Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Latar belakang

Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini. Diperkirakan sebanyak 400
juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis.Sekitar 1 juta orang
meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu
sekitar 170 juta orang di

Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus


pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit
hepatitis B. Jumlah ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi
biasanya tidak mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh
masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter.Carrier/pembawa virus hepatitis B dan
C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.

Riskesdas 2007 : prevalensi Nasional Hepatitis klinis sebesar 0,6% (rentang 0,2%

1,9%) Tercatat 13 provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional dan

tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Penderita Hepatitis

C sebagaian besar dialami oleh kelompok umur 30-39 tahun yaitu sekitar 29,6% dan

kelompok umur 20-29 tahun yaitu sekitar 27,0%. Selain itu terdeteksi pula bahwa

Hepatitis C juga diderita oleh kelompok umur sangat muda (0-9 tahun) yaitu sekitar

0,2 % dan pada kelompok usia lanjut ( 70 tahun ke atas) yaitu sekitar 5,4%.

Pengertian penyakit hepatitis : adalah peradangan organ hati (liver) yang


disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit
kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi
alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping
dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver).
Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan
semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver) telah
mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan
kematian.

Gejala penyakit hepatitis

Hati-hati, bahaya penyakit hepatitis terkadang bersifat laten. Hati mengalami


kerusakan tanpa menimbulkan gejala yang dapat disadari oleh
penderita.Gejala klinis baru disadari saat hati sudah dalam kondisi parah.

Pada fase awal, penderita penyakit hepatitis belum merasakan gejala yang spesifik.
Keluhan yang umum dirasakan penderita adalah mual, muntah, tidak nafsu makan,
lemas, mudah lelah, stamina menurun dan kebutuhan akan tidur meningkat. Nafsu
makan yang buruk dan nyeri ulu hati sering dijumpai pada hepatitis akut atau
hepatitis kronis yang telah berkembang menjadi sirosis (cirrhosis).Gejala-gejala
tersebut di atas juga biasa disertai dengan demam.

Gejala fisik yang mudah terlihat adalah urine berwarna gelap, feses berwarna putih,
sedangkan kuku, kulit dan bagian putih mata berwarna kuning.Perut bagian atas
membesar dan penurunan berat badan juga biasa dialami penderita penyakit
hepatitis.

Hepatitis akut

Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total.Namun dapat


pula berkembang menjadi masalah menahun (kronis).Tingkat keparahan hepatitis
bervariasi, mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri secara total, kondisi yang
mengancam jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga gagalnya fungsi hati (liver).

Sedangkan hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati (liver) yang mengalami
peradangan berkembang sangat lambat, tetapi sebagian lain dapat menjadi aktif dan
semakin memburuk dalam hitungan tahun. Akibat dari hepatitis kronis yang
memburuk adalah terjadinya sirosis atau kanker hati.Keduanya sering berakhir pada
kematian.
Penyebab hepatitis bermacam-macam.Pada prinsipnya penyebab hepatitis
terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:

Infeksi virus

Komplikasi dari penyakit lain

Alkohol

Obat-obatan atau zat kimia

Penyakit autoimun

Jenis-jenis hepatitis

Hepatitis A

Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A
(VHA) biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang
parah. Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya.
Hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
VHA.

Hepatitis B

Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang berbahaya. Jenis hepatitis ini merupakan
jenis yang paling mudah menular dibanding jenis hepatitis yang lain. Hepatitis B
menular melalui kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B
(VHB). Seseorang dapat saja mengidap VHB tanpa disertai gejala-gejala klinik
ataupun kelainan dan gangguan kesehatan.Orang tersebut disebut pembawa VHB
atau carrier VHB.

Seseorang dapat menjadi carrier karena individu tersebut mempunyai pertahanan


tubuh yang baik atau karena VHB-nya yang tidak aktif.VHB yang tidak aktif
menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai
musuh sehingga sistem imunitas tidak melakukan perlawanan. Suatu saat jika
pertahanan tubuh individu tersebut melemah atau VHB-nya menjadi aktif maka
individu yang bersangkutan akan memperlihatkan gejala klinis hepatitis (hepatitis
symptoms).

VHB dapat ditemukan dalam darah, air liur, air susu ibu, cairan sperma atau vagina
penderita. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak darah, cairan tubuh ataupun
material lain yang terinfeksi seperti jarum suntik, alat-alat bedah yang tidak steril,
peralatan dokter gigi yang tidak steril, jarum akupunktur, jarum tato, jarum tindik
yang tidak steril.

Penggunaan bersama alat-alat yang dapat menimbulkan luka dapat menjadi media
penularan VHB, sepeti pisau cukur, sikat gigi, gunting kuku, dan lain-lain. Penularan
hepatitis B dapat juga terjadi dari ibu yang menderita hepatitis B kepada janin yang
dilahirkannya. Karena VHB dapat ditemukan di sperma maupun cairan vagina, maka
penularan dapat terjadi pula melalui hubungan seksual.

Hepatitis C
Hepatitis C dapat menyebabkan peradangan hati yang cukup berat. Diperkirakan
80% infeksi virus hepatitis C (VHC) berkembang menjadi hepatitis kronis dan dapat
menyebabkan sirosis ataupun kanker hati. Pada hepatitis C, peradangan yang
berkembang menjadi sirosis ataupun kanker hati memakan waktu yang relatif lebih
singkat daripada apa yang terjadi pada kasus hepatitis B. Hepatitis C menular
melalui darah, biasanya karena transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi
VHC.

Hepatitis D

Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Karena virus hepatitis D atau
VHD ukurannya sangat kecil dan sangat tergantung pada virus hepatitis B atau VHB.
VHD membutuhkan selubung VHB untuk dapat menginfeksi sel-sel hati (liver). Tak
mengherankan jika cara penularan VHD sama dengan penularan VHB.
Hepatitis E
Hepatitis E bersifat menyerupai hepatitis A begitu pula dengan cara penularannya.
Namun tingkat keparahannya penyakitnya lebih ringan dibanding hepatitis A. Seperti
hepatitis A, hepatitis E sering bersifat akut dengan masa sakit singkat namun jika
penderita dalam kondisi ketahanan fisisk lemah, hepatitis E dapat parah hingga
menimbulkan kegagalan fungsi hati (liver). Virus hepatitis E atau VHE menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung VHE.

Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan.Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis
F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G

Hepatitis G memiliki sifat dan cara penularan yang hampir sama dengan hepatitis C,
yaitu melalui darah. Hepatitis G biasanya berlangsung kronis tetapi sampai saat ini
hepatitis G diketahui tidak menyebabkan efek yang serius.

Hepatitis akibat komplikasi penyakit lain

Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan


komplikasi pada hati (liver).

Misalnya Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak dalam darah)


dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati (liver). Ketiga kelainan tersebut
membebani kerja hati (liver) dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa
timbul adalah kebocoran sel-sel hati (liver) yang berlanjut menjadi kerusakan dan
peradangan sel hati (liver) yang biasa disebut steatohepatitis. Pola makan dan gaya
hidup yang salah biasa menjadi pangkal dari kasus-kasus steatohepatitis.

Terapi steatohepatitis lebih ditujukan kepada penyakit yang menyebabkannya.


Penderita diabetes mellitus diberi terapi diet rendah gula, insulin atau obat anti
diabetes. Penderita hiperlipidemia diterapi dengan diet rendah lemak dan obat
penurun kadar lemak (hipolipidemik). Sedangkan penderita obesitas diterapi dengan
program penurunan berat badan secara bertahap. Masalah yang timbul pada hati
(liver) umumnya membaik jika penyakit penyebabnya berhasil ditangani.

Hepatitis akibat konsumsi alkohol

Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (liver). Karena di dalam
tubuh, alkohol akan terpecah-pecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat kimia
tersebut bersifat racun yang menyebabkan kerusakan sel-sel hati (liver).

Hepatitis akibat konsumsi obat atau zat kimia

Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat
infeksi virus hepatitis.

Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (liver) antara lain
halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC),
metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan
parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan,
parasetamol merupakan obat yang aman. Parasetamol dikonsumsi secara
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati (liver) yang cukup parah bahkan
kematian.

Selain obat-obatan ada beberapa jenis polutan yang dapat merusak sel-sel hati
(liver) yaitu alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida.

Hepatitis karena penyakit autoimun

Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang
biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang
sel atau jaringan hati (liver). Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat
pula dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.
Penyakit Hepatitis B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya,


Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.

Pola penularannya antara lain dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual,
transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi,
handuk) secara bersama-sama.

Gejala Hepatitis B

Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam,
sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi
penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut,
sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.

Pencegahan hepatitis B

Pencegahan terhadap hepatitis B dapat dilakukan dengan beberapa sebagai cara


berikut:

1. Imunisasi

Imunisasi lengkap hepatitis B dapat mencegah infeksi VHB selama 15 tahun.


Imunisasai hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi pertama dan kedua
diberikan dalam jarak 1 bulan.Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 5 bulan
setelah imunisasi kedua. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya sedini
mungkin yaitu saat bayi hendak pulang dari rumah bersalin.

Bagi orang dewasa sebelum diimunisasi, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu


pemeriksaan untuk melihat kadar anti HBS.

