Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

OMK

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK DEPKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ENDE
2008

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

atas berkat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyusun makalah ini dengan judul

OMK dengan baik.

Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Teman- teman seperjuangan yang turut memberikan masukan dalam

menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu segala kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi

penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Ende, Agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN PENULISAN

C. METODE PENULISAN

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS

B. KONSEP DASAR ASKEP

BAB III: PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian.

Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa

dan struktur tulang di dalam kavum timpani.

B. Etiologi.

Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus

Negatif Gram : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.

Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.

C. Diagnosis.

1. Anamnesis

Otorea terus menerus / kumat - kumatan lebih dari 6 - 8 minggu

Pendengaran menurun (Tuli).

2. Pemeriksaan

a) Tipe tubotimpanal (Hipertrofi, benigna).(382.1).

Perforasi sentral.

Mukosa menebal.

Audiogram: Tuli konduktif dengan air bone gab sebesar kl

30 dB.

X - foto mastoid : Sklerotik.

b) Tipe degeneratif (382.1).

Perforasi sentral besar.


Granulasi atau polip pada mukosa kavum timpani.

Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 50

- 60 dB.

X-foto mastoid : sklerotik.

c) Tipe metaplastik (atikoantral, maligna). (385.3).

Perforasi atik atau marginal.

Terdapat kolesteatom.

Desttruksi tulang pada margotimpani.

Audiogram : tuli konduktif / campuran dengan penurunan 60

dB atau lebih.

X - foto mastoid : sklerotik/rongga.

d) Tipe campuran (degeneratif, metaplastik). (385.3).

Perforasi marginal besar atau total.

Granulasi dan kolesteatom.

Audiogram : tuli konuktif / campuran dengan penurunan 60

dB atau lebih.

X - foto mastoid : sklerotik / rongga.

3. Pemeriksaan tambahan : Pembuatan audiogram dan X- foto mastoid (seperti

diatas).

PENYULITAN

1. Abses retro airkula (383.0)

2. Paresis atau paralisis syaraf fasialis

(351)
3. Komplikasi intrakranial :

- Meningitis

- Abses ekstradural

- Abses otak

TERAPI

1. Tipe tubetimpanal stadium aktif:

- Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4 X 500 mg oral) atau

klidomisin (3 X 150 300 mg oral) Per hari selama 5 7 hari

- Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya

- Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (Klora menikol

1- 2%)

- Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi

Pada stadium tenang (kering) di lakukan miringoplastik. ICOPIM (5.

194).

2. Tipe degeneratif :

- Atikoantrotomi (5.203)

- Timpanoplastik (5.195)

3. Tipe meta plastik / campuran

- Mastoidektomi radikal (5.203)

- Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.

Untuk OMK dengan penyulit :

Abses retroaurikuler

1. Insisi abses
2. Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan

metronidazol X 250 500mg oral / sup / hari.

3. Mastoid dektomi radikal urgen

Paresis atau paralisis syaraf fasialis

1. Menentukan lokasi lesi :

- Dengan test Scrimer supra atau infra ganglion

- Refleks stapedeus : positif lesi di bawah N. Stapedeus

Negatif : lesi di atasnya

- Tes pengecapan pada lidah :

Positif : lesi di bawah korda timpani

Negatif : lesi di atasnya

2. Mastoidektomi urgen dan dekompresi saraf fasialis

3. Rehabilitasi.

Labiringitis

1. Tes fistel

2. Mastoidektomi urgen

Meningitis

1. Perawatan bersama dengan bagian syaraf

2. Antibiotik:

- ampicilin 6 x 2-3 g/ hari i.v di tambah

- Kloranfenikol 4 x 1 G atau seftriakson 1 2 g / hari i.v

3. Bila meningitis sudah tenang segera di lakukan mastoidektomi radikal.

Absese ekstradural

1. Antibiotik : Ampisilin 4-6 X2-3 G/hari i.v


ditambah metronodazol 3 X 500mg Sup /

hari.

2. Perawatan bersama dengan bagian bedah syaraf

3. Drainase abses oleh bagian bedah syaraf

4. Bila suadh tenang dilakukan matoiddektomi radikal

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. Pengumpulan data

1. Riwayat

a). Identitas Pasien

b). Riwayat adanya kelainan nyeri

c). Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang

d). Riwayat alergi

e). OMA berkurang

2. Pengkajian Fisik

a) Nyeri telinga

b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran

c) Suhu Meningkat

d) Malaise

e) Nausea Vomiting

f) Vertigo

g) Ortore

h) Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium

3. Pengkajian Psikososial
a) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi

b) Aktifitas terbatas

c) Takut menghadapi tindakan pembedahan

4. Pemeriksaan Laboratorium

5. pemeriksaan Diagnostik

a) Tes Audiometri : AC menurun

b) X ray : terhadap kondisi patologi

Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid

6. Pemeriksaan pendengaran

a) Tes suara bisikan

b) Tes garputala

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b. d proses peradangan.

2. Gangguan sensori / presepsi b. d

kerusakan pada telinga tengah.

3. Intoleransi aktifitas b. d nyeri.

4. Ansietas b. d kurangnya

pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

5. Isolasi sosial b. d nyeri, otore

menurun ingaran.

6. Resiko tinggi trauma b. d

gangguan presepsi pendengaran.

7. Kurangnya pengetahuan

mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan


INTERVENSI KEPERAWATAN

Memberikan rasa nyaman

1. Mengurangi rasa nyreri

Beri aspirin/analgesik sesuai instruki

Kompres dingin di sekitar area telinga

Atur posisi

Beri sedatif sesuai indikasi

7. Mencegah penyebaran infeksi

Ganti balutan

tiap hari sesuai keadaan

Observasi tanda

tanda infeksi lokal

Ajarkan klien

tentang pengobatan

Amati

penyebaran infeksi pada otak :

To, menggigil, kaku kuduk.

B. Monitor gangguan sesori

Catat status pendengaran

Ingatkan klien bahwa vertigo dan nausea dapat terjadi setelah radikal

mastoidectomi karena gangguan telinga dalam. Berikan tindakan pengamanan.

Perhatikan droping wajah unilateral atau mati rasa karena perlukaan (injuri)

saraf wajah.

C. H.E
Ajarkan klien mengganti balutan dan menggunakan antibiotik secara kontinu

sesuai aturan

Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana melaporkannya

Tekankan hal hal yang penting yang perlu di follow up,evaluasi pendengaran

D. Terapi medik

Antibiotik dan tetes telinga : Steroid

Pengeluaran debris dan drainase pus untuk melindungi jaringan dari kerusakan

: miringotomy

E. Interfensi bedah

Indikasi jika terdapat chaolesteatoma

Indikasi jika terjadi nyeri, vertigo,paralise wajah, kaku kuduk, (gejala awal

meningitis atau obses otak)

Tipe prosedur

Simpel mastoid decstomi

Radical mastoiddectomi

Posteronterior mastoiddectomi
DAFTAR PUSTAKA

Sjaifoellah Noer, 1996, Buku Ajar IPD, Jilid 3, Edisi II: FKUI : Jakarta

Syamsunir Adam, 1996, Dasar Dasar Mikrobiologi Dan Parasitologi, EGC


:Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Ibu hamil, Edisi III, FKUI :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai