Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sectio Caesaria


1. Pengertian
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea antara lain :
a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin
dengan insisi melalui abdomen dan uterus (Mansjor, 2001).
b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Marylynn E. Doengus, 2000).
c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan
anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus
abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih (Wiknojosastro, 2005). Sehingga
penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu
tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan jalan
pembukaan dinding perut.
2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan
melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di
atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya
adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita
rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa
nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga
luka operasi dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)

2
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan
suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini
kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi.

2.2 Letak Sungsang


1. Pengertian
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang
(membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di
bawah (Rustam M, 1998:350).
Letak sungsang adalah letak membujur dimana kepala terletak
di fundus uteri sedangkan bokong di atas simphisis (Manuaba, 1993 :
145).
2. Etiologi Letak Sungsang
a. Sudut ibu
1) Keadaan Rahim
Rahim arkuatus
Septum pada rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
Plasenta letak rendah
Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
Kesempitan panggul
Deformitas tulang panggul
Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan
perputaran ke posisi kepala.
b. Sudut Janin
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
Hidrosefalus atau anensefalus
Kehamilan kembar
Hidramnion atau oligohidramnion
Prematuritas (Manuaba, 1998 : 361)

3
3. Patofisiologi Letak Sungsang
a. Bagi Ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga
karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah
dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
b. Bagi Janin
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya peredaran
darah placenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir,
tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah pusat leher, maka
janin harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.
(Mochtar, 1998 : 365).

4. Klasifikasi
a. Letak bokong (Frank Breech)
Letak bokong dengan dua tungkai terangkat ke atas.
b. Letak sungsang sempurna (complete Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping bokong.
c. Letak sungsang tidak sempurna (incomplete Breech)
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang
terendah juga kaki/ lutut terdiri dari :
- Kedua kaki : letak kaki sempurna
- Satu kaki : letak kaki tidak sempurna
- Kedua lutut : letak lutut sempurna
- Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
d. Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang) (Mochtar,
1998 : 350).

4
5. Tanda dan Gejala
a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah
pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak
tulang iga.
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada
fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan
bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas
sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi
pusat.

2.3 Anatomi Fisiologi


1. Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi
a. Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan uterus dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan
rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat
lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol
serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang menonjol
ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi
puncak vagina menjadi forniks anterior (depan), forniks
posterior (belakang),forniks dekstra (kanan), forniks
sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung banyak

5
glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH 4,5.
Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah:
1) sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat
mengalirkan darah pada waktu haid dan sekret dari
uterus.
2) sebagai alat persetubuhan.
3) sebagai jalan lahir pada waktu partus

b. Uterus (Rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah
pir, terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di
belakang dan kandung kencing di depan. Berfungsi
sebagai tempat calon bayi dibesarkan. Bentuknya seperti
buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada saat
tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung. Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan :
1) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan
merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
pembuluh darah limfe dan urat saraf. Bagian ini
meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen (perut).
2) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot
polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat
mendorong isinya keluar saat proses
persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat
pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
3) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan
menebal untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan.
Tebalnya sususnannya dan faalnya berubah secara siklis

6
karena dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam
kehamilan endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang
telah di buahi selama perkembangan. Sebutir ovum,
sesudah keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba
uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal
terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan
untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan
ovum itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu
hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira
40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan membesar sampai
keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada
masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda
melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara ritmis dan
mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali
ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.

c. Tuba Uterina (saluran telur)


Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas
ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari
ostium tuba internum pada dinding rahim.Tuba fallopi
merupakan tubulo muskular, dengan panjang sekitar 12 cm
dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4
bagian:
1) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara
otot rahim, mulai dari ostium internum tuba.
2) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di
luar uterus dan merupakan bagian yang paling sempit.

7
3) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas
dan berbentuk S
4) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang
memiliki umbai yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk
menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula, yang siap mengadakan implantasi.

d. Ovarium (indung telur)


Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari,
terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan
terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.
Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang
disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel
folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah
dari ovum primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat
berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel
Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di
dalam sel-sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan
sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa lapis.
Pada tahap inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa
folikel Graff mendekati pengembangan penuh atau
pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan
menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol,
seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada
permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel
menyebabkannya sobek dan cairan serta ovum lepas

8
melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang
berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah
folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan
dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi.

2. Kulit

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan


luar/kulit ari), dermis (lapisan dalam/kulit jangat, dan hipodermis
(jaringan ikat dibawah kulit).
Kulit dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang terluar, terdiri
dari lapisan sel yang telah mati yang disebut juga lapisan
tanduk. Fungsi epidermis adalah sebagai sawar pelindung
terhadap bakteri, iritasi kimia, alergi dan lain-lain.
Epidermis dapat dibagi menjadi 5 lapisan :
1) Stratum corneum (lapisan tanduk).
Stratum corneum merupakan lapisan kulit yang
paling luar. Stratum korneum paling tebal pada
telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk mata,
pipi dan dahi. Lapisan ini tersusun atas sel-sel mati
yang mudah mengelupas.
2) Stratum lucidum (daerah rintangan).

9
Lapisan ini berwarna terang dan hanya nampak
pada lapisan kulit yang tebal. Hanya terlihat pada
telapak kaki dan telapak tangan.
3) Stratum granulosum (lapisan seperti butir).
Lapisan ini menggandung sel-sel bergranula yang
menghambar pengeluaran air berlebih. Stratum
granulosum berpartisipasi aktif dalam proses
keratinisasi, hanya mekanismenya belum diketahui
jelas.
4) Stratum spinosum (lapisan sel duri).
Stratum spinosum (stratum malpighi) terdiri dari
beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda-beda karena adanya proses
mitosis. Lapisan ini adalah lapisan paling tebal di
epidermis.
5) Stratum germinativum (lapisan sel basal).
Lapisan ini selalu tumbuh dan membelah, lapisan
ini banyak ditemukan sel melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin yang menentukan
warna kulit seseorang.

b. Lapisan Dermis
Dermis memiliki ketebalan 3-5 mm, merupakan
anyaman serabut kolagen dan elastin yang bertanggung
jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Dermis
mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung
rambut, kelenjar lemak (sebasea), kelenjar keringat, otot
dan serabut saraf.
1) Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera)

10
Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan keringat
melalui saluran keringat yang bermuara di pori-pori
kulit.
2) Kelenjar Minyak ( Glandula Sebasea)
Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak
(sebum). Minyak yang dikeluarkan berfungsi untuk
melumasi kulit dan membuat rambut tidak kering.
3) Kantong Rambut
Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan
batang rambut. Kantong rambut dilengkapi dengan
otot penegak rambut. Pada saat udara dingin, otot
rambut berkontraksi yang menyebabkan tegaknya
batang rambut.
4) Pembuluh Kapiler Darah
Pembuluh kapiler darah berfungsi mengedarkan zat-
zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
rambut dan sel-sel kulit.

3. Fasia

11
Fasia yaitu Selembar jaringan ikat yang terjadi di bawah kulit dan
juga menyelimuti kelenjar, pembuluh, saraf, dan membentuk otot
dan tendon sarung. Fasia tubuh dapat dibagi menjadi dua jenis:
dangkal dan dalam. Fasia superfisial, atau jaringan subkutan,
adalah campuran dari jaringan areolar longgar dan lebih padat,
jaringan adiposa lemak yang menyatukan dermis kulit ke fasia
yang mendasarinya dalam.
Pada kulit kepala, bagian belakang leher, telapak tangan, dan
telapak kaki, berisi berbagai kumpulan serat kolagen yang
memegang kulit teguh pada struktur yang lebih dalam. Dalam
kelopak mata, daun telinga dari telinga, penis, skrotum, dan
klitoris, itu adalah tanpa jaringan adiposa.
Fasia profunda adalah lapisan membran jaringan ikat yang
berinvestasi otot dan struktur-struktur dalam lainnya. Di leher
membentuk lapisan yang terdefinisi dengan baik, yang dapat
memainkan peran penting dalam menentukan jalur yang diambil
oleh organisme patogen selama penyebaran infeksi.

