DEFINISI
2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat
besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas
sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah
terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam
daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan
beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan
proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru
(connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas,
memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas
sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel dan
pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut
sebagai jaringan granulasi.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah
terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth
faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna
kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara
kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan
akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya
produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka
akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan
jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas
normal. Meskipun proses penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun
outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis
masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat
akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta
penyakit sistemik (diabetes mielitus).
NURSING MANAGEMENT
Dressing/Pembalutan
Tujuan :
1. memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. absorbsi drainase
3. menekan dan imobilisasi luka
4. mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
GANGGUAN EMOSI
AFEK DAN MOOD
A. Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memeberikan pengaruh pasa aktifitas
tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau
nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu fikiran,
biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik.
Dikaitkan dengan pengertian afek, maka emosi merupakan manifestasi afek keluar
disertai oleh banyak komponen fisiologik, biasanya berlangsung relatif singkat. Kadang-
kadang istilah emosi dan afek tidak dibedakan dan dipakai bersama-sama.
Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek:
a. Euforia; Emosi yang menyenangkan, masa riang, senang gembira, bahagia yang berlebihan
dan bila tidak sesuai keadaan, hal ini menunjukan adanya gangguan jiwa. Orang yang eforia
biasanya optimis, percaya diri, dan tegas pada sikapnya.
b. Elasi; Eforia yang berlebihan disertai motorik sering merupakan emosi yang labil dan sering
berubah menjadi mudah tersinggung.
c. Eksaltasi; Elasi yang berlebihan dan biasanya disertai dengan sikap kebesaran (waham
kebesaran)
d. Eklasi (kegaiarahan); gairah yang berlebihan disertai rasa aman, damai, dan tenang biasanya
berhubungan dengan perasaan keagamaan yang kuat.
e. Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai), adalah suatu gejala gangguan emosi, dimana
dijumpai perbedaan yang jelas antara emosi yang tampak dengan situasi yang
menyebabkannya, missal tertawa ketika ada musibah.
f. Afek yang kaku(rigid) adalah suatu keadaan dimana rasa hati tetap dipertahankan, walau
terdapat rangsang yang biasanya menyebabkan reaksi emosiaonal yang berlebihan.
g. Emosi labil adalah suatu gejala dimana terdapat ketidakstabialan yang berlebihan dan
bermacam emosional, cepat berubah emosi yang satu dengan yang lain.
h. Cemas dan Depresi merupakan gejala yang terllihat dari ekspresi muka atau tingkah laku.
i. Ambivalensi adalah emosi dan afek yang berlawanan yang timbul bersama-sama pada
seseorang, suatu objek atau keadaan, benci tapi rindu.
j. Apatis yang tumpul dan datar, pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda-tanda perasaan
afektif.
B. Mood
Perasaan suasana hati yang mewarnai seluruh kehidupan psikis seseorang dan
mempengaruhi seseorang dalam waktu yang lama. Misalnya seseorang yang sedih, malas
untuk berkomunikasi, makan, bekerja, kemarahan dan sebagainya. Suatu emosi yang meresap
dan dipertahankan, yang alami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh
orang lain.
1. Menurut Stuart Laraia dalam Psychiatric
Keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian individu dan
fungsi kehidupannya. Hal ini berhubungan dengan emosi dan memiliki pengertian yang sama
dengan keadaan perasaan/ emosi. Seperti aspek-aspek lain dalam kepribadian, emosi atau
mood berperan dalam proses adaptasi. Ada empat fungsi adaptasi dari emosi, yaitu sebagai
bentuk komunikasi social, merangsang fungsi fisiologis, kesadaran secara subjektif, dan
mekanisme pertahanan psikodinamis.
2. Menurut John W. Santrock dalam Psychology The Science of Mind and Behavior (1990:
490)
Gangguan alam perasaan adalah kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama
emosional seseorang, mulai dari rentang depresi sampai gembira yang berlebihan(euphoria),
dan gerak yang berlebihan(agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk
mayor depresi atau dalam bentuk lain seperti mania sebagai gangguan tipe Bipolar.
3. Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mentall Ilness (1998: 302)
Gangguan mental afektif (gangguan alam perasaan) meliputi kondisi mental yang
menyebabkan perubahan alam perasaan seseorang (afek) atau keadaan emosional dalam
periode waktu yang panjang. Perubahan keadaan emosional tersebut dapat berupa depresi,
kegembiraan atau kombinasi dari berbagai siklus (tipe).
4. Buskist Gerbing dalam Psychology Boundaries and Frontiers (1990: 548)
Ganguan mood dapat dicirikan dengan depresi yang mendalam dapat berupa periode elasi
(keceriaan) dan depresi.
5. Menurut Clinton Nelson dalam Mental health Nursing Practic (1996)
Gangguan mental yang memperlihatkan perubahan suasana perasaan menonjol dan menetap
dan bersifat patologis. Sebagian besar gangguan alam perasaan berupa depresi dan mania.
