Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan karuniaNya kepada kita semua serta telah memberikan penyertaan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah yang ditugaskan oleh Dosen
Pembimbing mata kuliah PENGANTAR AKUNTANSI membahas perihal Mata
Kuliah TRANSAKSI BISNIS dan PERSAMAAN AKUNTANSI .

Makalah kami berisikan tentang apa saja metode yang digunakan para
pengusaha dalam bertransaksi serta bagaimana penerapannya kepada usaha.
Dalam makalah ini pula kami mencoba menjabarkan tentang makna dari transaksi
bisnis dan persamaan akuntansi serta menjabarkan perihal mengenai laporan
keuangan perusahaan perorangan.

Dan semoga dengan adanya makalah yang kami buat dapat menambah
wawasan dan memberi manfaat yang berarti bagi pembaca. Oleh karena itu, tak
lupa kami juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan
dalam makalah yang mungkin akan kami buat selanjutnya.

KEDIRI, 05 OKTOBER 2015


PENYUSUN

YUNANDA PRAMESWARI

Kediri, 22 Januari 2015


Atas Nama Kelompok

1
MOHAMMAD FIKRI J.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Identifikasi Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

A. Pengertian Transaksi Bisnis.........................................................................6


B. Jenis Transaksi Bisnis..................................................................................7
C. Bentuk Perusahaan.......................................................................................9
D. Pengertian Persamaan Akuntansi...............................................................12
E. Transaksi Bisnis dan Persamaan Akuntansi...............................................17
F. Laporan Keuangan Perusahaan Perorangan...............................................17

BAB III PENUTUP.........................................................................................18

A. Kesimpulan ...............................................................................................18
B. Saran dan Kritik.........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti di ketahui manajemen pada dasarnya merupakan proses pengambilan


keputusan yang berkaitan dengan perencanaan pengorganisasian pengarahan dan
pengendalian yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan
itu maka manajemen produksi merupakan proses pengambilan keputusan didalam
usaha untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga dapat sasaran yang berupa
tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dengan biaya yang efisien, oleh karena itu
manajemen produksi mengkaji pengambilan keputusan dalam fungsi produksi.

Pelaksanaan kegiatan manajemen merupakan tanggung jawab seorang manajer


diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab lebih besar dari pada apa yang
dia dapat lakukan sendiri. Sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam
mencapai tujuan organisasi, sedangkan manajer produksi yang akan menentukan
keberhasilan organisasi perusahaan sebagai produsen yang baik, selanjutnya
keberhasilan usaha suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasarannya
ditentukan oleh kemampuan manajer produksi, serta kemampuan manajer
pemasaran dan manajer keuangan disamping kemampuan majemen puncak atau
direksi untuk menciptakan hasil sinergi dari seluruh kegiatan bersama perusahaan.

Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus dikelola yang
sering disebut sebagai faktor-faktor produksi yaitu : Material atau bahan, Mesin
atau peralatan, Manusia atau karyawan, Modal atau uang, Manajemen yang akan
memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain. Dengan demikian manajemen
operasi berkaitan dengan pengelolaan faktor-faktor produksi sedemikian rupa
sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen
baik kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya.

Sekilas telah disebutkan dari uraian di atas bahwa manajemen produksi operasi
bertanggung jawab atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk
maupun jasa yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan
kualitas yang baik dan harga yang terjangkau serta disampaikan tepat pada

3
waktunya.

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya, yaitu:

1. Apa pengertian transaksi bisnis ?

2. Apa saja jenis transaksi bisnis ?

3. Apa saja bentuk perusahaan ?

4. Apa pengertian persamaan akuntansi ?

5. Apa perbedaan transaksi bisnis dan persamaan akuntansi ?

6. Bagaimana laporan keuangan perusahaan perorangan ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan utama pembuatan makalah ini untuk memenuhi nilai mata kuliah
Pengantar Akuntansi. Selanjutnya untuk memaparkan pengertian transaksi bisnis
dan persamaan akuntansi, menjelaskan bagaimana transaksi bisnis dan bagaimana
membuat laporan keuangan perusahaan perorangan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah penulis dan pembaca lebih
memahami mengenai arti transaksi bisnis dan persamaan akuntansi, jenis
transaksi, bentuk perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan perorangan.