Anti HBS adalah antibodi terhadap antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan
begitu dapat dinilai apakah tubuh telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka
imunisasi hepatitis B tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataannya
pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga vaksin hepatitis B.
Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB imunisasi bisa
langsung diberikan.

Imunisasi hepatitis B sangat dianjurkan untuk kelompok orang berikut:

Bayi baru lahir

Anak dan remaja yang belum mendapat imunisasi hepatitis B

Keluarga yang salah satu anggota keluarganya terinfeksi virus hepatitis


B

Pekerja medis

Pekerja laboratorium

Penderita gangguan penyakit yang sering cuci darah atau mendapat


transfusi darah.

Pekerja seks

Pengguna narkoba

Pecinta tato

2. Tidak menggunakan barang orang lain

Barang-barang yang dapat menyebabkan luka dapat menjadi media penularan


virus hepatitis B. Barang-barang tersebuat antara lain pisau cukur, gunting kuku,
sikat gigi, dan lain-lain.

3. Melakukan hubungan seks sehat dan aman

Melakukan hubungan seks dengan sering berganti pasangan beresiko tinggi


tertular hepatitis B. Jika suami atau istri terinfeksi hepatitis B maka sang suami
wajib menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
4. Jika terinfeksi hepatitis B jangan mendonorkan darah

Palang merah Indonesia akan melakukan serangkaian pemeriksaan pada darah


yang di donorkan. Jika ternyata sejumlah darah pada bank darah terinfeksi virus
hepatitis B maka darah tersebut akan dimusnahkan.

5. Bersihkan ceceran darah

Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan
pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.

Imunisasi hepatitis

Vaksinasi atau imunisasi adalah cara yang efektif untuk mencegah infeksi penyakit.
Setelah imunisasi, tubuh akan menghasilkan antibodi atau zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Kini telah tersedia vaksinasi hepatitis A dan B.

Imunisasi hepatitis A dapat diberikan pada anak anak usia antara 2 hingga 18 tahun,
dan diberikan cukup 1 kali saja. Sedangkan untuk orang dewasa, dibutuhkan
imunisasi ulang (booster) setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi Pertama. Orang yang
telah mendapat ikmunisasi hepatitis A mempunyai kekebalan terhadap virus
hepatitis A (VHA) selama 15 hingga 20 tahun, kecuali jika orang tersebut terinfeksi
VHA antara 2 hingga 4 minggu setelah imunisasi. Hal ini disebabkan karena pada
saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup.

Mereka yang perlu mendapat imunisasi hepatitis A:

Pekerja restoran atau yang biasa menangani makanan

Remaja yang tinggal di asrama pelajar yang mengalami kontak erat dengan
teman-temannya.

Pekerja dan anak-anak pada tempat penitipan anak.


Orang yang menderita penyakit hati menahun

Pekerja laboratorium

Mendeteksi penyakit hepatitis

Agar tujuan kesembuhan tercapai, pengobatan hepatitis harus dilakukan sesuai


dengan diagnosis yang tepat. Dokter menentukan diagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya seperti USG, sinar X, CT scan, atau MRI.

Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien untuk


memperoleh informasi tentang keluhan dan gejala penyakit yang dirasakan
pasien. Selain itu dokter juga dapat mengetahui informasi tentang semua hal yang
diperkirakan sebagai penyebab penyakit hepatitis serta proses pengobatan yang
pernah dilakukan oleh pasien.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat adanya tanda-tanda kelainan atau
gangguan pada tubuh pasien.
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk memastikan diagnosis jenis penyakit
hepatitis.
Pemeriksaan penunjang berguna untuk menentukan letak kelainan ataupun
menilai parah tidaknya penyakit tersebut.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan


untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi
organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari
atas tes serologi dan tes biokimia hati.

Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus
penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab
hepatitis.
Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun
enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat
diketahui derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati
(liver) dapat dinilai.

Beberapa jenis parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat


aminotransferase), ALT (alanin aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin
dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini biasa dilakukan secara berkala untuk
mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan sel dan jaringan hati
(liver).

Diagnosis hepatitis B

Diagnosis pasti hepatatitis B dapat diketahui melalui pemeriksaan:

HBsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B) merupakan material


permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung protein yang dibuat oleh sel-sel hati
yang terinfesksi VHB. Jika hasil tes HBsAg positif, artinya individu tersebut
terinfeksi VHB, karier VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg
bernilai positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan. Bila
hasil tetap setelah lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah berkembang menjadi
kronis atau pasien menjadi karier VHB.

Anti-HBsAg (antibodi terhadap HBsAg) merupakan antibodi terhadap HbsAg.


