Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH

N NaOH
t (menit) V HCl (ml) (Ca) 1/Ca
48,07692
0 5,2 0,0208 308
1 5 0,02 50
2 5 0,02 50
3 5 0,02 50
Tabel 4.1 Orde reaksi 2 pada variabel etil asetat 0,02 N

N NaOH
t (menit) V HCl (ml) (Ca) 1/Ca
46,29629
0 5,4 0,0216 63
49,01960
1 5,1 0,0204 784
49,01960
2 5,1 0,0204 784
49,01960
3 5,1 0,0204 784
Tabel 4.2 Orde reaksi 2 pada variabel etil asetat 0,04 N

N NaOH
t (menit) V HCl (ml) (Ca) 1/Ca
0 6,4 0,0256 39,0625
40,98360
1 6,1 0,0244 656
40,98360
2 6,1 0,0244 656
40,98360
3 6,1 0,0244 656
Tabel 4.3 Orde reaksi 2 pada variabel etil asetat 0,06 N

Pada penentuan orde reaksi penyabunan etil asetat, digunakan kurva untuk
membuktikan orde reaksi yang terjadi. Kurva yang digunakan pada penentuan orde
reaksi adalah kurva yang menunjukkan linearitas yang terbesar.
Setelah membuat grafik pada lembar perhitungan, dapat dilihat bahwa pada orde
reaksi 2 garis linearnya lebih mendekati 1 dibandingkan pada orde reaksi 1. Hal ini
membuktikan bahwa pada reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi pada orde

17
dua.Dari perhitungan, orde reaksi pada variabel etil asetat 0,02 N, 0,04 N, dan 0,06 N
adalah orde reaksi 2.
Orde reaksi merupakan bagian dari laju reaksi. Orde reaksi tidak dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan. Orde reaksi hanya dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan (Labuza, 1982). Menurut teori, orde reaksi untuk reaksi
penyabunan etil asetat berupa orde dua. Pada percobaan yang dilakukan, orde reaksi
yang didapat sesuai dengan teori yang ada, dimana grafik (antara t dengan 1/Ca) yang
didapat terlihat bahwa nilai regresinya mendekati 1.
R2 atau koefisien determinasi adalah metode statistika yang digunakan untuk
membentuk model atau hubungan antara satu atau lebih variabel bebas X dengan
sebuah variabel respon Y (Kurniawan, 2008) Nilai R2 dikatakan baik jika berada di atas
0,5 karena nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. Semakin nilai R2 mendekati 1 maka korelasi
semakin sempurna (Nugroho, 2005). Sehingga orde reaksi dari variabel 1(Etil asetat
0,02 N) adalah orde 2, orde reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,04 N) adalah orde 2, dan
orde reaksi dari variabel 3 (Etil asetat 0,06 N) adalah orde 2.

4.2 Perhitungan harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH
Variabel (N etil asetat) Nilai k percobaan Nilai k referensi
(L/mol.menit) (L/mol.menit)
0,02 N 0,600480513 0,103
0,04 N 0,816993464 0,05
0,06 N 3,227204411 0,0375
Tabel 4.4 Nilai konstanta kecepatan reaksi tiap variabel

Reaksi yang terjadi pada percobaan penyabunan etil asetat dengan NaOH adalah:
CH3COOH + NaOH CH3COONa + C2H5OH
Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara batch. Orde
2 reaksi dapat dicari dengan persamaan:
-rA = k [CH3COOH] [NaOH]
-rA = k [Ca] [Cb] dimana Ca = Cb
-rA = k [Ca]2
Orde 1: -ln (Ca/Ca0) = k.t
Orde 2: 1/Ca = k.t + 1/Ca0
Berdasarkan hasil percobaan, diketahui bahwa reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH merupakan reaksi orde 2. Harga konstanta reaksi (k) dapat diketahui
setelah menentukan orde reaksi dengan membuat persamaan linear dan gradien yang
diperoleh dari grafik adalah harga konstanta laju rekasi penyabunan etil asetat.

18
Berdasarkan referensi (Kartika, 2016) dengan kondisi operasi 30C disertai dengan
pengadukan, larutan yang digunakan adalah larutan NaOH 0,2 N, larutan etil asetat (0,2
N; 0,4 N; 0,6). Sedangkan pada percobaan yang kami lakukan dengan kondisi kondisi
operasi 30C disertai dengan pengadukan, larutan yang digunakan adalah larutan NaOH
0,04 N, larutan etil asetat (0,02 N; 0,04 N; 0,06). Berdasarkan referensi (Kartika, 2016)
didapatkan harga konstanta kecepatan reaksi (k) pada tiap variabel berturut-turut adalah
0,0375 L/mol.menit, 0,05 L/mol.menit dan 0,1030 L/mol.menit. Jika dibandingkan
dengan hasil percobaan, didapatkan harga konstanta reaksi (k) pada percobaan lebih
besar dari harga konstanta reaksi (k) referensi. Hal ini disebabkan karena perbedaan
konsentrasi reaktan awal dengan referensi.
Pada referensi digunakan larutan NaOH yang lebih besar yaitu 0.2 N sedangkan
pada percobaan digunakan larutan NaOH 0.04 N. Maka, harga konstanta reaksi yang
diperoleh lebih besar pada percobaan daripada referensi karena konsentrasi dan harga
konstanta reaksi berbanding terbalik sesuai dengan persamaan:

-rA = k [Ca] [Cb]


Semakin besar konsentrasi reaktan maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksinya (Levenspiel, O. 1999).

4.3 Pengaruh konsentrasi etil asetat terhadap konstanta reaksi (k) penyabunan etil
asetat pada NaOH

Variabel (N etil asetat) Nilai k percobaan


(L/mol.menit)
0,02 N 0,600480513
0,04 N 0,816993464
0,06 N 3,227204411
Tabel 4.5 Perbandingan nilai konstanta kecepatan reaksi tiap variabel

Tabel 4.5 menunjukkan nilai konstanta kecepatan reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH pada tiap variabel. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat secara
keseluruhan bahwa nilai konstanta kecepatan reaksi pada variabel 1 hingga variabel 3
adalah meningkat.
Nilai konstanta kecepatan reaksi (k) dapat diperoleh dari proses reaksi secara batch.
Orde 2 reaksi dapat dicari dengan persamaan :
Orde 2 untuk Ca Cb

19
Cb C b0
ln =( C b0 C a0 ) . k . t+ ln
Ca C a0

y=m . x +c

( C b 0C a 0 ) . k . t=m . x

( C b 0C a 0 ) . k=m

m
k=
( C b0C a0 )

Orde 2 untuk Ca = Cb
k=m
Keterangan :
k : konstanta kecepatan reaksi
m : slope
Ca0 : konsentrasi NaOH awal
Cb0 : konsentrasi etil asetat awal (Levenspiel, O. 1999)

. Berdasarkan referensi, semakin tinggi konsentrasi reaktan maka semakin banyak


molekul reaktan yang tersedia. Dengan demikian kemungkinan kontak antar partikel
akan semakin banyak, sehingga kecepatan reaksi juga semakin meningkat (Levenspiel,
O. 1999). Oleh karena itu, konsentrasi reaktan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi frekuensi tumbukan (Elizabeth D.C.S, et. al).

4.4 Perbandingan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi


penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu

20
0.04

0.04

0.03

0.03

0.02 N NaOH (ca)


Ca Matematis
0.02

0.01

0.01

0
0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Hubungan Ca Praktis vs Ca Matematis pada


variabel 1 (etil asetat 0,02 N)
0.04

0.03

0.03

0.02
Ca Matematis
0.02 N NaOH (ca)

0.01

0.01

0
0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Hubungan Ca Praktis vs Ca Matematis pada


variabel 1 (etil asetat 0,04 N)

21
0.02
0.02
0.02
0.01
0.01
0.01 Ca Matematis
0.01 N NaOH (ca)

0.01
0
0
0
0 1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Hubungan Ca Praktis vs Ca Matematis pada


variabel 1 (etil asetat 0,06 N)

Berdasarkan grafik, dapat dilihat bahwa pada variabel 1 (0,2 N) dan variabel 2 (0,4
N) pada Ca percobaan memiliki nilai yang lebih kecil dari Ca matematis. Hal ini
dikarenakan Ca matematis yang diperoleh dari perhitungan matematis menggunakan
metode Runge Kutta. Dipilih metode ini karena Runge Kutta dianggap metode yang
memberikan keakuratan tinggi. Perhitungan model matematis ini tidak dipengaruhi oleh
variabel dan kondisi operasi pada saat percobaan. Sehingga konsentrasi yang ditemukan
dengan menggunakan model matematis merupakan nilai konsentrasi ideal tanpa
memperhitungkan variabel dan kondisi operasi.
Metode Runge Kutta yaitu suatu metode yang digunakan untuk
menyelesaikan persamaan diferensial secara numerik atau
pendekatan sehingga mendapatkan penyelesaian yang lebih signifikan
daripada penyelesaian secara eksak atau analitik.(Mutmainah, 2017)
Metode Runge Kutta merupakan gabungan dari suatu kelas besar metode
pendekatan satu langkah (metode Euler, Heun, dan titik tengah). Metode ini
mencapai keakuratan dari suatu pendekatan Taylor tanpa memerlukan turunan-
turunan tingkat tinggi. Bentuk umumnya:
y 0=

y i+1= yi +h F (t i , y i ; h)

Dengan :

22
1 1 1 1
k 1=f ( x i , y i ) (
k 2=f x i + h , y i+ k 1 h
2 2 ) (
k 3 =f x i + h , y i+ k 2 h
2 2 )
k 4=f ( x i+ h , y i + k 3 h)

Konsentrasi model matematis dihitung dari data hasil percobaan yang kemudian
diaplikasikan kedalam metode Runge Kutta. Hasil k1, k2, k3, k4 yang diperoleh dari
perhitungan metode Runge Kutta bernilai positif, sehingga perhitungan model
matematis memiliki nilai konsentrasi yang lebih besar dari pada hasil percobaan. Nilai
Ca praktis lebih kecil dari model matematis karena pada percobaan dipengaruhi oleh
variabel beda konsentrasi etil asetat. Hal inilah yang membuat perhitungan model
matematis memiliki nilai konsentrasi yang lebih besar daripada hasil percobaan
(Supriyanto, 2006).
Pada variabel 1 dan 2 Ca matematis naik seiring berjalannya waktu. Hal ini
dikarenakan hasil k1, k2, k3, k4 yang diperoleh dari perhitungan metode Runge Kutta
bernilai positif, sehingga seiring waktu berjalan, maka Ca matematis semakin
bertambah.
Namun pada variabel 3, Ca percobaan mempunyai nilai yang lebih besar
dibandingkan Ca matematis. Hal ini dikarenakan Ca model yang diperoleh dari
perhitungan matematis menggunakan metode Runge Kutta. Dipilih metode ini karena
Runge Kutta dianggap metode yang memberikan keakuratan tinggi. Perhitungan
model matematis ini tidak dipengaruhi oleh variabel dan kondisi operasi pada saat
percobaan. Sehingga konsentrasi yang ditemukan dengan menggunakan model
matematis merupakan nilai konsentrasi ideal tanpa memperhitungkan variabel dan
kondisi operasi. Sedangkan konsentrasi yang diperoleh dari percobaan dengan
variabel perbandingan mol reaktan merupakan konsentrasi yang sebenarnya.
Konsentrasi model matematis dihitung dari data hasil percobaan yang kemudian
diaplikasikan kedalam metode Runge Kutta. Hasil k1, k2, k3, k4 yang diperoleh dari
perhitungan metode Runge Kutta bernilai negatif, sehingga perhitungan model
matematis memiliki nilai konsentrasi yang lebih kecil dari pada hasil percobaan. Hal
inilah yang membuat perhitungan model matematis memiliki nilai konsentrasi yang
lebih kecil daripada hasil percobaan (Supriyanto, 2006).

BAB V

23
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Harga orde reaksi untuk penyabunan etil asetat dengan NaOH bernilai 2
2. Konstanta reaksi dari variabel 1 (Etil asetat 0,02 N) adalah 0,600480513
L/molmenit, konstanta reaksi dari variabel 2 (Etil asetat 0,04 N) adalah 0,816993464
L/molmenit, dan konstanta reaksi dari variabel 3 (Etil asetat 0,06 N) adalah
3,227204411 L/molmenit Semakin tinggi konsentrasi reaktan yang digunakan maka
konstanta reaksi akan semakin besar pula.
3. Semakin tinggi konsentrasi reaktan yang digunakan maka konstanta reaksi akan
semakin besar dan mempengaruhi kecepatan reaksi yang berlangsung
4. Harga Ca hasil percobaan dan Ca model matematis yang diperoleh memiliki
perbedaan yang signifikan dikarenakan perhitungan model matematis ini tidak
dipengaruhi oleh variabel dan kondisi operasi pada saat percobaan.

52 Saran
1. Pastikan debit aliran NaOH dan Etil Asetat yang masuk memiliki besar yang sama
2. Gunakan pengaduk tangki yang mempunyai skala rotasi yang pasti untuk
mempermudah perhitungan
3. Laboran disarankan untuk menyediakan peralatan yang memadai agar praktikum
berjalan efisien

24

Anda mungkin juga menyukai