Anda di halaman 1dari 7

Laporan Kasus: Perawatan Ulang Endodontik Non

Bedah pada Gigi Fusi dengan Transposisi


Miguel Agostinho, Beco Pinto Cardoso, Rita Brandao Noites,
Miguel Andre Duarte Martins, Manuel Pedro da Fonseca Paulo
Department of Endodontics, Health Sciences Institute of Universidade
Catolica Portuguesa, Viseu, Portugal

Abstrak

Gigi transposisi adalah gangguan perkembangan gigi permanen dan erupsi di posisi normal
gigi permanen lain. Fusi dan geminasi adalah gangguan perkembangan terlihat seperti gigi
menyatu menjadi satu kesatuan. Artikel ini melaporkan perawatan ulang non bedah pada
kasus langka yaitu gigi fusi dengan transposisi. Pasien dirujuk untuk perawatan endodontik
karena gigi molar pertama rahang atas kiri pada posisi premolar pertama, yang berdekatan
dengan sisi distobukal. Ortopantomografi dan radiografi periapikal menunjukkan dua
mahkota berbagi akar yang sama, dengan perawatan saluran akar dan berkaitan dengan lesi
periapikalnya. Diagnosisnya yaitu gigi fusi dengan transposisi pada molar maksila dan
premolar. Perawatan ulang endodontik non bedah telah dilakukan. Pada 4 tahun follow-up,
gigi asimptomatik dan radiolusensi yang mengelilingi apikal telah mengecil, menunjukkan
keberhasilan perawatan. Diagnosis dan perawatan pada gigi fusi memerlukan perhatian
khusus. Sistem saluran akar harus hati-hati dieksplorasi untuk memperoleh pemahaman
anatominya, memungkinkan untuk sepenuhnya dibersihkan dan diobturasi. Teknik
termoplastik berguna untuk memperoleh obturasi yang hemetik. Evaluasi anatomi yang
benar meningkatkan pilihan perawatan yang telah dipertimbangkan, mengarah ke
kemungkinan estetis yang lebih baik dan perawatan yang sukses. (Restor Dent Endod 2016;
41 (2): 148-153)

Kata kunci: Perawatan endodontik, Fusi, Geminasi, Perawatan ulang, Transposisi

Pendahuluan

Anomali perkembangan gigi jarang terjadi dalam praktek klinis.1 Transposisi posterior sangat
langka, dan bahkan lebih lagi bila dikaitkan dengan fusi. Kombinasi ini belum pernah
dilaporkan sebelumnya dalam literatur. Gigi transposisi adalah gangguan pada perkembangan
gigi permanen dan erupsi dalam posisi normal dari gigi permanen lain.2 Fusi dan geminasi
adalah gangguan perkembangan terlihat seperti gigi menyatu menjadi satu kesatuan.1,3,4 Fusi
terjadi ketika dua benih gigi bergabung, sementara geminasi hasil dari upaya satu benih gigi
yang mencoba membelah menjadi dua.5 Fusi antara gigi selalu melibatkan dentin dan dapat
mengakibatkan gigi menjadi besar dan kesatuan dari kedua mahkota atau hanya pada akar.
Saluran akar dapat berdiri sendiri atau menyatuh.3,5
Manajemen klinik pada anomali perkembangan umumnya kompleks, mengingat
terjadinya maloklusi, masalah estetika, dan predisposisi gangguan oral lebih lanjut. 6
Diagnosis, perawatan, dan rehabilitasi sering menantang karena penyajian yang tidak merata
dari mahkota dan terdistorsi anatomi endodontik.7 Tujuan dari artikel ini adalah untuk
menyajikan keberhasilan kasus perawatan ulang saluran akar dengan non bedah dari kasus
yang sangat jarang terjadi fusi dengan transposisi gigi posterior.

Laporan Kasus

Seorang pasien wanita berusia 21 tahun datang dengan rasa sakit pada rahang atas kiri dan
rekuren abses pada regio tersebut. Riwayat medis pasien tidak berkontribusi, dan riwayat gigi
sebelumnya termasuk ekstraksi pada regio rahang bawah kanan dan perawatan saluran akar
pada rahang atas kiri. Pemeriksaan klinis terdapat gigi menyerupai molar pada posisi
premolar pertama, yang berdekatan dengan sisi distobukal. Gigi sensitif terhadap perkusi.
Periodontal probing menunjukkan nilai normal yaitu 1 mm pada bukal, palatal, dan mesial
dan 3 mm pada distal. Ortopantomografi dan radiografi periapikal menunjukkan dua mahkota
berbagi akar yang sama, dengan saluran akar yang telah dirawat dan berkaitan dengan lesi
periapikalnya (gambar 1). Berdasarkan klinis dan informasi radiografi, diagnosisnya
periodontitis apikalis simptomatik. Rencana perawatan yang terlibat adalah eksplorasi
lengkap sistem saluran akar dan perawatan ulang endodontik non bedah.

Gambar 1.
Evaluasi
preoperatif. (a)
preoperatif

(a)

ortopantomografi; (b-d) preoperatif radiografi periapikal dengan


angulasi yang berbeda
(c)
(b)
(d)

Setelah pasien diberikan informed consent, gigi dianestesi dan diisolasi dengan rubber
dam. Setelah pembukaan akses kavitas pada gigi yang menyerupai molar dan dilakukan
irigasi dengan 2,5% sodium hipoklorit (NaOCl), gutta-perca diambil dengan menggunakan
proTaper Universal retreatment file (Dentsply Maillefer, Ballaigues, Switzerland) dan
diagnosis gigi fusi telah ditetapkan. Akses kavitas telah terbuka pada premolar (gambar 2a),
menunjukkan sistem saluran menyatu dengan gigi menyerupai molar tersebut (gambar 2b).
Saluran akar distobukal dan palatal juga menyatu (gambar 2c). Setelah shaping dengan
finishing file ProTaper Universal F3, dua saluran bertahan: saluran mesiobukal dan saluran
lain dengan bentuk menyerupai dengan saluran C-shape (gambar 2d). Saluran akar
dikeringkan dengan paper points steril (Dentsply Maillefer), pasta kalsium hidroksida
(Calcicur-VOCO, Cuxhaven, Jerman) diaplikasikan, dan akses kavitas sementara ditutup
dengan IRM (Dentsply, Konstanz, Jerman).
Setelah satu bulan, pasien kembali dan pasta kalsium hidroksida dihilangkan. Irigasi
dengan 2,5% NaOCl, irigasi pasif ultrasonik dilakukan dengan file ukuran 15, dan area
dikeringkan dengan paper points steril. AH Plus sealer (Dentsply) diaplikasikan dengan
lentulo dan kelebihannya dihilangkan dengan paper points (Gambar 3a). Pengisian saluran
akar dengan sistem termoplastik gutta-perca, menggunakan Thermafill (Dentsply Maillefer)
pada saluran mesiobukal dan Thermafill diikuti dengan BeeFill (VDW, Munich, Jerman)
dengan kondensasi vertikal pada saluran konfigurasi bentuk C (gambar 3b). Radiograf post-
operatif (gambar 3c) memastikan bahwa saluran akar telah terisi lengkap, dengan beberapa
saluran lateral yang muncul pada gambar, menunjukkan anatomi yang kompleks. Mahkota
direstorasi permanen dengan onlay keramik, meningkatkan estetik dan kekuatan gigi
(Gambar 4).
Pada 4 tahun follow-up, gigi asimptomatik dan radiolusensi berkurang diamati sekitar
wilayah apikal dibandingkan dengan radiografi preoperatif (Gambar 3d).

Diskusi

Laporan kasus ini memaparkan keberhasilan manajemen endodontik pada gigi fusi dengan
transposisi pada rahang atas molar pertama dan premolar, yang menyatu pada sisi distobukal
molar pertama.
Transposisi pada gigi jarang ditemukan, dan umumnya kasus melibatkan kaninus.
Prevalensi transposisi telah diperkirakan 0,03-0,25% dalam populasi secara umum.2 Secara
khusus, transposisi posterior seperti pasien ini termasuk sangat langka, dan bahkan bila
dikaitkan dengan fenomena fusi. Faktanya, bagi pengetahuan kita, ini adalah laporan pertama
dari kasus gigi fusi dengan transposisi.
Gambar 2. Bentuk
anatomi yang kompleks.
(a) Akses kavitas; (b)
Hubungan antara sistem
saluran akar molar dan
(a) (b) premolar; (c) Fusi antara
saluran akar distobukal
dan palatal; (d) Dua akar
yang tersisa setelah
shaping.

(c) (d)

(a )
yi

(b) (c) (d)

Gamb
ar 3. Prosedur pengisian dan evaluasi post-operatif. (a) Aplikasi semen;
(b) Pengisian saluran akar dengan Thermafill dan Beefill; (c) Radiografi
perapikal post-operatif; (d) Radiografi 4 tahun follow-up
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. Restorasi permanen. (a) Gambaran awal intraoral lateral