Keberadaan anti-HBsAg menunjukan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini
memberikan perlindungan terhadap penyakit hepattitis B. Jika tes anti-HbsAg
bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat vaksin VHB ataupun
immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada bayi yang mendapat kekebalan
dari ibunya. Anti-HbsAg posistif pada individu yang tidak pernah mendapat
imunisasi hepatatitis B menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi
VHB.

HBeAg (antigen VHB), yaitu antigen e VHB yang berada di dalam darah.
HbeAg bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbanyak diri.

Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10
minggu maka akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki
HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik
kepada orang lain maupun janinnya.

Anti-Hbe (antibodi HbeAg) merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang


diproduksi oleh tubuh. Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan
fase non-replikatif.

HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang
dibuat di dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan
keberadaan protein dari inti VHB.

Anti-HBc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B) merupakan antibodi terhadap


HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM
anti HBc tinggi menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-
HBc negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang tersebut
penah terinfeksi VHB.

Pengobatan penyakit hepatitis

Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non
medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi,
pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai
tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.

Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi
suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja
dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala
penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari
penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit
hepatitis yang disebabkan oleh virus.

Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus
hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi
peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati
maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah
meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya
adalah:

Istirahat di tempat tidur

Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami
fase akut.Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah
sakit.Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya.Tujuan dari istirahat ini adalah
memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.

Pola makan sehat

Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit
hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup
kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman
beralkohol.

Pemberian obat dan antivirus

Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di
hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita
diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk
menekan replikasi virus.

Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel
inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui
beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel
inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap
ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap
terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus
baru. Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.

Antivirus bekerja menghambat salah satu tahapan tersebut, tergantung jenis


antivirusnya. Beberapa macam antivirus diantaranya adalah interferon, lamivudin,
ribavirin, adepovir dipivoksil, entecavir, dan telbivudin. Antivirus diberikan
berdasarkan hasil tes darah dan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terapi antivirus akan lebih efektif pada kasus hepatitis aktif.

Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek
samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi terapi
interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.

Interferon

Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh
sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker.Ada tiga
jenis interferon yang memiliki efek antivirus.Ketiganya adalah interferon alfa, beta
dan gamma.Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa.Interferon
alfa bekerja hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang.

Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C.
Interferon diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam
setelah injeksi diberikan. Efek samping dari pemberian interferon diantaranya adalah
rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Setelah
beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping
jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu
menurunnya jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah
trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung.

Lamivudin

Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reverse


transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA.Lamivudin diberikan pada
penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati.
Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan kadar enzim
ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita. Terapi lamivudin untuk
jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko fibrosis, sirosis dan kanker hati.
Namun lamivudin memiliki kelemahan yang cukup vital yaitu dapat menimbulkan
resistensi virus. Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian lamivudin
antara lain rasa lemah, mudah lelah, gangguan saluran pencernaan, mual, muntah,
nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, demam, serta kemerahan pada. Efek samping
yang berbahya lainnya adalah radang pankreas, meningkatnya kadar asam laktat,
dan pembesaran hati. Namun umumnya efek samping tersebut dapat ditolerir oleh
pasien.Terapi lamivudin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil.

Ribavirin

Ribavirin dapat menghambat replikasi RND dan DNA virus. Ribavirin tersedia dalam
bentuk tablet, spray (semprot), dan suntikan. Pada penderita hepatitis C, ribavirin
biasanya ditujukan sebagai terapi kombinasi bersamaan dengan terapi interferon
alfa. Efek samping pada penggunaan ribavirin spray adalah iritasi ringan pada mata,
bersin-bersin dan kemerahan pada kulit. Sementara terapi ribavirin tablet dan injeksi
dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri kepala, gangguan saluran
pencernaan, kaku badan, dan mengantuk. Pemakaian jangka lama ribavirin dapat
menyebabkan anemia, limfopenia serta berkurangnya pembentukan sel darah.
Ribavirin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan pasien hepatitis C dengan
kerusakan ginjal.

Adepovir dipivoksil

Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan untai DNA


(DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam sistem imun
(sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh. Kelebihan adepovir
dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang menimbulkan resistensi
virus.

Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil antara lain adalah nyeri pada
otot, punggung, persendian, dan kepala. Selain itu terdapat juga gangguan pada
saluran pencernaan seperti mual atau diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk
dan peningkatan kadar alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat
terjadi pada dosis berlebih.
Entecavir

Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan dalam


sintesis DNA virus.Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan resistensi virus
setelah terapi jangka panjang.Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkannya
adalah nyeri kepala, pusing, mengantuk, diare, mual, muntah, nyeri pada ulu hati
dan insomnia.

Telbivudin

Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru.Terapi telbivudin diberikan pada
pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang aktif. Telbivudin
berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu proses pencetakan
material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang
cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak
diberikan pada ibu hamil mupun menyusui. Efek samping dari terapi telbivudin
antara lain adalah mudah lelah, sakit kepala, pusing, batuk, diare,mual, nyeri otot,
dan rasa malas.

Cara Virus Hepatitis B Melukai Hati


Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati.
Agaknya, respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan
kerusakkan.Jadi, pada suatu infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus
bertanggunga jawab untuk kedua-duanya, eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B
dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada saat yang bersamaan, luka
pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada virus hepatitis B
dalam sel-sel hati.

Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan
yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana
keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang
terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat
menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan
adakalanya pada infeksi kronis.Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan
pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus
namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari
hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.

Penyebaran/Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi
atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus
hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani , kotoran vagina, air
susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang
rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces.Oleh karenanya, hepatitis B tidak
disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh,
virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah
untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi
dengan virus hepatitis B.

Di Amerika, dewasa-dewasa dan dewasa-dewasa muda bertanggung jawab pada


kebanyakan kasus-kasus infeksi hepatitis B yang dilaporkan. Kontak seksual
(intercourse) adalah cara-cara penularan yang paling umum.Virus juga dapat
ditularkan oleh darah atau cairan tubuh yang tercemar virus hepatitis B dalam
beberapa cara-cara yang berbeda.Cara-cara ini termasuk penggunaan obat secara
intravena, skin-popping (suntikan dibawah kulit), tato, menindi tubuh (body piercing),
dan akupunktur menggunakan alat-alat yang tidak steril.Sebagai tambahan, virus
hepatitis B dapat ditulari melalui penggunaan bersama sikat-sikat gigi dan alat-alat
cukur.Akhirnya, serangga-serangga penghisap darah seperti nyamuk-nyamuk dan
kutu-kutu ranjang didaerah tropis dilaporkan telah menularkan virus hepatitis B.

Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-
ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut
penularan vertikal).Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-
wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia
Tenggara dan Afrika Sub-Sahara.Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi
yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati
100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini
akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.
Penyakit Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB), suatu anggota famili hepadnadvirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosi hati atau kanker hati.

Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada
sebagian Asia dan Afrika.Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan
berbagai negara Asia.

Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus.Keracunan obat, dan paparan


berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform,
arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern,
bisa juga menyebabkan Hepatisis.
Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit
penderita.Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan
hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja
rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

Diagnosis Penyakit Hepatitis B

Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious),
dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan.Kebanyakan gejala Hepatitis B
tidak nyata.

Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan


oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg
positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya
proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi
HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi.

Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai


dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal
(BANN).Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi,
petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaan yang
dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg,
HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5).

Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.

Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang


lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal
memiliki respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu
pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila
hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.
Sedangkan tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat
kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan
manajemen anti viral.

Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan.Gejala tersebut dapat


berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam
ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata
tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.

Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh


terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan
menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua
hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

Penularan Penyakit Hepatitis B


Hepatitis B merupakan bentuk Hepatitis yang lebih serius dibandingkan dengan jenis
hepatitis lainnya.Penderita Hepatitis B bisa terjadi pada setiap orang dari semua
golongan umur.Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan virus Hepatitis B ini
menular. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus
Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera
setelah persalinan. Secara horisontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik
yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur
dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita.

Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor


akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis,
Sipilis dan HIV.
Sesungguhnya, tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti.Dari hasil
pemeriksaan darah, dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang
sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada.Bagi pasangan yang hendak
menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk menenularan
penyakit ini.

Perawatan Penyakit Hepatitis B


Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati
mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Pada
umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi
penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan diet dan istirahat yang
baik.

Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik


(menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.Saat ini ada
beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini.Perawatannya
tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir dan modulator sistem
kebal seperti Interferon Alfa (Uniferon).

Pengobatan Tradisional Hepatitis B


Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan.Tumbuhan obat
atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan
Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi
hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang,
kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis,
antara lain yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa),
sambiloto (Andrographis paniculata), meniran (Phyllanthus urinaria), daun
serut/mirten, jamur kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata
cyllindrica), rumput mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah
kacapiring (Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang
(Taraxacum officinale).

North Dakota Hpatitis B Cases* by Age Group 2009


* Based on reported positive lab result

N = 58

KESIMPULAN

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong


berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.Seperti hal
Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker
hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak
dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari
ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik,
maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama.
Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai