Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

KUNJUNGTIVITIS

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Pengertian
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau
mata merah atau pink eye ( Darlina, 1996 ).
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva, merupakan
penyakit mata paling umum di dunia, bervariasi dari
hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis
berat dengan banyak sekret purulen kental ( Vaughan,
2000).

1.1.2 Etiologi
1) Bakteri patogen
Stafilokokus, streptokokus, corynebacterium diphteriae,
pseudomonas aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan
Haemophilus influenzae
2) Virus
Adenovirus, Herpes Simplek, Herpes Zoster, Klamidia,
New Castle, Pikorna, Enterovirus
3) Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau
reaksi antibodi humoral terhadap alergen
4) Berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal

1.1.3 Fisiologi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan
tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus,
melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva
sekretorik.

1.1.4 Klasifikasi
1. Konjungtivitis Alergi
1) Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang
dapat bersifat alergen (debu, tepung sari, obat, dan lain-
lain)
2) Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat
reaksi terhadap alergen yang lokal maupun sistemik.
2. Konjungtivitis Adenovirus
Adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh
adenovirus jenis tertentu. Misal : Keratokonjungtivitis
epidemi, demam faringokonjungtiva
3. Konjungtivitis angular
1) Adalah suatu radang konjungtiva yang mengenai
konjungtiva bulbi di fisura palpebra pada kantus
internus dan eksternus
2) Disebabkan oleh Moraxella (diplobasi), mungkin
juga disebabkan oleh stafilokokus
4. Konjungtivitis Atopi
Adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat
ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma
atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial
5. Konjungtivitis Difteri
Adalah radang konjungtiva yang disebabkan
Korinebakteium difteri dan disertai gambaran khas berupa
pembentukan membran pada konjungtiva tarsal
6. Konjungtivitis Folikular
Adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan
folikel
7. Konjungtivitis Gonore
Adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan
sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neiseria
Gonorhoea
8. Konjungtivitis Katarak
Adalah infeksi konjugtiva dengan gejala khas berupa
peradangan katarak pada membran mukosa konjungtiva
9. Konjungtivitis Digneus
Adalah peradangan konjungtiva yang menahun, sering
berulang-ulang

1.1.5 Patofisiologi
Infeksi bakteri, virus, jamur

Radang konjungtiva
(konjungtivitis)

Rasa tidak enak Kotoran purulen Lakrimasi


(ngeres)
Kelopak bengkak Kemerahan

Fotofobia Nyeri

Kemunduran visus Risiko tinggi


cedera
Penurunan ketajaman
penglihatan

Gangguan penerimaan Intoleransi


sensori perseptual aktivitas

Keterangan :
Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat
menyebabkan radang pada konjungtiva (konjungtivitis)
sehingga akan menimbulkan rasa tidak enak (ngeres) pada
mata. Kotoran seperti air yang mukopurulenta dan mata
akan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
Hal ini menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak dan
kemerahan sehingga timbul rasa nyeri. Di samping itu terjadi
fotofobia oleh karena kemunduran visus akan terjadi
penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat
ansietas pada penderita, gangguan dalam penerimaan
sensori perseptual serta penderita akan mengalami
intoleransi aktivitas

1.1.6 Manifestasi Klinis


1. Hiperemi konjungtiva bulbi ( infeksi konjungtiva )
2. Lakrimasi
3. Eksudat
4. Pseudoptosis akibat kelopak membengkak
5. Kemosisi, hipertrofi papil, folikel, membran psedomembran,
granulasi fikteri
6. Mata seperti adanya

7. Adenopati pseurikular
8. Pada konjungtivitis virus berupa terbentuknya

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan sediaan langsung dengna pewarnaan gram
atau Giemsa
2. Kultur virus
3. Sel inklusi intranuklear

1.1.8 Penatalaksanaan
1. Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep
2. Penggunaan handuk sendiri-sendiri
3. Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang
setelah pemakaian satu kali
4. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak
di kelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan
salin
5. Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap
6. Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak
dianjurkan, karena akan memberikan lingkugan yang baik
untuk perbanyakan mikroorganisme

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1. Tanyakan adanya riwayat penyakit mata, pembedahan
atau trauma mata
2. Tanyakan penggunaan obat tetes; jenis, jumlah, frekuensi
dan lama penggunaan
3. Tanyakan adanya kotoran mata, nyeri pada daerah mata,
nyeri kepala
4. Tanyakan adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya;
sifatnya, ada hubungan dengan alergi, musim/cuaca

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1. Aktivitas/istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan
2. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia
3. Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap
Penglihatan perifer, fotofobia
Tanda : Konjungtiva dan sklera merah
Peningkatan air mata
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair
Nyri tiba-tiba/tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
Rasa tidak enak/ngeres