pasien pada saat oklusi (b) Gambaran intraoral lateral pasien pada saat
oklusi setelah direstorasi (c) Gambaran intraoral oklusal awal (d)
Gambaran intraoral oklusal setelah direstorasi.
Prevalensi fusi pada gigi permanen telah diperkirakan 0,1-1% dan 0,5-2,5% pada gigi
sulung.8-10 Kebanyakan laporan kasus mengenai gigi permanen yang melibatkan gigi anterior,
sedangkan beberapa studi menyajikan kasus fusi pada gigi maksila posterior.11-13 Etiologi dari
malformasi ini masih belum pasti. Pengaruh tekanan atau kekuatan fisik sehingga mendorong
kontak yang dekat antara folikel gigi, kondisi herediter, dan perbedaan ras jelas menunjukkan
kontribusi kemungkinan terjadinya kelainan tersebut.14,15
Secara klinis, kasus fusi dapat menyerupai geminasi. Untuk membedakan antara fusi
dan geminasi, beberapa penulis telah mengusulkan bahwa, ketika menghitung gigi, mahkota
yang anomali dihitung sebagai satu gigi. Menurut metode ini, jumah gigi yang lengkap
menunjukkan geminasi, sedangkan fusi kurang dari jumlah normal gigi.16-18 Namun, dalam
praktik klinik, keberadaan gigi supernumerary dapat menghalangi dalam membedakan antara
kasus fusi dan geminasi. Kesulitan membedakan fusi dari geminasi, oleh Brook dkk
mengusulkan istilah netral, merujuk pada anomali tersebut sebagai gigi ganda, 19 dan
berdebat bahwa hanya pengakuan anomali ini sudah cukup memadai dari sudut pandang
perawatannya.20
Kasus ini diklasifikasi sebagai gigi fusi dengan transposisi, karena pada pemeriksaan
intraoral dan ortopantomografi, jika gigi dengan anomali terhitung sebagai satu gigi, maka
satu gigi (molar pertama kiri maksila) pada maksila ada yang hilang. Sebaliknya, di posisi
premolar pertama, gigi anomali yang menyerupai molar ditemukan berdekatan dengan
premolar. Perawatan sebelumnya pasien gagal karena melewatkan bagian dari sistem saluran
akar yang tidak tersentuh, menyebabkan infeksi kembali. Cone-beam computed tomography
(CBCT) dapat membantu untuk memahami anatomi, karena merupakan alat yang paling
berguna untuk menganalisis gigi dengan morfologi yang tidak biasa. Namun, CBCT tidak
tersedia ketika melakukan perawatan. Oleh karena itu, radiografi dengan berbagai angulasi
dan eksplorasi secara hati-hati sewaktu preparasi akses kavitas dilakukan pada awal rencana
perawatan (gambar 2).
Laporan ini menunjukkan bahwa pemeriksaan klinis dan radiografi yang cermat adalah
penilaian yang penting untuk kesuksesan perawatan endodontik pada gigi yang anomali, 17
karena sangat penting untuk mengevaluasi anatomi dengan benar. Perawatan endodontik pada
beberapa gigi sering menantang karena posisi gigi, anatomi yang kompleks, dan kesulitan
dalam melakukan isolasi dengan rubber dam.11 Keberhasilannya bergantung pada preparasi
akses kavitas yang cermat, pembersihan, shaping, dan pengisian tiga dimensi sistem saluran
akar. Terlepas dari semua tindakan, beberapa kasus komplikasi dapat terjadi sewaktu
perawatan, seperti perforasi12 membutuhkan penggunaan bahan seperti mineral trioxide
aggregate atau biodentin untuk memperbaiki hubungan antara pulpa dan jaringan periodontal.
Meskipun preparasi saluran akar pada gigi ganda mungkin sulit, sering irigasi dengan
sodium hipoklorit dan penggunaan teknik gutta-perca Thermoplasticized merupan solusi yang
baik pada kasus ini. Kompaksi continuous wave dapat menjadi pilihan untuk obturasi gigi ini.
Pengisian saluran akar menyeluruh dengan menggunakan Thermafill dan BeeFill dapat
menjangkau saluran akar lateral, seperti terlihat pada gambar 3c, dapat mencegah komplikasi
di masa depan. Selanjutnya, perawatan kembali mencegah ekstraksi dan memungkinkan
pasien mempertahankan gigi affected. Meskipun hanya memiliki satu akar, dua mahkota
individual dapat dicapai, dengan estetika dan manfaat fungsional. Sebuah mahkota tertutup
menjadi pilihan untuk melindungi dari tekanan oklusi; namun, premolar kedua terlalu ke
bukal. Oleh karena itu, untuk mempertahankan hasil estetik tanpa merusak atau melemahkan
gigi, onlay keramik digunakan, dengan cakupan terbatas ke tengah mahkota (gambar 4b dan
4d). Oklusi sebelum perawatan hanya dibuat pada gigi yang menyerupai molar (gambar 4a).
Setelah restorasi, kontak oklusi menyebar antara dua mahkota sebagai hasil dari perawatan
(gambar 4b).
Pada 4 tahun follow-up, gigi asimptomatik dan radiolusensi sekitar daerah apikal
berkurang, menunjukkan keberhasilan intervensi kami.

