Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus
A. PENGERTIAN
Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis akibat
defisiensi vasopresin yang merupakan hormone anti deuretik/ADH.
Diabetes insipidus adalah kelainan yang disebabkan oeh ginjal yang tidak berespon terhadap
kerja ADH fisiologis.
Diabetes insipidus adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi dan
fungsi dari ADH. (Corwin,2000)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh berbagai penyebab yang
dapat mengganggu mekanisme Neurohypophyseal-rena reflex sehingga mengkibatkan
kegagalan tubuh dalam mengkonvensi air. (Sjaefoellah, 1996)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang
ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992)
B. ETIOLOGI
Diabetes insipidus disebabkan oleh penurunan produksi ADH baik total maupun
parsial oeh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior.
Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Diabetes insipidus sentral
2. Diabetes insipidus nefrogenik
c. Trauma
Fraktur dasar tulang tengkorak
d. Granuloma
Sarkoid
Tuberkulosis
sifilis
e. Infeksi
Meningitis
Ensefalitis
Landry-Guillain-Barres syndrome
f. Vascular
Trombosis atau perdarahan serebral
Aneurisma serebral
Post-partum necrosis
g. Histiocytosis
Granuloma eosinofilik
Penyakit Schuller-Christian
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Poliuria
Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bias mencapai 5-10 liter. Urine sangat
encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.
2. Polidipsia
Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama
membutuhkan air dingin
3. Penurunan berat badan
4. Noturia
5. Kelelahan
6. Konstipasi
7. Hipotensi
D.PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Setelah dapat ditentukan bahwa poliuria yang terjadi adalah diuresis air murni, maka
langkah selanjutnya adalah untuk menentukan jenis penyakit yang menyebabkannya. Untuk
itu tersedia uji-uji coba berikut :
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan menurunkan
jumlah urine, sedangkan pada Diabetes Insipidus urine akan menetap atau bertambah.
Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urine pada pasien DIS dan
menetapnya jumlah urine pada pasien DIN.
Kekurangan pada pengujuian ini adalah :
a. Pada sebagian orang normal, pembebanan larutan garam akan menyebabkan terjadinya
diuresis solute yang akan mengaburkan efek ADH.
b. Interpretasi pengujicobaan ini adalah all or none sehingga tidak dapat membedakan defect
partial atau komplit.
2. Fluid deprivation
a. Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemihnya
kemudian ditimbang BBnya, diperiksa volume dan berat jenis atau osmolalitas urine pertama.
Pada saat ini diambil sample plasma untuk mengukur osmolalitasnya.
b. Pasian diminta BAK sesering mungkin paling sedikit setiap jam.
c. Pasien ditimbang tiap jam apabia diuresis lebih dari 300ml/jam, atau setiap 3 jam sekali bia
diuresis kurang dari 300ml/jam.
d. Setiap sample urine sebaiknya diperiksa osmoalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal
itu tidak mungkin dilakukan semua sample harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat
serta disimpan dalam lemari es.
e. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang
lebih dahulu.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan Diabetes Insipidus harus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan. Pada
pasien DIS dengan mekanisme rasa haus yang utuh tidak diperlukan terapi apa-apa selama
gejala nocturia dan poliuria tidak mengganggu tidur dan aktifitas sehari-hari. Tapi pasien
dengan gangguan pada pusat rasa haus, diterapi dengan pengawasan yang ketat untuk
mencegah terjadinya dehidrasi.
Penatalaksanaan pada Diabetes Insipidus diberikan obat yang cara kerjanya menyerupai
ADH. Obat obatan yang paing sering digunakan adalah Desmopressin yang diberikan secara
nasal spray.
Pada DIN yang komplit biasanya diperukan terapi hormone pengganti. DDAVP merupakan
obat piihan utama untuk DIN.
Selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi adjuvant yang secara fisiologis
mengatur keseimbangan air dengan cara :
1. Mengurangi jumlah air ke tubuus distal dan collecting duct.
2. Memacu pelepasan ADH endogen.
3. Meningkatkan efek ADH endogenyang masih ada pada tubulus ginjal.
Obat-obatan adjuvant yang biasa dipakai adalah :
1. Diuretic Tiazid
2. Klorpopamid
3. Kofibrat
4. Karbamazepin
KOMPLIKASI
1. Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat
2. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dpat terjadi gagal
jantung kongesti.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data subyektif
1. Asal idiopatik
2. Poliuria
3. Polidipsia
4. Nocturia
5. Kelelahan
6. Konstipasi
Data obyektif
1. Trauma kepala
2. Bedah syaraf
3. Tumor hipotaamus
4. Trauma
5. Infeksi
6. Penurunan BB
7. Hipotensi ortostatik
8. Penurunan CVP
9. EKG mungkin terdapat takikardi
10. Penggunaan obat-obatan
Misalnya : litium karbonat, penitoin (dilatin), demeklosiklin, aminoglikosida.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi : membrane mukosa kering
Palpasi : kulit kering, turgor kulit kurang.
Auskultasi : kardiovaskuler takikardi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI
NOC : Sleep
Criteria hasil :
1. Jam tidur cukup
2. Pola tidur baik
3. Kualitas tidur baik
4. Tidur tidak terganggu
5. Kebiasaan tidur.
Skala penilaian NOC :
1. tidak pernah menujukan
2. jarang menunjukan
3. kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. selalu menunjukan
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oeh kekurangan ADH yang
ditandai oleh jumlah urine yang besar. (Purnawan Junadi, 1992)
Berdasarkan etiologinya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua yaitu :
Diabetes insipidus sentral
Diabetes insipidus nefrogenik
Tanda-tanda Diabetes insipidus
1. Poliuria
Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bias mencapai 5-10 liter. Urine sangat
encer, berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.
2. Polidipsia
Rasa haus yang berlebihan, biasanya mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama
membutuhkan air dingin
3. Penurunan berat badan
4. Noturia
5. Kelelahan
6. Konstipasi
7. Hipotensi
Pemeriksaan penunjang
1. Hickey-Hare atau Carter-Robbins test
2. Fluid deprivation
3. Uji nikotin
4. Uji vasopressin
Komplikasi
1. Dehidrasi berat dapat terjadi apabia jumah air yang diminum tidak adekuat
2. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hiperatremia dan hipokalemia.
Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dpat terjadi gagal
jantung kongesti.
Diagnosa
1. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia.
4. Anxietas berhubungan dengan perkembangan penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation
(NOC), Second edition. USA : Mosby.
Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.