4
5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Bisnis

Yaitu peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang yang


berisi perintah ataupun larangan untuk mengatur tingkah laku manusia guna
mencapai keadilan, keseimbangan dan keselarasan dalam hidup. Dengan kata lain
untuk mencegah terjadinya kekacauan dan lain sebagainya dalam kehidupan. serta
terdapat sanksi di dalam hukum agar tidak ada yang melanggarnya dan aturan-
aturan yang tertulis dan harus ditaati. Hukum dapat didefinisikan sebagai
larangan, perintah dan aturan.

Pengertian hukum bisnis secara umum adalah peraturan-peraturan tertulis yang


dibuat oleh pemerintah dengan maksud untuk mengatur, mengawasi dan
melindungi seluruh kegiatan bisnis, meliputi kegiatan industri, perdagangan dan
pelaksanaan jasa serta semua hal yang berhubungan dengan kegiatan keuangan
dan kegiatan bisnis lainnya. Hukum bisnis merupakan peraturan yang dibuat oleh
pemerintah untuk mengatur lalu lintas kegiatan ekonomi agar tercipta keamanan
dan ketertiban dalam bidang ekonomi Indonesia.

A.1 Fungsi Hukum Bisnis


1. Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis,

2. Untuk memahami hak-hak dan kewajibannya dalam praktik bisnis,

6
3. Agar terwujud watak dan perilaku aktivitas dibidang bisnis yang
berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis (yang dijamin oleh kepastian
hukum).

A.2 Tujuan Hukum

a. Sebagai alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat


Hukum sebagai norma merupakan petunjuk untuk kehidupan. Manusia dalam
masyarakat, hukum menunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk, hukum
juga memberi petunjuk, sehingga segala sesuatunya berjalan tertib dan teratur.
b. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
- Hukum mempunyai cirri memerintah dan melarang
- Hukum mempunyai sifat memaksa
- Hukum mempunyai daya yang mengikat fisik dan Psikologis
Karena hukum mempunyai cirri, sifat dan daya mengikat, maka hukum dapat
memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan siapa yang
benar.
c. Sebagai penggerak pembangunan
Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau di daya gunakan
untuk menggerakkan pembangunan. Disini hukum dijadikan alat untuk membawa
masyarakat kearah yang lebih maju.
d. Fungsi kritis hukum
Dr. Soedjono Dirdjosisworo, S.H mengatakan Dewasa ini sedang berkembang
suatu pandangan bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum
tidak semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas)
saja melainkan aparatur penegak hukum termasuk didalamnya.

B.Sumber Hukum

Pengertian Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan,


dokumen, naskah, dll yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman
hidupnya pada masa tertentu.
Menurut Undang-undang No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, berikut adalah tata urutan sumber-sumber hukum di
Republik Indonesia:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta
Amandemennya
2. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah

7
4. Penetapan Presiden
5. Peraturan Daerah.
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang termasuk
kedalam beberapa kriteria yaitu :
Sumber hukum materiil Menurut Sudikno Mertokusumo , Sumber Hukum
Materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum materiil ini
merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum.
Sumber hukum formal adalah sumber hukum secara langsung dapat dibentuk
hukum yang akan mengikat masyarakatnya.
Yang termasuk Sumber-sumber Hukum Formal adalah :

a) Peraturan perundang-undangan
Undang-undang dapat dibedakan atas :
- Undang-undang dalam arti formal, yaitu ketetapan penguasa yang
memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya.
- Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa,
yang dilihat dari isinya dinamai undang-undang dan mengikat setiap orang secara
umum.
b) Kebiasaan; Dasarnya : Pasal 27 Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang
Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengatur bahwa: hakim
sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
c) Yurisprudensi: Pengertian yurisprudensi, yaitu pelaksanaan hukum dalam hal
konkret terhadap tuntutan hak yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri
sendiri dan diadakan oleh suatu Negara serta bebas dari pengaruh apapun atau
berdasarkan keputusan hakim
d) Traktat atau Perjanjian Internasional Perjanjian Internasional atau traktat
juga merupakan salah satu sumber hukum dalam arti formal
e) Doktrin, Doktrin adalah pendapat pakar senior yang biasanya merupakan
sumber hukum, terutama pandangan hakim selalu berpedoman pada pakar
tersebut. Atau disebut juga sebagai pendapat ahli hukum.
Doktrin bukan hanya berlaku dalam pergaulan hukum nasional, melainkan juga
dalam pergaulan hukum internasional, bahkan doktrin merupakan sumber hukum
yang paling penting.

Rancangan undang-undangan legislatif dan eksekutif yaitu DPR disahkan oleh


presiden.

- Peraturan diatur untuk masyarakat


- Memiliki sifat memaksa dapat berupa sanksi dan aparat hukum
- Sanksi tegas

8
C. Azas Hukum

Pada dasarnya apa yang disebut dengan asas hukum adalah dasar-dasar
umum yang terkandung dalam peraturan hukum dan dasar-dasar umum tersebut
adalah merupakan sesuatu yang mengandung nilai-nilai etis. Peraturan hukum
adalah ketentuan konkrit tentang cara berperilaku di dalam masyarakat. Ia
merupakan konkritisasi dari asas hukum.
Asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum adalah jiwanya
norma hukum itu. Norma hukum merupakan penjabaran secara konkrit dari asas
hukum. Asas hukum merupakan petunjuk arah arah bagi pembentuk hukum dan
pengambil keputusan. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma
hukum mempunyai sanksi. Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam
bentuk peraturan yang konkrit atau pasal-pasal

a) Pembagian azas hukum :


Asas hukum umum, ialah asas yang berhubungan dengan bidang hukum dan
berlaku untuk semua bidang hukum itu.
Menurut P. Scholten ada 5 asas hukum umum, yaitu :
1) Asas kepribadian
2) Asas pesekutuan
3) Asas kesamaan
4) Asas kewibawaan
5) Asas pemisahan antara baik dan buruk.
Dalam asas kepribadian manusia menginginkan adanya kebebasan individu.
Dalam asas ini menunjuk pada pengakuan kepribadian manusia bahwa manusia
adalah obyek hukum, penyandang hak dan kewajiban. Dalam asas persekutuan
yang dikehendaki adalah persatuan,
Asas kesamaan menghendaki adanya keadilan dalam arti setiap orang adalah sama
di dalam hukum, setiap orang diperlakukan sama. Sedangkan asas kewibawaan
memperlihatkan adanya ketidaksamaan.
b) Asas hukum khusus, ialah asas yang berfungsi dalam bidang yang lebih
sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukum pidana dsb.
Fungsi asas hukum
Fungsi dalam hukum, mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk
undang-undang dan hakim (ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan)
serta mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
Fungsi dalam ilmu hukum, hanya bersifat mengatur dan eksplikatif (menjelaskan).

9
Tujuan adalah memberi ikhtiar, tidak normatif sifatnya dan tidak termasuk dalam
hukum positif

D. Hukum Perjanjian

Perjanjian dinamakan juga persetujuan atau Overeenkomsten yaitu suatu


kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka,
yang bertujuan mengikat kedua belah pihak (Wirjono Projodikoro).

Pasal 1313 KUHPerdata mengemukakan suatu perjanjian adalah suatu


perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih

Prof. subekti, S.H.usatu perjanjian adalah sesuatu peristiwa dimana


seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu berjanji untuk
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal ia juga mengemukakan perjanjian
itu persetujuan karena kedua belah pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.

Dari pengertian dia atas maka bahwa periakatan adalah suatu pengertian
abstrak yaitu suatu hubungan hokum, sedangkan perjanjian addalah suatu hal
yang kongkret yaitu suatu perisatiwa hokum.

Dengan demikian hubungan perikatan dengan perjanjian adalah bahwa


perjanjian itu menimbulkan perikatan antara dua orang atau lebih yang membuat
nya, perjanjian adalah merupakan sumber perikatan disamping undang-undang.
Suatu perjanjian merupakan peristiwa hokum, sedangkan perikatan adalah akibat
hukumnya.

D.1 Unsur-unsur perjanjian

Dalam perkembangan doktrin ilmu hukum, dalam suatu perjanjian dikenal adanya
tiga bagian atau unsure perjanjian yaitu :

1. Unsure esensialia

Yaitu bagian-bagian dalam perjanjian yang harus ada dan tertera dalam perjanjian,
unsure ini umumnya di pergunakan dalam memberikan rumusan, definisi atau
pengertian dari suatu perjanjian, seperti persetujuan para pihak, objek perjanjian
dan harga bagi perjanjian jual-beli, sehingga unsure esensalia ini merupakan

10
unsure yang wajib ada dalam suatu perjanjian.

2. Unsure naturalia

Yaitu bagian-bagian dalam perjanjian yang oleh undang-undang di tentukan


sebagai peraturan yang mengatur, merupakan unsure yang pasti ada dalam suatu
perjanjian tertentu setelah unsure esensialnya diketahui secara pasti, unsure ini
merupakan unsure bawaan dari perjanjian yang memiliki unsure esensialia,
sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian, misalnya dalam perjanjian
yang mengandung unsure esenislia jual-beli, pasti akan terdapat unsure naturaia
berupa kewajiban penjual untuk menjamin tidak adanya cacat yang tersembunyi
dalam benda yang di jual. Kekentuan tersebut tidak dapat disimpangi oleh para
pihak, karena sifat dari jual-beli menghendaki hal demikian.

3. Unsure aksidentalia

Unsure ini pada hakikatnya bukan merupakan suatu bentuk prestasi yang harus
dilaksanakan atau dipenuhi oleh para pihak karena unsure ini hanya melekat pada
perjanjian jika secara tegas diperjanjikn oleh para pihak. Hokum perjanjian
menganut asas kebebsan berkontrak, sehingga memberikan kebebasan bagi para
pihak untuk menambahkan unsure aksidentalia kedalam isi perjanjian dengan
batasan asalkan tidak memuat hal yang bertentangan dengan kesusilaan,
ketertiban umum dan undang-undang.

D.2 Asas-asas umum dalam hukum perjanjian

1. Asas personalia

Asas ini dapat kita temukan dalam pasal 1315 dan pasal 1340 ayat (1) KUHpdt,
pasal 1315 KUHpdt berbunyi : pada umumnya tak seorangpun dapat
mengikatkan diri atas nama diri sendiri atau meminta di terapkannya suatu
perjanjian selain untuk dirinya sendiri pasal 1340 KUHpdt yang berbunyi :
persetujuan hanya berlaku pada pihak-pihak yang membuatnya

Namun ketentuan tersebut ada pengecualiannya yaitu pasal 1317 KUHpdt yang
berbunyi dapat pula diadakan perjanjian untuk kepentingan orang ketiga, bila
suatu perjanjian yang di buat untuk diri sendiri atau suatu pwemberian kepada
orang lain, mengandung syarat-syarat itu

Maksud dari asas tersebut sebenarnya adalah bahwa suatu perjanjian hanyalah
meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kepada para pihak yang
membuatnya. Apabila seseorang ingin diwakilkan oleh orang lain untuk
mengadakan perjanjian maka hal tersebut harus berdasarkan surat kuasa. Asas ini
disebut juga asas kepribadian suatu perjanjian

11
2. Asas konsensualitas

Asas konsensualitas atau asas sepakat adalah asas yang menyatakan bahwa pada
dasarnya perjanjian dan perikatan itu timbul sejak detik tercapainya kata sepakat
atau kesepakatan. Dengan perkataan lain perjanjian itu sudah sah apabila sudah
sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas,
asas ini disimpulkan dari KUHpdt pasal 1320.

Asas tersebut berlau dengan pengecualian untuk perjanjian formal yang


ditentukan oleh undang-undang dibutuhkan suatu formalitas tertentu, contohnya
perjanjian mengenai penghibahan jika mengenai benda tak bergerak maka harus
dilakukan dengan akta notaries.

3. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak diatur dalam KUHpdt pasal 1338 ayat (1) yang
menyatakan bahwa :semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi meraka yang membuatnya

Artinya para pihak diberikan kebebasan membuat dan mengatur sendiri sis
perjanjian tersebut, sepanjang tidak melanggar ketertiban umum dan sesusilaa,
memenuhi syarat sebagai perjanjian tidak dilarang oleh undang-undang, sesuai
dengan kebiasaan yang berlaku, dan sepanjang perjanjian tersebut dilaksanakan
dengan itikad baik, dan mereka wajib melaksanakan perjanjian yang telah merka
buat layaknya undang-undang.

4. Asas kepercayaan

Suatu perjanjian tidak akan terwujud apabila tidak ada kepercayaan antara para
pihak yang mengikat diri di dalamnya, karena suatu perjanjian menimbulkan
suatu akibat hokum bagi para pihak yaitu pemenuhan prestasi di kemudian hari.
Dengan kepercayaan ini para pihak mengikatkan dirinya maka perjanjian itu
mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang.

5. Asas kekuatan mengiakat

Berdasarkan pasal 1338 ayat (1) KUHpdt bahwa dipenuhinya syarat syahnya
perjanjian maka sejak itu pula perjanjian mengikat bagi para pihak, mengikat
sebagai undang-undang berarti pelangggaran terhadap perjanjian yang di buat
tersebut berakibat melanggar undang-undang. Para pihak yang terkaitbdalam
sebuah perjanjian, tidak hanya terikat terbatas pada apa yang di perjanjikan, tetapi
juga pada beberapa unsure lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan
kepatutan serta moral.

12
6. Asas itikad baik

Asas itikad baik ini dapat ditemukan dalam pasal 1338 ayat (3)KUHpdt yang
menyatakan bahwa :perjanjain-perjaniajn harus dilaksanakan dengan itikad baik

Berlakunya asas ini bukan saja mempunyai daya kerja pada waktu perjanjian
diklaksanakan, tetapi juga sudah mulai pada waktu perjanjian itu di buat, artinya
perjanjian yang di buat dengan itikad buruk misalnya atas dasar penipuan maka
perjanjian itu tidak sah dengan demikian asas itikad baik ini mengandung
pengertian bahwa kebebasan suatu pihak dalam membuat perjanjian tidak dapat
diwujudkan sekehendaknya tetapi di batasi oleh itikad baiknya.

7. Asas keseimbangan

Asas ini menjadikan keduabelah pihak dalam perjanjian memenuhi dan


melaksanakan perjanjian itu, salah satu pihak yang menuntut untuk menuntut
prestasi (kreditur) berhak menuntut pelunasan prestasi dari pihak lainnya
(debitur), namun kreditur juga memiliki beban untuk melaksanakan
perjanjianntersebut dengan itikad baik, jadi kedudukan kreditur yang kuat
diimbangi dengan kewajiban untuk memperhatikan itikad baik, sehingga
kedudukan kreditur dan debitur seimbang.

8. Asas kepatutan dan kebiasaan

Asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUHpdt yang menegaskan


bahwa :perjanjian tidak hanya mengikat pada hal-hal yang di atur di dalamnya
tetapi juga terhadap ha-hal yang menurut sifatnya di harusakan oleh keputusan,
kebiasaan atau undang-undang.

D.3 SYARAT SAHNYA PERJANJIAN PASAL 1320 KUHPerdata

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak.

Maksud dari kata sepakat adalah, kedua belah pihak yang membuat perjanjian
setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam kontrak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.

Asas cakap melakukan perbuatan hukum, adalah setiap orang yang sudah dewasa
dan sehat pikirannya. Ketentuan sudah dewasa, ada beberapa pendapat, menurut
KUHPerdata, dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki,dan 19 th bagi wanita.

Menurut UU no 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dewasa adalah 19 th bahi laki-


laki, 16 th bagi wanita.

13
Acuan hukum yang kita pakai adalah KUHPerdata karena berlaku secara umum.

3. Adanya Obyek.

Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang
yang cukup jelas.

4. Adanya kausa yang halal.

Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang
halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai
kekuatan hukum.

D.4 Wanprestasi

Pengertian Wanprestasi adalah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan


sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perikatan. Faktor yang penyebab
wanprestasi ada dua, yaitu :

1) Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.

2) Karena keadaan memaksa ( evermacht), force majeure, jadi di luar kemampuan


debitur. Debitur tidak bersalah.

Untuk menentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan wanprestasi, ada


tiga keadaan yaitu :

(1) Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali,

(2) Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru,

(3) Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktu atau terlambat.

Untuk memperingatkan debitur agar ia memenuhi prestasinya, maka debitur perlu


diberikan peringatan tertulis yang isinya menyatakan debitur wajib memenuhi
prestasi dalam waktu yang ditentukan. Jika dalam waktu itu debitur tidak
memenuhinya maka debitur dinyatakan wanprestasi.

Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi : dilakukan melalui Pengadilan


Negeri yang berwenang dengan perantaraan Jurusita menyampaikan surat
peringatan tersebut kepada debitur disertai berita acara penyampaiannya. Dan
dapat juga secara tidak resmi : misalnya melalui surat tercatat, telegram atau
disampaikan sendiri oleh kreditur kepada debitur dengan tanda terima. Surat
peringatan ini disebut ingebreke stelling.

Akibat Hukum Wanprestasi

14
Akibat hukum bagi debitur yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut :

(1) Debitur wajib membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur
(Pasal 1243 KUHPdt).

(2) Apabila perikatan timbal balik, kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan
melalui Hakim (Pasal 1266 KUHPdt).

(3) Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, resiko beralih kepada debitur
sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPdt).

(4) Debitur wajib memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau
pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPdt).

(5) Debitur wajib membayar biaya perkara, jika diperkarakan di Pengadilan


Negeri dan debitur dinyatakan bersalah.

D.5 Macam macam Bentuk Perjanjian

Dalam melakukan kesepakatan apakah kesepakatan bisnis, kesepakatan kerja,


kesepakatan jual beli, kesepakatan sewa dan lain-lain biasanya diperlukan suatu
jaminan atau kepastian. Hal ini dimaksudkan agar kedua belah pihak tidak ada
yang dirugikan, dan untuk menjamin kesepakatan tersebut berjalan dengan baik
maka dibuatlah perjanjian.

Perjanjian yang dilakukan kedua belah pihak menjamin adanya kepastian bahwa
kesepakatan yang telah disepakati bersama dapat ditepati dengan sebaik-baiknya.
Perjanjian bisa dibuat secara lisan maupun tulisan, namun kekuatan perjanjian
lisan sangatlah lemah sehingga apabila terjadi sengketa diantara kedua pihak yang
berjanji akan sulit membuktikan kebenarannya.

Untuk hal-hal yang sangat penting orang lebih memilih perjanjian secara tertulis
atau dengan surat perjanjian sebagai bukti hitam diatas putih demi keamanan.

Dalam surat perjanjian biasanya berisi kesepakatan mengenai hak dan kewajiban
masing-masing pihak yang saling mengikatkan diri untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu. Selain kedua belah pihak, dalam surat perjanjian kadang
melibatkan pihak ke tiga untuk menguatkan perjanjian tersebut.

Secara klasifikasi surat perjanjian dibagi 2 jenis yaitu :

1. Perjanjian autentik, yaitu perjanjian yang disaksikan oleh pejabat pemerintah.

2. Perjanjian dibawah tangan, yaitu perjanjian yang tidak disaksikan oleh pejabat
pemerintah.

15
Namun demikian klasifikasi diatas tidak ada hubungannya dengan keabsahan
sebuah surat perjanjian. Surat perjanjian tanpa notaris tetap sah selama memenuhi
syarat dan ketentuan yang berlaku. Dalam surat perjanjian selain mencantumkan
persetujuan mengenai batas-batas hak dan kewajiban masing-masing pihak, surat
tersebut juga menyatakan jalan keluar yang bagaimana, yang akan ditempuh,
seandainya salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya. Jalan keluar disini
bisa pemberian sanksi, ganti rugi, tindakan administrasi, atau gugatan ke
pengadilan.

Surat perjanjian setidaknya mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

1. Surat perjanjian harus ditulis diatas kertas segel atau kertas biasa yang dibubuhi
materai cukup.

2. Surat perjanjian dibuat rasa ikhlas, rela, tanpa paksaan.

3. Isi surat perjanjian harus disetujui oleh kedua belah pihak yang berjanji.

4. Pihak yang berjanji harus sudah dewasa dan dalam keadaan waras dan sadar.

5. Isi surat perjanjian harus jelas dan tidak mempunyai peluang untuk ditafsirkan
secara berbeda.

6. Isi surat perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan norma
susila yang berlaku.

Manfaat surat perjanjian :

1. Memberikan rasa tenang bagi kedua belah pihak yang berjanji karena
terdapatnya kepastian didalam surat perjanjian.

2. Mengetahui secara jelas batasan antara hak dan kewajiban pihak-pihak yang
berjanji.

3. Menghindari terjadinya perselisihan.

4. Bahan penyelesaian perselisihan atau perkara yang mungkin timbul akibat suatu
perjanjian.

Jenis-jenis surat perjanjian

1. Perjanjian Jual Beli

Dalam surat ini disebutkan bahwa pihak penjual diwajibkan menyerahkan suatu
barang kepada pihak pembeli. Sebaliknya, pihak pembeli diwajibkan
menyerahkan sejumlah uang (sebesar harga barang tersebut) kepada pihak penjual

16
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Setelah penandatanganan surat
tersebut, kedua belah pihak terikat untuk menyelesaikan kewajiban masing
masing. Setiap pelanggaran atau kelainan dalam memenuhi kewajiban akan
mendatangkan konsekuensi hokum karena pihak yang dirugikan berhak
mengajukan tuntutan atau klaim.

2. Perjanjian Sewa Beli ( angsuran)

Surat ini boleh dinyatakan sama dengan surat jual beli. Bedanya harga barang
yang di bayarkan oleh pihak pembeli dilakukan dengan cara mengangsur.
Barangnya diserahkan kepada pihak pembeli setelah surat perjanjian sewa beli
ditandatangani. Namun hak kepemilikan atas barang tersebut masih berada di
tangan pihak penjual. Jadi sebelum pembayaran atas barang tersebut masih di
angsur, pihak pembeli masih berstatus sebagai penyewa. Dan selama itu pihak
pembeli tidak berhak menjual barang yang disebutkan dalam perjanjian sewa beli
tersebut. Selanjutnya hak milik segera jatuh ke tangan pembeli saat pembayaran
angsuran/cicilan terakhir dilunasi.

3. Perjanjian Sewa Menyewa

Perjanjian ini merupakan suatu persetujuan antara pihak yang menyewakan dan
pihak yang menyewa., dimana pihak yang menyewa (pihak 1) berjanji
menyerahkan suatu barang (tanah, bangunan, dll) kepada pihak penyewa (pihak
II) selama jangka waktu yang di tentukan kedua belah pihak. Sementara itu pihak
penyewa di wajibkan membayar sejumlah uang tertentu atas pemakaian barang
tersebut.

4. Perjanjian Borongan

Perjanjian ini dibuat antara pihak pemilik proyek dan pihak pemborong, dimana
pihak pemborong setuju untuk melaksanakan pekerjaan borongan sesuai dengan
syarat syarat/spesifikasi serta waktu yang di tetapkan/disepakati oleh kedua belah
pihak. Untuk itu pihak pemilik proyek wajib memebayar sejumlah uang tertentu
(harga pekerjaan borongan) yang telah di sepakati kedua belah pihak kepada pihak
pemborong

5. Perjanjian Meminjam Uang

Surat perjanjian ini merupakan persetujuan antara pihak piutang dengan pihak
berhutang untuk menyerahkan sejumlah uang. Pihak yang berpiutang
meminjamkan sejumlah uang kepada pihak yang meminjam, dan pihak peminjam
wajib membayar kembali hutang tersebut ditambah dengan buang yang biasanya
dinyatakan dalam persen dari pokok pinjaman, dalam jangka waktu yang telah

17
disepakati.

6. Perjanjian Kerja

Pada dasarnya surat perjanjian kerja dan perjanjian jual beli adalah sama. Yang
membedakan adalah obyek perjanjiannya. Bila dalam surat perjanjian jual beli
objeknya adalah barang atau benda, maka objek dalam surta perjanjian kerja
adalah jasa kerja dan pelayanan Para pihak dalam surat perjanjian kerja adalah
majikan (pemilik usaha) dan pekerja (penyedia jasa).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat surat perjanjian kerja adalah :

Lama masa kerja

Jenis pekerjaan beserta tunjangan. Pihak majikan biasanya telah mempunyai suatu
pegangan atau standar gaji untuk menentukan gaji yang layak untuk suatu tingkat
keahlian kerja.

Jam kerja per hari, jaminan sosial, hak cuti, dan kemungkinan untuk
memperpanjang perjanjian tersebut

18
DAFTAR RUJUKAN

1 Velanthin. 2010. Tujuan Hukum, (Online),


(http://velanthin.blogspot.com/2011/03/tujuan-hukum.html), diakses 29
Maret 2011.

2 Laras. 2010. Sumber-Sumber Hukum Di Indonesia,(Online),


(http://wianalaraswati.blogspot.com/2012/04/sumber-sumber-hukum-
di-indonesia.html), diakses 10 April 2012.

3 Aullua. Sumber-Sumber Hukum yang Ada Di Indonesia, (Online),


(http://aullua.wordpress.com/2011/04/16/sumber-sumber-hukum-yang-
ada-di-indonesia/), diakses 16 April 2011.

4 Matthew Hanzel. Sumber-Sumber Hukum Indonesia, (Online),


(http://matthewhanzel.com/2011/03/24/sumber-sumber-hukum-
republik-indonesia/), diakses 24 Maret 2011.

5 Tiar Ramon, SH. MH. 2009. Ilmu Hukum, (Online),


(http://tiarramon.wordpress.com/2009/05/11/ilmu-hukum/), diakses 11
Mei 2009.

19

Anda mungkin juga menyukai