12
4. Anatomi dinding perut

Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah


atas dibatasi oleh angulus infrasternalis dan di sebelah bawah
dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus inguinalis.
Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding
perut bagian depan, bagian lateral dan bagian belakang.
a. Otot rectus abdominis
Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba,
bagian depan tertutup vagina dan bagian belakang terletak
di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan
anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan
ligamen xyphoideum. Serabut menuju tuberkulum pubikum
dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis
pubis. Fungsi dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat
pelvis.
b. Otot piramidalis
Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di
depan otot rectus abdominis. Origo pada bagian anterior
ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis pubis.

13
Insertio terletak pada linea alba. Fungsinya untuk
meregangkan linea alba.
c. Otot transversus abdominis
Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian
inferior vagina musculi recti abdominis. Origo pada
permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia
lumbo dorsalis, labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral
ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba dan
bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari
otot ini menekan perut, menegangkan dan menarik dinding
perut.
d. Otot obligus eksternus abdominis
Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di
sebelah inferior thoraks. Origonya yaitu pada permukaan
luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi recti
abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi
yang berlawanan.
e. Otot obligus internus abdominis
Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan
tertutup oleh otot obligus eksternus abdominis. Origo
terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis,
linea intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio
pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero
medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi
yang sama.
5. Otot dasar panggul
Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan
diagfragma urogenital. Diagfragma pelvis adalah otot dasar
panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator ani, otot
pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan
diafragma urogenetik dibentuk oleh aponeurosis otot transverses

14
perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi dari
otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan
vagina turun ke bawah, otot spincter ani eksternus diperkuat oleh
otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot pubokavernosus
untuk mengecilkan introitus vagina.

2.4 Pengkajian Fokus Post SC


1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal,
penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan
resiko pembentukan thrombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-
faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya
hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat,
peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
c. Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan
puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi
untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
d. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e. Keamanan
- Adanya alergi atau sensitive terhadap obat,
makanan, plester dan larutan.
- Adanya defisiensi imun
- Munculnya kanker/adanya terapi kanker
- Riwayat keluarga, tentang hipertermia
malignan/reaksi anestesi
- Riwayat penyakit hepatic
- Riwayat tranfusi darah
- Tanda munculnya proses infeksi.

15
2.5 Keperawatan Diagnosa
1. Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
2. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
5. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
6. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

2.6 Fokus Intervensi dan Rasional


1. DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
a. Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan
terpenuhi
b. Kriteria Hasil :
Conjunctiva tidak anemis
Acral hangat
Hb normal
Muka tidak pucat
Tidak lemas
TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80
mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
c. Intervensi :
1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2) Monitor tanda-tanda vital
R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang
tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah
3) Kaji tingkat perdarahan setiap 15 30 menit
R/ Mengantisipasi terjadinya syok
4) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
R/ Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah
yang hilang akiba perdarahan.
5) Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang
hilang akibat perdarahan.
2. DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
a. Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara
intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
b. Kriteria Hasil :

16
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-
37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, UUB tidak cekung.
d. Intervensi:
1) Kaji kondisi status hemodinamika.
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih
merupakan faktor utama masalah
2) Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan
harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang
selama masa post operasi dan harian
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan
masif
4) Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.
5) Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3. DX 3 : Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
a. Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
b. Kriteria Hasil :
Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )
Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80
mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
c. Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring selama masa akut
R/ Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri

17
3) Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4) Kolaborasi pemberian analgetika
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik
5) Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi
yang tepat
4. DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
a. Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi
b. Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri
c. Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti,
tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi
tubuh umum
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan
pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi
kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan
kemampuan /kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,
istirahat mutlak sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas
R/ Menilai kondisi umum klien.

5. DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan

18
a. Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan
b. Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
c. Intervensi :
1) Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat
mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.
2) Lakukan latihan gerak secara pasif
R/ Meningkatkan mobilisasi
3) Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan
pecahnya kulit
4) jaga kelembaban kulit
R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

6. DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi


a. Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan
luka operasi.\
b. Kriteria Hasil :Tidak ada tanda tanda infeksi, seperti : merah,
panas, bengkak, fungsio laesa
c. Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna,
dan bau dari luka operasi.
R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau
tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama
masa post operasi.
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4) Lakukan perawatan luka
R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan
infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi

19
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur : 30 tahun
Alamat : jl. Komandoran VII no
28 A Jakarta Selatan
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Masuk :20 Apil 2017
Tanggal Pengkajian :20 April 2017
Identitas penanggung jawab
Nama :Tn.G
Umur :34 tahun
Alamat : jl. Komandoran
VII no 28 A Jakarta Selatan
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan dengan klien : suami

b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan saat ini
Keluhan Utama : Mules-mules sejak
kemarin malam, dan keluar lendir darah
Keluhan tambahan :
2) Status kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah di alami :-

20
Pernah dirawat : klien
tidak pernah dirawat di RS Sebelumnya
Alergi : tidak ada
alergi
c. Riwayat Penyakit Keluarga :-
d. Diagnosa Medis dan terapi : SC atas indikasi Letak
Sungsang
e. Pola Kebutuhan Dasar
1) Persepsi kesehatan - pola menejemen kesehatan : klien
mengatakan selama ini selalu memeriksakan kondisinya
ke dokter spesialis obgyn
2) Pola nutrisi metabolik : klien mengatakan tidak
mengalami penurunan nafsu makan
3) Pola eliminasi : klien mengatakan tidak ada penurunan
maupun peningkatan frekuensi BAK/ BAB, tapi dari
semalam klien mengatakan sering bolak-balik kamar
mandi
4) Pola Aktifitas dan latihan : klien dapat melakukan
aktivitas secara mandiri.
5) Pola persepsi kognitif : klien tidak mengalami
disorientasi waktu, tempat, maupun orang, klien
komunikatif.
6) Pola tidur dan istirahat : klien mengatakan merasakan
nyeri pada abdomen dan sering mengganggu tidur &
istirahat
7) Pola seksual : Reproduksi klien dalam hamil
8) Pola pertahanan diri, stress, dan toleransi : klien
mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan tentang oprasi
yang akan dilakukan.
9) Pola keyakinan dan Nilai : klien memeluk agam islam.
f. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum : Klien tampak sakit sedang
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tanda Tanda Vital :

21
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5C
Nadi : 80x/m
Pernafasan : 20x/m

g. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Hasil Satuan Nilai normal Kategori

Hemoglobin 11.8 g/dl 11,7-15,5 Dewasa


Eritrosit 3,76 106/ul 3,8- 5,2 Dewasa
Hematokrit 31,3 % 35-47 Dewasa
Leukosit 7,7 103/ul 3,6-11 Dewasa
Trombosit 240 103/ul 150-440 Dewasa

2) USG Obstetri
2. Persiapan Pasien
a. Fisik
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5C
Nadi : 80x/m
Pernafasan : 20x/m
b. Psikis
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur operasi
dalam keperawatan.
Orintasikan ruangan, lingkungan, kamar dan team
oprasi
Menjelaskan rutinitas perioperatif dikamar oprasi
c. Administrasi
Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani
oleh keluarga, saksi dan dokter
Status rekam medis lengkap
3. Persiapan Pre Oprasi ( puku 08 00.WIB )

22
Pasien diterima diruangan penerimaan, pasien telah
memakai baju oprasi
Memakai topi oprasi
Memastikan perhiasan dan gigi palsu telah dibuka
semua
Mengecek gelang pasien ( ada alergi atau tidak )
Mengecek status/ identitas pasien (lengkap)

Melakukan Sign In
Memasang infus pasien ditangan kiri dengan RL 1000
ml
Persiapan darah PRC 500 cc
Memasukan pasien ke ruangan OK (Pukul 08 00 WIB)

4. Analisa Data

No Data Fokus Problem Etiologi


1 DS ; Klien mengatakan sedikit takut Kecemasa Rencana tindakan
dengan tindakan oprasi n oprasi
DO :
Ibu tampak tegang dan
khawatir
Tingkat kecemasan klien pada
cemas sedang

23
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPRASI

N Analiasa Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


o Data
1 DS : klien Cemas Setelah kaji Mengkaj S: klien mengatakan
mengatakan berhubun dilakukan pera i bahwa dia masih
sedikit takut gan pendidikan saan perasaan merasa cemas tetapi
akan dengan kesehatan dan dan sudah berkurang
tindakan kurangny mengenai kece kecemas O:
oprasi a prosedur mas an klien klien tampak
informasi tindakan Mengkaj
DO: an lebih rileks,
klien tentang selama 1x klie i tingkat dan tenang
tindakan 15 menit kecemas kecemasan
tampa n
SC tidak terjadi kaji an klien klien dalam
k
ting Menganj skala ringan
tegan kecemasan
urkan A: masalah
g dan pada klien kat
klien kecemasan
khaw dengan kece
teknik klien teratasi
atir kriteria mas
rileksasi sebagian,
tingka hasil: an
1. kece nafas ditandai
t klie
mas dalam dengan
kece n
anju Memvali kecemasan
masa an

