Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN FUNGSI

KOGNITIF DAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI DESA


PASURUHAN KECAMATAN MERTOYUDAN
KABUPATEN MAGELANG
Riza Umami, Sigit Priyanto

1. Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang


2. Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

Abstrak

Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif
dan tekanan darah pada lansia. Metode yang digunakan adalah analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional dengan sampel 70 responden. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner dan tensimeter set. Data diolah dengan uji statistik chi square dan uji
regresi logistik. Hasil penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur
dengan fungsi kognitif (sig: 0,012 < 0,05) dan ada hubungan antara kualitas tidur dengan
tekanan darah (sig: 0,009 < 0,05) pada lansia. Uji regresi logistik menunjukkan kualitas
tidur lebih memepengaruhi tekanan darah dengan nilai (sig: 0,013 < 0,05).

Kata kunci: kualitas tidur, kognitif, tekanan darah

Abstract

The objective of this research: to know the relation between sleeping quality, and
cognitive function and blood pressure in elderly. Method of research: it used analytical
correlation with cross sectional approach with a sample of 70 respondents. The
instruments used were questionnaires and spygnomanometer set. The data was processed
by using the chi-square statistical test and logistic regression test. The result of research:
there is a relation between sleeping quality and cognitive function (sig: 0,012 < 0,05) and
there is relation between sleeping quality and blood pressure (sig: 0,009 < 0,05) in
elderly. Logistic regression test showed that better sleeping quality affects blood pressure,
with values (sig: 0,013 < 0,05).

Key words: sleep quality, cognitive, blood pressure

1
2

1. Pendahuluan

Jumlah lanjut usia di dunia bertambah sebagai hasil dari peningkatan angka harapan
hidup dan penurunan angka kematian. Di Indonesia jumlah penduduk lansia pada
tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun
2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan
pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup
71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk lansia yang
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di pedesaan sebesar
15.612.232 (9,97%) (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2009).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, Jawa Tengah merupakan propinsi
kedua setelah Yogyakarta yang memiliki presentase lansia terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Susenas Propinsi Jawa Tengah tahun 2008, jumlah penduduk
berusia > 65 tahun di Jawa Tengah mencapai 7,11% (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2009).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2012, jumlah lansia di


Kabupaten Magelang mencapai 115.000 jiwa. Desa Pasuruhan merupakan desa yang
berada di wilayah Kabupaten Magelang, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
di Puskesmas Kota Mungkid Kabupaten Magelang didapatkan jumlah lansia di Desa
Pasuruhan tahun 2010 berjumlah 385 orang, tahun 2011 berjumlah 465 orang, dan
pada tahun 2012 berjumlah 897 orang, dari data tahun 2010-2012 penduduk lansia
kategori lansia usia >60 mengalami peningkatan17,47%. Data terakhir yang
didapatkan, jumlah lansia yang mengalami gangguan tidur yaitu 63% dan yang
mengalami hipertensi yaitu 76%.

Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri fase prasenium yaitu lanjut usia
yang berusia antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lanjut usia yang berusia lebih
dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI (2003), lanjut usia
(lansia) adalah seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih,
baik yang secara fisik berkemampuan (potensial) maupun karena suatu hal sehingga
menyebabkan lansia tidak lagi berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).

Lansia mengalami banyak kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai


dengan kulit keriput, rambut mulai memutih (beruban), gigi yang mulai berkurang,
kepekaan pendengaran berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, gerakan lamban,
dan bentuk tubuh yang tidak proporsional. Marifatul (2011), mengatakan bahwa
semakin bertambah umur manusia akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan sexual. Perubahan fisik lansia pada sistem
kardiovaskuler akan berpengaruh terhadap tekanan darahnya.

Tekanan darah dibagi menjadi dua yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik
adalah tekanan yang dihasilkan otot jantung untuk mendorong darah dari bilik kiri
jantung ke aorta saat jantung berelaksasi. Tekanan darah diastolik adalah tekanan
pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat mengendurnya otot jantung (tekanan
pada saat jantung berelaksasi). Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Tekanan darah dewasa normalnya berkisar

2
3

dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal yaitu 120/80
mmHg (Pearce, 2004).

Selain perubahan fisik pada sistem kardiovaskuler, lansia juga akan mengalami
perubahan fungsi kognitif yang berkaitan dengan daya ingat (memory), IQ (Intellegent
Quocient), kemampuan belajar (Learning), kemampuan pemahaman Comprehension),
pemecahan masalah (Problem Solving), pengambilan keputusan (Decission Making),
kebijaksanaan (Wisdom), kinerja (Performace), dan motivasi.

Menurut Potter & Perry (2005), salah satu fungsi tidur selain untuk memelihara
jantung, tidur juga berfungsi sebagai pemulihan fungsi kognitif. Seseorang yang
mendapatkan kualitas tidur yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi kognitifnya,
dimana pada tahap tidur dihubungkan dengan aliran darah ke serebral, peningkatan
konsumsi oksigen yang dapat yang membantu penyimpanan memori dan
pembelajaran yang berhubungan dengan fungsi kognitifnya.

Menurut Abraham Maslow Hierarki Maslow, tidur merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM)
dan tidur dengan gerakan bola lambat atau Non Rapid Eye Movement (NREM).
Selama NREM seseorang mengalami 4 tahapan dalam siklus tidurnya. Tahap 1 dan 2
merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah terbangun.
Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk dibangunkan (Potter & Perry,
2005, Martono, 2009). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang sesuai (Asmadi, 2008).

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur
dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang sesuai (Khasanah, 2012).
Kualitas tidur merupakan suatu keadaan yang dijalani seorang individu untuk
mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari tidurnya. Kebutuhan tidur
setiap orang berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari.
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur yang diakibatkan
oleh karena faktor usia dan ditunjang oleh faktor-faktor penyebab lainnya seperti
adanya penyakit. Selama proses penuaan, terjadi perubahan fisik dan mental yang
diikuti dengan perubahan pola tidur yang khas yang membedakan dari orang yang
lebih muda (Hidayat, 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penyusun tertarik
mengadakan penelitian tentang hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan
tekanan darah pada lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan desain
analitik korelasi, yaitu penelitian untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel (Nursalam, 2009), dalam hal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan darah pada lansia di Desa Pasuruhan
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang.

3
4

Ditinjau dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional,


yaitu observasi atau pengukuran variabel dilakukan pada satu saat tertentu. Semua
subyek diamati pada satu saat yang sama, artinya tiap subyek hanya diobservasi satu
kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut
(Sastroasmoro, 2011).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif Lansia
Hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif lansia di Desa Pasuruhan
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang, dapat dilihat pada tabel silang berikut
ini:

Kualitas tidur Fungsi Kognitif Total Sig.


Definitife Probable Normal
Gangguan Gangguan
Kognitif Kognitif
N % N % N % N %
Sangatbaik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0,012
Baik 3 4,3 8 11,4 6 8,6 17 24,3
Kurang 14 20,0 27 38,6 6 8,6 47 67,1
Sangatkurang 5 7,1 1 1,4 0 0,0 6 8,6
Total 22 31,4 36 51,4 12 17,1 70 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0.012 < 0.05.
Sebagian besar responden mengalami gangguan tidur yaitu kualitas tidurnya
kurang baik sebanyak 47 (67,1%) dan mengalami kecenderungan (probable)
gangguan fungsi kognitif sebanyak 27 (38,6%). Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif lansia,
dinyatakan diterima dan terbukti kebenarannya.

Lansia di Desa Pasuruhan mengalami gangguan dalam tidurnya, sehingga lansia


mendapatkan kualitas tidur kurang baik. Banyak kegiatan yang dilakukan lansia pada
siang hari, mereka bekerja menjadi buruh di sawah dan di ladang yang dapat menyita
waktu istirahat lansia. Seiring dengan bertambahnya usia banyak keluhan yang
muncul dari lansia yaitu susah untuk tidur, bangun pada malam hari untuk ke kamar
mandi, bangun terlalu dini, dan sebagainya.

Tidur bermanfaat untuk memelihara fungsi jantung, memperbaiki proses biologis


secara rutin, menyimpan energi selama tidur, dan untuk pemulihan fungsi kognitif.
Seseorang yang mendapatkan kualitas tidur yang baik akan berpengaruh terhadap
pemulihan fungsi kognitifnya, dimana pada tahap tidur REM (Rapid Eye Movement)
dihubungkan dengan perubahan aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat
membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Selama tidur, otak akan
menyaring informasi dan menyimpan aktivitas yang telah dilakukan (Potter & Perry,
2005).

Dukungan emosional dari pasangan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan


psikologis, dalam hal ini lansia akan tampil lebih percaya diri, sedangkan dukungan
instrumental yang berasal dari anak dan menantu berperan aktif dalam menjaga dan
memelihara kesehatan, dalam hal ini seorang anak dan menantu tidak membiarkan
orang tuanya yang sudah berusia lanjut turut serta mencari nafkah untuk memenuhi
4
5

kebutuhan sehari-hari yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologisnya,


akan tetapi di usia mereka yang semakin bertambah adalah saat untuk mereka
menikmati hidup dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kurang
terjaganya kesehatan fisik akan berpengaruh terhadap kualitas tidur, dimana lansia
akan mengalami gangguan dalam tidur yang akan berdampak pada psikologis yaitu
gangguan pada fungsi kognitifnya (Zulfitri, 2010).

3.2 Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Lansia


Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah lansia di Desa Pasuruhan
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten, dapat dilihat dalam tabel silang berikut ini:

Kualitas tidur Tekanan Darah Total Sig.


Kurang/ Normal Lebih
Hipotensi Hipertensi
N % N % N % N %
Sangat baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0,009
Baik 3 4,3 10 14,3 4 5,7 17 24,3
Kurang 8 11,4 15 21,4 24 34,3 47 67,1
Sangat kurang 4 5,7 0 0,0 2 2,9 6 8,6
Total 15 21,4 25 35,7 30 42,9 70 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai signifikansi 0.009 < 0.05. Sebagian besar
responden mengalami gangguan tidur yaitu kualitas tidurnya kurang baik sebanyak
47 (67,1%) dan mengalami peningkatan tekanan darah (hipertensi) sebanyak 24
(34,3%). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan kualitas
tidur dengan tekanan darah lansia, dinyatakan diterima dan terbukti kebenarannya.

Lansia di Desa Pasuruhan mempunyai kualitas tidur kurang baik, banyak lansia yang
belum bisa menerima perubahan fisiologisnya khususnya perubahan dalam pola tidur.
Hal ini menyebabkan lansia menjadi cemas atau stress yang dapat berakibat pada
peningkatan hormon angiotensin dan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah
(hipertensi).

Secara umum gangguan tidur menjadi lebih sering dialami dan sangat mengganggu
seiring dengan bertambahnya usia. Setelah berusia diatas 40 tahun tubuh menjadi
lebih nyata, jadi orang tua sering mengalami tidur yang tidak berkualitas (Deepak,
2003 dalam Noviani, 2011).

Potter & perry (2005), mengatakan fisiologi tidur dimulai dari irama sirkadian yang
merupakan irama yang dialami individu yang terjadi selama 24 jam. Irama sirkadian
mempengaruhi pola fungsi mayor biologik dan fungsi perilaku. Naik turunnya
temperatur suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, sekresi hormon, ketajaman sensori
dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian.
Irama sirkadian meliputi siklus harian bangun tidur yang dipengaruhi oleh sinar,
temperatur dan faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan pekerjaan rutin. Lansia di
Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang sebagian besar adalah
bekerja sebagai buruh, menjadi buruh merupakan pekerjaan rutin yang harus
dilakukan oleh lansia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan yang tidak
mudah dan harus mereka lakukan di bawah teriknya matahari dari pagi hari sampai
sore hari akan menyita waktu istirahat mereka. Ditambah lagi fungsi fisiologis dan
biologisnya semakin menurun, yang dapat mengubah pola tidur mereka. Bagi lansia

5
6

yang kurang mampu mentoleransi pekerjaan dan perubahan yang terjadi pada dirinya
akan menimbulkan stress yang akan berdampak pada terjadinya peningkatan tekanan
darah (hipertensi).

Menurut Epstein (2008), menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-
otot menjadi semakin rileks, begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun,
sehingga seseorang akan mengantuk dan tertidur. Pada saat seseorang tertidur jantung
akan berdetak lebih lamban dan tekanan darah akan menurun dan pembuluh darah
akan melebar. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang mengalami gangguan dalam
tidurnya atau kurang tidur akan beresiko terjadi peningkatan tekanan darah atau
hipertensi, dimana pembuluh darah mengalami vasokonstriksi.

3.3 Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif dan Tekanan Darah
Lansia
Berdasar analisis bivariat, terdapat 2 variabel dependen yaitu fungsi kognitif dan
tekanan darah yang dilanjutkan analisanyamenggunakan ananalisis multivariat yaitu
dengan menggunakan regresi logistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan kualitas tidur dengan fungsi kognitif dan tekanan darah. Adapun hasil
analisis multivariat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Variabel OR (IK 95%) Signifikansi


Fungsi kognitif 1.479 0,026
Konstanta 0.629
Tekanan darah 2.315 0,013
Konstanta 0.958

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi hubungan antara
kualitas tidur dengan fungsi kognitif 0,026 < 0,05 dan untuk nilai signifikansi
hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah 0,013 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan
fungsi kognitif dan tekanan darah pada lansia, dinyatakan diterima dan terbukti
kebenarannya. Akan tetapi nilai OR atau peluang tekanan darah lebih besar yaitu
2,315 kali dibanding dengan fungsi kognitif yang hanya 1,479. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas tidur mempunyai hubungan yang erat dengan
tekanan darah daripada kualitas tidur dengan fungsi kognitif, artinya kualitas tidur
yang kurang baik akan lebih berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan tekanan
darah (hipertensi) pada lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten.

Hasil analisis menunjukkan kualitas tidur lebih mempengaruhi tekanan darah daripada
kualitas tidur dengan fungsi kognitif.
Menurut Lisnaini (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif adalah
usia, jenis kelamin, pendidikan dan status sosial budaya, kondisi psikososial,
lingkungan dan pekerjaan. Sebagian besar tingkat pendidikan lansia di desa
Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan adalah tamatan SD (85,75%). Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Zulfitri, 2010). Selain itu, status sosial
ekonomi lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan yang rendah juga akan
mempengaruhi fungsi kognitifnya. Sebagian besar lansia bekerja sebagai buruh,
sehingga akan menyita waktu mereka untuk belajar dan mendapatkan tugas yang
dapat mengasah kemampuan dan kecerdasannya. Lansia hanya melakukan rutinitas
sehari-hari tanpa melakukan aktivitas lainnya yang dapat meningkatkan intelektualnya

6
7

baik kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan hal tersebut kualitas tidur lansia
kurang mempengaruhi fungsi kognitif, karena ternyata banyak faktor yang
mempengaruhi fungsi kognitif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mempunyai kualitas tidur kurang
baik akan mempengaruhi tekanan darahnya yaitu tekanan darah menjadi tinggi
(hipertensi). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu keturunan,
obesitas, stress lingkungan, jenis kelamin, usia, asupan garam, gaya hidup yang
kurang sehat, obat-obatan, dan akibat penyakit lain. Sebagian besar jenis kelamin
lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan adalah perempuan (61,4%). Secara
umum perempuan lebih banyak dan beresiko mengalami hipertensi. Menurut Sutanto
(2010), perempuan seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti pola makan
tidak seimbang, sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya
status kesehatan. Selain jenis kelamin faktor lainnya adalah gaya hidup yang kurang
sehat.

4. Kesimpulan

Hasil analisis chi square membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur
dengan fungsi kognitif pada lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten Magelang dengan nilai signifikansi 0,012 < 0,05.
Hasil analisis chi square membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada lansia di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan
Kabupaten Magelang dengan nilai signifikansi 0,009 < 0,05.
Hasil analisis multivariat membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kualitas
tidur dengan fungsi kognitif dengan nilai signifikansi 0,026 < 0,05 dan terdapat
hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah dengan nilai signifikansi
yaitu 0,013 < 0,05.Akan tetapi kualitas tidur lebih mempengaruhi tekanan darah
dengan nilai OR atau peluang 2,315 dibandingkan kualitas tidur dengan fungsi
kognitif yang nilai OR atau peluang 1,479 kali.

