1. Pendahuluan
infeksi pada jaringan parenkim paru yang bersifat akut. Pada kondisi
normal, saat bernapas alveoli dalam paru-paru akan terisi oleh udara.
Pada kondisi pneumonia, alveoli akan terisi oleh pus dan cairan, yang
America ( IDSA ), dan National Heart, Lug, and blood Institute ( NHLBI )
1,2
mengklasifikasikan pneumonia menjadi beberapa tipe, diantaranya :
kesehatan.
Hospital-Acquired Pneumonia ( HAP)/ Pneumonia Nosokominal
perawatan.
Ventilator-Aquired Pneumonia adalah pneumonia yang muncul
tube.
Health Care- Associated Pneumonia ( HCAP ) adalah pneumonia
1
atau mendapat terapi antibiotic parental/kemoterapi/perawatan
Pada praktek, VAP dan HCAP sering disebut sebagai HAP. Istilah
satu lobus atau segmen paru dan jarang terjadi pada bayi serta
maupun virus, dan sering terjadi pada bayi serta orang tua; dan
pneumonia interstisial 4.
2
penurunan angka sebesar 2,13% pada tahun 2007 menjadi 1,8%
pada bayi yang terinfeksi HIV. Bebrapa faktor resiko lain seperti
3
kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mucus/sekresi
1,9
( fibrostik kistik, aspirasi benda asing, disfungsi silier ) .
Virus
Cytomegalovirus
Herpes simplek virus
Bakteri Bakteri
Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis
s. pneumonia h. influenza B and non-
typeable
Virus moraxella catarrhalis
3 minggu 3bulan Adenovirus staphylococcus aureus
Influenza virus u.urealyticum
Parainfluenzavirus 1,2,3
Respiratory syncitial Virus
virus Cytomegalovirus
4
Bakteri Bakteri
Chlamydia tracthomatis H.Inluenza tipe B
Mycoplasma pneumoniae M. cattarrharils
S. penumoniaee Mycobacteriumm
tuberculosisi
Neisseria meningitis
4 bulan- 5 tahun Virus S.aureus
Adenovirus
Influenza virus Virus
Parainfluenza virus Vaicella zoster virus
Rhinovirus
Respirator Syncytial
Virus
Bakteri Bakteri
C. Pneumoniae H.Influenza
M.Pneuminiae Legionella Species
S.Pneumonia M.Tuberculosisi
S.Areus
Virus
Adenovirus
6-18 tahun
Epstein-Barr virus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Respiratory syncytial
virus
Varicella zooster virus
2. PATOGENESIS BRONKOPNEUMONIA
Sebagian besar pneumonia timbul melalui aspirasi atau penyebaran
5
menyerang, dan lingkungan yang bereaksi. Proses radang yang terjadi
merah yang terjadi sewaktu alveoli terisi oleh sel darah merah,
peradangan. Pada stadium ini, udara alveoli tidak ada atau sangat
fagositosis sisa-sisa sel. Pada saat eritrosit mulai diresorbsi dan kapiler
mereda, sisa-sisa fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag
9,10
sehingga jaringan kembali ke struktu nya .
3. DIAGNOSISI BRONKOPNEUMONIA
6
Gejala dan tanda klinis pneumonia bervariasi tergantung kuman
penyakit. Manifestasi klinis bisa berat yaitu sesak, sianosis, dapat juga
gejala tidak terlihat jelas seperti pada neonatus. Gejala dan tanda
kembung, diare, atau sakit perut. Gejala pada paru biasanya timbul
anak usia <3 tahun yang mengalami panas badan >38,5 0C disertai
retraksi dinding dada, dan anak tampak sakit berat. Pneumonia akibat
7
spesifisitas yang tinggi dalam mendiagnosis pneumonia. WHO
yang khas pada anak besar, mungkin tidak ditemukan pada bayi. Iritasi
kaki fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.
keparahan penyakit.
