Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FITOKIMIA 1

PEMBUATAN SIMPLISIA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)


7, Oktober 2016
Kelas E
Kelompok 8
Disusun Oleh : Asri Yulianti (0661 14 150)
: Risna Indaswari (0661 14 158)
: Sani Yulistiawan (0661 14 166)
: Sibqi Sekar Sari (0661 14 174)
Dosen Pembimbing : Dra. Ike Yulia Wiendalina, M.Farm., Apt
Novi Fajar Utami, M.Farm., Apt
Lusi Indriani. M.Farm., Apt
Yulianita. M.Farm.,Apt
Asisten Dosen : Febry Erika P Anggita Julia P
Christina Dwi A Yayang Moch Nadif
Irna Zahra A Eva Fauziyah
Tressa Amandha D Rikkit Sihombing

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang........................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
I.3 Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tanaman Daun Jambu Biji.....................................................................................2
II.2 Simplisia.................................................................................................................6
II.3 Kandungan Senyawa..............................................................................................7
BAB III METODE KERJA
III.1 Cara Pembuatan Simplisia....................................................................................9
III.2 Uji Fitokimia.......................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan.................................................................................................13
IV.2 Analisis Data.......................................................................................................13
1V.3 Pembahasan........................................................................................................14
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................18
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang tanaman obat
khususnya dalam bidang farmasi, yang kami sajikan berdasarkan referensi dari berbagai
sumber . Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Daun Jambu Biji yang dibuat menjadi simplisia
serbuk. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna juga memiliki detail yang cukup
jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Bogor, 12 Oktober 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jambu biji sering disebut dengan nama jambu klutuk, tanaman jambu klutuk ini
adalah tanaman tropis yang berasal dari brazil dan disebarkan di Indonesia melalui
negara Thailand. Di Indonesia untuk menemukan tanaman satu ini tidaklah susah, hampir
di setiap daerah pasti ada tanaman jambu biji. Biasanya tanaman ini terdapat diladang
rumah-rumah warga, dipedesaan maupun di perkotaan juga kita masih dapat menjumpai
tanaman ini.
Jambu biji adalah salah satu tumbuhan yang sudah lama dimanfaatkan oleh
masyarakat, namun pemanfaatannya hanya sebatas pada buahnya untuk keperluan
konsumsi karena mengandung vitamin C yang sangat tinggi , tetapi pemanfaatan
daunnya hanya sebagian kecil saja yaitu sebagai obat anti diare, disentri, radang usus dan
gangguan pencernaan karena mempunyai kandungan zat tanin sebagai astringent dan anti
mikroba.
Selain sebagai kegunaan diatas daun jambu biji diduga memiliki zat aktif golongan
steroid yang mempunyai daya spermicide. Bahan kimia yang terkandung dalam daun
jambu biji diantaranya adalah Beta-sitosterol, alkaloid, saponin, flavonoid,tanin, eugenol,
minyak asiri dan berbagai senyawa lain.
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol
yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino
dan alkaloid.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah kunyit ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana cara membuat simplisia dari Daun Jambu biji?
Apa manfaat tanaman Daun Jambu Biji?
Berapa dosis penggunaan daun jambu biji pada penyakit tertentu?
Apa kandungan yang terdapat pada daun jambu biji ?

1.3 Tujuan
untuk mengetahui bagaimana cara membuat simplisia dari Daun Jambu Biji
untuk mengetahui manfaat Daun jambu biji
untuk mengetahui dosis penggunaan pada penyakit tertentu
untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada daun jambu biji
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)


Daun jambu biji (Psidium guajava L.) berbau aromatik dan rasanya sepat. Daunnya
merupakan daun tunggal yang berwarna hijau keabuan, helai-helai daun berbentuk jorong
sampai bulat memanjang, ujung daunnya meruncing sedangkan pangkal daunnya juga
meruncing tetapi ada pula yang membulat, daun berukuran panjang antara 6cm sampai 15cm
dan lebar antara 3cm sampai 7,5cm sedangkan tangkainya kurang lebih 1cm. Daun berambut
penutup pendek, tampak berbintik-bintik yang sesungguhnya merupakan rongga-rongga
lisigen, warnanya gelap namun bila dalam keadaan terendam air menjadi tembus cahaya
(Karta Sapoetra,1992).
Menurut pendapat Ris munandar (1989) daun, kulit batang, akar dan buah muda pada
daun jambu biji mengandung zat psidi tanin sedangkan khusus daun jambu biji mengandung
minyak atsiri, eugenol dan damar disamping zat-zat mineral lain yang banyak terdapat
didalam buah.

Gambar: Pohon Psidium guajava L.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris,
permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna
coklat muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang
mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu
cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek.

Gambar: Batang Psidium guajava

Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai
(petiolus) dan helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian
terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun
jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1 - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm).

Gambar: Daun Psidium guajava L.

Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini
memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai
daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun
yang tumpul. Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu biji
memiliki tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium) seperti perkamen
(perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin jika di
bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki
permukaan daun yang berkerut (rogosus). Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak
menebal pada bagian pangkalnya.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan .
Macam-macam simplisia :
a. Bahan Nabati : Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat , isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat
nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
b. Bahan Hewani : Berapa hewan utuh , bagian hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni,
c. Bahan Mineral : Berupa mineral yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu simplisia :


1. Bahan baku dan penyimpanan bahan baku.
2. Proses pembuatan simplisia.

Simplisia yang bermanfaat di industri farmasi adalah dalam bidang obat-obatan


adalah obat tradisional bukan hal yang baru di masyarakat indonesia, sebelum obat-obatan
kimia berkembang secara modern , neng moyang kita umumnya menggunakan obat-obatan
yang bersal dari tumbuhan untuk mengatasi problem kesehatannya, dari tumbuahan obat
tersebut dapat dibuat berbagai produk yang sangat bermanfaat dalam menunjang industri ,
obat tradisonal, farmasi, makanan dan minuman , ragam bentuk hasil olahanya antara lain
berupa simplisia.
Nama simplisia : Psidii Folium
Nama daerah : Daun Jambu Biji
Nama tanaman asal : Psidium Guajava
Keluarga : Myrtaceae
Kegunaan : Antidiare
Zat berkhasiat : Tannin 9%, Minyak atsiri yang berwarna hijau berisi Eugeno

2.2.1 Proses pembuatan simplisia


1. Pengumpulan bahan baku
Senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat,
bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan air bersih dan mengalir. Amati air bilasannya dan jika masih
terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan
banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah
yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu
tempatkan dalam wadah plastik/ember
5. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat
pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 1 hari, atau setelah kadar airnya
dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka
pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara
yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di
dalam oven dilakukan pada suhu 50oC 60oC. Daun yang akan dikeringkan ditaruh di atas
tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang
jumlah daun yang dihasilkan.
6. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada simplisia
kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti
halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada
simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan
harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain
yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
7. Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung
yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas
pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,
nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

2.3 Kandungan Senyawa


Daun jambu biji mempunyai zat aktif diantaranya adalah minyak atsiri, alkaloid,
flavonoid, tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga dapat menyerap racun dan menggumpalkan
protein (Winarno 1997).
Bagian daun (folium) mempunyai sifat khas manis, kelat dan menetralkan juga
mempunyai kandungan kimia zat samak, minyak atsiri, tri terpenoid, leuko sianidin,
kuersetin, asam arjunolat resin, dan minyak lemak (Anonymous, 2000).
Sedangkan menurut (Duke, 2004) tanaman jambu biji (Psidium guajava L.)
khususnya bagian daun mengandung berbagai zat aktif diantaranya adalah amritoside,
aromadendren, avicularin, beta-sitosterol, calcium-oxalat, caryopphyllen-oxide, catechol-
tannins, crataegolic acid, EO, guajiverin, guaijaverin, guavin-a,b,c,d, guajivolic-acid,
nerolidiol, oleanolic-acid, psidiolic-acid, quercetin, sugar, ursolic-acid, xantophyll, gallo
catechin,ellagic-acid, fat, genticid-acid, hyperocid, leucocyanidine, hyperocide, aslinic-acid.
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung berbagai senyawa kimia aktif
diantaranya saponin, flavonoid, tri terpenoid, minyak atsiri (Menurut Maat & Albana), tanin,
beta sitosterol dan senyawa-senyawa lainnya (Duke, 2004).
Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin. Dalam
penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui, kandungan taninnya
sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya. Senyawa itu
bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Tanin juga
menjadi penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein.
Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan dengan merebus 5
lembar g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 300 ml. Perebusan dilakukan
selama 5 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan disaring dan siap untuk diminum sebagai
obat diare. Bila ingin memanfaatkannya dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun
segar, dicuci bersih, ditumbuk halus, ditambah cangkir air masak dan garam secukupnya.
Hasil tumbukan diperas, disaring, lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa
ditambahkan madu.
2.3.1 Tanin
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yang
berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan
protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.
Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan; berbagai senyawa
ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama,
serta dalam pengaturan pertumbuhan [1]. Tanin yang terkandung dalam buah muda
menimbulkan rasa kelat (sepat); perubahan-perubahan yang terjadi pada senyawa tanin
bersama berjalannya waktu berperan penting dalam proses pemasakan buah.
Kandungan tanin dari bahan organik (serasah, ranting dan kayu) yang terlarut dalam
air hujan (bersama aneka subtansi humus), menjadikan air yang tergenang di rawa-rawa dan
rawa gambut berwarna coklat kehitaman seperti air teh, yang dikenal sebagai air hitam (black
water). Kandungan tanin pula yang membuat air semacam ini berasa kesat dan agak pahit.
Kelompok senyawa tannin, flavonoid, dan steroid pada daun jambu biji merupakan beberapa
senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Tanin adalah semua komponen fenolat yang derajat
hidroksilasinya dan ukuran molekulnya cukup untuk membentuk suatu senyawa yang kuat dengan protein
dan polimer lainnya pada konsentrasi dan pH yang sesuai. Adanya tanin dalam bahan makanan ikut
menentukan cita rasa suatu bahan makanan (Maryati dkk, 2008)
Jika tanin dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, tanin dapat menghambat penyerapan mineral seperti
zat besi, yang mungkin, jika berkepanjangan, menyebabkan anemia. Hal ini karena tanin adalah logam
chelators ion. Tanin mengganggu penyerapan zat besi melaluipembentukan kompleks dengan besi bila dalam
lumen pencernaan, yang menurunkan bioavailabilitas besi. Ada perbedaan penting dalam cara di mana
senyawa fenolik berinteraksi dengan pola hidroksilasi berbeda (asam galat, catechin, asam chlorogenic) dan
efek pada penyerapan zat besi. Dalam rangka untuk mencegah masalah ini, disarankan untuk minum teh dan
kopi di antara waktu makan, tidak selama bersamaan dengan makan. Makanan kaya vitamin C membantu
menetralisir efek tanin pada penyerapan zat besi. Menambahkan jus lemon untuk teh akan mengurangi efek
negatif dari tanin dalam penyerapan zat besi juga. Menambahkan susu ke kopi dan teh memiliki sedikit
sekali, bahkan tidak berpengaruh pada efek penghambatan tanin(Anonim, 2011). Secara kimia terdapat dua
jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalamdunia tumbuhan Yaitu Tanin terkondensasi (jenis paku-
pakuan dan gimnospermae, sertatumbuhan berkayu) dan Tanin terhidrolisiskan (penyebarannya pada
tumbuhan berkeping dua).
Selain untuk antioksidan, senyawa tanin juga dapat digunakan sebagai anti diare, karena ekstrak daun
memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif Escherichia coli,
Salmonella typhi, Staphylococcus aureus,Proteus mirabilis, Mycobacterium phlei dan Shigella
dysenteria.
Tanin sendiri bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Serta sebagai
penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Dalam penelitian lain dilaporkan mampu menghambat
pertumbuhan Streptococcus Spp. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghambatan ekstrak daun jambu biji
dengan beberapa tingkat konsentrasi, terhadap pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. (Geidam dkk,2002)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Cara Pembuatan Simplisia
a. Alat :
1. Baskom
2. Blender
3. Ember
4. Pengayak
5. Toples
6. Timbangan
7. Trashbag
b. Bahan :
1. Air
2. Daun Jambu Biji

c. Prosedur Percobaan
1. Pengumpulan bahan baku
Waktu panen pada daun jambu biji dilakukan dengan mengambil daun yang masih
muda karena mengandung banyak senyawa tanin,
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan dengan memisahkan daun jambu biji dari benda asing seperti
adanya tanaman lain yang terbawa saat pengumpulan bahan, tanaman yang rusak dan
memisahkan daun dari batang.
3. Pencucian
Pencucian daun dilakukan setelah disortasi basah, daun dicuci hingga tidak ada lagi
kotoran yang menempel, pencucian dilakukan pada air yang mengalir dan bersih.
Setelah pencucian daun kemudian ditiriskan sebelum dilakukan pengeringan.
4. Pengeringan
Daun jambu biji dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 30 60 oc . Dan perlu
dibolak balik sekitar satu jam sekali agar daun dapat kering secara merata dan diberi
jarak antar daun.

5. Sortasi kering
Setelah pengeringan, daun dipisahkan dari pengotor atau benda asing yang tercampur
pada saat proses pengeringan untuk di dapatkan hasil akhir yang bersih. Kemudiaan
ditimbang.
6. Penyerbukan dan pengayakan
Penyerbukan dilakukan dengan blender dan pengayakan dilakukan dengan
menggunakan pengayak mesh 12
7. Pengemasan
Untuk simplisia serbuk di kemas dengan wadah kaca yang bersih dan di beri lebel.
8. Penyimpanan
Simplisia daun jambu biji setelah dikemas dan di beri lebel disimpan di tempat yang
bersih dengan suhu ruang tidak melebihi 300C.

3.2 Uji Fitokimia


Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan
ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukan oleh
ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia
telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara
ini penting dalam semua telah kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam kajian
biologis.
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996) analisis fitokimia merupakan
bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia
yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya,
termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang menjadi satu
disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan,
serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimianya,
biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara ilmiah dan fungsi
biologisnya (Harborne, 1984).
Keanekaragaman dan jumlah struktur molekul yang dihasilkan oleh tumbuhan banyak
sekali, demikian juga laju pengetahuan tentang hal tersebut. Dengan demikian masalah utama
dalam penelitian fitokimia adalah menyusun data yang ada mengenai setiap golongan
senyawa khusus. Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongkan menurut beberapa cara.
Pengolahan didasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan dan adanya gugus fungsi kunci
tertentu.
ji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak tumbuhan. Uji
fitokimia yang sering dilakukan yaitu uji polifenol, kuinon, alkaloid, triterpenoid, steroid,
tanin, saponim dan flavonoid.

a. Uji polifenol

Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan FeCl3. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi biru-hitam.

b. Uji kuinon

Ekstrak diteteskan di atas pelat tetes dan ditambah larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi merah.

c. Uji alkaloid

Ekstrak ditambah kloroform dan asam sulfat secara berurutan kemudian dikocok. Larutan
didiamkan hingga kloroform dan asam sulfat memisah. Lapisan asam (bagian atas) diteteskan
pada pelat tetes dan diuji dengan reagenWagner (kalium tetraidomerkurat) dan reagen
Dragendorff (kalium tetraidobismutat). Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat kemerahan pada reagen Dragendorff dan warna coklat pada reagen Wagner.

d. Uji triterpenoid, steroid dan saponim

Ekstrak diuapkan, ditambah kloroform dan dikocok kuat-kuat. Terbentuknya busa yang stabil
selama 30 menit menandakan adanya saponim dalam Ekstrak. Ekstrak yang sudah ditambah
dengan kloroform, ditambah dengan asam klrida 2N kemudian disaring. Lapisan atas diuji
dengan reagen Liebemann Bucchard. Hasil positif triterpenoid ditandai dengan terbentuknya
warna merah. Sedangkan hasil positif steroid ditandai dengan terbentuknya warna hijau-biru.

e. Uji flavonoid

Ekstrak diuji dengan tiga jenis ereaksi yang berbeda yaitu NaOH, asam sulfat pekat dan Mg-
HCL. Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing pereaksi disesuaikan dengan tabel
reaksi warna flavonoid

f. Uji tanin
Ekstrak diuji dengan diberikan larutan FeCl3 positive berwarna biru tua/hitam kehijauan,
ditambahkan kalium ferisianida dan amoniak positif berwarna coklat sedangkan bila
diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn dan larutan Kalium Bikromat positif berwarna coklat.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No Berat awal Berat akhir Susut pengeringan Rendemen

1 2.8 kg (2800 g) 2500 g 10,71 % 89,28%

4.2 Analisis Data

a. Susut Pengeringan

Dik : Berat awal ( Sortasi Basah ) = 2800 g


Berat akhir ( Sortasi Kering ) = 2500 g

Sp =

Sp =

Sp = 10,71 %

b. Rendemen

Rendemen simplisia =

= x 100%

= 89,28 %
c. konversi dosis

Secara empiris daun jambu biji dimanfaatkan untuk mengobati diare adalah 5 lembar
daun jambu biji. Berdasarkan hasil penimbangan acak 5 lembar daun jambu biji diperoleh
hasil sebagai berikut :

Penimbanga
n Berat
1 21,2 g
2 23,3 gr
3 26,1 gr
23,53
X gr
Daun segar = 2,8 kg = 2800 gr

Berat serbuk = 400 gr

Dosis = berat rata-rata dosis empiris x berat serbuk


Jumlah daun segar
= 23,53 gr x 400 gr
2800 gr
= 3.36 gr

4.3 Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan simplisia nabati berdasarkan


kandungan senyawa kimia, dimana bahan yang digunakan yaitu daun jambu biji
(Psidium guajava ) dengan jenis senyawa yaitu tanin. Senyawa tanin pada daun jambu
biji merupakan beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan , Selain
untuk antioksidan, senyawa tanin juga dapat digunakan sebagai anti diare, karena
ekstrak daun memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri .

Pada percobaan diperoleh nilai susut pengeringan sebanyak 10,71% dan


rendemen nya yaitu sebanyak 89,28 %, hal ini sesuai dengan persyaratan kadar air
simplisia, dimana nilai kadar air untuk simplisia daun jambu biji yang dinilai cukup
aman kurang dari 10%.

Untuk mengetahui kandungan senyawa yang ada pada daun jambu biji dapat
dilakukan dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol secara maserasi. Hal ini karena
belum diketahu sifat fisika dan kimia dari tumbuhan yang akan diisolasi sehingga
dikhawatirkan dapat rusak bila di ekstraksi dengan metode pemanasan.

Sedangkan untuk mengetahui adanya senyawa tanin atau tidak pada daun jambu
biji maka dapat dilakukan identifikasi senyawa tanin pada uji fitokimia, yaitu jika
diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua/hitam kehijauan, ditambahkan kalium
ferisianida dan amoniak berwarna coklat sedangkan bila diendapkan dengan garam Cu,
Pb, Sn dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat.

Dalam uji fitokimia untuk setiap golongan yang akan diuji menggunakan pelarut
yang berbeda-beda. Penggunaan pelarut yang berbeda didasarkan pada sifat kepolaran
dari senyawa yang akan diisolasidan selanjutnya diskrining. Penggunaan pelarut yang
tidak sesuai akan mempengaruhi hasil yang diperoleh.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Susut pengeringan yang diperoleh dari 2.8 kg daun jambu biji sebesar 10,71 %
dengan rendemen 89,28 %.
2. Konversi dosis empiris untuk antidiare didapat sebesar 3.36 gr
3. Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan golongan senyawa aktif dari ekstrak
tunbuhan.
4. Senyawa tanin pada daun jambu biji digunakan sebagai antioksidan, adstringen
dan anti diare
DAFTAR PUSTAKA

Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. 1978. Termiticidal Components of Wood Extracts :
7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture Food Chemistry.
Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Hudayani, Miftakhul. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica
val) Pada mencit jantan Galur swiss Webster. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Harborne, J.B.1996.Metode Fitokimia.Edisi ke-2.ITB Bandung.Bandung.
Novitasari, Ayuningtyas. 2009. Pengaruh Penggunaan Amprotab Sebagai Bahan
Penghancur Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.).
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sa'adah, Lailis. 2010. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin Dari Daun Jambu Biji (Psidiun
guajava L.). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri. Malang.
Utami, Indah Wahyuni. 2008. Efek Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium
Polyanthum Wight.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Putih (Mus
Musculus) Jantan Galur Balb-C Yang Diinduksi Dengan Kalium Oksonat. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN

Pengumpulan Bahan Baku Penimbangan

Sortasi Basah Pencucian


Pengeringan
Sortasi Kering Penyerbukan
Dosis Simplisia Daun Jambi Biji
3,36 gram Psidium guajava L.
Anti-Diare

Anda mungkin juga menyukai