai
d. Perencanaan perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai
e. Perencanaan lalu lintas sungai
Untuk perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai, ada beberapa hal yang
perlu diketahui antara lain :
- Debit banjir rencana
Debit banjir rencana pada setiap profil sungai ditetapkan setelah diadakan
perhitungan statistik dari data yang tercatat disesuaikan dengan tingkat
pengamanan banjir yang diinginkan.
- Pemilihan beberapa alternatif
Apabila peta alokasi debit banjir rencana sudah diperoleh, maka setiap
ruas sungai ditentukan tinggi muka air, bentuk potongan memanjang dan
melintang serta tinggi tanggulnya dengan memperlihatkan sungai dalam
keadaan semula.
- Bentuk Profil sungai
Agar dapat diperoleh alur yang stabil, maka dalam rangka perbaikan dan
pengaturan sungai supaya diusahakan pembentukan profil ganda. Kedua
sisi sungai diberi bantaran agar bagian yang dilalui air hanya pada saat
banjir.
- Muara Sungai
Muara sungai adalah ruas terakhir dari sebah sungai yang paling banyak
masalahnya, antara lain perubahan muka air yang intensif oleh pengaruh
pasang-surut muka air laut, terbentuknya gosong-gosong pasir yang dapat
merintangi kelancaran arus sungai, adanya pengaruh air dan terjadinya
gelombang yang besar oleh tiupan angin laut. Penetapan elevasi muka air
rencana di muara sungai haruslah dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

22
Suatu elevasi muka air di muara yang disesuaikan dengan debit banjir
rencana dan elevasi muka air rencana pada ruas sungai sebelah
hulunya.
Elevasi muka air rencana di muara sungai haruslah dengan
memperhitungkan adanya gelombang pasang, akibat gempa bumi
(tsunami) dan ombak laut.
Upaya pengendalian dan perlindungan sungai sudah dimulai cukup lama
dilakukan, namun belum seimbang dengan kebutuhannya. Pengendalian banjir
dapat dilakukan dalam berbagai cara dengan mempertimbangkan secara
keseluruhan dan mencari sistem yang optimal. Berdasarkan prinsip pemeliharaan
sungai yang memerlukan pemeliharaan adalah :
Sungai yang sudah berfungsi sebagai sumber daya air yang berfungsi
sosial, ekonomi dan lingkungan.
Sungai yang telah menimbulkan masalah banjir, perlu upaya dan usaha
pengamatan.
Beberapa cara penanganan banjir akan diuraikan sebagai berikut :

1. Normalisasi Alur Sungai dan Tanggul

Normalisasi sungai merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas dari


pengaliran sungai itu sendiri. Penanganan banjir dengan cara ini dapat
dilakukan pada hampir seluruh sungai di bagian hilir. Faktor-faktor yang
perlu pada cara penanganan ini adalah penggunaan penampang ganda dengan
debit dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur stabil terhadap
proses erosi dan sedimentasi dasar sungai maupun erosi tebing dan elevasi
muka air banjir.

2. Pembuatan Alur Pengendali Banjir (Flood Way)

Pembuatan Flood way dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada


alur sungai lama dan mengalirkannya melalui flood way. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan pembuatan flood way adalah :
Sulit tidaknya dilaksanakan normalisasi sesuai dengan debit design
pada alur lama yang melewati kota.

23
Sulit tidaknya pembebasan tanah apabila dilakukan normalisasi atau
flood way.
Kondisi alur lama yang berbelok-belok terlalu jauh untuk menuju ke
laut sangat tidak menguntungkan dari segi hidrologis.
Terdapatnya jalur untuk alur baru yang lebih pendek menuju ke laut
dengan menggunakan sungai kecil yang ada.
Tidak terganggunya pemanfaatan sumber daya air yang ada.
Besar kecilnya dampak negatif (sosial-ekonomi).

3. Pembuatan Retarding Basin

Pada pembuatan retarding basin, daerah depresi sangat diperlukan untuk


menampung volume air banjir yang akan datang dari hulu, untuk sementara
waktu dan kemudian melepaskan kembali saat banjir surut. Daerah cekungan
atau depresi yang dapat digunakan untuk kolam banjir harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Daerah cekungan yang akan digunakan sebagai daerah retensi harus
merupakan darrah yang tidak efektif pemanfaatannya dan
produktifitasnya rendah.
Pemanfaatan retarding basin harus bermanfaat dan efektif untuk daerah
yang ada di bagian hilirnya.
Daerah tersebut harus mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan
sebagai daerah retensi.
Daerah tersebut harus mempunyai area atau volume tampungan yang
besar.

4. Waduk pengendali banjir

Waduk yang mempunyai faktor tampungan yang besar berpengaruh


terhadap aliran air di hilir waduk. Waduk dapat merubah pola inflow-outflow
hidrograf. Pengendalian banjir dengan waduk biasanya hanya dapat dilakukan
pada bagian huludan biasanya diakitkan dengan pengembangan sumber daya
air.

24
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan waduk
antara lain :
Fungsi waduk untuk pengendali banjir agar mendapatkan manfaat
yang lebih besar harus didesain atau dilengkapi dengan pintu
pengendali banjir, sehingga penurunan debit banjir di hilir waduk akan
lebih besar atau perubahan antara inflow dan outflow hidrograf yang
besar.
Alokasi volume waduk untuk pengendali banjir berbanding lurus
dengan penurunan outflow hidrograf banjir di hilir waduk atau dengan
kata lain semakin besar volume waduk maka semakin besar pula
penurunan outflow hidrograf banjir di hilir waduk.
Operasional dan pemeliharaan dari waduk yang mempunyai pintu
pengendali banjir memerlukan biaya yang besar tetap akan
menurunkan atau memperkecil biaya normalisasi dan pemeliharaan
dari sungai di bagian hilir waduk.
Untuk menjaga keandalan pintu pen gendali banjir sebaiknya
pengoperasian dari pintu pengendali banjir dilakukan secara otomatis
dan dilengkapi dengan operasi secara manual (untuk keadaan darurat).
Pada waktu multi purpose perlu adanya analisa inflow-outflow
hidrograf untuk mengetahui seberapa besar pengaruh waduk terhadap
debit banjir di hilir waduk.
Diperlukan penelusuran banjir atau flood routing yang dimaksudkan
untuk mengetahui karakteristik hidrograf outflow atau keluaran uang
sangat diperlukan dalam pengendalian banjir.

Namun, ada solusi yang juga perlu diperhatikan dengan menggunakan konsep
pembangunan sungai ramah lingkungan. Konsep tersebut berbeda dengan konsep
konvensional penanganan masalah sungai yang selama ini banyak dianut seperti
pembuatan talud, dinding parapet, pembangunan tanggul, pelurusan, sudetan,
relokasi sungai, pembangunan bendung tanpa fishway, dll. Konsep kesimbangan
adalah upaya yang perlu dilakukan dalam penanganan sungai sehingga tidak
mengganggu keseimbangan yang sudah ada. Justru keseimbangan tersebut perlu

25
dimanfaatkan dalam rangka pengembangan sekaligus konservasi (Maryono,
2003).
Konsep drainase konvesnsional (lama) menekankan pada upaya membuang
atau mengatuskan air kelebihan, dalam hal ini air hujan secepat-cepatnya ke
sungai. Konsep ini jika ditinjau lebih jauh akan menimbulkan dampak negatif
yang sangat besar. Dengan diatuskannya air kelebihan ke sungai kemudian ke laut
akan menyebabkan berbagai dampak negatif diantaranya (Maryono, 2003) :
f. Konservasi air di kawasan yang didrain rendah, dengan kata lain terjadi
penurunan resapan air permukaan ke dalam tanah.
g. Banjir di bagian hilir di musim hujan, karena akumulasi air drainase yang
dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Sedang pada musim kemarau terjadi
kekeringan, karena tidak ada supali air dari air tanah ke dan dari sungai.
h. Fluktuasi debit sungai dan termasuk air tanah yang terkait akan sangat
tinggi pada musim hujan dan kemarau. Hal ini dapat meningkatkan
kelongsoran tanah.
i. Fluktuasi alamiah debit dan muka air sungai berubah, sehingga dapat
mengganggu ekosistem atau ekologi sepanjang sungai.
j. Muka air tanah akan cenderung turun karena infiltrasi rendah. Penurunan
ini membawa akibat pada gangguan ekologi dan juga dimungkinkan
terjadi penurunan muka tanah (land subsidence). Pada musim penghujan
seluruh air permukaan didrain dan juga pada musim kemarau. Akibat
proses ini muka air tanah turun terbentuk ruang-ruang kosong dalam
struktur tanah. Ruang kosong dalam tanah ini memungkinkan terjadinya
penurunan tanah diatasnya.

2.4 Hidraulika Aliran Sungai Menggunakan Program HEC-RAS

HEC-RAS adalah singkatan dari Hydraulic Engineering Centre-River


Analysis System). Program ini dibuat oleh Hydrologic Engineering Center (HEC)
yang merupakan satu divisi dalam Institute for Water Resources (WR), di bawah
US Army Corps of Engineers (USACE). HEC-RAS merupakan model satu
dimensi aliran permanen maupun tak permanen (steady and unsteady one

26
dimensional flow model). Program ini memiliki empat komponen model satu
dimensi, antara lain :

1. Hitungan profil muka air aliran permanen


2. Simulasi aliran tak permanen
3. Hitungan transpor sedimen
4. Hitungan kualitas air
Adapun tampilan utama pada HEC-RAS adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Tampilan Layar Utama HEC-RAS


Sumber : Panduan HEC-RAS, 2010

Perhitungan penampang HEC-RAS (manual)


Sungai biasanya mempunyai luas tampang yang berubah dan berbentuk
non prismatis. Kehilangan energi pada saluran tersebut adalah kehilangan energi
karena gesekan dasar atau karena perubahan bentuk tampang. Kehilangan energi
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
2 22 1 12
Y2 + Z2 + = Y1 + Z1 + + he (2.14)
2 2

Dimana :
Y1, Y2 = tinggi tekanan (m)
Z1, Z2 = tinggi tempat (m)
V12/2g , V22/2g = tinggi kecepatan (m)

1 , 2 = koefisien kecepatan

he = kehilangan energi (m)

27
Gambar 2.6 Persamaan rumus energi
Sumber : Panduan HEC-RAS, 2010

Kehilangan tinggi energi terdiri dari 2 bagian yaitu nilai kritis dan
kehilangan kuat tekan. Berikut adalah persamaan rumus kehilangan tinggi energi :
2 2
he = L + C [ 2 2 1 1 ] (2.15)
2 2

Keterangan :
L = panjang reach
= kemiringan gesekan
C = koefisien kehilangan ekspansi atau kontraksi

Jarak L dihitung dengan :


+ +
L= (2.16)
+ +

Dimana :
Llob, Lch, Lrob = jarak cross section untuk overbank kiri, tengah dan kanan
Qlob, Qch, Qrob = debit rata-rata untuk overbank kiri, tengah dan kanan

Gambar 2.7 Jarak cross section


Sumber : Panduan HEC-RAS, 2010

28
Cara Pengerjaan HEC-RAS dapat digambarkan dalam bentuk diagram alir
berikut.

Mulai

Penyiapan tempat Komputer program


aplikasi

Peta situasi tampang Peniruan geometri


lintang, tampang sungai/saluran
memanjang, struktur
hidraulik
Peniruan aliran Debit muka air

Pengukuran atau
hitungan kecepatan dan
kedalaman aliran

Presentasi dan
interpretasi hasil
hitungan

Gambar 2.8 Diagram alir penggunaan Model HEC-RAS 4.1.0

Penyiapan Tempat
Langkah awal dalam simulasi aliran adalah menyiapkan tempat yang akan
dipakai untuk membuat model. Pada model fisik, penyiapan tempat
mencakup utamanya pembersihan tempat, penyediaan material, penyiapan
peralatan sirkuit hidraulik, serta penyiapan alat ukur. Sedangkan pada model
matematik, penyiapan tempat mencakup penyediaan memori serta folder
tempat penyimpanan model, input, dan output.
Peniruan Geometri
Geometri sungai ditirukan dengan mempertahankan ukuran sesuai dengan
ukuran sungai sesungguhnya (skala 1 : 1). Data yang dibutuhkan untuk
menirukan geometri ini antara lain adalah peta situasi alur sungai, gambar
tampang melintang dan memanjang sungai, serta gambar-gambar bangunan
atau struktur hidraulik yang ada di sepanjang alur sungai.

29
Peniruan Aliran
Debit dialirkan sesuai dengan besaran sesungguhnya di prototipe (skala debit
adalah 1:1).
Pengukuran atau Hitungan Kecepatan dan Kedalaman Aliran
Kecepatan dan kedalaman aliran merupakan dua parameter yang ingin
diketahui dan dikaji.
Presentasi dan Interpretasi Hasil
Variabel aliran yang diukur atau dihitung ditampilkan dalam bentuk grafik
atau tabel.

30

Anda mungkin juga menyukai