DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. BAYU ARDIANSYAH
2. TIARA FITRIANI
3. KURNIANDA SATAJI
4. KHAIRUNNISAH
DOSEN PENGAMPU :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
2.1 Abon.............................................................................................
2.2. Jamur...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
LAMPIRAN...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abon
Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau telah
dipisahkan seratnya, kemudian ditambah bumbu dan digoreng. Daging sapi dan
daging kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan abon.
Penggunaan kantong plastik yang ditutup rapat untuk mengemas abon dapat
mempertahankan kualitas selama penyimpanan sehingga abon dapat disimpan
beberapa bulan dalam suhu kamar. Umur simpan abon sapi dapat mencapai lebih
dari 60 hari dan memiliki rasa yang khas sehingga disukai konsumen (Purnomo,
1997).
Jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu yang banyak tumbuh pada
media kayu, baik kayu gelondongan ataupun serbuk kayu. Pada limbah hasil
hutan dan hampir semua kayu keras, produk samping kayu, tongkol jangung
dan lainnya, jamur dapat tumbuh secara luas pada media tersebut. Di Indonesia
jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang banyak
dibudiumurkan. Karena bentuk yang membulat, lonjong, dan agak melengkung
serupa cakra tiram maka jamur kayu ini disebut jamur tiram. Menurut Cahyana
dkk (1997) klasifikasi lengkap tanaman jamur tiram adalah sebagai berikut :
Kingdom : Mycetea
Division : Amastigomycotae
Phylum : Basidiomycotae
Class : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Pleurotaceae
Genus : Pleurotus
Jamur tiram atau yang dikenal juga dengan jamur mutiara memiliki bagian
tubuh yang terdiri dari akar semu (rhizoid), tangkai (stipe), insang (lamella),
dan tudung (pileus/cap) (Suriawiria, 1993). Jamur tiram memiliki ciri-ciri fisik
seperti permukaannya yang licin dan agak berminyak ketika lembab, bagian
tepinya agak bergelombang, letak tangkai lateral agak disamping tudung dan
daging buah berwarna putih (pleurotus spp). Jamur tiram memiliki diameter
tudung yang menyerupai cangkang tiram berkisar antara 5 15 cm, jamur ini
dapat tumbuh pada kayu-kayu lunak dan pada ketinggian 600 meter dari
permukaan laut, spesies ini tidak memerlukan intensitas cahaya tinggi karena
dapat merusak miselia jamur dan tumbuhnya buah jamur. Jamur tiram dapat
tumbuh dan berkembang dengan suhu 15o- 30o C pada pH 5,5- 7 dan
kelembaban 80%-90% (Achmad dkk, 2011) Ada beberapa jenis jamur tiram
yang ada selain jamur tiram putih yang selama ini lebih dikenal pada
masyarakat luas.
Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, jamur
tiram mengandung lemak 1,7-2,2% dan protein rata-rata 3,5-4% dari berat
basah atau 19-35% berat keringnya. Kandungan ini cukup tinggi bila
dibandingkan dengan sayuran seperti asparagus dan kubis yang hanya memiliki
kandungan protein antara 1,6-2% berat basah. Selain itu, kandungan protein
jamur tiram juga masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan bahan
makanan lain seperti beras 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi
25,2%. Protein dalam jamur tiram mengandung sembilan asam-asam amino
esensial yang tidak bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan,
threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin.
2.3 Ayam
Daging ialah bagian dari hewan (sebagian besar jaringan otot) bekas
sebagai makanan, kadang-kadang dengan perkecualian ikan, makanan laut, dan
unggas. Otot adalah jaringan yang mempunyai struktur dan fungsi utama
sebagai penggerak, otot merupakan komponen utama penyusun daging. Otot
hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan, karena fungsi
fisiologisnya telah berhenti. Cita rasa dan aroma daging dipengaruhi oleh jenis
pakan. Daging yang berkualitas baik mempunyai rasa yg relatif gurih dan
aroma yang sedap. Secara normal daging mempunyai permukaan yg relatif
kering sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar,
dengan demikian mempengaruhi daya simpan daging tersebut.
Untuk memilih daging ayam yang baik ada beberapa ciri yang harus
diperhatikan. Yaitu daging memiliki warna putih keabuan dan cerah. Warna
kulit ayam biasanya putih kekuning-kuningangan dan bersih. Jika disentuh
daging terasa lembab tidak lengket. serat daging ayam halus, mudah dikunyah
dan digiling, mudah dicerna, serta memiliki flavor lembut. Aroma daging ayam
tidak menyengat, tidak berbau amis, dan tidak busuk. Daging didefinisikan
sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-
jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya.
Fungsi garam dalam produk olahan daging adalah sebagai cita rasa,
penghambat pertumbuhan mikroorganisme, menigkatkan daya mengikat air
selama proses pemasakan, dan dapat mengurangi denaturasi mioglobin pada
penambahan 2 g/100 g daging. Garam berfungsi untuk meningkatkan daya
simpan, karena dapat menghambat pertumbuhan organism pembusuk.
Penambahan garam pada produk kering sebaiknya tidak kurang dari 2%,
karena konsentrasi garam yang kurang dari 1,8% akan menyebabkan
rendahnya protein yang terlarut (Usmiati dan Priyanti, 2008). Poulanne et al..
(2001) menyatakan bahwa, pemberian garam dapat menjaga keamanan
pangan secara mikrobiologi, selain itu garam merupakan bahan penting dalam
pengolahan daging, memiliki kontribusi dalam daya ikat air, warna, ikatan
lemak dan rasa.
Fungsi gula merah dalam pembuatan abon adalah sebagai penambah cita
rasa serta salah satu komponen pembentuk warna coklat yang diinginkan
pada hasil akhir produk abon sapi (Sianturi, 2000). Kandungan gula yang
tinggi dapat berperan sebagai penghambat proses oksidasi dan ketengikan,
salain itu penambahan gula kedalam bahan pangan dalam konsentrasi yang
tinggi akan menurunkan kadar air yang tersedia untuk pertumbuhan
miroorganosme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan (Winarno, 1994).
Bawang putih yang digunakan dalam bentuk segar yang berfungsi sebagai
penguat rasa dan pemberi aroma yang khas guna meningkatkan selera makan.
Tanaman bawang memiliki karakter bau sulfur yang khas sebagai bentuk dari
adanya asam-asam amino non protein penyusun senyawa volatil, disamping
bawang putih juga mengandung protein, lemak, vitamin B, vitamin C serta
minera seperti kalium, fosfat dan belerang.
BAB III
METODE PENELITIAN
Daging ayam yang diguanakan adalah daging ayam yang masih segar
baru dipotong dan yang dipakai adalah daging utuh tanpa tulang, tanpa
lemak, tanpa kulit (bagian dada). Daging ini akan diperoleh dari Agen
Penjual Khusus Ayam Potong di Pasar Angso Duo Kota madya Jambi.
Sedangkan untuk Jamur Tiram sendiri di peroleh dari
Cahyana YA, Muchrodji dan M Bakrum. 1997. Jamur Tiram. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Parjimo, dan Agus Andoko. 2011. Budidaya Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya
Purnomo. 1997. Studi tentang stabilitas protein daging kering dan dendeng selam
penyimpanan. Laporan Penelitian. Fakultas peternakan. Universitas Brawijaya,
Malang.
Usmiati , S, dan A. priyanti. 2008. Sifat fisikokimia dan palatabilitas bakso daging
kerbau. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.
Sianturi, R. 2000. Kandungan gizi dan palatabilitas abon daging sapi dengan
kacang tanah (Arachis hypogeal linn) sebagai bahan pencampur. Skripsi. Fakultas
Peternakan.Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sumarsono, J, dan H.A Sirajudin. 2008. Penentuan lama sentrifuge minyak abon
daging sapi. Makalah Penunjang Seminar Nasional. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram, Mataram.
Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.