Anda di halaman 1dari 13

Pengamatan Pemantauan Kesehatan

Di RS Baitul Hikmah Kendal

Kelas 3A
Disusun oleh Kelompok 4
1 Arinal Hanifan (P1337430114031)

2 Nugroho Yudho Susilo(P1337430114039)

3 Riza Duta Prayoga (P1337430114035)

4 Apik Diansih Winanti (P1337430114017)

5 Erika Mailina Azizah (P1337430114023)

6 Naim (P1337430114040)

7 Nur Nia Hervina (P1337430114024)

8 Ria Puji Lestari (P1337430114029)

9 Sonia Nur Anindya (P1337430114037)

10 Wening Andayani (P1337430114003)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman, meskipun radiasi menimbulkan efek yang
negatif bagi tubuh manusia ternyata kemajuan teknologi radiasi dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan manusia terutama di dunia kedokteran. Pemanfaatan radiasi ini meliputi
tindakan radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Ketiga jenis bidang ini
mempunyai sumber-sumber radiasi yang spesifikasi fisiknya berbeda dengan faktor risiko
yang berbeda pula. Semua tindakan pemakaian radiasi, baik untuk diagnostik, terapi
maupun kedokteran nuklir, harus selalu melalui proses justifikasi, limitasi dan optimasi
agar pasien, petugas dan lingkungan di sekitar mendapatkan keuntungan sebesar mungkin
dengan resiko sekecil mungkin. Pemanfaatan radiasi dilakukan secara tepat dan hati-hati
demi keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja, maupun pasien.
Keselamatan dan kesehatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kondisi yang sedemikian rupa agar efek radiasi pengion terhadap manusia
dan lingkungan tidak melampaui nilai batas yang di tentukan. Dalam undang undang
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan kerja pasal 164, upaya kesehatan kerja ditujukan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Jika memperhatikan isi dari pasal
tersebut maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan
berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
terhadap pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung rumah sakit. Sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan
upaya kesehatan kerja di rumah sakit. Peraturan pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion dan diatur lagi
dengan Keputusan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Radiasi
Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologidiagnostik dan Intervensional. Peraturan
ini bertujuan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan ketentraman, kesehatan para
pekerja dan anggota masyarakat, serta per lindungan terhadap lingkungan hidup.
Melakukan tindakan jaminan mutu peralatan radiografi. Perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk melakukan upaya kesehatan bagi para pekerjanya dengan
melakukan berbagai tindakan pengendalian, baik secara teknis atau administratif. Untuk
menjamin keselamatan dalam penggunaan radiasi pengion tersebut, perlu diterapkan
sistem pengawasan (pemantauan) kesehatan/ keselamatan pekerja radiasi yang ketat
meliputi pengawasan dosis radiasi dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi tahunan.
Keduanya bersifat saling melengkapi. Pekerja radiasi adalah setiap orang yang karena
jabatannya atau tugasnya selalu berhubungan dengan medan radiasi. Pengawasan dosis
radiasi berguna untuk mengevaluasi dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi,
sedangkan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi diperlukan untuk mengetahui arah
perkembangan kesehatan pekerja dan kalau memungkinkan mencari hubungan kausal
antara radiasi pengion dengan gangguan yang bersifat patologik. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja radiasi baik sebelum, selama
maupun sesudah masa kerja minimal hingga 30 tahun data kesehatan disimpan. Ini akan
berguna untuk mengetahui apakah penyakit yang diderita oleh pekerja radiasi adalah
penyakit akibat kerja di medan radiasi atau bukan. Di samping itu juga berguna untuk
menyesuaikan penempatan pekerja dengan kondisi kesehatannya, membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan tindakan pengobatan terhadap kecelakaan radiasi.
Pemeriksaan kesehatan sebelum masa kerja akan memberikan informasi
mengenai kondisi kesehatan pekerja radiasi pada saat akan mulai bekerja dan penyakit-
penyakit apa saja yang pernah diderita. Masukan ini akan diperlukan sebagai bahan acuan
untuk setiap perubahan keadaan kesehatan yang terjadi di kemudian hari waktu ia bekerja
di medan radiasi. Pemeriksaan kesehatan ini pada prinsipnya sama seperti halnya di
tempat kerja lainnya, tetapi harus disertakan aspek-aspek yang merefleksikan efek
kesehatan spesifik pada pekerja radiasi. Temuan awal harus dijadikan sebagai dasar uji
kesehatan pekerja sesuai tugasnya dan sebagai referensi (pembanding) terhadap
perubahan yang terjadi selama bekerja dan sesudahnya. Maka setiap pekerja radiasi wajib
menggunakan alat pengukur dosis radiasi yang biasa digunakan oleh pekerja radiasi atau
bagian radiologi di Rumah Sakit untuk pemantauan kesehatan, biasanya di RS Swasta
menggunakan TLD Badge, Film Badge dan Pocket Dosimeter.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemantauan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi di RS Baitul
Hikmah Kendal?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi di RS Baitul
Hikmah Kendal.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak managemen rumah
sakit dan radiologi tentang pentingnya pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap pentingnya pemantauan kesehatan
bagi pekerja radiasi