12
Tabel 3. Derajat Pneumonia pada anak menurut WHO & IMCI
8
Pneumonia cold pneumonia or very treatment, advise
severe disease carer when to
return
immediatelly,
follow up in 5
days if not
improving
No-severe Pneumonia Fast breathing Give oral
pneumonia antibiotic for 3
days, advise the
carer when to
return
immediately,
follow up in 2
days
Severe Severe Chest indrawing Give first dose
pneumonia pneumonia antibiotics refer
or very urgently to
severe hospital
Very severe disease Any general danger Give first dose of
disease sign antibiotic refer
urgently to
hospital
*Lethargy, inability to feed, convulsion, womithing everything
9
>30.0000/ L dengan dominasi netrofil mengarah ke pneumonia
specimen dari paru sangat invasive dan tidak rutin diindikasikan atau
infeksi bakteri. Kadar CPR yang lebih tinggi ditemukan pada pasien
4. TATALAKSANA BRONKOPNEUMONIA
Menurut penanggulangan Medis IDAI ( 2009 ) , indikasi rawat inap
10
Tatalaksana bagi pasien pneumonia 14.15.
- Berikut oksigen terutama pada pasien dengan saturasi 92%
overhidrasi.
- Berikan analgetik dan antipiretik untuk mengatasi keluhan
demam, nyeri kepala, nyeri dada, nyeri sendi, nyeri perut, dan
pernapasan bawah.
- Nebulisasi dengan SABA dan/ atau NACL untuk memperbaiki
mococlialiary clearance
- Pemberia antibiotik
11
Idealnya tatalaksana pneumonia sesuai dengan etiologi
12
( azitromisin dan klaritromisin ). Pemberian azitromisin 3 hari
hari 8.9.
Pemberian antibiotik empiris diberikan berdasarkan usia
13
Community acquired pneumonia pada anak dengan malnutrisi
berat
0-3 minggu 3 minggu 3 bulan Tanpa Ampisili
komplika n 25-50
si : mg/kg/d
kotrimok osis (IV)
sazol 20 Gentami
mg/kg/do sin 7,5
sis mg/kg
(IV)
Tanpa Komplikasi Tanpa Kompli Evaluasi 48 jam
(sepsis, komplikasi kasi
komplik infitrate, (sepsis
efusi pleura ,
asi
luas) infiltrat
e, efusi
pleura
luas
Ampisili Ampisilin Afebris : Memba Memburuk
n 25-50 dapat azitromisin
mg/kg/d dipertimba 10 mg/kg ik
osis (IV) ngkan (PO) hari
+ kloramfenikol 25
Gentami diganti 1,5 mg.kg Ganti mg/kg setiap 8 jam
sin 7,5 dengan (PO) hari ke oral
mg/kg/h sefalosforin2-5 amoksis
ari (IV) G3 Atau ilin
Eritromisin
*pertimban 30-40
gkan mg/kg (IV)
penampaha dalam
n dosis
vankomisin terbagi
dan setiap 8
klindamisin jam
jika diduga Vankomisin
S. Aureus dan
klindamisin
14
harus
dipertimba
ngkan bila
dipikirkan
infeksi
MRSA
Ampisilin
jika di duga
Listeria
momocyto
genes
Tabel 3 : Tatalaksana CAP menurut usia (2012)8
15
PO islin saja 10-14
terbagi 90 hari.
tiap 12 mg/kgb
jam b/hari
selama PO tiap
7-10 8 jam
hari
Atau
eritromi
sin 40
mg/kgb
b/hari
tiap 6
jam
selama
7-10
hari
Jika ada
infeksi
pneumo
kokus :
Amoksis
ilin saja
90
mg/kgb
b/hari
PO tiap
8 jam
8
Tabel 3. Tatalaksana CAP menurut usia (2012)
16
pewarnaan gram sputum, atau cairan empyema untuk mencari
15
kemungkinan komplikasi, diagnosis alternative yaitu :
dikloksasilin.