Alam perasaan (mood) merujuk pada keadaan emosional internal dari individu, seperti saya
merasa bahagia, saya marah, saya merasa sedih. Affect merujuk pada tampilan luar dari
ekspresi emosi seperti mimic wajah, atau postur tubuh yang menunjukan perasaan sedih atau
marah.
Adapun macam dari mood adalah:
1. Mood disforik: mood yang tidak menyenangkan
2. Mood eutmik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang tertekan
atau melambung.
3. Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan,
seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.
4. Mood yang iritabel (irritable mood): dengan mudah diganggu atau dibuat marah
5. Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan deperesi atau kecemasan
6. Mood yang meninggi (elevated mood); suasana keyakinan dan kesenangan; suatu mood yang
lebih ceria dari biasanya.
7. Euphoria: elasi yang kuat dengan persaan kebesaran
8. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy); perasaan kegairahan yang kuat
9. Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
10. Anhedonia: hilangnya minat terhadap dab menarik diri dari semua aktivitas rutin dan
menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi
11. Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
12. Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi
atau mood seseorang.
7. Behavioral Model
Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar social, yang mengasumsi
bahwa penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan
lingkungan. Depresi berkaitan dengan interaksi antara perilaku individu dengan lingkungan.
Teori ini mamandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk memeriksa dan
mempertimbangkan perilakunya. Mereka bukan hanya melakukan reaksi dari factor internal.
Mereka menyeleksi, mengorganisir, dan mentransformasikan stimulus yang datang pada
dirinya.
Individu tidak dipandang sebagai objek yang tidak berdaya yang dikendalikan
lingkungan. Tetapi tidak juga bebas dari pengaruh lingkungan dan melakukan apa saja yang
mereka pilih tetapi antar individu dengan lingkungan memiliki pengaruh yang bermakna
antarsatu dengan yang lainnya. Konsep reinforcement sangat penting dalam pandangannya
tentang depresi. Interaksi positif antara individu dengan lingkungan menyediakan
reinforcement yang positif. Kurangnya reinforcement yang positif dari lingkungan
menyebabkan kesedihan. Asumsi kunci dari model ini adalah rendahnya jumlah
reinforcement positif dari lingkungan merupakan factor pendukung terjadinya perilaku
depressive.
8. Biological Model
Model biologic menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa
depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan
variasi periodic dalam irama biologis. Abnormalitas yang signifikan dapat dilihat ketika
terjadi depresi. Termasuk di dalamnya adalah kelainan dalam elektroloit, khususnya sodium
dan kalium. Perubahan dalam neurofisiologis, kegagalan fungsi regulasi otonom dari attivasi
system syaraf adrenokortikal, tiroid, perubahan gonad, perubahan dalam neurotransmitter
seperti katekolamin, norepinephrin, dan epinephrine.
Bila seseorang lebih rentan untuk menderita depresi dibandingkan orang lain, biasanya
yang bersangkutan mempunyai corak kepribadian sendiri (diri kepribadian depresif), ciri-ciri:
a. Mereka sukar untuk merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable, tegang
dan agitatif.
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai
untuk menghindari konflik atau konfrontasi, merasa gagal dalam usaha, lamban, lemah, lesu,
atau sering mengeluh sakit ini itu.
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit
ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak, dan menghindari
keterlibatan dengan orang lain.
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme
pertahanan penyangkalan.
Untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan kerentanan remaja mengalami
depresi dan bunuh diri, telah dilakukan penelitian terhadap 39000 remaja. Dari penelitian
tersebut ditemukan bahwa kemurungan, kelesuan yang melumpuhkan, rasa tolak,
keputusasaan, depresi dan bunuh diri telah bergeser, dan dimulai pada usia yang semakin
lama semakin dini. Selain itu diketahui pula bahwa meningkatnya kasus depresi dan bunuh
diri di masyarakat, erat kaitannya dengan situasi krisis (politik, social, ekonomi, dan moral),
penganggura, kemiskinan, persaingan yang keras dan kriminalitas. Dalam beberapa dekade
terakhir ini telah terjadi erosi besar-besaran terhadap keluarga inti. Semakin hari semakin
sedikit waktu yang disediakan orangtua untuk anak, berlipat ganda angka perceraian, semakin
jarang keluarga ada di rumah dan semakin banyak keluarga yang menjalankan sikap tidak
peduli terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak dan remaja. Selain itu kita dapat
menyaksikan peningkatan individualism, lenyapnya keyakinan yang lebih menyebabkan
hilangnya sumber penopang dari kekalahan atau kegagalan.
Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri adalah bunuh diri (sucide),
sebanyak 40% penderita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri, dan hanya lebih kurang
15% saja yang sukses melakukannya. Angka bunuh diri pada remaja di AS dalam satu tahun
antara 1,7-5,9% dan untuk selama hidup antara 3,0-7,1%. Diperkirakan 12% dari kematian
pada kelompok anak dan remaja di AS disebabkan karena bunuh diri. Di Indonesia kasus
bunuh diri pada anak belum diketahui besar angka