24
n klie rkan dasi berkurang dari
pada n klie perasaan sedang
cemas berk n klien menjadi ringan
sedan uran tekn serta klien
g g ik tampak lebih
dari rilek tenang dan
seda sasi rileks.
P: lanjutkan
ng nafa
intervensi
men s
keperawatan
jadi dala
kaji perasaan
ring m
dan kecemasan
an vali
2. klie klien
dasi
anjurkan klien
n pera
untuk teknik
tam saan
rileksasi nafas
pak klie
dalam
rilek n berikan suport
s mental dan
evaluasi dan
informasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPRASI

25
1. Pengkajian
a. Persiapan Perawat
1) Menyiapkan instrumen steril dan ruangan
2) Menyiapkan alat dan bahan medis habis pakai
3) Menyiapkan alat/ mesin pendukung oprasi seperti :
mesi cauter, mesin dan botol suction, lampu oprasi,
meja oprasi, dan meja mayo
b. Persiapan Alat dan Ruangan
1) Alat steril
Set SC 1
1. Duek Klem : 5 buah
2. Pean : 2 Buah
3. Masquito : 2 Buah
4. Koher : 4 Buah
5. Nallfudeer : 2 Buah
6. Gunting jaringan : 1 Buh
7. Gunting Benang : 1 Buah
8. Penster Klem : 6 Buah
9. Bengkok : 1 Buah
10. Ujung suction : 1 Buah
11. Scaple mess no 3 : 1 Buah
12. Pinset anatomis : 2 Buah
13. Pinset cirugis : 2 Buah
14. Kom kecil : 1 Buah
15. Vacum : 1 Buah
16. Langen back : 1 Buah
17. Hak segitiga : 1 Buah
Handpiece cauter monopolar : 1 Buah
Selang suction : 1 Buah
Bengkok dan klem : 1 Buah

Linen Oprasi :
1. Jas oprasi : 3 Buah
2. Duk Meja Mayo : 1 Buah
3. Duk kecil : 1 Buah
4. Duk Besar : 2 Buah
2) Alat Non Steril
a. Meja Oprasi
b. Lampu Oprasi

26
c. Meja Mayo
d. Mesi Cauter
e. Mesin dan Botol Suction
f. Tempat Sampah
3) Alat /Bahan Medis Habis Pakai
a. Handscoan : 6 Buah
b. Alkohol 70 % : 100 cc
c. Betadine : 100 cc
d. Nacl 0,9 % : 500 cc
e. Mess no. 20 : 1 Buah
f. Benang asucryl no 2 : 1 Buah
g. Benang T- Vio no.1 : 1 Buah
h. Benang cromic no.2 : 1 Buah
i. Benang t-line no.3,0 : 1Buah

c. Persiapan Pasien
1) Klien masuk keruang operasi pada pukul.09 00 WIB
2) Klien dibaringkan di atas meja operasi
3) Klien diberikan tindakan regional anastesi (spinal)
4) Klien di posisikan supinasi dan dipasangkan platient
plat pada paha kanan klien
5) Klien dipasang penyangga tangan dan penutup
bagian atas klien

d. Prosedur Operasi
1) Memakai APD
2) Melakukan cuci tangan
3) Masuk ke ruang operasi, mengeringkan tangan
menggunakan kain lap yang telah disediakan
4) Memakai jas operasi
5) Memakai hanscoen
6) Memakaikan meja mayo dengan alas duk
7) Merapikan alat instrumen
8) Menghitung alat dan kasa instrumen
9) Memberikan kom betadin dan kasa serta seponge
holding forcep kepada asisten untuk melakukan scin
preparation
10) Operator dan asisten melakukan drapping

Sirkuler melakukan time out

27
11) Operator memimpin untuk berdoa
12) Memberikan pinset sirugis kepada operator untuk
meyakinkan apakah obat anastesi spinal sudah bekerja
13) Operator melakukan marker pada area yang akan
diinsisi menggunakan cairan betadine
14) Memberikan scapel mess kepada operator untuk
melakukan insisi kulit dan subkutis
15) Memberikan pean dan kasa lepas kepada asisten untuk
melakukan pembakaran jika terjadi perdarahan
16) Instrumen memegang cauter
17) Operator melakukan insisi fasia sebagian
18) Memberikan klem untuk membuka fasia
19) Memberikan gunting untuk melebarkan fasia
20) Memberikan kocher untuk melebarkan otot bagian atas
dan bawah area insisi
21) Membebaskan otot yang lengket dengan fasia
menggunakan gunting jaringan
22) Membuka peritoneum, menggunakan pinset kemudaian
di lebarkan menggunakan gunting
23) Setelah uterus terlihat kemudian memasang hak sek
segitiga
24) Diberikan scapel untuk menyayat plika apabila ketuban
belum pecah maka diberikan pinset sirugis untuk
memecahkan ketuban, instrumen siap dengan suction
lalu bersihkan muka bayi dengan kasa, asisten dan
operator diberikan kohor 2 dan gunting jaringan untuk
memotong tali pusat bayi lalu ambil bengkok untuk
tempat plasenta sementara lalu langeback diberikan dan
penster 4 kosong untuk menjepit uterus dan berikan
depper untuk membersihkan area sekitar uterus lalu
siap untuk menjahit menggunakan benang asucril no.2,
asisten diberikan gunting benang dan pean, sedangkan
operator menggunakan pinset anatomis

28
25) Tutup peritoneum diberikan coher 4, operator diberikan
benang chromic 2/0 dan pinset sirugis, asisten diberikan
pean dan gunting benang
26) Obsevasi perdarahan
27) Melakukan pencucian dengan cairan Nacl hangat
28) Memberikan mikulik untuk menjepit peritonium

Melakukan Sigh Out


29) Scrub nurse menghitung jumlah kasa dan alat
instrumen, dan memberitahukan kepada operator bahwa
semuanya lengkap
30) Scrub nurse memberikan pinset anatomis, nidel holder,
dan benang cromic no.2/0 kepada operator untuk
menjait peritonium dan otot
31) Observasi perdarahan di otot, kemudian membakarnya
dengan cauter
32) Scrub nurse memberikan pinset sirugis, needle holder
dan benang T-Vio no.1 kepada operator untuk menjait
facia
33) Scrub nurse memberikan pinset sirugis, needle holdet
dan benang T-Lene no.3/0 kepada operator untuk
subkutis dan dilanjutkan menjahit kulit dengan jahitan
subcuticular
34) Scrub nerse membersihkan area operasi dengan kasa
yang dibasahi oleh Nacl kemudian dikeringkan
35) Luka ditutup dengan kasa kering, kemudian buka duk
sebagian, bersihkan luka area pinggir luka insisi
36) Tutup luka dengan memberikan betadine, kemudian
dilapisi kasa, kemudian ditutup dengan opsite
37) Membersihkan badan pasien
38) Pasien di pindahkan ke RR
39) Operasi selesai
e. Evaluasi
1) Lama operasi 1 jam

29
2) Lebar lika 10 cm, horisontal
3) TTV selama operasi berlangsung
TD: 121/ 76 mmhg
RR: 18 x/ menit
N: 68 x/menit
Spo2: 99 %
4) Jumlah perdarahan selama operasi 200 cc
5) Jumlah urin.300 cc
f. Analisa Data

N Data Fokus Problem Etiologi


o
1 DS:- resiko cidera Tindakan
DO:
pembedahan
Tampak sedang dilakukan
tindakan pembedahan
Klien tampak terpasang
patien plate

ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERASI

No Analisa Data Diagnosa Tujuan Intrvensi Implementasi Evaluasi


1 DS: - Resiko Setelah observasi Mengobserv S: -
DO : cidera b.d dilakukan patien asi patien O: klien
Klien tindakan tindakan plate plate terpasang patien
terpasang pembedaha keperawatan terpasang terpasang plate dengan
plate di paha n selama dengan dengan benar benar, kasa yang
Tampak luka Menghitung

30
sayatan pembedahan benar kasa yang dikeluarkan dan
Tampak tidak terjadi hitung masuk dan digunakan sama
tepasang hak cidera dengan kasa yang keluar dengan
Tampak Menghitung
kriteria hasil masuk jumlahnya, alat
terpasang big dan keluar alat
patien plate instrumen
has hitung instruman lengkap
terpasang
alat yang terpakai A : masalah
dengan
instruman ( supaya keperawatan
benar
yang
jumlah kasa tidak cidera tidak
terpakai tertinggal)
yang terjadi
( supaya Mempertaha
dikeluarkan P: intervensi di
tidak nkan teknik
dan dipakai hentikan
tertinggal) yang benar
sama
pertahank dalam
jumlahnya,
an teknik menggunaka
20 kasa
yang n instrumen
kecil. Dan
benar
jumlah
dalam
instrumen
mengguna
lengkap
kan
instrumen

C. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI


1. Pengkajian
a. Klien dipindahkan ke recovery room pada pukul 10 00
WIB
b. Kesadaran klien belum pulih benar, karena klien belum
merasakan kedua kakinya
c. Terpasang folley cateter no. 12, dengan urin 800 cc
d. TTV

31
- RR : 22 x/menit - TD : 115 /74
mmhg
- N :88 x / menit - Spo2 : 97 %
e. Kulit klien teraba hangat, tidak nampak sianosis, dan tidak
tampak pucat, konjungtiva tidak anemis
f. Intruksi post operasi
1) Monitor KU dan TTV klien
2) Monitor jumlah urine
3) Lakukan tirah baring pada klien

2. Diagnosa Keperawatan
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan

32
1 DS: Ganguan mobilitas fisik b.d
klien mengatakan bahwa dia belum
efek anastesi ( pembiusan)
mampu menggerakan kedua kakinya,
karena masih terasa sedikit berat.
DO:
Klien tampak sudah selesai
menjalani operasi SC dengan
indikasi letak sungsang
Klien mengalami kelemahan
motorik dan tonus otot di kedua
ekstrmitas bawah

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPRASI

N Analisa Data Diagnosa Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi


o
1 DS : Ganguan Setelah Activity Therapy 1. Menganjurka S: klien
klien mengatakan 1. Anjurkan
mobilitas dilakukan n klien untuk mengatakan
bahwa dia belum klien untuk
fisik b.d tindakan bed rest total belum bisa
mampu bed rest total
efek keperawatan, terlebih bergerak
menggerakan terlebih
anastesi gangguan dahulu hingga bebas

33
kedua kakinya, ( pembiusa mobilitas dahulu efek anastesi
O:
karena masih n) fisik, dapat hingga efek hilang
a. Klien
2. Membantu
terasa sedikit teratasi anastesi
dianjurkan
klien untuk
berat. sebagian hilang
untuk
DO: 2. Bantu klien memilih
atau
Klien untuk aktifitas yang
segera
sepenuhnya
tampak ambulasi
memilih sesuai dengan
dengan
sudah dini
aktifitas kemampuan
kriteria hasil: b. Bromage
selesai yang sesuai fisik dan
klien mampu Score klien
menjalani dengan sikologis
menggeraka adalah 3
operasi SC kemampuan seperti miring c. Klien
n ekstremitas
dengan fisik dan kekanan dan tampak
bawah kanan
indikasi sikologis kekiri serta berbaring
dan kiri
letak seperti menggerakan di atas
dengan baik
sungsang miring ekstremitas tempat
Klien
kekanan dan sesuai tidur dalam
mengalam
kekiri serta kemampuan posisi
i
menggeraka klien, kecuali supinasi
kelemahan A:
n ekstremitas ekstremitas
motorik Gangguan
sesuai kanan dan
dan tonus mobilitas fisik
kemampuan kiri bawah
otot di teratasi
3. Membantu
klien,
kedua sebagian
klien dalam
kecuali
ekstrmitas merubah P:
ekstremitas
bawah a. Memotifasi
posisi tidur
kanan dan
4. Mendamping klien untuk
kiri bawah
i klien untuk mempertah
3. Bantu klien
mencegah ankan
dalam
resiko jatuh ambulasi
merubah

34
posisi tidur dini
4. Dampingi b. Anjurkan
klien untuk pasien
mencegah untuk bad
resiko jatuh rest total
sampai efek
anastesi
hilang

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PENGKAJIAN

Pada tujuan teori, pengkajian klien dengan tindakan pembedahan Sectio


Cesaria atas indikasi sungsang dan di tekankan pada pengkajian sistem
reproduksi.

4.2 DIAGNOSA KEPERAWATN

Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori tidak semua muncul
pada Ny T. hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian Ny T tidak
menunjukkan respon yang dapat memunculkan diagnosa seperti pada tinjauan
teori.

Berikut adalah diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul pada tinjauan
kasus yaitu:

35
1. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka Oprasi.
Diagnosa ini tidak diangkat karena kategori luka oprasi adalah luka bersih.
Dan dalam melakukan tindakkan pembedahan merupakan prinsip steril
yang tinggi. Dan tidak didapatkan data-data yang menunjang terjadinya
infeksi pada kulit dengan dilakukannya luka insisi dengan tanda-tanda
infeksi, peningkatan suhu dan peningkatan leukosit.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada tanda-tanda yang mengarah
ke diagnosa tersebut, karena jumlah perdarahan hanya.200 cc dan pasien
sudah dibantu dengan pemberian cairan IV

3. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamine,


prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (SC ).
Diagnosa ini tidak diangkat karena sebelum efek anastesi hilang klien
sudah diberikan terapi IV coodpech syringinjektor (fentanyl dan gratiol) 2
cc/ jam untuk membantu mengurangi rasa nyeri.
Sedangkan beberapa diagnosa yang muncul pada Ny T adalah sebagai berikut
a. Diagnosa keperawatan Pre-operasi
Kecemasan berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan
Diagnosa ini muncul karena saat pengkajian didapatkan apabila klien
cemas dengan tindakan yang akan dilakukan
b. Diagnosa keperawatan Intra-operasi
Resiko cidera berhubungan dengan tindakan pembedahan .
Diagnosa ini muncul karena selamakita harus safety dengan intrumen
yang kita gunakan untuk menghindari cidera dan tertinggalnya kasa dan
alat selama pembedahan.
c. Diagnosa keperawatan Post-op
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesin, tindakan
pembedahan
Diagnosa ini muncul karena post pembedahan klien belum mampu
menggerakkan kakinya, karena masih ada efek anastesi.

4.3 INTERVENSI

36
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu pada tinjauan
keperawatan, namun pada beberapa diagnosa mengalami perubahan dari
pengurangan intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang
muncul pada klien. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa post operasi
dilakukan dengan koping mekanisme, diagnosa kecemasan dengan
mendampingi pasien, mengkaji kecemasan pasien serta memberikan
pengetahuan berkaitan dengan tindakan perioperatif, diagnosa dengan resiko
cidera intervensi dilakukan dengan memperhatikan jumlah kasa yang
dikeluarkan dengan yang digunakan, dan posisi yang benar dalam penggunaan
plate patien, sedangkan intervensi post operasi diagnosa hambatan mobilitas
intervensi dilakukan dengan beri support untuk pasien melakukan pergerakan
secara bertahap.

4.4 IMPLEMENTASI
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat dilaksanakan, akan tetapi
tindakan lanjutan yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang belum
teratasi maupun yang teratasi sebagian belum dapat dilakukan karena
keterbatasan waktu.implementasi pada preoperatif dengan kecemasan dilakukan
mengajarkan teknik rileksasi nafas dalam, implementasi intra operatif pada
diagnosa resiko cidera dilakukan dengan memonitor alat instruman dan jumlah
kasa serta pemasangan patien plate. Pada diagnosa post operatif dengan
diagnosa hambatan mobilitas fisik dilakukan manajemen atikviti therapy atau
membantu aktivitas secara bertahap.

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sectio secaria dengan indikasi sungsang adalah masa setelah proses
pengeluaran janin yang dapat hidup diluar kandungan dari dalam uterus kedunia
luar dengan menggunakan insisi pada perut dan karena adanya posisi yang tidak
normal ( bagian terbawah janin bokong).

5,2 Saran
Bagi pembaca khususnya para pelatihan kamar bedah, diharapkan dapat
lebih memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan SC secara keseluruhan
( Pre, Intra dan Post SC).

38

Anda mungkin juga menyukai