- Tuberkulosis. Anak dengan gejala batuk persisten disertai
17
vaksin yang secara signifikan menurunkan angka kematian
anak agar dapat bekerja secara optimal. Anak usia kurang dari 6
18
DAFTAR PUSTAKA
http://WWW.Who.int/mediacentre/factssheets/fs331/en/
2. Tedja, R & Gorden, S.Hospital Acquired, Helath Care Assiciated, and
Ventilator Associated Pneumonia; Published November 2013. Avaible
at
http://WWW.Clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanage
ment/infectious-disease/health-careassociated-pneumonia/
3. National Heart, Lung,and Blood Institute. Explore Pneumonia,
Publisher March 2011. Available at http://WWW.nhlbi.nih.gov/health-
topics/pnu/types
4. Perhimpunan Dokter paru Indonesia. Pneumonia komuniti: Pedoman &
Diagnosis di Indonesia PDPI,2003.
5. World Health Organization. Children: Reducing mortality; Fact Sheet
updated january 2016. Available. At
http://WWW.Who.int//mediacentre/factsheets/ fsl 178/en/
6. Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2013. Kementrian Kesehatan RI, Indonesia.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. RISKESDAS
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013. KementriaN Kesehatan RI,
Indonesia.
8. Kartasasmita CB, Suardi AU, Nataprawira HM, Sudarti S & Wulandari
DA. 2009. Respirologi Pneumonia : Pedoman diagnosis dan terapi Ilmu
Kesehatan.Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Bandung.
9. Asih R, Landia S & Makmuri MS. 2006. Naskah lengkap Continuing
Education Ilmu Kesehatan anak XXXVI,Kapita Selkta Ilmu Keshatan
Anak vi : Kuliah Pneumonia. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga-RSU Dr. Soetomo Surabaya.
10. Patophysiology of Altered Helath States II. Case Study : Community-
acquired pneumonia. Available at
http://nucleus.con.ohiostate.edu/it/pneumoniacasestudy/pneumonia
print.html
11. Banaszak, Irene B & Breborowicz, Anna.2013. pneumonia in
children. Departement of pulpomonology, pediatric Allergy and
Clinical Immunology. Karol Marcikowski University of Medical Science,
Poland.
12. Gray D * Zar HJ.2010. Childhoob Pneumonia in Low and Middle
Income Countries: Burden, Prevention and Management. The Open
Infectious Diseases Journal, 2010,4:74-84.
13. Harris M,Clark J, Coote N, Fletcher P, Harnden A, McKean M, &
Thomson A. 2011. Guidelines for the Management of Community
19
Acquired Pneumonia in Children : Update 2011. Journal of the British
Thoracic Society. London.
14. Suyoko EMD, et al. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. IDAI: 2009.58-62,250-6.
15. World Health Organization. 2013. Pocket Book of Hospital Care for
Children: Guidelines for the Management of Common Childhood
Illnesses, 2nd edt. Avaible at.
http://apps.Who.int/iris/bitsream/10665/81170/1/9789241548373
eng.pdf
16. Kuman V, Mehta R, Mohan O, Patwari A, Saxena S & Patel A. 2010.
Rational USE OF Antibiotic for Pneumonia. India Clinical Epidemiology
Network (IndiaCLEN). New Delhi,India.
17. Wardlaw, T, Johansson EW & Hodge M. 2006. Pneumonia: The
Forgotten Killer of Children. World Health Organization-UNICEF.
18. WORLD Health Organization. Background document : The diagnosis,
Treatment and Prevention of Thyphoid Fever. 2003.
http://WWW.Who.int/rpc/TFGuideWHO.pdf
19. Darmawandoyo W. Demam Tifoid. Dalam : Buku Ajar Ilmu Keshatan
Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2003 ;
367 375.
20. Brusch JL. Corales R, Schmitt SK & Garvery T. 2016. Thypoid Fever.
Available at http://emerdicine.medscape.com/article/231135-
overview#a5
21. Neopane S & Panta S. 2012.Validation of thr Proposed Clinicall
Diagnostik Criteria of Enteric Fever. Departemen of Medicine
Katmandu Medical College. Kathmandu University Medical Journal, Vol.
10; 4; 8-11.
22. Huang,DB & Dupant HL. Problem Phatogens : Extra-intestinal
Complications of Salmonella Enterica serotype Typhi Infection. The
Lancet Infectious Disease 2005; 5:341-48.
23. World Health Organization. Guidelines for the Mangement of Typhoid
Fever. 2011.
http://apps.who.nt/medicinedocs/documents/s20994en/s/20994en.pdf.
20