Kesimpulan
Keberhasilan kasus perawatan ulang endodontik non bedah pada gigi fusi dengan transposisi
telah disajikan, dimana tanda perubahan anatomi terlihat pada observasi langsung dan
radiografi. Meskipun terdapat dua mahkota, tetapi hanya satu sistem saluran akar ditemukan.
Walaupun CBCT memainkan peran penting dalam diagnosis, jika tidak dapat dilakukan,
sistem saluran harus dieksplorasi secara hati-hati untuk memperoleh pemahaman penuh
mengenai anatominya, yang selanjutnya dapat dibersihan, dan obturasi saluran akar secara
menyeluruh. Teknik termoplastik berguna dalam mencapai obturasi yang hermetik dan
mencegah terjadinya infeksi kembali. Anatomi dari sistem saluran akar gigi fusi memerlukan
perhatian khusus pada diagnosis dan rencana perawatan, melakukan pemeriksaan klinis dan
radiografi yang cermat penting untuk keberhasilan perawatan endodontik seperti kasus ini.

Referensi
1. Knezevi A, Travan S, Tarle Z, Sutalo J, Jankovi B, Ciglar I. Double tooth. Coll
Antropol 2002;26:667-672.
2. Kavadia-Tsatala S, Sidiropoulou S, Kaklamanos EG, Chatziyanni A. Tooth transpositions
associated with dental anomalies and treatment management in a sample of orthodontic
patients. J Clin Pediatr Dent 2003;28:19-25.
3. Tannenbaum KA, Alling EE. Anomalous tooth development. Case reports of gemination
and twinning. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1963;16:883-887.
4. Cho KM, Jang JH, Park SH. Clinical management of a fused upper premolar with
supernumerary tooth: a case report. Restor Dent Endod 2014;39:319-323.
5. Gadimli C, Sari Z. Interdisciplinary treatment of a fused lower premolar with
supernumerary tooth. Eur J Dent 2011;5:349-353.
6. G S, Jena A. Prevalence and incidence of gemination and fusion in maxillary lateral
incisors in odisha population and related case report. J Clin Diagn Res 2013;7:2326-
2329.
7. Gallottini L, Barbato Bellatini RC, Migliau G. Endodontic treatment of a fused tooth.
Report of a case. Minerva Stomatol 2007;56:633-638.
8. Aryanpour S, Bercy P, Van Nieuwenhuysen JP. Endodontic and periodontal treatments of
a geminated mandibular first premolar. Int Endod J 2002;35:209-214.
9. Liang RZ, Wu JT, Wu YN, Smales RJ, Hu M, Yu JH, Zhang GD. Bilateral maxillary
fused second and third molars: a rare occurrence. Int J Oral Sci 2012;4:231-234.
10. Salem Milani A. Endodontic management of a fused mandibular second molar and
paramolar: a case report. Iran Endod J 2010;5:131-134.
11. Song CK, Chang HS, Min KS. Endodontic management of supernumerary tooth fused
with maxillary first molar by using cone-beam computed tomography. J Endod
2010;36:1901-1904.
12. Weinstein T, Rosano G, Del Fabbro M, Taschieri S. Endodontic treatment of a geminated
maxillary second molar using an endoscope as magnification device. Int Endod J
2010;43:443-450.
13. Asgary S. Endodontic treatment of a maxillary second molar with developmental
anomaly: a case report. Iran Endod J 2007;2:73-76.
14. Mader CL. Fusion of teeth. J Am Dent Assoc 1979;98:62-64.
15. Rotstein I, Moshonov J, Cohenca N. Endodontic therapy for a fused mandibular molar.
Endod Dent Traumatol 1997;13:149-151.
16. Milazzo A, Alexander SA. Fusion, gemination, oligodontia, and taurodontism. J Pedod
1982;6:194-199.
17. Yucel AC, Guler E. Nonsurgical endodontic retreatment of geminated teeth: a case
report. J Endod 2006;32: 1214-1216.
18. Camm JH, Wood AJ. Gemination, fusion and supernumerary tooth in the primary
dentition: report of case. ASDC J Dent Child 56:60-61.
19. Brook AH, Winter GB. Double teeth. A retrospective study of 'geminate' and 'fuse' teeth
in children. Br Dent J 1970;129:123-130.
20. Tsesis I, Steinbock N, Rosenberg E, Kaufman AY. Endodontic treatment of
developmental anomalies in posterior teeth: treatment of geminated/fused teeth report of
two cases. Int Endod J 2003;36:372-379.

Anda mungkin juga menyukai