Daftar Acuan

1. Andy, S., Lea. (2012). Pengaruh Kualitas Tidur pada Kualitas Hidup Lansia Penderita
Penyakit Kronis di Rumah Sakit Advent Manado. JKU, Vol. 1, No. 1, Juni 2012.
Universitas Manado. http://fix_jku_lea.pdf
2. Badan Pusat Statistik. (2007). Hasil Survey Penduduk Antar Sensus. Penduduk Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3. Badan Puast Statistik. (2009). Statistik IndonesiaOutlook Ekonomi Indonesia 2009-2014.
Jakarta
4. Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
5. Bostrom, N., Smith, A. P. (2009). Cognitive Enhancements: Methods, Ethics, Regulatory
Challenges, Sci Eng Ethics (2009), 15: 311-341.
6. Dariyo, Agus. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo
Anggota IKAPI.
7. Darmojo, B., &Martono. (2009). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi
keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
8. Denisson, P., Denisson, G. (2006). Buku Panduan Brain Gym. Jakarta: PT Gramedia.

7
8

9. Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut
Bagi Petugas Kesehatan. Depkes: Jakarta.
10. Deshinta. (2009). Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Remaja Usia
15-17 Tahun di SMA Negeri Tanjung Morawa.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14277/1/10E00044.pdf.
11. Dinas Kesehatan. (2012). Jumlah Lansia di Kabupaten Magelang. Penerbit: Tidak
Diterbitkan.
12. Festi, Pipit. (2010). Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia
di Karang Werdha Peneleh Surabaya.
13. http:Findex.php%2Fdatadaninformasi%2Fkependudukan%3Fdownload%3D9%253Apen
duduk-lanjut-usia.pdf.
14. Hutabarat, Ronald M. (2010). World Wide Web: http://mobile-banking-security-analysis-
based-wap-ronald-m-hutabarat-113040275/
15. Iman, Soeharto. (2004). Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: Gramedia.
16. Javaheri, et al. (2008). Sleep Quality and Elevated Blood Pressure in Adolescent.
American Heart Assosiation, Inc. Journal Circulation. 118:1034-1040.
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/CIRCULATIONAHA.108.766410/DC1.
17. Kementerian Koordinator Bidang Kesehatan Rakyat. (2009). Penduduk Lanjut Usia di
Dunia & Indonesia.
18. Khasanah, Khusnul. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri
Semarang. Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 189-196.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing.
19. Kozier, B., et al. (2003). Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice. (7th
ed). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
20. Kusumoputro & Sidiarto. (2006). Old Age or Diseased. Jakarta: Universitas Indonesia.
21. Lisnaini. (2012). Senam Vitalisasi Otak dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia
Dewasa Muda. Jakarta: Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia.
www.akfis.uki.ac.id/assets/jurnalfile/BRAIN-GYM-FOR-COGNITIVE.pdf.
22. Marifatul, A. Lilik. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
23. Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perwatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
24. Miller, A. C. (2004). Nursing Care of Older Adult Theory and Practice. 3nd Ed
Philadelpia: J. B. Lippincott. Co
25. Nehlig, A. (2010). Is Caffeine a Cognitive Enhancer? Journal of Alzheimer Disease 20:
S85-S94.
26. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta: EGC.
27. Patlak, M. (2005). Your Guide to Healthy Sleep. U. S. Departement of Health and Human
Services. www.nhlbi.nih.gov/health/public/sleep/healthy_sleep.pdf.
28. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep., Proses dan
Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
29. Sastroasmoro, Sudigdo. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4.
Sagung Seto.
30. Stunley, M., Blair, K.A. & Beare, P.G. (2005). Gerontogical Nursing: Promoting
Successful Aging with Older Adult. Philadelphia. F.A. Davis Company.
31. Sugiharto, Aris. (2007). Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat
(Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar). UNDIP: Program Studi Magister
Epidemiologi.
32. Zamralita. (2005). Dukungan Keluarga terhadap Kesehatan Fisik dan Mental pada
Individu Dewasa Akhir.http://www.psikologi/skripsi/tampil.phd.id.
33. Zulfitri, Reni. (2010). Konsep Diri dan Gaya Hidup Lansia yang Mengalami Penyakit
Kronis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai