Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit sirkulasi darah yang merupakan

kasusterbanyak pada rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit. Hasil

pencatatan dan pelaporan rumah sakit (SIRS, Sistem Informasi Rumah Sakit)

menunjukkan kasus baru penyakit sirkulasi darah terbanyak pada kunjungan

rawat jalan maupun jumlah pasien keluar rawat inap dengan diagnosis

penyakit Hipertensi tertinggi pada tahun 2007 (Dinas Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab

tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit

kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan satu dari

setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap

prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya

yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi (Muhammadun,

2010).
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-

60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.

Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya. Bukan berarti kita harus takut dengan bertambahnya usia.

Proses menua adalah hal alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi

1
2

tua dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dini (Susilo,

2011).
Hipertensi dulunya menyerang orang yang berusia lanjut, tetapi

sekarang juga menyerang orang muda. Tingkat kehidupan yang semakin

membuat stress. Hampir semua lapisan masyarakat, baik miskin maupun

kaya, yang tinggal di kota besar maupun kecil, tidak luput dari masalah

hipertensi. Kekurang pedulian terhadap kesehatan dan bahaya yang dapat

ditimbulkannya (Gurusinga, 2013). Pusat Statistik Republik Indonesia (2011),

jumlah penduduk yang berusia = 45 tahun ada 45.123.871 jiwa (21,14%).


Menurut WHO secara global, sekitar 40% dari orang dewasa berusia

25 tahun keatas telah memgalami tekanan darah tinggi pada tahun 2008.

Tekanan darah sistolik = 140 dan/atau tekanan darah diastolik = 90 atau

menggunakan obat untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan

pemeriksaan tekanan darah prevalensi yang tertinggi di Nigeria sekitar 52,3%

dan prevalensi terendah di Kanada sekitar 28,7%, di Indonesia prevalensi

tekanan darah tinggi sekitar 41%. Tekanan darah yang meningkat

diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian di seluruh dunia, sekitar 12,8%

dari total seluruh kematian. Hal ini menyumbang 57 juta tahun kehidupan

cacat disesuaikan (DALYs) atau 3,7% dari Dalys total (WHO, 2013).
Meski ancamannya menakutkan, masih banyak anggota masyarakat

yang mengabaikan hipertensi. Pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi

itu sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh penyakit hipertensi tidak

menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya pada tahap ini, orang masih merasa

nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu untuk memeriksa

dirinya. Penanganan menjadi lebih sulit dan mahal karena penderita darah

tinggi baru mengeluh dan memeriksa dirinya ketika sudah komplikasi dengan
3

sakit ginjal, jantung, pembuluh darah diotak, buta dan menyebabkan

kematian. Kematian akibat hipertensi paling besar pada usia 50-60 tahun

(Bustan, 2007). Intervensi perilaku pada pasien, seperti konseling, terbukti

efektif meningkatkan kontrol tekanan darah (Boulware, 2001 dalam Pertiwi,

2011).
Hasil survey awal yang dilakukan di poli ruang rawat interna RSUD

Siwa ditemukan bahwa dari 4 orang pasien yang dirawat dengan hipertensi

didapatkan bahwa 3 orang diantaranya merasa takut akan kondisi kesehatan

yang dialaminya saat ini, dan dari ketiga pasien tersebut 2 orang memiliki

pengetahuan kurang tentang penyakit yang dialami. Selain itu, hasil survey

yang dilakukan oleh peneliti di ruang Poli Interna RSUD Siwa didapatkan

bahwa dari 5 pasien hipertensi 3 orang diantaranya merasa cemas dengan

kondisi kesehatannya dan merasa takut akan dirawat di rumah sakit akibat

penyakit hipertensi yang dialaminya, selain itu ketiganya memiliki

pengetahuan yang kurang tentang hipertensi.


Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan

pasien hipertensi di RSUD Siwa Kab. Wajo Tahun 2016.


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini Apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap tingkat kecemasan pasien hipertensi di RSUD

Siwa Kab. Wajo Tahun 2016?.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tingkat kecemasan pasien hipertensi di RSUD Siwa Kab. Wajo.


2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien hipertensi di RSUD Siwa

Kab. Wajo.
4

b. Menganalisis ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

kecemasan pasien hipertensi di RSUD Siwa Kab. Wajo.


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

pengetahuan bagi masyarakat tentang hipertensi.


2. Bagi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan informasi berbasis

penelitian guna peningkatan pengetahuan peserta didik terkhusus pada

penyakit tentang hipertensi.


3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan untuk

penelitian selanjutnya yang meneliti faktor lain penyebab penyakit

hipertensi.

E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh :
1. Simamora (2013) dengan judul Pengaruh Karakteristik dan Gaya Hidup

Kelompok Dewasa Madya terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbanga Hasundutan. Jenis

penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan

matched case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

golongan umur kelompok dewasa madya berjumlah 2856 orang.

Sampelnya adalah 131 kasus dan 131 kontrol, diambil dengan teknik

cluster sampling dan pemilihan anggota sampel secara convinience

sampling dan dianalisis dengan regresi logistic ganda pada = 5%. Hasil

penelitian secara statistik menunjukkan pekerjaan (p value 0,001 dengan

OR 5,549), pola makan (p value 0,000 dengan OR 5,699), istirahat (p

value 0,026 dengan OR 1,932) dan riwayat merokok (p value 0,000


5

dengan OR 4,923) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sedangkan

pendidikan dan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang

Hasundutan.
2. Pertiwi (2011) dengan judul Pengaruh Edukasi Terhadap Tekanan Darah

Pada Pasien Hipertensi Di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian

dilakukan dengan memakai metode eksperimental dengan rancangan

pretes-postes dengan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini

adalah pasien hipertensi. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Juli

sampai dengan bulan Agustus 2010. Data diperoleh dengan melakukan

pengukuran tekanan darah langsung pada pasien hipertensi. Teknik

pengolahan data diolah dengan bantuan computer (SPSS 17.0). Hasil

penelitian menunjukkan edukasi modifikasi gaya hidup untuk penderita

hipertensi dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi. Berdasarkan hasil uji T paired dapat diketahui

bahwa pada kelompok uji (kelompok yang diberi edukasi) ada perbedaan

rata-rata tekanan darah awal dan akhir. Dimana nilai t hitung > t tabel

( 4.38 > 2,042), dan signifikansi < 0,05 (0,0001 < 0,05). Sedangkan,

Berdasarkan hasil uji T paired pada kelompok kontrol dapat diketahui

bahwa tidak ada perbedaan rata-rata tekanan darah awal dan akhir.

Dimana nilai t hitung < t tabel (0,083 < 2,021), dan signifikansi > 0,05

(0,935 >0,05).

Anda mungkin juga menyukai