Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga


melalui defek atau bagian lemah dari dinding dinding rongga
bersangkutan. Titik lemah ini bisa merupakan suatu titik lemah
yang normal, contohnya tempat dimana pembuluh darah dan
saraf keluar masuk.

Pada referat ini, akan dibahas mengenai Hernia Abdominal.


Hernia Abdominal tidak termasuk hernia sekitar oesophageal
hiatus. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia
yang umum disini adalah inguinal, umbilikal, femoral, dan hernia
lainnya.

Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua


dokter, sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis,
gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

BAGIAN-BAGIAN HERNIA

1. Kantong hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia


memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.

2. Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

3. Pintu hernia

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

4. Leher hernia

Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

5. Locus Minoris Resistance (LMR)

Gambar. Bagian-bagian Hernia


Gambar. StrukturDinding Anterior Abdomen

Gambar. Lokasi Hernia Abdominalis


Lapisan-lapisan dinding abdomen dari luar kedalam terdiri dari:

1. Kulit (Skin)

Garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan horizontal di


sekitar tubuh. Secara klinis, hal ini penting karena insisi
sepanjang garis lipatan ini akan sembuh dengan sedikit
jaringan parut, sedangkan insisi yang menyilang garis-garis
ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol.

2. Superficial Fascia
a. Lapisan luar adalah paniculus adiposus (Campers fascia)
yang berhubungan dengan lemak superficial dan turun
sekitar penis, skrotum, peritoneum, paha, bokong, dan
tebal 3 inci.
b. Lapisan dalam adalah stratum membranosum (Scarpas
fascia), yaitu stratum membranosum tipis dan menghilang
di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior, stratum
membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu
dengan fascia profunda pada satu jari di bawah
ligamentum inguinale, kearah penis (Bucks Fascia).

3. Otot Dinding Anterior Abdomen


a. Musculus Obliquus Abdominis Externus
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk
oleh dua lapisan, yaitu superficial dan profunda menjadi
aponeurosis m. Obliquus abdominis externus. Bersama
dengan aponeurosis m. Obliquus abdominis internus dan
m. Tranversus abdominis membentuk sarung rektus dan
linea alba. Aponeurosis m.obliquus abdominis externus
menjadi batas superficial dari canalis ingunalis.
Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan
bagian bawah aponeurosis m. Obliquus abdominis
externus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus
superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan
bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon m. obliquus abdominis
externus yang berasal dari SIAS.

b. Musculus Obliquus Abdominis Internus


Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang
terletak di profunda m. Obliquus abdominis externus.
Serabut tendon yang terbawah bergabung dengan serabut-
serabut yang sama dari m. transverses abdominis
membentuk conjoined tendon.

Gambar. Otot Oblique


c. Musculus Transversus Abdominis

Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di


profunda m. Obliquus abdominis externus dan serabut-
serabutnya berjalan horizontal kedepan. Serabut tendo
yang terbawah bersatu dengan serabut tendon yang
sama dari m. Obliquus abdominis internus membentuk
conjoined tendon.

4. Transversalis Fascia
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi m.
transverses abdominis. Fascia transversalis digambarkan
oleh Cooper memiliki 2 lapisan, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian
luar, keluar dari tendon m. Transversalis pada bagian
dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semilunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian
belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan
fascia.

Transversus Fascia merupakan suatu jaringan yang tidak


terlalu kuat, area ini dilewati oleh arteri epigastrik inferior.
Pada laki-laki, di bagian lateral dari arteri epigastrik
terdapat vas deferens dan arteri testikularis, area ini
disebut cincin inguinal interna.

Gambar. Transversalis Fascia

5. Lemak Ekstra peritoneal


Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung
lemak dalam jumlah yang bervariasi dan terletak di antara
fascia transversalis dan peritoneum parietale.

6. Peritoneum Parietale
Merupakan membran serosa tipis (pelapis dinding
abdomen) dan melanjutkan diri kebawah dengan
peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis.

2.2 DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah
lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Meskipun
hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hernia adalah sebagai berikut :


1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau
didapat kemudian dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia Kongenital Sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek
pada tempat tempat tertentu.
b. Hernia Kongenital Tidak Sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi
dia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan (0 1 tahun)
setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intra abdominal (mengejan, batuk, menangis).
4. Akuisita
Hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek
bawaan, tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami
manusia selama hidupnya, antara lain :
a. Tekanan intra abdominal yang tinggi. Banyak dialami
oleh pasien yang sering mengejan yang baik saat
BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena
hernia jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan
pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong
pada LMR (Locus Minoris Resistance).
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada
orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan
tekanan intra abdominal.
e. Penyakit yang melemahkan dinding perut.

2.4 JENIS HERNIA

1. Menurut lokasinya :

a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut.

b. Hernia umbilikus adalah di pusat.

c. Hernia femoralis adalah di paha.

2. Menurut isinya :

a. Hernia usus halus

b. Hernia omentum

3. Menurut penyebabnya :

a. Hernia kongenital atau bawaan

b. Hernia traumatic

c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.


4. Menurut terlihat dan tidaknya :

a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan


sebagainya.

b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen


winslowi, hernia obturaforia.

5. Menurut keadaannya :

a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat


kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.

b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia


terpuntir atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal
dan pergerakan otot serta mungkin dapat menimbulkan penyumbatan
usus dan kerusakan jaringan.

6. Menurut nama penemunya :

a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.

b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis
diatas penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus
abdominalis bagian lateral.

c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya :

a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat


dikembalikan ke dalam rongga.

8. Jenis hernia lainnya :

a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang


terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.

b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum


secara lengkap.

c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

2.5 PATOFISIOLOGI

1. Hernia Inguinalis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan
lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini
terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh
mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat
seperti batukbatuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan
tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses


perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah danterjadi nekrosis.

Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila
isi perut terjepit dapat terjadi syok, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.

A. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot
dinding di trigonum Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral
melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak
berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak
pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. *Trigonum Hesselbach
merupakan daerah dengan batas:

- Inferior: Ligamentum Inguinale.

- Lateral: Vasa epigastrika inferior.

- Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat


aponeurosis m.transversus abdominis.

B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua
pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan
hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi
secara kongenital atau akuisita:
Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan
dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut
dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.

Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu


bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari
processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

Gambar . Hernia inguinalis indirect dan direct

C. Hernia Pantalon

Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu


sisi. Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus
hernia inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi.

2.6 KLASIFIKASI

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:

1. Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.

2. Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi


cincin interna.

3. Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:

1. Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.

2. Kelas 2 : hernia indirek yang medium.

3. Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.

4. Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:

1. Hernia Indirek

Hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.

Hernia inguinalis indirek sliding.

2. Hernia Direk

Suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum


pubicum.
Hernia divertikular di dinding posterior.

Hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan


segitiga Hesselbach.

Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:

1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.

2. Ukuran cincin interna.

3. Integritas dinding posterior dan kanal.

Tabel. Klasifikasi Hernia Inguinal

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia


indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.

Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin


interna yang berdiameter < 1 cm.

Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai


kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter
2 cm.
Tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin
interna yang berdiameter > 2 cm. Hernia tipe 3 sering menjadi hernia
komplit dan sering menjadi slidin hernia.

Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek


posterior multipel. Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung
peritoneal.

Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini


tidak terdapat kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas


dinding posterior, meliputi :

Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.

Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.

Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.

Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding


posterior.

Tipe 3c adalah hernia femoralis.

Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

2.7 DIAGNOSIS

Anamnesis

Gejala dan tanda klinis hernia ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin, atau mengedan, dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di darah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus masuk ke dalam kantong hernia. Perhatikan tanda yang berkaitan
dengan adanya komplikasi :

Ireponibel : benjolan yang iredusibel, tanpa rasa nyeri.

Obstruksi : hernia tegang, lunak, dan iredusibel. Mungkin ada distensi


abdomen, dan gejala lain dari obstruksi usus.

Strangulasi : tanda-tanda dari hernia obstruksi, tetapi ketegangan semakin


nyata. Kulit diatasnya dapat hangat, inflamasi, dan berindurasi.
Strangulasi menimbulkan nyeri hebat dalam hernia yang diikuti dengan
cepat oleh nyeri tekan, obstruksi, dan tanda atau gejala sepsis. Reduksi
dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari
sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.

Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berbentuk
lonjong sedangkan hernia inguinalis medial berbentuk tonjolan bulat. Pada
hernia labialis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu
berdiri dan mengedan, dan hilang pada waktu berbaring. Hernia yang telah
terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat
eritema dan udema.

Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi
hernia omentum tidak akan terdengar apa-apa. Hiperperistaltis didapatkan
pada auskultasi abdomen pada hernia yangmengalami obstruksi usus
(hernia inkarserata).
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Pada palpasi akan teraba benjolan
berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal tergantung dari isi hernia tersebut.
Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
digunakan 3 cara:

o Finger test

Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada


anak dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau
omentum (seperti karet). Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah
lateral dari tuberkulum pubicum, mengikuti fasikulus spermatikus
sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat dicoba mendorong isi
hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau
tidak. Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Bila hernia menyentuh ujung
jari berarti hernia inguinalis lateralis, dan bila hernia menyentuh
samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.

o Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan
tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang
untuk bagian medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui
skrotum. Kemudian pasien diminta mengejan dan dilihat benjolan
timbal di annulus inguinalis lateralis atau annulus inguinalis
medialis dan annulus inguinalis femoralis.

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Untuk mendukung kearah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukocytosis dengan shifttotheleft yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah


dan menjadi dehidrasi.

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus


genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada
lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis. Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu
yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran
ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse.Adalah
suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal.

Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :

1 Retropubic
2 Intra abdominal
3 Pre peritoneal
4 Pre peritoneal locule

2.9 Diagnosis Banding


2.10
KOMPLIKASI
a Hernia inkarserasi : Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia
yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana,
menyebabkan gangguan dari pasase usus, mual, dan muntah.
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Pada
hernia inkarserasi, hernia tidak dapat direposisi.
b Hernia strangulasi : Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur
didalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya
oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus.

2.11 PENATALAKSANAAN
Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi
Trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia,
kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.

Operatif :
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada
herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi.
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena masalahnya
pada kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen masih kuat (tidak
lemah), maka dilakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya,
dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi,
kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisidapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral.

Teknik Operasi
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu :

Bassini : metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon didekatkan
dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan seanatomis
mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna. Menjait
conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.
Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia transversa dengan lig.
Cooper.
Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
Halsted : menempatkan muskulus oblikus eksterna diantara cord
kebalikannya cara Bassini. Seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus
berada diluar Apponeurosis M.O.E.
Mc Vay : dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat


dikelompokkan dalam 4 kategori utama :

a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair


Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan
membebaskan funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian
dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis,celah direct dan indirect.
Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis direkonstruksi.

Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :

- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis


inguinalis hingga ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari
hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis).
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum
inguinalis lateral.
Bassini technique
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi,
tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia
disekitarnya dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya
adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat
menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan
jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan


membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan
masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua
bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik inidan teknik
open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior
repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena
menghindari jaringan parut darioperasi sebelumnya. Operasi ini biasanya
dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.

c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow)


menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi
menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini
dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini
dan angka kekambuhan dilaporkan < 1%. Beberapa ahli bedah meragukan
keamanan jangka panjang penggunaan implant prosthesis, khususnya
kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalamanyang luas
dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini
terus populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional
atau general.

d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan
teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena
potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau totalextraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP
dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen
dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan
meshdiletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan
masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau
pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

BAB III
KESIMPULAN

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah
kanan.
Etiologi dari hernia inguinalis antara lain lemahnya dinding rongga
perut, akibat pembedahan sebelumnya, kongenital, akuisita.
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu
Bedah.Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal.
619-292.

Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th


Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.3.
Norton, Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.4.

Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono.


Edisi ke-7. Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-95.

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York.WB Saunders Company. 795-801

Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa:


Liliana Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-907.

Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of


Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.

C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.


Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-5813.

Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergency surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006.

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta


Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-1715.

Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach).Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global
Hospital & EndosurgeryInstitute. New Delhi. 200316.

H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-
5617.
Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005.

Anda mungkin juga menyukai