Anda di halaman 1dari 2

Hotel Sultan Kembali Gugat PHK Karyawannya

Hubungan kerja antara pihak manajemen Hotel Sultan dan Johnson dkk sudah tak harmonis lagi.
Terlebih Johnson dkk telah menjalani masa skorsing selama 28 bulan.
Manajemen Hotel Sultan kembali menggugat PHK empat karyawannya yakni Johnson
Simanjuntak, Yoyo Haryono, Rupi Parman, dan Valentino di Pengadilan Hubungan Industrial
Jakarta. Alasannya sangat sederhana, hubungan kerja diantara mereka tak dapat
dipertahankan lagi, meski telah menempuh perundingan baik secara bipartit maupun
tripartit.

Perselisihan bermula ketika terjadi perubahan nama dari Hotel Hilton ke Hotel Sultan pada
Mei 2006 lalu. Kemudian pada 10 Agustus 2006 pihak manajemen Hotel Sultan melakukan
pertemuan formal dengan pihak serikat pekerja dan seluruh karyawan. Tak puas atas hasil
pertemuan tersebut, Johnson dkk mengumpulkan tanda tangan para karyawan dan
mengadukan masalah ini ke Disnakertrans Provinsi DKI Jakarta.

Karena dinilai telah menciptakan suasana kerja tak kondusif, pada 8 Desember 2006
manajemen Hotel Sultan menjatuhkan skorsing kepada Johnson dkk. Meski diskorsing,
hingga kini manajemen Hotel Sultan mengaku masih tetap membayar upah Johnson dkk.

Kuasa hukum Hotel Sultan, Syahril Muhammad menjelaskan bahwa hubungan kerja antara
pihak manajemen Hotel Sultan dan Johnson dkk sudah tak harmonis lagi. Hal ini yang
menjadi alasan mengajukan PHK kepada Johnson dkk. Apalagi mereka (Johnson dkk-Red)
sudah diskorsing hampir 28 bulan, artinya memang hubungan kerja diantara mereka sulit
untuk diperbaiki, ujar Syahril ketika dihubungi hukumonline, Kamis (26/02).

Syahril mengatakan bahwa gugatan ini merupakan gugatan yang kedua kalinya.
Sebelumnya hotel memang pernah mengajukan gugatan PHK terhadap Johnson dkk ke
pengadilan yang sama. Namun saat itu hakim memutuskan tak dapat menerima gugatan
lantaran surat kuasa Hotel Sultan tak memenuhi syarat formil.

Perselisihan ini kurang lebih substasinya sama dengan perkara sebelumnya yang
menyangkut perubahan nama (Hotel Hilton ke Hotel Sultan-Red) yang berakibat terjadi
perubahan PKB terkait status karyawan dan akurasi jumlah karyawan. Beberapa hal
tersebut tak bisa diselesaikan secara bipartit dan mediasi di Disnakertrans, Syahril
menerangkan.

Syahril menegaskan bahwa perjuangan kasus ini sebenarnya sudah cukup panjang.
Terlebih Direktur HRD Hotel Sultan sempat dipidanakan atas laporan Johnson dkk, tapi
putusannya onstlag (lepas dari segala tuntutan hukum), ujar Syahril menceritakan.

Patut diketahui, kasus ini sempat diproses secara pidana dan disidangkan di PN Jakarta
Pusat pada September 2008 lalu. Kala itu, Direktur HRD Hotel Sultan Acep Saefudin dituduh
melanggar Pasal 93 ayat (2) huruf f UU Ketenagakerjaan lantaran tak membayar upah
Johnson dkk selama 4 bulan terhitung sejak Februari 2007 hingga Mei 2007. Namun,
majelis hakim pimpinan Makmun Masduki memutus lepas dari segala tuntutan hukum bagi
sang manajer.

Sudah jelas
Ditemui seusai sidang, kuasa hukum Johnson dkk Kiagus Ahmad Belasati mengaku bahwa
pihak perusahaan telah beberapa kali melakukan negosiasi dengan Johnson dkk terkait
penawaran uang pesangon, tetapi Johnson dkk menolaknya. Pasalnya, sejak awal mereka
tetap meminta untuk dipekerjakan kembali.

Mereka hanya mempertanyakan hak-haknya terkait perubahan nama hotel dan melaporkan
ke Disnakertrans Provinsi DKI Jakarta. Terus mereka tersinggung. Padahal itu kan
mekanisme yang diatur UU. Bukan sesuatu yang illegal. Jadi alasan hubungan kerja sudah
tak harmonis kurang beralasan, ujar pengacara publik LBH Jakarta yang akrab disapa Aben
itu.

Aben menilai arah gugatan PHK ini merupakan pengkondisian pihak hotel dari peristiwa
sebelumnya. Sudah pengusaha dipidanakan, mereka tetap mendapat gaji sampai sekarang
meski sempat terhenti selama 4 bulan. Ini semua agar dinilai baik. Jadi biar pihak hotel
punya alasan untuk mem-PHK, ujarnya.

Lucunya, lanjut Aben, PHK-nya dihitung sejak tanggal putusan gugatan yang pertama (13
September 2007) hingga putusan mempunyai kekuatan hukum tetap. Sementara gugatan
yang pertama, putusannya tak dapat diterima.

Masih menurut Aben, Sebenarnya persoalan ini sudah clear. Pasalnya, kekhawatiran atau
pertanyaan mereka sudah terjawab dari penjelasan pihak manajemen Hotel Sultan.
Mengenai status karyawan mereka tetap jadi karyawan full time (tetap) masa kerja tetap
dihitung, PKB berubah menjadi PKB Hotel Sultan, dan jumlah karyawan juga jelas. Jadi
sebenarnya sudah clear, cuma yaa gak tau lah, ujar Aben dengan nada bingung

Anda mungkin juga menyukai