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1.2.2.1 Nyeri ( akut/kronis ) berhubungan dengan
peradangan pada konjungtiva, ketegangan, vasospasme
Batasan Karakteristik
Data Subjektif
Komunikasi ( verbal atau kode ) dari pemberi
gambaran nyeri
Data Objektif
Perilaku melindungi, protektif
Memfokuskan pada diri sendiri
Penyempitan fokus ( perubahan persepsi waktu,
menarik diri dari kontak sosial, kerusakan proses
pikir )
Perilaku distraksi ( merintih, menangis, mondar-
mandir, mencari orang lain dan/atau aktivitas,
gelisah )
Wajah tampak menahan nyeri ( mata tak
bersemangat, tampak terpukul, gerakan terfiksasi
atau menyebar, meringis )
Perubahan pada tonus otot ( dapat berkisar dari
malas, sampai kaku )
Respons autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil
kronis (diaforesis, perubahan tekanan darah dan
nadi, pupil, dilatasi, peningkatan atau penurunan
frekuensi pernapasan)
Tujuan :
Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan
berkurang atau hilang
2. Klien menyeringai kesakitan

Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri klien
R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta
keluarganya
R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri
diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non
verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah,
meringis
R : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak
langsung dialami
4. Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang
tenang
R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang
dapat mengurangi ketidaknyamanan
5. Berikan kompres dingin jika memungkinkan
R : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan
vasodilatasi

1.2.2.2 Gangguan sensori perseptual ; penglihatan


berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori /
status organ indra, adanya proses peradangan, adanya
sekret pada kornea
Batasan Karakteristik
Mayor ( harus terdapat )
Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus
lingkungan dan / atau perubahan negatif dalam
jumlah atau pola dari stimulus yang masuk.
Minor ( mungkin terdapat )
Disorientasi waktu dan tempat
Disorientasi orang
Perubahan kemampuan dalam pemecahan masalah
Perubahan pola komunikasi dan perilaku
Gelisah
Melaporkan halusinasi dengar dan lihat
Ketakutan
Ansietas
Apatis
Peka rangsang

Tujuan :
Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat
Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan adanya penurunan gejala
kelebihan beban sensori
2. Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko
Intervensi :
1. Tentukan ketajaman penglihatan
R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi
bervariasi
2. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih
lanjut (disorientasi)
R :terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat
dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
mengakibatkan bingung
3. Perhatian pada suram / penglihatan kabur
dan iritasi
R : Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi
secara bertahap
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca
mata untuk membatu mengurangi silau pada mata
R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada
fobia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan
intervensi medis
R : Membantu masalah denagn tindakan medis

1.2.2.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fotofobia


sekunder kojungtivitis
Batasan Karakteristik
Mayor ( harus terdapat )
Perubahan respon fisiologis terdapat aktivitas
(mis...)
Pernapasan
Dispnea
Pernapasan pendek
Frekuensi nafas meningkat berlebih
Penurunan frekuensi
Nadi
Lemah
Menurun
Peningkatan berlebihan
Perubahan irama
Tekanan darah
Gagal meningkat dengan aktivitas
Diastolik meningkat > 15 mmHg

Minor ( mungkin terdapat )


Kelemahan
Kelelahan
Pucat atau sianosis
Kacau mental
Vertigo
Tujuan :
Klien dapat beraktivitas secara adekuat
Kriteria hasil :
1. Klien dapat menunjukkan perilaku yang
meningkatkan aktivitas
2. Klien melaporkan tidak adanya fakta-fakta yang
memperberat aktivitas
3. Klien mengalami kemajuan aktivitas
Intervensi :
1. Tentukan tingkat ansietas sekarang/keadaan fisik
R : Memberikan informasi untuk mengembangkan
perencanaan perawatan bagi program rehabilitasi
2. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri
sesuai dengan kemampuan maksimal
R : Meningkatkan kemandirian dan rasa kontrol diri
3. Menganjurkan klien mengatur periode istirahat
konsisten di antara aktivitas
R : Menurunkan kelelahan dan kelemahan otot mata
yang berlebihan
4. Anjurkan klien meningkatkan manajemen stres,
teknik relaksasi
R : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan koping

1.2.2.4 Potensial cidera / trauma berhubungan dengan


ketajaman penglihatan menurun
Tujuan :
Tidak terjadi cedera / trauma
Kriteria hasil :
1. Klien menyatakan tidak adanya faktor-
faktor potensial yang berbahaya
2. Klien melaporkan kegiatan kegiatan yang
aman di rumah
Intervensi :
1. Batasi aktivitas yang berlebihan
R : meminimalkan cedera

2. Pertahankan keamanan lingkungan


R : Mencegah terjadinya risiko cedera
3. Berikan posisi nyaman pada pasien
R : Kenyamanan tersebut akan membuat pasien lebih
aman untuk beraktivitas
4. Anjurkan klien untuk memodifikasi lingkungan
R : Menghindari terjadinya kecelakaan / trauma
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. EGC.


Jakarta.

Darling, Vera. 1996. Perawatan Mata Edisi I Cetakan I. Yayasan


Esentia Medika. Yogyakarta.

Doenges, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC


Jakarta.

Ilyas, Sidarta. 2000. Kedaruratan Dalam penyakit Ilmu Mata.


FKUI. Jakarta.

Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata Cetakan 3. FKUI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai