Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Isu Etik Tentang Mengakhiri Hidup

OLEH:
KELOMPOK 9:
IFAN ISYUNANDI
IMRA LUNGNA
MASITA
NURFAIDAH
SRI MITA

DIPLOMA.III KEPERAWATAN
AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU

DAFTAR ISI
Sampul..................................................................................................................................i
Daftar isi..............................................................................................................................ii
I PENDAHULUAN :
A. Latar belakang................................................................................................................3
B. Rumusan masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................3
II PEMBAHASAN :
A. Pengertian mengakhiri hidup/Bunuh diri .....................................................................4
B. Faktor kematian.............................................................................................................4
C. Tanda dan gejala mengakhiri hidup...............................................................................5
D. Kasus euthanasia............................................................................................................5
III PENUTUP :
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10
Daftar pustaka.....................................................................................................................11

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Bunuh diri atau mengakhiri hidup merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan
psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang
komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian
( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat
terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang
penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit.
Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan
yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor kematian dan
tanda dan gejala mengakhiri hidup, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya
dengan pendekatan proses keperawatanya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari mengakhiri hidup ?
2. Apa saja faktor-faktor dari kematian ?
3. Apa saja tanda dan gejala mengakhiri hidup ?
4. Contoh kasus euthanasia dan penyelesaiaannya !

3. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian bunuh diri/mengakhiri hidup
2. Dapat mengetahui faktor kematian
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala mengakhiri hidup
4. Dapat mengetahui kasus euthanasia dan penyelesaiaannya

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Bunuh Diri/Mengakhiri Hidup
Bunuh diri atau mengakhiri hidup adalah Segala perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu
akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat.
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress.
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :
1. Suicidal ideation, pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah
metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu
menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati.
2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang
konkrit untuk melakukan bunuh diri.
3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan
hasrat yang dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya.
4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada
percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada
umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah
pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup
dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di
selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan
Crying for help sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di
selesaikan.
5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu
ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan . walaupun
demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

B. Faktor Kematian (mortalitas)


Faktor Pendorong Kematian (pro mortalitas) :
1. Sarana kesehatan yang kurang memadai.
2. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
3. Terjadinya berbagai bencana alam.
4. Terjadinya peperangan.
5. Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri.
6. Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.
Faktor Penghambat Kematian (anti mortalitas) :
1. Lingkungan hidup sehat.
2. Fasilitas kesehatan tersedia dengan lengkap.
3. Ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain.
4. Tingkat kesehatan masyarakat tinggi.
5. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk.

C. Tanda dan Gejala (mayor dan minor) mengakhiri hidup


Menurut Carpenito dan Keliat tanda dan gejalanya adalah:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar
pada kanker.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh
dan tidak tahu apa-apa.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.

D.KASUS EUTHANASIA:
Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase
yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh
dari kamar mandi dan menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri
abdomen dan tulang dan kepala yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan
pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika
istirahat dan nyeri bertambah hebat saat laki-laki itu mengubah posisinya. Walapun klien
tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin
melemah dan mengalami sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak membutuhkan
bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien maksimal hanya dapat bertahan
beberapa hari saja.
Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi dari
dokter, keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia
pasif dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan
keinginan agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu
memberikan advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang ada
karena sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya
dilakukan oleh anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan
keluarga yang terus dilakukan?.

Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan kasus etik diatas sebagai berikut:

1. Mengembangkan data dasar

2. Mengidentifikasi konflik

3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan


mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

5. Mendefinisikan kewajiban perawat

6. Membuat keputusan

1. Mengembangkan data dasar :


Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut informasi yang
ada mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui :
a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi : Klien,
keluarga dokter, dan perawat.
b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan keluarga untuk
melepas alat bantu nafas atau juga untuk memberikan penambahan dosis morphin.
c) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien dan tidak melanggar
peraturan yang berlaku.
d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menuruti keluarga untuk melepas alat
bantu nafas dan tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan keluarganya
menyalahkan perawat karena dianggap membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga
klien kecewa terhadap pelayanan di IGD mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :


Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh
nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga meminta
penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya dan memutuskan
untuk tidak memberikan alat bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga mendukung
keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :
a) Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat
mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience-
Nonmaleficience
b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.

3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi


tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri dan
melepaskan oksigen
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Membiarkan Klien meninggal sesuai proses semestinya
3) Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian morfin
4) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
5) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
6) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut

b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. .
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
5) Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.

d. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses berdukanya
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Keluarga dapat melewati proses berduka dengan seharusnya
3) Keluarga tidak menginginkan dilakuakn euthanasia terhadap pasien

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :


Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah
yang secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu
didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga serta
sistem berduka keluarga dan lain-lain.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat


1) Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai
2) Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
3) Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
4) Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan keyakinannya
5) Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah
yang sedang dihadapi
6) Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.

6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi
masing-masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan
yang paling menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain
perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian,
atau meditasi) beserta perbaikan terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi
efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak
efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/
keluarganya akan dilaksanakan.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan
yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya, yang dilakukan
dalam waktu singkat.
2. Faktor Kematian (mortalitas) yaitu Faktor Pendorong Kematian (pro mortalitas) dan Faktor
Penghambat Kematian (anti mortalitas)
3. Tanda dan Gejala (mayor dan minor)
Menurut Carpenito dan Keliat, tanda dan gejalanya adalah Perasaan malu terhadap diri
sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit, Rasa bersalah terhadap diri
sendiri, Merendahkan martabat, Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, Percaya diri
kurang, Mencederai diri.

B. Saran
1. Tindakan bunuh diri adalah suatu tindakan yang bodoh karena tindakan ini bertentangan
dengan norma yang ada di masarakat serta agama.
2. Bunuh diri jangan dijadikan pilihan terahir dalam pemecahan masalah karena masih
banyak jalan yang bisa kita tempuh dalam memecahkan masalah.
3. Jika kita memiliki sebuah masalah dan kita tidak mampu untuk menyelesaikannya kita bisa
minta bantuan kepada sahabat atau orang-orang yang ada didekat kita.

DAFTAR PUSTAKA

CAPTAIN, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume
6(3), May/June 2008, p 4653
Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,
Philadelphia.

Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia

Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St
Louis.

Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.

http://iiinnssttaann.blogspot.co.id/2013/09/faktor-kelahiran-dan-faktor-kematian.html

Anda mungkin juga menyukai