Latar belakang
Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia saat ini. Diperkirakan sebanyak 400
juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis.Sekitar 1 juta orang
meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu
sekitar 170 juta orang di
Riskesdas 2007 : prevalensi Nasional Hepatitis klinis sebesar 0,6% (rentang 0,2%
tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Penderita Hepatitis
C sebagaian besar dialami oleh kelompok umur 30-39 tahun yaitu sekitar 29,6% dan
kelompok umur 20-29 tahun yaitu sekitar 27,0%. Selain itu terdeteksi pula bahwa
Hepatitis C juga diderita oleh kelompok umur sangat muda (0-9 tahun) yaitu sekitar
0,2 % dan pada kelompok usia lanjut ( 70 tahun ke atas) yaitu sekitar 5,4%.
Pada fase awal, penderita penyakit hepatitis belum merasakan gejala yang spesifik.
Keluhan yang umum dirasakan penderita adalah mual, muntah, tidak nafsu makan,
lemas, mudah lelah, stamina menurun dan kebutuhan akan tidur meningkat. Nafsu
makan yang buruk dan nyeri ulu hati sering dijumpai pada hepatitis akut atau
hepatitis kronis yang telah berkembang menjadi sirosis (cirrhosis).Gejala-gejala
tersebut di atas juga biasa disertai dengan demam.
Gejala fisik yang mudah terlihat adalah urine berwarna gelap, feses berwarna putih,
sedangkan kuku, kulit dan bagian putih mata berwarna kuning.Perut bagian atas
membesar dan penurunan berat badan juga biasa dialami penderita penyakit
hepatitis.
Hepatitis akut
Sedangkan hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati (liver) yang mengalami
peradangan berkembang sangat lambat, tetapi sebagian lain dapat menjadi aktif dan
semakin memburuk dalam hitungan tahun. Akibat dari hepatitis kronis yang
memburuk adalah terjadinya sirosis atau kanker hati.Keduanya sering berakhir pada
kematian.
Penyebab hepatitis bermacam-macam.Pada prinsipnya penyebab hepatitis
terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
Infeksi virus
Alkohol
Penyakit autoimun
Jenis-jenis hepatitis
Hepatitis A
Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A
(VHA) biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang
parah. Mayoritas mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya.
Hepatitis A menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
VHA.
Hepatitis B
Hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang berbahaya. Jenis hepatitis ini merupakan
jenis yang paling mudah menular dibanding jenis hepatitis yang lain. Hepatitis B
menular melalui kontak darah atau cairan tubuh yang mengandung virus hepatitis B
(VHB). Seseorang dapat saja mengidap VHB tanpa disertai gejala-gejala klinik
ataupun kelainan dan gangguan kesehatan.Orang tersebut disebut pembawa VHB
atau carrier VHB.
VHB dapat ditemukan dalam darah, air liur, air susu ibu, cairan sperma atau vagina
penderita. Penularan hepatitis B terjadi melalui kontak darah, cairan tubuh ataupun
material lain yang terinfeksi seperti jarum suntik, alat-alat bedah yang tidak steril,
peralatan dokter gigi yang tidak steril, jarum akupunktur, jarum tato, jarum tindik
yang tidak steril.
Penggunaan bersama alat-alat yang dapat menimbulkan luka dapat menjadi media
penularan VHB, sepeti pisau cukur, sikat gigi, gunting kuku, dan lain-lain. Penularan
hepatitis B dapat juga terjadi dari ibu yang menderita hepatitis B kepada janin yang
dilahirkannya. Karena VHB dapat ditemukan di sperma maupun cairan vagina, maka
penularan dapat terjadi pula melalui hubungan seksual.
Hepatitis C
Hepatitis C dapat menyebabkan peradangan hati yang cukup berat. Diperkirakan
80% infeksi virus hepatitis C (VHC) berkembang menjadi hepatitis kronis dan dapat
menyebabkan sirosis ataupun kanker hati. Pada hepatitis C, peradangan yang
berkembang menjadi sirosis ataupun kanker hati memakan waktu yang relatif lebih
singkat daripada apa yang terjadi pada kasus hepatitis B. Hepatitis C menular
melalui darah, biasanya karena transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi
VHC.
Hepatitis D
Hepatitis D sering dijumpai pada penderita hepatitis B. Karena virus hepatitis D atau
VHD ukurannya sangat kecil dan sangat tergantung pada virus hepatitis B atau VHB.
VHD membutuhkan selubung VHB untuk dapat menginfeksi sel-sel hati (liver). Tak
mengherankan jika cara penularan VHD sama dengan penularan VHB.
Hepatitis E
Hepatitis E bersifat menyerupai hepatitis A begitu pula dengan cara penularannya.
Namun tingkat keparahannya penyakitnya lebih ringan dibanding hepatitis A. Seperti
hepatitis A, hepatitis E sering bersifat akut dengan masa sakit singkat namun jika
penderita dalam kondisi ketahanan fisisk lemah, hepatitis E dapat parah hingga
menimbulkan kegagalan fungsi hati (liver). Virus hepatitis E atau VHE menyebar
melalui makanan dan minuman yang tercemar feses yang mengandung VHE.
Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan.Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis
F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Hepatitis G
Hepatitis G memiliki sifat dan cara penularan yang hampir sama dengan hepatitis C,
yaitu melalui darah. Hepatitis G biasanya berlangsung kronis tetapi sampai saat ini
hepatitis G diketahui tidak menyebabkan efek yang serius.
Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati (liver). Karena di dalam
tubuh, alkohol akan terpecah-pecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat kimia
tersebut bersifat racun yang menyebabkan kerusakan sel-sel hati (liver).
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat
infeksi virus hepatitis.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati (liver) antara lain
halotan (biasa digunakan sebagai obat bius), isoniasid (antibiotik untuk TBC),
metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan
parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan,
parasetamol merupakan obat yang aman. Parasetamol dikonsumsi secara
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati (liver) yang cukup parah bahkan
kematian.
Selain obat-obatan ada beberapa jenis polutan yang dapat merusak sel-sel hati
(liver) yaitu alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga dan vinil klorida.
Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang
biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang
sel atau jaringan hati (liver). Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat
pula dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu.
Penyakit Hepatitis B
Pola penularannya antara lain dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual,
transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi,
handuk) secara bersama-sama.
Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam,
sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi
penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut,
sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Pencegahan hepatitis B
1. Imunisasi
Anti HBS adalah antibodi terhadap antigen permukaan VHB (HBs-Ag). Dengan
begitu dapat dinilai apakah tubuh telah memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
atau tidak. Jika tubuh telah memiliki cukup kekebalan terhadap hepatitis B maka
imunisasi hepatitis B tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataannya
pemeriksaan kadar anti-HBs lebih mahal daripada harga vaksin hepatitis B.
Dengan begitu bagi mereka yang beresiko tinggi tertular VHB imunisasi bisa
langsung diberikan.
Pekerja medis
Pekerja laboratorium
Pekerja seks
Pengguna narkoba
Pecinta tato
Jika ada ceceran darah meski sedikit harus segera dibersihkan. Penggunaan larutan
pemutih pakaian diyakini dapat membunuh virus.
Imunisasi hepatitis
Vaksinasi atau imunisasi adalah cara yang efektif untuk mencegah infeksi penyakit.
Setelah imunisasi, tubuh akan menghasilkan antibodi atau zat kekebalan tubuh
terhadap penyakit tersebut. Kini telah tersedia vaksinasi hepatitis A dan B.
Imunisasi hepatitis A dapat diberikan pada anak anak usia antara 2 hingga 18 tahun,
dan diberikan cukup 1 kali saja. Sedangkan untuk orang dewasa, dibutuhkan
imunisasi ulang (booster) setelah 6 hingga 12 bulan imunisasi Pertama. Orang yang
telah mendapat ikmunisasi hepatitis A mempunyai kekebalan terhadap virus
hepatitis A (VHA) selama 15 hingga 20 tahun, kecuali jika orang tersebut terinfeksi
VHA antara 2 hingga 4 minggu setelah imunisasi. Hal ini disebabkan karena pada
saat itu tubuh belum menghasilkan antibodi dalam jumlah cukup.
Remaja yang tinggal di asrama pelajar yang mengalami kontak erat dengan
teman-temannya.
Pekerja laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus
penyebab hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab
hepatitis.
Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun
enzim yang dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat
diketahui derajat keparahan atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati
(liver) dapat dinilai.
Diagnosis hepatitis B
HBeAg (antigen VHB), yaitu antigen e VHB yang berada di dalam darah.
HbeAg bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbanyak diri.
Dalam keadaan ini infeksi terus berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10
minggu maka akan berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki
HbeAg positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya baik
kepada orang lain maupun janinnya.
HBcAg (antigen core VHB) merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang
dibuat di dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan
keberadaan protein dari inti VHB.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan medis (kedokteran) maupun non
medis. Tindakan non medis antara lain adalah akupunktur, akupresure, reflesiologi,
pengobatan herbal, dan lain-lain. Tindakan non medis ini dapat diberikan sebagai
tindakan komplementer dari tindakan medis ataupun alternatif.
Terapi secara medis dapat berupa terapi suportif, simtomatis dan kausatif. Terapi
suportif adalah terapi yang membantu agar fungsi-fungsi penting tubuh tetap bekerja
dengan baik. Terapi simtomatis diberikan pada pasien untuk meringankan gejala
penyakit. Sedangkan terapi kausatif berguna untuk menghilangkan penyebab dari
penyakit hepatitis itu sendiri, biasanya berupa antivirus pada kasus penyakit
hepatitis yang disebabkan oleh virus.
Terapi medis untuk kasus hepatitis B kronis bertujuan untuk menekan replikasi virus
hepatitis B (VHB). Tujuan jangka pendek pengobatan ini adalah membatasi
peradangan hati dan memperkecil kemungkinan fibrosis (jaringan ikat) pada hati
maupun sirosis. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mencegah
meningkatnya kadar serum transminase dan komplikasi hepatitis yang lebih buruk.
Terapi medis yang biasa diberikan pada penderita penyakit hepatitis diantaranya
adalah:
Penderita penyakit hepatitis harus menjalani istirahat di tempat tidur saat mengalami
fase akut.Jika gejala klinis cukup parah, penderita perlu dirawat di rumah
sakit.Penderita harus mengurangi aktivitas hariannya.Tujuan dari istirahat ini adalah
memberi kesempatan pada tubuh untuk memulihkan sel-sel yang rusak.
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit
hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup
kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman
beralkohol.
Penderita penyakit hepatitis diberi obat untuk mengatasi peradangan yang terjadi di
hati. Selain itu pada kasus penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus, penderita
diberi antivirus dengan dosis yang tepat. Tujuan pemberian antivirus ini adalah untuk
menekan replikasi virus.
Virus membutuhkan sel inang untuk melakukan replikasi (menggandakan diri). Sel
inang dalam kasus hepatitis adalah sel-sel hati. Proses replikasi virus melalui
beberapa tahapan. Tahap pertama virus melakukan penetrasi (masuk) ke dalam sel
inang (sel hati). Tahap kedua virus melakukan pengelupasan selubung virus. Tahap
ketiga adalah sintesis DNA virus. Tahap keempat adalah tahap replikasi. Tahap
terakhir adalah tahap pelepasan virus keluar dari sel inang dalam bentuk virus-virus
baru. Virus-virus baru inilah yang siap menginfeksi sel-sel hati lainnya.
Fungsi hati dan ginjal harus terus di monitor selama terapi antivirus, sehingga efek
samping dapat dicegah sedini mungkin. Pada kasus hepatitis C, kombinasi terapi
interferon dan ribavirin adalah yang dianjurkan.
Interferon
Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun tubuh
sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel kanker.Ada tiga
jenis interferon yang memiliki efek antivirus.Ketiganya adalah interferon alfa, beta
dan gamma.Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa.Interferon
alfa bekerja hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang.
Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C.
Interferon diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam
setelah injeksi diberikan. Efek samping dari pemberian interferon diantaranya adalah
rasa seperti gejala flu, demam, mengigil, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi. Setelah
beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping
jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu
menurunnya jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah
trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung.
Lamivudin
Ribavirin
Ribavirin dapat menghambat replikasi RND dan DNA virus. Ribavirin tersedia dalam
bentuk tablet, spray (semprot), dan suntikan. Pada penderita hepatitis C, ribavirin
biasanya ditujukan sebagai terapi kombinasi bersamaan dengan terapi interferon
alfa. Efek samping pada penggunaan ribavirin spray adalah iritasi ringan pada mata,
bersin-bersin dan kemerahan pada kulit. Sementara terapi ribavirin tablet dan injeksi
dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri kepala, gangguan saluran
pencernaan, kaku badan, dan mengantuk. Pemakaian jangka lama ribavirin dapat
menyebabkan anemia, limfopenia serta berkurangnya pembentukan sel darah.
Ribavirin ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan pasien hepatitis C dengan
kerusakan ginjal.
Adepovir dipivoksil
Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil antara lain adalah nyeri pada
otot, punggung, persendian, dan kepala. Selain itu terdapat juga gangguan pada
saluran pencernaan seperti mual atau diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk
dan peningkatan kadar alanin aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat
terjadi pada dosis berlebih.
Entecavir
Telbivudin
Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru.Terapi telbivudin diberikan pada
pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang aktif. Telbivudin
berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu proses pencetakan
material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang
cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak
diberikan pada ibu hamil mupun menyusui. Efek samping dari terapi telbivudin
antara lain adalah mudah lelah, sakit kepala, pusing, batuk, diare,mual, nyeri otot,
dan rasa malas.
Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan
yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana
keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang
terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat
menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan
adakalanya pada infeksi kronis.Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan
pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus
namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari
hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.
Penyebaran/Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi
atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus
hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani , kotoran vagina, air
susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang
rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces.Oleh karenanya, hepatitis B tidak
disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh,
virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah
untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi
dengan virus hepatitis B.
Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-
ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut
penularan vertikal).Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-
wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia
Tenggara dan Afrika Sub-Sahara.Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi
yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati
100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini
akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.
Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB), suatu anggota famili hepadnadvirus yang dapat menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi
sirosi hati atau kanker hati.
Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemi pada
sebagian Asia dan Afrika.Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan
berbagai negara Asia.
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B (HBV) seratus kali lebih ganas (infectious),
dan sepuluh kali lebih banyak (sering) menularkan.Kebanyakan gejala Hepatitis B
tidak nyata.
Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat
penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan
biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT.
Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena
itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi.
N = 58
KESIMPULAN
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari
ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik,
maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama.
Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang
berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.