Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada
masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan
penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik.
Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan
ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu
adalah:[rujukan?]
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai
Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
Golongan Karya
[sunting]Pemilihan Umum
Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali
dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi
landasan politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia harus didasarkan kepada kepentingannasional, seperti
pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.
[rujukan?]
Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan
pemerintah Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun
1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah
dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah
mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap
gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing.
Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga bahan-
bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan
pemerintah.[rujukan?]
Pertemuan Tokyo
Pertemuan Amsterdam
Trilogi Pembangunan
Pelita I
Pelita I dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974, dan menjadi
landasan awal pembangunan masa Orde Baru. Tujuan Pelita I adalah
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan tahap berikutnya. Sasarannya adalah pangan, sandang,
perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah pembangunan bidang pertanian
sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk
Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.[rujukan?]
Pelita II
Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979.
Sasaran utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan,
sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan
kerja. Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil. Pada awal
pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi
berhasil ditekan menjadi 47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun
menjadi 9,5%.[rujukan?]
Pelita III
Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.
[rujukan?] Pelaksanaan Pelita III masih berpedoman pada Trilogi
Pembangunan, dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan.
Pelita IV
Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989. Titik berat
Pelita IV ini adalah sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan
di tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980
terjadi resesi.[rujukan?] Untuk mempertahankan kelangsungan
pembangunan ekonomi, pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan
fiskal. Dan pembangunan nasional dapat berlangsung terus.
Pelita V
Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994. Pada Pelita ini
pembangunan ditekankan pada sector pertanian dan industri. Pada masa itu
kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan
pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun.[rujukan?] Posisi perdagangan
luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan
ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
Pelita VI
[sunting]Warga Tionghoa
Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain
dalam bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan.[1]
Sementara itu gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil
dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat
oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.
Sukses transmigrasi
Sukses KB
Pengangguran minimum
[rujukan?]
Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah
yang dibredel
Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga
kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah.
Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara
dipegang oleh swasta
[sunting]Pasca-Orde Baru
Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi
dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara
lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.[rujukan?] Hal ini tak lepas dari peran
Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan
kuat menghadapi perubahan zaman.
[sunting]Lihat pula
Orde Lama
Tragedi Trisakti