c, kadar
garam antara 27-38 ppmd. Arus tidak terlalu deras terumbu karang yang banyak terangkat umumnya
banyak terdapat endapan puing-puing dan pasir koral di lepas pantainya. Ukuran butiran puing dan pasir
lebih kasar kearah datangnya ombak/gelombang jika gelombang tanpa penghalang.
3. Data Spasial
Data spasial merupakan suatu data yang berisikan suatu gambar, dalam hal ini adalah peta yang bersifat
kuantitatif (atribut) dan kualitatif (peta). Input dari sebuah data spasial, yaitu berupa citra/foto udara/survei
lapangan yang dilakukan suatu penskalaan, kemudian dituangkan dalam suatu gambaran berupa peta.
Keunggulan dari data spasial adalah dapat mengetahui sebaran dari data dan juga data dapat dimodelkan sesuai
dengan keinginan, sehingga mudah untuk dilakukan analisis. Pengolahan data secara spasial pada penelitian ini
menggunakan metode tidak langsung, yaitu dengan metode tumpang susun (overlay) dengan terlebih dahulu
memberikan nilai/skor dari setiap parameter.
PROSI DI NG 201 2 HASIL PENELITI AN FAKULTAS TEKNIK
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
Volume 6 : Desember 2012 Group Tekni k Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6
TG2 - 5
Komponen yang ada di dalam SIG mencakup tiga hal, yaitu input, proses dan output. Input dapat berupa bahan
data berupa citra/foto udara dan data primer dari lapangan yang dilakukan intepretasi serta digitasi, dalam
penelitian ini digunakan digitizing on screen. Proses dalam SIG mencakup suatu teknik query dari parameter-
parameter input yang dilakukan tumpang susun (overlay). Untuk melakukan analisis pada peta terlebih dahulu
dilakukan penyamaan koordinat, serta sistem proyeksi setiap parameter peta. Di dalam penelitian ini digunakan
koordinat UTM (Universal Trade Mercator) dengan tujuan agar dalam perhitungan luasan didapatkan nilai
yang akurat. Pada query dilakukan suatu perhitungan data baik berupa penjumlahan, pengurangan, pembagian,
serta perkalian nilai dari peta. Sebagai output, yaitu berupa data peta yang disajikan guna tujuan tertentu.
METODOLOGI PENELITIAN
Parameter morfologi yang diukur, yaitu kemiringan lereng (slope), topografi, litologi (stratigrafi) tataguna
lahan, vegetasi dan proses pantai yang diamati secara deskriptif di lapangan. Pengolahan data spasial berupa
data kuantitatif yang dirubah menjadi data spasial yang bersifat kualitatif. Untuk mendapatkan poligon dari
parameter terukur, berupa garis kontur yang dirubah menjadi TIN (kenampakan 3 Dimensional) kemudian
diubah menjadi grid-grid dan dilakukan re-klasifikasi. Setiap pixel dalam grid memberikan nilai sesuai
parameter yang diukur. (lihat Gambar. 3) Untuk menyajikan hasil peta karakteristik pantai, maka dilakukan
tumpang susun (overlay).
Tabel 1. Klasifikasi Relief berdasarkan Sudut Lereng dan Beda Tinggi (Van Zuidam 1985)
Satuan Relief
Sudut Lereng
(%)
Beda Tinggi
(m)
Warna
Datar atau hampir datar 0-2 5
Bergelombang/miring landai 3-7 5-50
Bergelombang/miring 8-13 25-75
Berbukit bergelombang/miring 14-20 75-200
Berbukit tersayat tajam/terjal 21-55 200-500
Pegunungan tersayat tajam/sangat terjal 56-140 500-1000
Pegunungan/sangat curam > 140 > 1000
a b
c d
Gambar 3. (a) Kontur, (b) Analisis Data Spasial yang menunjukkan Beda Tinggi, (c)
Analisis Data Spasial yang menunjukkan Topografi Sebelum Klaster Sudut
Lereng dan (d) Analisis Data Spasial yang memperlihatkan Perbedaan Sudut
Lereng
Karakteristi k Morfologi Pantai Mallusetasi Budi Rochmanto & Stefano Arby Franci es
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Tekni k Geologi Volume 6 : Desember 2012
TG2 - 6
Pengumpulan data
Metodologi
(deskriptif, kualitatif)
Proses pantai Morfometri
Van Zuidam (1985)
Data Spasial
ArcGIS
- Erosi
- Sedimentasi
- Beda Tinggi
- Sudut Lereng
- Kontur
- Topografi
- Citra satelit
Peta abrasi,
sedimentasi
Analisis
TIN 3D ArcGIS
Peta Tematik
Peta Klaster Beda tinggi
Peta Klaster Kelerengan
Peta Karakteristik Pantai Mallusetasi
Gambar 4. Diagram Alur Penelitian
BAHASAN
Pantai
Pembagian pantai dibuat mengacu kepada klasifikasi menurut Van Zuidam, 1985 yang membagi morfologi
berdasarkan beda tinggi dan sudut lereng. Pembagian morfologi berdasarkan Van Zuidam kemudian
dikombinasikan dengan software Arc GIS 9.3 yang akan menghasilkan data klaster berupa peta klaster
kelerengan dan peta klaster beda tinggi. Pembagian klaster berdasarkan kelerengan dan beda tinggi akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Klaster Kelerengan
Klaster sudut lereng dibuat dengan menggunakan software Arc GIS 9.3 dengan cara mengaktifkan extension
slope 3D dengan mengacu kepada klasifikasi Van Zuidam, 1985. Gambar 10. Berdasarkan pembagian sudut
lereng, maka diperoleh kombinasi warna, yaitu sebagai berikut:
1. 61
-90
, diinterpretasikan sebagai daerah dengan morfologi yang terjal, digambarkan dengan warna
merah, Gambar 5.
2. 31
-60
, diinterpretasikan sebagai daerah dengan morfologi yang sedang, digambarkan dengan warna
kuning, Gambar 6.
3. 0
-30
, diinterpretasikan sebagai daerah dengan morfologi yang landai, digambarkan dengan warna hijau,
Gambar 7.
b. Klaster Beda Tinggi
Klaster beda tinggi dibuat dengan menggunakan software Arc GIS 9.3 dengan mengaktifkan extension
elevation 3D, mengacu pada klasifikasi Van Zuidam, 1985 yang telah dimodifikasi, sehingga menghasilkan
pembagian rona warna yang berbeda pada setiap ketinggiannya. Interval ketinggian yang digunakan, yaitu 50
m dengan titik tertinggi pada ketinggian 400 m. Gambar 9.
PROSI DI NG 201 2 HASIL PENELITI AN FAKULTAS TEKNIK
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
Volume 6 : Desember 2012 Group Tekni k Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6
TG2 - 7
Gambar 5. Peta Analisis Klaster Lereng Pantai Terjal
Gambar 6. Peta Analisis Klaster Lereng Pantai Sedang
Gambar 7. Peta Analisis Klaster Lereng Pantai Landai
Karakteristi k Morfologi Pantai Mallusetasi Budi Rochmanto & Stefano Arby Franci es
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Tekni k Geologi Volume 6 : Desember 2012
TG2 - 8
Karakteristik Pantai Daerah Penelitian
Peta karakteristik pantai dibuat sebagai hasil akhir daripada penelitian. Peta ini dibuat dengan menggabungkan
beberapa peta, antara lain peta klaster kelerengan, peta klaster beda tinggi serta memperhatikan data deskriptif
lapangan. Berdasarkan beberapa parameter di atas, maka daerah penelitian berdasarkan karakteristik pantainya
termasuk dalam karakteristik pantai abrasi dan pantai sedimentasi. Pantai abrasi dijumpai di bagian Utara
daerah penelitian, sedangkan pantai sedimentasi dijumpai di bagian Selatan daerah penelitian, Gambar 8.
Gambar 8. Peta Karakteristik Pantai Mallusetasi Kab. Barru Prov. Sulawesi Selatan
Tabel 2. Tabel Hubungan Antara Proses Pantai, Kelerengan dan Beda Tinggi
Proses Pantai
Kelerengan
(derajat)
Beda tinggi
(meter)
Keterangan
Sedimentasi 11-20 0-50 Pantai Sedimentasi
Abrasi 61 -70 0-50 Pantai Abrasi
Sedimentasi 11-20 0-50 Pantai Sedimentasi
Abrasi 41-50 50-100 Pantai Abrasi
Sedimentasi 11-20 0-50 Pantai Sedimentasi
Abrasi 31-40 50-100 Pantai Abrasi
Sedmentasi 11-20 0-50 Pantai Sedmentasi
Abrasi 41-50 0-50 Pantai Abrasi
Sedimentasi 21-30 0-50 Pantai Sedimentasi
Abrasi 51-60 0-50 Pantai Abrasi
Sedimentasi 0-10 0-50 Pantai Sedimentasi
SIMPULAN
1. Proses pantai yang terjadi pada daerah penelitian, yaitu abrasi dan sedimentasi. Secara umum, proses
pantai yang terjadi pada daerah penelitian di dominasi oleh proses sedimentasi. Sedimentasi yang dominan
bekerja dipengaruhi oleh akumulasi material darat yang tertransportasi oleh sungai- sungai yang terdapat
pada daerah penelitian. Proses sedimentasi pada daerah penelitian, secara umum berkembang ke Selatan
daerah penelitian, sedangkan semakin ke Utara proses abrasi semakin meningkat.
2. Klaster kelerengan yang dibuat mengacu kepada klasifikasi Van Zuidan (1985) tentang morfologi
berdasarkan presentase sudut lereng. Klaster kelerengan yang dibuat menggunakan software ArcGIS 9.3
dengan menggunakan extension slope. Klaster kelerengan yang dihasilkan dalam bentuk TIN 3D. Klaster
kelerengan membagi morfologi pantai menjadi tiga (3) bagian, yaitu daerah berlereng terjal (61
0
-90
0
),
daerah berlereng sedang (31
0
-60
0
) dan daerah berlereng landai (0
0
-30
0
).
3. Klaster beda tinggi yang dibuat mengacu kepada klasifikasi Van Zuidan (1985) tentang morfologi
berdasarkan beda tinggi. Klaster beda tinggi yang dibuat menggunakan software ArcGIS 9.3 dengan
menggunakan extension elevation. Klaster beda tinggi yang dihasilkan dalam bentuk TIN 3D. Interval
ketinggian yang digunakan, yaitu 50 m dengan titik tertinggi pada ketinggian 400 m.
PROSI DI NG 201 2 HASIL PENELITI AN FAKULTAS TEKNIK
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
Volume 6 : Desember 2012 Group Tekni k Geologi ISBN : 978-979-127255-0-6
TG2 - 9
Gambar 9. Peta Klaster Beda Tinggi Daerah Mallusetasi Kab. Barru Prov. Sulawesi Selatan
P
e
t
a
K
l
u
s
t
e
r
B
e
d
a
T
i
n
g
g
i
U
t
a
r
a
Karakteristi k Morfologi Pantai Mallusetasi Budi Rochmanto & Stefano Arby Franci es
Arsi tektur Elektro Geologi Mesi n Perkapalan Si pi l
ISBN : 978-979-127255-0-6 Group Tekni k Geologi Volume 6 : Desember 2012
TG2 - 1 0
Gambar 10. Peta Klaster Kelerengan Daerah Mallusetasi Kab. Barru Prov. Sulawesi Selatan
DAFTAR PUSTAKA
Batterson, M., Liverman, D.,G.,E., dkk., (1999), The Assessment of Geological Hazards and Disasters in
Newfoundland: An Update, St. John's: Government of Newfoundland and Labrador, Department of
Mines and Energy, Geological Survey.
Komar, P.,D., (1996), Coastal Geology, Processes & Morphology of Coasts and Beaches, Oregon State
University, Corvallis, Oregon, USA.
Ongkosongo, O.,S.,R., & Suyarso, (1989), Pasang Surut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat
Penelitian & Pengembangan Oseanologi, Jakarta.
Rochmanto, B., Sulfan, R., dkk., (1996), The Change of Coastline in The Vicinity of The Jeneberang River
Mouth, Makassar, South Sulawesi, Indonesia, Proceedings of IAGI XXV Annual Meeting, Bandung,
Indonesia.
Rohaya, L., (2006), Coastal Sediment Cell on the Vicinity of the Jeneberang Estuary, Makassar, South
Sulawesi, Indonesia, Proceedings The 35
th
IAGI Annual Convention & Exhibition, Pekanbaru - Riau,
Indonesia.
Silvester, R., & Hsu, J.,R.,C., (1993), Coastal Stabilization, Innovative Concepts, Prentice Hall, Inc., A. Simon
& Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
Suriamihardja, D.,A., (1996), Morfogenetika Pantai dan Geomorfologi Pantai, Pusat Studi Lingkungan, tidak
dipublikasikan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Triatmodjo, B., (1999), Teknik Pantai, Beta offset, Yogyakarta.
Lobeck, A.,K., (1939), Geomorfology, an Introduction to the study of Lanscape, Mc Graw-Hill Book
Company Inc., New York and London.
Sutikno, (1999), Karakteristik Bentuk Pantai, Diktat, PUSPICS UGM, Yogyakarta.
Sunarto, (1991/1992), Geomorfologi Pantai, Makalah, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik UGM,
Yogyakarta.
Shepared, (1963), Marine Geology, ELSEVIER.
van Zuidam, R.,A., (1985), Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping,
Smits Publisher The Hagne, Netherlands.