BAB II
DASAR TEORI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR


NOMOR 6 TAHUN 2010
TENTANG
PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI

PELAKSANAAN PEMANTAUAN KESEHATAN


Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
(1) Pemegang Izin wajib menyelenggarakan Pemantauan Kesehatan.
(2) Pemantauan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan
untuk tujuan:
a. menilai kesehatan Pekerja Radiasi baik dari aspek fisik maupun psikologis;
b. memastikan kesesuaian antara kesehatan pekerja dan kondisi pekerjaannya;
c. memberikan pertimbangan dalam menangani kejadian kontaminasi atau Paparan
Radiasi Berlebih pada Pekerja Radiasi;
d. menyediakan Rekaman yang dapat memberikan informasi untuk:
1. penanganan kasus paparan kecelakaan atau penyakit akibat kerja;
2. evaluasi statistik mengenai penyakit yang mungkin berhubungan dengan kondisi
kerja;
3. data medico legal; dan
4. kajian terhadap manajemen Proteksi Radiasi.
Pasal 4
Pemantauan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. Pemeriksaan Kesehatan;
b. Konseling; dan/atau
c. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih.
Bagian Kedua Pemeriksaan Kesehatan
Pasal 5
Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi :
a. Pemeriksaan Kesehatan umum; dan
b. Pemeriksaan Kesehatan khusus.
Pasal 6
Hasil Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a berlaku
paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal Pemeriksaan Kesehatan dilakukan.
Pasal 7
(1) Pemeriksaan Kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
dilaksanakan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan pada saat akan
memutuskan hubungan kerja.
(2) Pemeriksaan Kesehatan umum pada saat sebelum bekerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilaksanakan untuk tujuan:
a. memastikan bahwa kondisi atau status kesehatan pekerja mampu untuk
melaksanakan tugas sebagai Pekerja Radiasi yang dibebankan kepadanya;
b. memberikan informasi tentang data dasar status kesehatan Pekerja Radiasi sebelum
menjalankan tugasnya terkait dengan sumber radiasi; dan
c. mengklasifikasi status kesehatan Pekerja Radiasi dalam kategori sehat untuk
bekerja, sehat untuk bekerja dalam kondisi tertentu dan tidak sehat untuk bekerja.
(3) Pemeriksaan Kesehatan umum selama bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan untuk tujuan memantau kondisi kesehatan Pekerja Radiasi apakah
pekerja tersebut berada dalam kondisi kesehatan yang sehat untuk tetap melaksanakan
tugasnya.
(4) Pemeriksaan Kesehatan umum pada saat akan memutuskanhubungan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan untuk tujuan menentukan
kondisi kesehatan Pekerja Radiasi pada saat berhenti bekerja.
Pasal 8
(1) Pemeriksaan Kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
meliputi:
a. Anamnesis;
b. riwayat penyakit dan keluarga;
c. pemeriksaan fisik; dan
d. pemeriksaan laboratorium .
(2) Pemeriksaan Kesehatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
diuraikan lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini.
Pasal 9
Pemeriksaan Kesehatan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
dilaksanakan pada saat:
a. Pekerja Radiasi mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi; dan
b. penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih.
Pasal 10
(1) Pemeriksaan Kesehatan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a. pemeriksaan darah lengkap;
b. pemeriksaan sperma; dan/atau
c. pemeriksaan aberasi kromosom.
(2) Pemeriksaan Kesehatan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
diuraikan lebih lanjut sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
BAPETEN ini.
Bagian Ketiga
Konseling
Pasal 11
(1) Konseling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilaksanakan melalui:
a. pemeriksaan psikologi; dan/atau
b. konsultasi.
(2) Konseling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dapat diberikan kepada:
a. pekerja wanita yang sedang hamil atau diduga hamil;
b. pekerja wanita yang sedang menyusui;
c. pekerja yang menerima Paparan Radiasi Berlebih; dan
d. pekerja yang berkehendak mengetahui tentang Paparan Radiasi yang diterimanya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan kerja untuk wanita hamil dan menyusui
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b diatur dengan Peraturan
Kepala BAPETEN tersendiri.
Bagian Keempat
Penatalaksanaan Kesehatan Pekerja Yang Mendapatkan
Paparan Radiasi Berlebih
Pasal 12
Penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dilaksanakan melalui:
a. kajian terhadap Dosis yang diterima;
b. Konseling; dan
c. Pemeriksaan Kesehatan dan tindak lanjut.
Pasal 13
(1) Kajian terhadap Dosis yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
dilaksanakan melalui:
a. pembacaan dosimeter personil; dan/atau
b. evaluasi pemantauan daerah kerja atau rekonstruksi Dosis.
(2) Dalam hal pekerja mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih melalui Paparan Radiasi
internal, kajian terhadap Dosis yang diterima juga harus dilakukan melalui Metode in
vivo dan in vitro.
(3) Kajian terhadap Dosis yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a
dilakukan oleh penyelenggara Keselamatan Radiasi.
Pasal 14
(1) Jika hasil kajian terhadap Dosis yang diterima Pekerja Radiasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf a menunjukan nilai Dosis melampaui 0,2 Sv (nol koma dua
sievert), Pekerja Radiasi harus mendapatkan pemeriksaan dosimetri biologi untuk
konfirmasi Dosis yang meliputi:
a. aberasi kromosom pada sel darah;
b. pemeriksaan limfosit absolut; dan
c. pemeriksaan sel darah lengkap.
(2) Pemeriksaan dosimetri biologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
oleh laboratorium yang terakreditasi.
Pasal 15
(1) Jika hasil kajian terhadap Dosis yang diterima Pekerja Radiasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf a menunjukan nilai Dosis di atas nilai Dosis ambang untuk Efek
Deterministik, Pekerja Radiasi harus mendapatkan pemeriksaan dosimetri biologi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan Pemeriksaan Kesehatan khusus.
(2) Nilai Dosis ambang untuk Efek Deterministik sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
lebih lanjut dijelaskan sebagaimanatercantum dalam Lampiran III yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala BAPETEN ini.
Pasal 16
(1) Dalam hal ditemukan adanya keraguan terhadap Dosis yang diterima Pekerja Radiasi,
Pemegang Izin dapat berkonsultasi dengan tenaga Ahli Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
(2) Tenaga Ahli Proteksi dan Keselamatan Radiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diakui oleh asosiasi dalam bidang Proteksi dan Keselamatan Radiasi.
Pasal 17
Pemeriksaan Kesehatan dan tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
dilaksanakan melalui:
a. Pemeriksaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal
10; dan
b. tindakan medis yang disesuaikan dengan Efek Deterministik yang ditimbulkan oleh
Paparan Radiasi Berlebih.
Pasal 18
(1) Pekerja Radiasi yang mendapatkan Paparan Radiasi Berlebih dapat bekerja kembali
setelah mendapatkan Pemeriksaan Kesehatanumum dan Pemeriksaan Kesehatan
khusus, dan dinyatakan sehat dalam sertifikat medis.
(2) Sertifikat medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang harus meliputi
resume hasil Pemeriksaan Kesehatan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Perlengkapan proteksi yang dimiliki RS Baitul Hikmah Kendal, meliputi:
a. Peralatan pemantauan dosis perorangan (film badge)
b. Konstruksi bangunan di instalasi radiologi meliputi: Tembok setebal 25 cm,
pintu kayu dilapisi timbal (Pb) setebal 2 mm, tersedia tabir penahan radiasi 2
buah, tinggi jendela lantai 2 m.
c. Apron berjumlah 1 buah
d. Lampu merah atau tanda ada radiasi di pintu luar (kamar periksa 1)
2. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi Untuk Pekerja Radiasi

