12.askep Konjungtivitis
12.askep Konjungtivitis
KUNJUNGTIVITIS
1.1.2 Etiologi
1) Bakteri patogen
Stafilokokus, streptokokus, corynebacterium diphteriae,
pseudomonas aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan
Haemophilus influenzae
2) Virus
Adenovirus, Herpes Simplek, Herpes Zoster, Klamidia,
New Castle, Pikorna, Enterovirus
3) Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau
reaksi antibodi humoral terhadap alergen
4) Berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal
1.1.3 Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus,
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik.
1.1.4 Klasifikasi
1. Konjungtivitis Alergi
1) Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang
dapat bersifat alergen (debu, tepung sari, obat, dan lain-
lain)
2) Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat
reaksi terhadap alergen yang lokal maupun sistemik.
2. Konjungtivitis Adenovirus
Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh
adenovirus jenis tertentu. Misal : Keratokonjungtivitis
epidemi, demam faringokonjungtiva
3. Konjungtivitis angular
1) Adalah suatu radang konjungtiva yang mengenai
konjungtiva bulbi di fisura palpebra pada kantus
internus dan eksternus
2) Disebabkan oleh Moraxella (diplobasi), mungkin
juga disebabkan oleh stafilokokus
4. Konjungtivitis Atopi
Adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat
ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma
atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial
5. Konjungtivitis Difteri
Adalah radang konjungtiva yang disebabkan
Korinebakteium difteri dan disertai gambaran khas berupa
pembentukan membran pada konjungtiva tarsal
6. Konjungtivitis Folikular
Adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan
folikel
7. Konjungtivitis Gonore
Adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan
sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neiseria
Gonorhoea
8. Konjungtivitis Katarak
Adalah infeksi konjugtiva dengan gejala khas berupa
peradangan katarak pada membran mukosa konjungtiva
9. Konjungtivitis Digneus
Adalah peradangan konjungtiva yang menahun, sering
berulang-ulang
1.1.5 Patofisiologi
Infeksi bakteri, virus, jamur
Radang konjungtiva
(konjungtivitis)
Fotofobia Nyeri
Keterangan :
Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat
menyebabkan radang pada konjungtiva (konjungtivitis)
sehingga akan menimbulkan rasa tidak enak (ngeres) pada
mata. Kotoran seperti air yang mukopurulenta dan mata
akan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
Hal ini menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak dan
kemerahan sehingga timbul rasa nyeri. Di samping itu terjadi
fotofobia oleh karena kemunduran visus akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat
ansietas pada penderita, gangguan dalam penerimaan
sensori perseptual serta penderita akan mengalami
intoleransi aktivitas
7. Adenopati pseurikular
8. Pada konjungtivitis virus berupa terbentuknya
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep
2. Penggunaan handuk sendiri-sendiri
3. Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang
setelah pemakaian satu kali
4. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
di kelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan
salin
5. Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap
6. Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak
dianjurkan, karena akan memberikan lingkugan yang baik
untuk perbanyakan mikroorganisme
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri klien
R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta
keluarganya
R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non
verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah,
meringis
R : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung dialami
4. Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang
tenang
R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang
dapat mengurangi ketidaknyamanan
5. Berikan kompres dingin jika memungkinkan
R : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi
Tujuan :
Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat
Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan adanya penurunan gejala
kelebihan beban sensori
2. Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko
Intervensi :
1. Tentukan ketajaman penglihatan
R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi
2. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih
lanjut (disorientasi)
R :terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat
dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
mengakibatkan bingung
3. Perhatian pada suram / penglihatan kabur
dan iritasi
R : Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi
secara bertahap
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca
mata untuk membatu mengurangi silau pada mata
R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada
fobia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan
intervensi medis
R : Membantu masalah denagn tindakan medis