a. Film bedge control wajib dimasukkan ke dalam holder dan diletakkan pada

daerah yang bebas dari radiasi medic.

b. Dilarang merusak, merobek, atau menusuk pembungkus film bahkan

mengekspose film bedge.

c. Dilarang menggunakan film bedge orang lain. Film bedgemilik seorang yang

telah berhenti dari pekerjaannya tidak boleh digunakan orang lain. Pekerja

radiasi yang baru harus menggunakan nomor film bedge yang baru.

d. Film bedge dipakai setiap personil yang bersangkutan melakukan kegiatan

yang menggunakan sumber radiasi pengion dan disematkan dibagian depan

tubuh daerah dada yakni antara leher dan pinggang. Film bedge tidak boleh

digunakan saat menjalani pemeriksaan medis. Personal film bedge digunakan

untuk dokumentasi dosis pekerja radiasi bukan untuk dosis radiasi medic.

e. Jika sedang tidak digunakan film bedge tidak boleh dibawa pulang. Film

bedge harus disimpan berdampingan dengan film bedge control yakni pada

ruangan yang bebas dari paparan radiasipengion. Suhu ruangan antara 10o C

27o C dengan kelembaban antara 30-50%.

f. Film bedge dari suatu instalasi radiologi tidak boleh digunakan pada rumah

sakit lain.

g. Pegembalian film bedge disusun berdasarkan jadwal yang ditetapkan.


h. Perhatikan hal-hal berikut saat pengembalian film bedge. Ketepatan waktu,

jumlah film dan kondisi film bedge. Film bedge yang dikembalikan lebih dari

3 bulan tidak bisa di evaluasi.

3. Pemantauan kesehatan bagi pekerja radiasi di RS Baitul Hikmah Kendal

a. Pekerja radiasi melakukan pemeriksaan kesehatan setiap saat sebelum bekerja

dan saat bekerja.

b. Pemeriksaan kesehatan rutin belum terlaksana

c. Menyimpan catatan dosis setiap pekerja radiasi dengan baik.

d. Tidak pernah dilakukan konseling.

B. Pembahasan
Pemantauan kesehatan yang dilakukan pada pekerja radiasi di RS baitul
hikmah adalah pengecekan kesehatan rutin yang dilakukan setiap 1 tahun sekali yaitu
cek darah rutin dan urin. Pemeriksaan kesehatan umum yang dilakukan hanya
diberikan pada saat akan bekerja dan sedang bekerja saja sedangkan untuk pada saat
pemutusan hubungan kerja tidak dilakukan, pada saat cek kesehatan umum yang
dilakukan pada pekerja saat akan mulai bekerja dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, riwayat penyakit dan keluarga, juga cek lab, untuk pengecekan kesehatan
khusus selama ini belum pernah dilakukan, juga sama untuk cek psikologis pada
pekerja, juga tidak pernah dilakukan konseling, cuti yang diberikan pada pekerja
dibedakan antara pekerja yang masih kontrak dengan pekerja tetap, untuk pekerja
tetap jumlah cuti keseluruhan selama 1 tahun adalah 12 hari sedangan untuk pekerja
kontrak cuti yang diberikan keseluruhan selama 1 tahun adalah 6 hari, pembagian
kerja untuk petugas adalah shift pagi dan sore saja dengan total pasien keseluruhan
sekali shift adalah 10 pasien. Petugas proteksi radiasi di RS Baitul hikamh masih
menginduk dari RSUD Kendal, alat protrksi radiasi yang digunakan adalah apron dan
tabir, sedangkan dosimeter personil yang digunakan adalah film badge yang dicek
setiap 1 bulan sekali di LPFK Surakarta, juga dilakukan uji kesesuain berkala pada
daerah area kerja.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi pemantauan kesehatan pada pekerja radiasi di RS Baitul
Hikmah dapat disimpulkan bahwa pemantauan kesehatan yang dilakukan pada
pekerja radiasi di RS baitul hikmah adalah pengecekan kesehatan rutin yang
dilakukan setiap 1 tahun sekali yaitu cek darah rutin dan urin. Pemeriksaan
kesehatan umum yang dilakukan hanya diberikan pada saat akan bekerja dan
sedang bekerja saja sedangkan untuk pada saat pemutusan hubungan kerja tidak
dilakukan, pada saat cek kesehatan umum yang dilakukan pada pekerja saat akan
mulai bekerja dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit dan
keluarga, juga cek lab, untuk pengecekan kesehatan khusus selama ini belum
pernah dilakukan, juga sama untuk cek psikologis pada pekerja, juga tidak pernah
dilakukan konseling, cuti yang diberikan pada pekerja dibedakan antara pekerja
yang masih kontrak dengan pekerja tetap, untuk pekerja tetap jumlah cuti
keseluruhan selama 1 tahun adalah 12 hari sedangan untuk pekerja kontrak cuti
yang diberikan keseluruhan selama 1 tahun adalah 6 hari, pembagian kerja untuk
petugas adalah shift pagi dan sore saja dengan total pasien keseluruhan sekali shift
adalah 10 pasien. Petugas proteksi radiasi di RS Baitul hikamh masih menginduk
dari RSUD Kendal, alat protrksi radiasi yang digunakan adalah apron dan tabir,
sedangkan dosimeter personil yang digunakan adalah film badge yang dicek
setiap 1 bulan sekali di LPFK Surakarta, juga dilakukan uji kesesuain berkala
pada daerah area kerja. Jika dikaitkan dengan PERKA BAPETEN no. 6 Tahun
2010 masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan baik.
B. Saran
Perlu diadakannya pengecekan kesehatan secara rutin, pengadaan
kosultasi setiap sebulan sekali atau beberapa bulan sekali terkait dengan kesehatan
pekerja radiasi.

Daftar Pustaka

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 6 Tahun 2010 Tentang
Pemantauan Kesehatan Untuk Pekerja Radiasi
Standar Prosedur Operasional Proteksi Radiasi Untuk Personil di RS Baitul Hikmah
Kendal

Anda mungkin juga menyukai